Keanekaragaman Tungau Ektoparasit pada Cicak Cosymbotus sp di Wilayah Depok

KEANEKARAGAMANTUNGAU EKTOPARASITPADA
CICAK Cosymbotus sp. DI WILAYAH DEPOK

FIA AFIANI ZAKKY

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Tungau Ektoparasit pada Cicak Cosymbotus sp. di Wilayah Depok adalah benar
karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Fia Afiani Zakky
NIM G34100080

ABSTRAK
FIA AFIANI ZAKKY. Keanekaragaman Tungau Ektoparasit pada Cicak
Cosymbotus sp. di Wilayah Depok. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI
dan ACHMAD FARAJALLAH.
Tungau ektoparasit adalah parasit yang hidup di permukaan luar tubuh
makhluk hidup. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman, intensitas
infestasi, dan nilai prevalensi tungau ektoparasit pada cicak Cosymbotus platyurus
di wilayah Depok. Cicak ditangkap di tiga lokasi, yaitu perumahan, pasar, dan
Hutan Kota kemudian diawetkan dalam alkohol 70%. Tungau ektoparasit diambil
pada bagian kepala, telinga, ketiak, bagian badan, paha, ekor, tungkai depan, dan
tungkai belakang cicak. Cicak yang berhasil ditangkap sebanyak 140 ekor.
Tungau yang berhasil ditemukan sebanyak 246 ekor yang kesemuanya bisa
dikelompokkan dalam genus Geckobia famili Pterygosomatidae. Identifikasi
morfologi lebih lanjut mengelompokkan tungau menjadi G1, G4, G5, G6, G7, dan
G10. Identifikasi sampai ke tingkat spesies berdasarkan ketotaksi menemukan

bahwa G5 dan G10 memiliki ketotaksi yang sama dengan G. gleadoviana, G4 dan
G6 termasuk dalam kelompok Geckobia grup 1, sedangkan G1 dan G7 belum
ditemukan sebelumnya. Prevalensi keberadaan tungau ektoparasit pada cicak yang
ada di Hutan Kota adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 55%. Nilai infestasi
tertinggi (4.0) ditemukan pada cicak yang ada di perumahan oleh G6 dan nilai
infestasi total tertinggi terdapat pada area Hutan Kota sebesar 4.6.
Kata kunci: Cicak, Cosymbotus, ektoparasit, tungau, Geckobia

ABSTRACT
FIA AFIANI ZAKKY. Diversity of Ectoparasite Mites on Cosymbotus sp.
Geckos in Depok Area. Supervised by TARUNI SRI PRAWASTI and
ACHMAD FARAJALLAH.
Ectoparasite mites are parasite that live on the body surface of the host. This
research aims to see the diversity, intensity of infestation, and prevalence value of
mites on house gecko, Cosymbotus platyurus, in Depok Area. Geckos were
collected in three locations, such as houses, markets, and the city forest, and then
preserved in 70% ethanol. Mites were collected from the head, tympani, armpit,
part of body, thigh, tail, fingers, and toes of the geckos. From 140 individuals
collected, 246 individuals of mites were found. The mites could be grouped in the
genus of Geckobia and the family of Pterygosomatidae. Based on the

morphological characteristics, the mites could be grouped into G1, G4, G5, G6,
G7, and G10. Species identification of the mites based on chaetotaxy had
confirmed that G5 and G10 were of close similarity to G. gleadoviana, while G4
and G6 were Geckobia Group 1, whereas the similarity of chaetotaxy G1 and G7
could not be confirmed. Prevalence of ectoparasites mites was the highest (55%)
on the geckos from the city forest. The highest infestation value (4.0) were found
in house geckos infected by G6, while the highest total infestation (4.6) was found
among the geckos collected from the city forest.

