Keanekaragaman Spesies Burung pada Beberapa Ketinggian Tempat di Hutan Alam Kawasan Ciwidey Kabupaten Bandung

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG
PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI HUTAN ALAM
KAWASAN CIWIDEY KABUPATEN BANDUNG

SETIAWAN

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Spesies Burung pada Beberapa Ketinggian Tempat di Hutan Alam Kawasan
Ciwidey Kabupaten Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Setiawan
NIM E34080034

ABSTRAK
SETIAWAN. Keanekaragaman Spesies Burung pada Beberapa Ketinggian
Tempat di Hutan Alam Kawasan Ciwidey Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh
YENI ARYATI MULYANI dan ANI MARDIASTUTI.
Keanekaragaman spesies burung dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
ketinggian tempat, vegetasi dan suhu. Tujuan penelitian ini adalah menghitung
kekayaan dan keanekaragaman, menentukan hubungan antara keanekaragaman
spesies burung dengan ketinggian tempat, suhu dan keanekaragaman pohon,
memetakan penyebaran lokal dan vertikal. Penelitian dilakukan di hutan alam
pegunungan pada ketinggian 1600, 1800, 2000 dan 2200 m dpl di kawasan
Ciwidey, Kabupaten Bandung. Suhu dan kelembaban diukur dengan termometer
bola basah-bola kering. Data vegetasi diambil dengan metode jalur berpetak. Data
burung dikumpulkan dengan metode titik hitung. Jumlah spesies dan indeks

keanekaragaman burung (H’) mengalami penurunan dengan bertambahnya
ketinggian tempat. Jumlah spesies dan nilai indeks keanekaragaman tertinggi pada
ketinggian 1600 m dpl (41 spesies, H’=3,43). Keanekaragaman spesies burung
berkorelasi negatif (r=-0.97) dengan ketinggian tempat dan keanekaragaman
spesies burung berkorelasi positif dengan suhu (r=0.95) maupun keanekaragaman
pohon (r=0.70).
Kata kunci : Ciwidey, keanekaragaman spesies burung, ketinggian tempat

ABSTRACT
SETIAWAN. The Diversity of Bird Species in Different Altitudes at Ciwidey
Natural Forest Bandung Regency. Supervised by YENI ARYATI MULYANI and
ANI MARDIASTUTI.
Bird diversity is influenced by some factors, such as altitude, vegetation
and temperature. The objective of this research is to count the diversity and
species richness, determine the relationship between bird diversity and altitude,
temperature and tree diversity, also to map the dispersal of birds locally and
vertically. The research was conducted in a natural forest at an elevation of 1600,
1800, 2000 and 2200 m asl at Ciwidey area, Bandung Regency. Temperature and
humidity was measured by using a dry bulb & wet bulb thermometer. Vegetation
data was collected by using square line method. Bird data was collected by using

point count method. The number of species and the diversity index (H’) decreases
as the altitude increase. The highest number of species and diversity index (H’) is
at the altitude of 1600 m asl (41 species, H’=3,43). Results of the analysis using
correlation test showed that the relationship between bird diversity correlates
negatively with height (r=-0.97) and bird diversity correlates positively with
temperature (r=0.95) or tree diversity (r=0.70).
Keywords : altitudes, bird diversity, Ciwidey

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG
PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI HUTAN ALAM
KAWASAN CIWIDEY KABUPATEN BANDUNG

SETIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Keanekaragaman Spesies Burung pada Beberapa Ketinggian
Tempat di Hutan Alam Kawasan Ciwidey Kabupaten Bandung
Nama
: Setiawan
NIM
: E34080034

Disetujui oleh

Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc
Pembimbing I

Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 ini ialah
ekologi satwa liar, dengan judul Keanekaragaman Spesies Burung pada Beberapa
Ketinggian Tempat di Hutan Alam Kawasan Ciwidey Kabupaten Bandung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc
dan Ibu Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc selaku pembimbing, serta Ibu Anne
Carolina, Ssi MSi selaku dosen penguji pada ujian komprehensif. Bapak Insan
Kurnia, Shut MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Djoko Prihatno, MM selaku Kepala

BBKSDA Jawa Barat dan Banten, Bapak Siswoyo, AMd selaku Kepala SKW II,
Bapak Lius Lottong selaku Duty Manager WW Kawah Putih. Mang Didi, Mang
Ujang, Yogi Bachtiar yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya serta atas dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013
Setiawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE PENELITIAN