Keywords:Geckos, Cosymbotus, ectoparasite, mites, Geckobia

KEANEKARAGAMAN TUNGAU EKTOPARASIT PADA
CICAK Cosymbotus sp. DI WILAYAH DEPOK

FIA AFIANI ZAKKY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi: Keanekaragaman Tungau Ektoparasit pada Cicak Cosymbotus sp.
di Wilayah Depok
Nama
: Fia Afiani Zakky
: 034100080
NIM

Disetujui oleh

Dr Achmad Farajallah. MSi
Pembimbing II


Tanggal Lulus:

2 8 AUG 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan dari
bulan Februari 2014. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah
keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak Cosymbotus sp. di Wilayah
Depok.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Dra.
Taruni Sri Prawasti M.Si dan Bapak Dr. Achmad Farajallah M.Si selaku
pembimbing atas arahan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan karya
ilmiah ini hingga selesai. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Alex Hartana
selaku penguji yang telah banyak memberi saran. Terima kasih yang tak terhingga
kepada keluarga tercinta Mama, Papa, Mas Angga dan Kakak Nina atas do’a,
dukungan dan kasih sayang yang selalu diberikan. Terima kasih kepada laboran
Miktek yang selalu membantu dalam setiap proses penelitian. Terima kasih
kepada teman-teman Kos Karona, Geckosister, Umbo, dan teman-teman Biologi
47 atas semua kebersamaan, kekeluargaan, semangat, dan motivasinya selama ini.
Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga karya

ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Fia Afiani Zakky

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE PENELITIAN

1

Waktu dan Tempat

1

Penangkapan Cicak dan Koleksi Tungau Ektoparasit


2

Pembuatan Preparat Tungau

2

Identifikasi Tungau Ektoparasit

2

Pengamatan Ketotaksi Tungkai

2

Pengukuran Karakter Tubuh Tungau

3

Analisis Data


3

HASIL

3

Persentase tungau yang menginfestasi cicak

4

Ketotaksi

7

Deskripsi Tungau Geckobia

9

Kunci Determinasi Tungau Geckobia


10

Nilai prevalensi dan intensitas infestasi

10

Spesifitas perlekatan tungau pada cicak C. platyurus

10

PEMBAHASAN

12

SIMPULAN

14

Simpulan


14

DAFTAR PUSTAKA

14

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Jumlah individu cicak C. platyurus yang terinfestasi tungau (JI) dan jumlah
individu yang tidak terinfestasi tungau (JT) pada tiga lokasi penangkapan di
Wilayah Depok
4
2 Jumlah dan persentase tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus pada
kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan
jari belakang (h)
4
3 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp1, Geckobia sp4, Geckobia sp5,
Geckobia sp6, Geckobia sp7, dan Geckobia sp10
8
4 Nilai prevalensi dan intensitas infestasi tungau pada cicak C. platyurus pada tiga
lokasi penangkapan di Kota Depok
11
5 Perbandingan tungau yang ditemukan pada cicak C. platyurus di berbagai lokasi 11

DAFTAR GAMBAR
1 Penentuan posisi tungkai. A. Tungkai 1 sampai 4 dan segmentasi tungkai, B.
Pola ketotaksi pada tungkai
2 Fase hidup pada tungau. A. Fase telur, B. Fase larva, C. Fase nimfa
3 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia. A. Bagian tubuh, B. Segmentasi tungkai,
C. Bagian gnatosoma, D. Skutum dorsal
4 Tungau Geckobia. A. Geckobia sp1 (tampak ventral), B. Geckobia sp4 (tampak
dorsal), C. Geckobia sp5 (tampak ventral), D. Geckobia sp6 (tampak ventral), E.
Geckobia sp7 (tampak ventral), F. Geckobia sp10 (tampak ventral)
5 Pola sebaran seta pada tungkai (tibia, genu, femur, dan trochanter) tungau
Geckobia

3
5
5

6
7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta penangkapan cicak di Kota Depok
2 Tipe seta pada tubuh tungau Geckobia

18
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Parasitisme adalah suatu bentuk interaksi antara dua organisme yang salah
satu organisme diuntungkan dan organisme lainnya dirugikan. Interaksi
parasitisme dapat berupa ektoparasit dan endoparasit (Fajfer 2012). Endoparasit
adalah parasit yang hidup dalam tubuh inang sedangkan, ektoparasit adalah parasit
yang hidup dipermukaan luar tubuh inang. Salah satu contoh hewan ektoparasit
adalah tungau parasit (Borror et al. 1992). Sebagai ektoparasit, tungau parasit
hidup dengan menghisap darah, mencari makan pada rambut, bulu, kulit atau
sekresi kulit. Tungau parasit sendiri dapat menyebabkan dermatitis, reaksi alergi
dan timbulnya reaksi sekunder dari infeksi bakteri (Fajfer 2012). Tungau parasit
dapat ditemukan pada seluruh makhluk hidup salah satunya pada reptil (Bauer et
al. 1990). Tungau pada reptil termasuk anggota famili Pterygosomatidae kelas
Arachnida filum Arthropoda (Krantz 1987).
Tungau parasit yang dilaporkan telah menginfestasi cicak Cosymbotus
platyurus di Indonesia adalah Geckobia (Prawasti et al.2013). Ciri umum dari
Geckobia adanya skutum dorsal, mulut, koksa dengan seta kaku (spur), dan
sebaran seta pada tubuh (Lawrence 1936). Tungau Geckobia banyak ditemukan
pada bagian-bagian tubuh cicak seperti ekor, ketiak, lipatan mata, cakar, leher,
dan ruang antar lamela kaki. Menurut Prawasti et al. (2013) tungau Geckobia sp1,
Geckobia sp2, dan Geckobia sp3 menginfestasi cicak C. platyurus. Tungau
Geckobia sp6 dominan menginfestasi cicak C. platyurus pada bagian jari belakang
(Abdussalam 2012), sedangkan tungau Geckobia sp4 dominan menginfestasi pada
bagian telinga (Anggraini 2012).
Cicak C.platyurus termasuk dalam anggota famili Gekkonidae sub ordo
Lacertilia (Sauria) kelas Reptilia. Ciri dari spesies cicak ini adalah tubuh bagian
dorsal berwarna abu-abu hingga kehitaman sedangkan tubuh bagian ventral
berwarna putih, jari melebar, adanya lipatan kulit dikedua sisi tubuh mulai dari
ketiak tungkai depan hingga anterior lekuk paha tungkai belakang, ekor pipih
memanjang dengan pinggir yang bergerigi, dan memiliki moncong yang panjang
(Rooij 1915).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman, intensitas infestasi,
dan nilai prevalensi tungau ektoparasit pada cicak C. platyurus di Wilayah Depok.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari hingga Mei 2014. Sampel cicak
diperoleh dari tiga lokasi yaitu area pasar tradisional, perumahan dan Hutan UI
(Hutan Kota) (Lampiran 1). Pembuatan preparat tungau dan identifikasi tungau

dilakukan di Laboratorium Mikroteknik, Bagian Biosistematika dan Ekologi
Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Penangkapan Cicak dan Koleksi Tungau Ektoparasit
Cicak ditangkap bertahap dengan metode road sampling menggunakan
tangan secara langsung atau dengan bantuan air sabun. Cicak yang telah
ditangkap, diawetkan dalam alkohol 70% serta diberi label sesuai area
penangkapan. Tungau yang melekat pada setiap individu cicak pada bagian kepala
(a), telinga (b), ketiak (c), bagian badan (d), paha (e), ekor (f), tungkai depan (g),
dan tungkai belakang (h) diambil menggunakan sonde. Tungau yang diperoleh
dihitung dan disimpan secara terpisah didalam tabung yang berisi alkohol 70%
berdasarkan tempat pelekatan per individu cicak.
Pembuatan Preparat Tungau
Digunakan media polivinil alkohol untuk pembuatan preparat utuh tungau.
Tungau yang didapatkan diletakkan pada gelas objek, ditetesi media polivinil
alkohol dan ditutup dengan gelas penutup. Preparat dikeringkan diatas hotplate
pada suhu 40oC selama dua minggu (Zhang 1963).
Identifikasi Tungau Ektoparasit
Tungau diidentifikasi menggunakan kunci determinasi Krantz (1978) hingga
tingkat famili dan Lawrence (1936) hingga tingkat genus. Tungau yang termasuk
genus Geckobia dikelompokkan dan diberi nomor mengikuti Prawasti et al.
(2013) .
Pengamatan Ketotaksi Tungkai
Kunci Jack (1964) digunakan untuk pengamatan ketotaksi tungkai dari
tungkai 1 hingga 4. Ketotaksi tungkai merupakan pola sebaran seta pada tungkai.
Tungkai 1
Tungkai 2
Anterior