2

Lokasi dan Waktu


2

Metode Pengumpulan Data

2

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Habitat
Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies Burung
Indeks Kesamaan Komunitas
Penyebaral Lokal Spesies burung
Penyebaran Vertikal Spesies Burung
Hubungan Keanekaragaman Spesies Burung dengan Ketinggian
Tempat, Suhu dan Keanekaragaman Pohon

Pembahasan
Kondisi Habitat
Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies Burung
Indeks Kesamaan Komunitas
Penyebaral Lokal Spesies Burung
Penyebaran Vertikal Spesies Burung
Hubungan Keanekaragaman Spesies Burung dengan Ketinggian
Tempat, Suhu dan Keanekaragaman Pohon
Implikasi Konservasi
SIMPULAN DAN SARAN

6
6
6
9
10
11
17
17
23

23
23
25
25
25
26
27
27

Simpulan

27

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

28


LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

33

DAFTAR TABEL
1 Pembagian strata burung secara vertikal
2 Kekayaan, indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan spesies
burung di hutan alam pada empat ketinggian

3
9

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian
2 Ilustrasi penempatan titik IPA pada beberapa ketinggian tempat
3 Profil vegetasi hutan alam di Cagar Alam Situ Patengan pada
ketinggian 1600 m dpl
4 Profil vegetasi hutan alam di Taman Wisata Alam Cimanggu pada
ketinggian 1800 m dpl
5 Profil vegetasi hutan alam di Hutan Lindung Kawah Putih pada
ketinggian 2000 m dpl
6 Profil vegetasi hutan alam di Hutan Lindung Kawah Putih pada
ketinggian 2200 m dpl
7 Jumlah spesies burung berdasarkan famili pada empat ketinggian
8 Dendrogram kesamaan komunitas burung
9 Sketsa penyebaran lokal spesies burung pada empat ketinggian
10 Sketsa penyebaran lokal spesies burung di hutan alam (Cagar Alam)
Situ Patengan pada ketinggian 1600 m dpl
11 Sketsa penyebaran lokal spesies burung di hutan alam (Taman Wisata
Alam) Cimanggu pada ketinggian 1800 m dpl
12 Sketsa penyebaran lokal spesies burung di hutan alam (Hutan Lindung)
Kawah Putih pada ketinggian 2000 m dpl
13 Sketsa penyebaran lokal spesies burung di hutan alam (Hutan Lindung)
Kawah Putih pada ketinggian 2200 m dpl
14 Sketsa penyebaran vertikal spesies burung di hutan alam (Cagar Alam)
Situ Patengan pada ketinggian 1600 m dpl
15 Sketsa penyebaran vertikal spesies burung di hutan alam (Taman
Wisata Alam) Cimanggu pada ketinggian 1800 m dpl
16 Sketsa penyebaran vertikal spesies burung di hutan alam (Hutan
Lindung) Kawah Putih pada ketinggian 2000 m dpl
17 Sketsa penyebaran vertikal spesies burung di hutan alam (Hutan
Lindung) Kawah Putih pada ketinggian 2200 m dpl
18 Hubungan keanekaragaman spesies burung dengan (a) ketinggian
tempat; (b) suhu ; (c) keanekaragaman pohon