Tungkai 3

Tungkai 4
Posterior
trochanter
tibia

genu

A

femur

3

Anterior

T1

T2

T3

T4

Posterior

Tibia

5-5-5-5

Genu

0-0-0-0

Femur

2-1-1-1

Trochanter

1-1-1-1

B
Rumus ketotaksi: (5-5-5-5)(0-0-0-0)(2-1-1-1)(1-1-1-1)
Gambar 1 Penentuan posisi tungkai A. Tungkai 1 sampai 4 dan segmentasi
tungkai, B. Pola ketotaksi pada tungkai
Pengukuran Karakter Tubuh Tungau
Pengukuran dilakukan terhadap bagian gnatosoma yaitu kelisera dan palpi,
seta dorsal, seta ventral, panjang, dan lebar tubuh tungau.
Analisis Data
Analisis keberadaan tungau pada tubuh cicak meliputi nilai prevalensi,
intensitas infestasi, dan intensitas total dihitung mengikuti metode Barton &
Richard (1966).
I=
It =
P = x 100%
Keterangan :
P = prevalensi
I = intensitas infestasi tungau
It = intensitas total
n = jumlah cicak yang terinfestasi tungau
ni = jumlah cicak yang terinfestasi tungau spesies (i)
N = jumlah cicak yang diperiksa
T = jumlah total tungau yang menginfestasi cicak
Ti = jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi cicak

HASIL
Cicak C. platyurus didapat sebanyak 140 ekor dari tiga lokasi penangkapan
di wilayah Depok yaitu perumahan (60 ekor), pasar (60 ekor), dan Hutan Kota (20
ekor). Jumlah cicak yang terinfestasi tungau sebanyak 65 ekor dan yang tidak
terinfestasi tungau sebanyak 75 ekor (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah individu cicak C. platyurus yang terinfestasi tungau (JI) dan
jumlah individu yang tidak terinfestasi tungau (JT) pada tiga lokasi
penangkapan di Wilayah Depok
JI

C. platyurus
JT

Total

Perumahan

28

32

60

Pasar

26

34

60

Hutan Kota

11

9

20

Total

65

75

140

Lokasi Penangkapan

Tungau yang ditemukan pada 65 ekor cicak yang terinfestasi sebanyak 246
ekor dan 27 telur. Tungau dari cicak yang ditangkap di pasar dan perumahan,
umumnya melekat pada bagian jari belakang berturut-turut dengan nilai
persentase infestasi sebesar 38.2% dan 37.8%. Tungau pada cicak yang diperoleh
dari Hutan Kota dominan melekat pada pada bagian telinga sebesar 24.6% (Tabel
2).
Persentase tungau yang menginfestasi cicak
Tabel 2 Jumlah dan persentase tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus
pada kepala (A), telinga (B), ketiak (C), badan (D), paha (E), ekor (F),
jari depan (G), dan jari belakang (H)
Tempat
Perlekatan
A
B
C
D
E
F
G
H
Total