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18
19
20
21
22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan di Pulau Jawa mengalami degradasi dan luasannya semakin
berkurang. Menurut MacKinnon et al. (1998) hanya 10% dari luas Pulau Jawa
berupa kawasan hutan dan umumnya berada di pegunungan. Hutan pegunungan
memiliki perbedaan nyata terutama dalam hal ketinggian, vegetasi dan suhu.
Komposisi spesies vegetasi dan struktur hutan berubah dengan semakin tingginya
suatu tempat (Alikodra 2002). Semakin tinggi suatu tempat akan terjadi
penurunan tinggi pepohonan dan penyederhanaan struktur hutan. Sebagai contoh,
di hutan pegunungan bawah lebih banyak epifit seperti anggrek dibandingkan
dengan di hutan pegunungan atas yang ditemukan sejumlah besar lumut. Disisi
lain, suhu mengalami penurunan setiap kenaikan ketinggian tempat. Laju
penurunan suhu di wilayah pegunungan umumnya sekitar 0,5-0,6°C setiap
kenaikan ketinggian sebesar 100 m (Whitten et al. 1999).
Burung merupakan kelompok satwa liar yang memiliki penyebaran yang
sangat luas mulai dari habitat pantai hingga pegunungan. Penyebaran spesies
burung akan sesuai dengan kemampuan pergerakannya dan dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan seperti luas kawasan, ketinggian tempat dan letak geografis
(Alikodra 2002). Ketinggian tempat akan menciptakan iklim lokal yang
mempengaruhi struktur vegetasi sehingga menentukan penyebaran burung
(Ruggeiro dan Hawkins 2008). Seiring bertambahnya ketinggian tempat, maka
keanekaragaman spesies burung akan semakin rendah. Keanekaragaman spesies
burung dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketinggian (Rodrigues et al. 2010),
keanekaragaman vegetasi (Joshi et al. 2012) dan suhu (McCain 2009).
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
keanekaragaman berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat. Rodrigues
et al. (2010) melakukan penelitian pada ketinggian 300-2100 m dpl di wilayah
tenggara pegunungan Brazil, dan mendapatkan jumlah spesies burung tertinggi
terdapat pada ketinggian 400-1000 m dpl, sedangkan jumlah spesies terendah
terdapat pada ketinggian diatas 1800 m dpl. Navvaro (1992) yang melakukan
penelitian serupa pada ketinggian antara 680-3100 m dpl di Sierra Madre del Sur,
Guerrero Mexico mencatat jumlah spesies burung tertinggi pada ketinggian antara
680-820 m dpl (44 spesies), sedangkan jumlah spesies terendah terdapat pada
ketinggian 3100 m dpl (14 spesies).
Kawasan Ciwidey termasuk ke dalam administrasi Kabupaten Bandung
yang memiliki hutan alam dan berada pada ketinggian antara 1600-2400 m dpl
dengan puncak tertinggi Gunung Patuha. Hutan alam tersebut merupakan formasi
hutan pegunungan yang statusnya terdiri atas cagar alam, taman wisata alam dan
hutan lindung. Mengingat peranan burung sebagai penyeimbang ekosistem maka
perlu dilakukan upaya konservasi burung. Hingga saat penelitian ini dilakukan,
informasi tentang keanekaragam spesies burung di lokasi tersebut masih belum
terdokumentasi dengan baik, padahal upaya konservasi memerlukan dukungan
data dan informasi yang memadai.
.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Menghitung kekayaan dan keanekaragaman spesies burung di hutan alam pada
beberapa ketinggian tempat di Kawasan Wisata Ciwidey Kabupaten Bandung.
2. Menentukan hubungan antara keanekaragaman spesies burung dengan
ketinggian tempat, suhu dan keanekaragaman pohon.
3. Memetakan penyebaran lokal dan penyebaran vertikal spesies burung pada
beberapa ketinggian tempat.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi dasar
mengenai keanekaragaman spesies burung pada beberapa ketinggian tempat di
Kawasan Ciwidey. Informasi tersebut diharapkan menjadi bahan pertimbangan
pengambilan keputusan pengelolaan khususnya upaya konservasi burung.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di hutan alam pegunungan pada ketinggian 1600, 1800,
2000 dan 2200 m dpl di kawasan Ciwidey, Kabupaten Bandung (Gambar 1).
Rentang kenaikan ketinggian sebesar 200 m dipilih berdasarkan kondisi topografi
yang curam di sebagian lokasi pengamatan dan menghindari terjadinya tumpang
tindih (overlapping) pada plot pengamatan (Gambar 2). Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 3-15 Oktober dan 1-9 November 2012.

Metode Pengumpulan Data
Orientasi Lapang
Orientasi lapang selama satu minggu dilakukan sebelum penelitian dimulai
untuk menentukan plot-plot pengamatan dan mencocokkan dengan peta kerja
(Peta Ketinggian Kawasan Ciwidey Skala 1:100 000). Setiap plot pengamatan
diberi tanda dan kode untuk memudahkan pengambilan data.
Data Habitat
Data habitat meliputi komponen suhu dan kelembaban serta vegetasi.
Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan termometer bola basah-bola
kering (dry-wet thermometer) yang diikatkan pada tiang penyangga atau dahan
pohon setinggi 120 cm dari permukaan tanah dan ditempatkan pada lokasi yang
tidak terkena cahaya matahari secara langsung (dibawah naungan tajuk pohon).
Penentuan RH (relative humidity) atau kelembaban relatif dilakukan dengan
menggunakan tabel RH. Pengukuran ini tidak dilakukan apabila hujan.
Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan secara serentak dengan dibantu oleh