10
8
1
11
2
6
18
34

Perumahan
%
11.1
8.9
1.1
12.2
2.2
6.7
20
37.8

90

100.0

Lokasi Penangkapan
Pasar

%
19
16.1
11
9.3
0.0
12
10.2
3
2.5
2
1.7
26
22
45
38.2


13
16
3
3
2
5
13
10

Hutan Kota
%
20
24.6
4.6
4.6
3.1
7.7
20
15.4

118

65

100.0

100.0

Ket: (-) tidak ditemukan tungau ektoparasit

Telur tungau diperoleh sebanyak 27 dengan bentuk membulat kearah
posterior dan terdapat 2 tonjolan dibagian anterior yang berfungsi sebagai alat
untuk melekat, 97 tungau fase larva dengan ciri tungkai tiga pasang, seta jarang
dan belum terbentuk spur dan 70 tungau fase nimfa dengan ciri tungkai empat
pasang, seta jarang, dan spur belum terbentuk sempurna (Gambar 2). Tungau fase
dewasa yang ditemukan sebanyak 79 dengan ciri tubuh terbagi atas tiga tagmata
(gnatosoma, podosoma, dan ophistosoma), gnatosoma dilengkapi dengan kelisera
dan palpi, adanya sebaran seta pada tubuh dengan ukuran dan bentuk yang
bervariasi (Lampiran 2) dan tidak ada segmentasi pada ophistosoma yang
menunjukkan bahwa tungau yang ditemukan termasuk famili Pterygosomatidae.
Ciri yang lain adalah koksa tungkai 1 dan 2 menyatu membentuk koksa anterior,

5
koksa tungkai 3 dan 4 menyatu membentuk koksa posterior dan pada koksa
terdapat spur, menunjukkan bahwa semua tungau yang ditemukan termasuk genus
Geckobia (Gambar 3).

A
B
C
Gambar 2 Fase hidup pada tungau. A. Fase telur, B. Fase larva, C. Fase nimfa
gnatosoma

tibia

tarsus

genu
femur
trochanter

podosoma
idiosoma
ophistosoma

A

kelisera

B

palpi

Skutum dorsal

C
D
Gambar 3 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia. A. Bagian tubuh, B.
Segmentasi tungkai, C. Bagian gnatosoma, D. Skutum dorsal

Pengelompokan tungau dilihat berdasarkan karakter morfologi luar yang
meliputi bentuk tubuh, ukuran tubuh (panjang dan lebar tubuh), motif kutikula,
skutum dorsal, seta dorsal (seta anterior, seta median, dan seta posterior), seta
ventral, gantosoma (spur palpal tibia, seta palpa tibia, dan panjang kelisera), dan
ketotaksi.
Berdasarkan 12 karakter morfologi yang telah diamati (Tabel 3), tungau
yang ditemukan dapat dikelompokkan menjadi enam spesies tungau Geckobia
yaitu tungau Geckobia sp1 sebanyak 1 individu, Geckobiasp4 sebanyak 28
individu, Geckobiasp5 sebanyak 22 individu, Geckobiasp6 sebanyak 10 individu,
Geckobiasp7 sebanyak 9 individu, dan Geckobiasp10 sebanyak 9 individu
(Gambar 4). Penomoran tungau tersebut mengikuti Abdussalam (2012) dan
Prawasti et al. (2013).

A

B

C

D
E
F
Gambar 4 Tungau Geckobia. A. Geckobia sp1 (tampak ventral), B. Geckobia
sp4 (tampak dorsal), C. Geckobia sp5 (tampak ventral), D. Geckobia
sp6 (tampak ventral), E. Geckobia sp7 (tampak ventral), F. Geckobia
sp10 (tampak ventral)

7
Ketotaksi
Ketotaksi merupakan pola sebaran seta pada tubuh (dorsal, ventral, dan
tungkai) dari tungkai 1 sampai tungkai 4 pada bagian tibia, genu, femur, dan
trochanter. Pengamatan berdasarkan ketotaksi berfungsi sebagai salah satu ciri
pembeda antar spesies (Gambar 5).
Anterior T1
T2
T3 T4
Posterior
Ti

Ge
Fe
Troch
Geckobia sp1

Geckobia sp4

Geckobia sp5

Geckobia sp6

Geckobia sp7

Geckobia sp10

Ket : Seta dorsal, seta ventral, seta antero-lateral, seta postero-lateral. (T1) tungkai 1, (T2) tungkai 2,
(T3) tungkai 3, (T4) tungkai 4, (Ti) tibia, (Ge) genu, (Fe) femur, (Troch) trochanter.

Gambar 5 Pola sebaran seta pada tungkai (tibia, genu, femur, dan trochanter)
tungau Geckobia.

No
1
2

Pembeda
Bentuk tubuh
Ukuran tubuh :
a. Panjang
b. Lebar

G1
Bulat

G4
Bulat lateral

G5
Bulat lateral

G6
Bulat lateral

G7
Bulat

G10
Bulat lateral

+ 500
+ 600

+ 168
+ 188

+ 335
+ 394

+ 398
+ 411

+ 529
+ 565

+ 437
+ 470

3

Skutum dorsal

Besar, 14 serrate

Kecil, 4 serrate

Besar, 14 serrate

Kecil, 8 serrate

Sedang, 14 pilose

Besar, 16 serrate

4
5

Motif kutikula
Seta dorsal :
a. Anterior (tipe;panjang)
b. Median (tipe;panjang)
c. Posterior (tipe;panjang)
Seta ventral
Gnatosoma :
a. Spur palpal tibia
b. Seta palpal tibia
c. Panjang kelisera
Tungkai 1
a. Seta pada koksa
b. Spur pada trochanter
Tungkai 2
a. Jumlah spur pada koksa
b. Spur pada trochanter
Tungkai 3 dan 4
a. Jumlah spur pada koksa
b. Spur pada trochanter
Kaetotaksi

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Tidak ada
Serrate; 40
Serrate; 42.5
Serrate; 47.5

Tidak ada
Serrate; 42
Serrate; 38.5
Serrate;21

Tidak ada
Pilose; 44
Pilose;65
Pilose;37.5

Tidak ada
Serrate;35.5
Serrate;61.5
Simple;37.5

Pilose; 34.25
Serrate; 34
Serrate; 49.5
Pilose; 20.75

Tidak ada
Pilose; 43.75
Pilose;59.25
Pilose; 30.25

Tidak ada
Simple; 35
100

Ada; serrate
Simple;29.5
64

Ada; serrate
Pilose; 41.25
107.5

Ada; pilose
Simple; 35.5
93.5

Ada; serrate
Simple; 49
125.5

Tidak ada
Pilose; 37
104.5

Ada-2-simple
Tidak ada

Ada-2-simple
Ada-serrate

Ada-2-simple
Ada-serrate

Ada-2-simple
Ada-serrate

Ada-2-simple
Tidak ada

Ada-2-simple
Tidak ada

2-serrate
Tidak ada

2-pilose
Ada-serrate

2-serrate
Ada-serrate

2-lanceolate serrate
Tidak ada

2-serrate
Tidak ada

2-serrate
Ada-serrate

3-serrate
Tidak ada
(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(2-1-1-1)
(1-1-1-1)

3-serrate
Tidak ada
(5-5-5-5)
(1-0-0-1)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

7-serrate
Ada-serrate
(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

4-pilose
Ada-2-serrate
(5-5-5-5)
(1-0-0-1)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

3-serrate
Tidak ada
(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(2-1-1-1)
(1-0-0-0)

6-serrate
Ada-2-serrate
(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

6
7

8

9

10

11

8

1
Tabel 3Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp1, Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6, Geckobia sp7, dan Geckobia sp10