3
tiga voluntir. Waktu pengukuran dilakukan antara pukul 12.00-13.30 WIB dengan
pencatatan atau pembacaan skala suhu setiap 15 menit sekali dengan pengulangan
selama 3 hari. Pada ketinggian 1800 m dpl, terjadi ketidaksesuaian dalam
penempatan alat ukur di hutan alam dan kesalahan dalam prosedur pengukuran
sehingga parameter ini tidak digunakan dalam analisis data pada ketinggian 1800
m dpl.
Pengumpulan data vegetasi pada masing-masing ketinggian menggunakan
metode jalur berpetak (Soerianegara dan Indrawan 2008). Selain itu untuk melihat
tingkat stratifikasi hutan dilakukan pembuatan profil vegetasi dengan cara
melakukan pengukuran pada satu plot berukuran 10x50 m. Parameter yang
diamati adalah jenis vegetasi, tinggi total dan bebas cabang pohon dan tiang,
diameter tiang dan pohon serta lebar kanopi. Peralatan yang digunakan dalam
pengumpulan data vegetasi yaitu haga meter, pita diameter, meteran dan kompas.
Data Burung
Pengumpulan data burung menggunakan metode titik hitung atau IPA
(Index Point Of Abundance) dengan radius 50 m, jarak antar titik 100 m dan
waktu penghitungan di setiap titik 15 menit. Di setiap ketinggian tempat
dilakukan penghitungan pada 20 titik hitung. Titik pengamatan ditempatkan
berdasarkan aksesibilitas antara lain mengikuti jalur yang sudah ada. Pengamatan
dilakukan pada pukul 06.00-09.00 WIB.
Penyebaran lokal spesies burung endemik, khas pegunungan, burung
pemangsa dan burung migran di luar titik hitung ditandai dengan GPS.
Penyebaran vertikal spesies burung dilakukan dengan cara mencatat posisi spesies
burung yang teramati pada strata tajuk. Pembagian strata tajuk mengacu pada van
Balen (1984) (Tabel 1). Peralatan yang digunakan adalah binokuler 8x50,
pengukur waktu, buku panduan pengenalan spesies burung (MacKinnon 1998),
altimeter dan kamera.
Tabel 1 Pembagian strata burung secara vertikal (van Balen 1984)
No.
1
2
3
4
5

Kriteria
Strata E ( lantai hutan/tanah)
Strata D (semak-semak rendah dan sedang)
Strata C (semak-semak tinggi)
Strata B (pohon dibawah tajuk)
Strata A (pohon diatas tajuk)

Ketinggian (m)
0.00-0.15
0.15–1.80
1.80–4.50
4.50–15.00
>15.00

4

Taman Wista Alam
Cimanggu

Cagar Alam
Situ Patengan

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Hutan Lindung
Kawah Putih

5

Gambar 2 Ilustrasi penempatan titik hitung pada beberapa ketinggian tempat
Analisis Data
Data Habitat
Analisis data suhu dan kelembaban dilakukan secara deskriptif. Analisis
data vegetasi menggunakan indeks nilai penting (INP) mengikuti persamaan
Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974). Keanekaragaman tiang dan pohon
dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Misra 1980).
Perhitungan profil habitat yang diperoleh digunakan untuk menggambar
stratifikasi profil hutan alam (skala 1:200) pada masing-masing ketinggian dan
diikuti dengan analisis deskriptif.
Data Burung
Kekayaan dan keanekaragaman spesies burung dihitung dengan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran 2004) sedangkan proporsi
kelimpahan spesies burung dihitung dengan menggunakan indeks kemerataan
(Index of Evennes) (Magurran 2004). Kesamaan komunitas spesies burung antar
ketinggian tempat dihitung dengan indeks kesamaan spesies Jaccard (Krebs 1999)
dan untuk mempermudah melihat hubungan komunitas burung antar ketinggian
digunakan dendrogram.
Untuk melihat hubungan peubah bebas X (ketinggian tempat, suhu dan
keanekaragaman pohon) dan peubah terikat Y (keanekaragaman spesies burung)
maka dilakukan uji korelasi (Pearson Correlation) dengan taraf signifikan 5%
(p