9
Deskripsi Tungau Geckobia
A. Geckobia sp 1
Bentuk tubuh bulat, panjang tubuh + 500µm, lebar tubuh + 600µm, skutum
dorsal besar bertipe serrate, seta dorsal bertipe serrate, seta ventral bertipe
serrate, spur palpal tibia tidak ada, seta palpal tibia bertipe simple, panjang
kelisera + 100µm, spur pada trochanter tungkai 1 tidak ada, spur pada trochanter
tungkai 2 tidak ada, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 3 dengan tipe
serrate, ketotaksi (5-5-5-5)(0-0-0-0)(2-1-1-1)(1-1-1-1)
B. Geckobia sp 4
Bentuk tubuh bulat lateral, panjang tubuh + 168µm, lebar tubuh + 188µm,
skutum dorsal kecil bertipe serrate, seta dorsal bertipe serrate, seta ventral bertipe
serrate, spur palpal tibia bertipe serrate, seta palpal tibia bertipe simple, panjang
kelisera + 64µm, spur pada trochanter tungkai 1 bertipe serrate, spur pada
trochanter tungkai 2 bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 3
dengan tipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5)(1-0-0-1)(3-2-2-2)(1-1-1-1)
C. Geckobia sp 5
Bentuk tubuh bulat lateral, panjang tubuh + 335µm, lebar tubuh + 394µm,
skutum dorsal besar bertipe serrate, seta dorsal bertipe pilose, seta ventral bertipe
pilose, spur palpal tibia bertipe serrate, seta palpal tibia bertipe pilose, panjang
kelisera + 107.5µm, spur pada trochanter tungkai 1 bertipe serrate, spur pada
trochanter tungkai 2 bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 7
dengan tipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5)(0-0-0-0)(3-2-2-2)(1-1-1-1)
D. Geckobia sp 6
Bentuk tubuh bulat lateral, panjang tubuh +398µm, lebar tubuh +411µm,
skutum dorsal kecil bertipe serrate, seta dorsal bertipe serrate, seta ventral bertipe
simple, spur palpal tibia bertipe pilose, seta palpal tibia bertipe simple, panjang
kelisera + 93.5µm, spur pada trochanter tungkai 1 bertipe serrate, spur pada
trochanter tungkai 2 bertipe lanceolateserrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4
berjumlah 4 dengan tipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5)(1-0-0-1)(3-2-2-2)(1-1-1-1)
E. Geckobia sp 7
Bentuk tubuh bulat, panjang tubuh +529µm, lebar tubuh +565µm, skutum
dorsal sedang bertipe pilose, seta dorsal bertipe serrate, seta ventral bertipe pilose,
spur palpal tibia bertipe serrate, seta palpal tibia bertipe simple, panjang kelisera +
125.5µm, spur pada trochanter tungkai 1 tidak ada, spur pada trochanter tungkai 2
bertipe tidak ada, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 3 dengan tipe
serrate, ketotaksi (5-5-5-5)(0-0-0-0)(2-1-1-1)(1-0-0-0)
F. Geckobia sp 10
Bentuk tubuh bulat lateral, panjang tubuh + 437µm, lebar tubuh + 470µm,
skutum dorsal besar bertipe serrate, seta dorsal bertipe pilose, seta ventral bertipe
pilose, spur palpal tibia bertipe tidak ada, seta palpal tibia bertipe pilose, panjang
kelisera + 104.5µm, spur pada trochanter tungkai 1 bertipe tidak ada, spur pada
trochanter tungkai 2 bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 2
dengan tipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5)(0-0-0-0)(3-2-2-2)(1-1-1-1)

10
Berdasarkan 12 karakter morfologi yang telah diamati (Tabel 3), dibuat
kunci determinasi tungau Geckobia yang ditemukan pada cicak di Kota Depok.
Kunci Determinasi Tungau Geckobia
1.a. Bentuk tubuh bulat............................................................................................2
b. Bentuk tubuh bulat lateral.................................................................................3
2.a. Skutum dorsal dengan seta bertipe serrate...................................Geckobia sp1
b. Skutum dorsal dengan seta bertipe pilose.....................................Geckobia sp7
3.a. Memiliki spur palpal tibia.................................................................................4
b.Tidak memiliki spur palpal tibia .................................................Geckobia sp10
4.a. Spur pada koksa tungkai 3 dan 4 bertipe serrate..............................................5
b. Spur pada koksa tungkai 3 dan 4 bertipe pilose........................... Geckobia sp6
5.a. Spur pada koksa tungkai 2 bertipe pilose......................................Geckobia sp4
b. Spur pada koksa tungkai 2 bertipe serrate....................................Geckobia sp5
Nilai prevalensi dan intensitas infestasi
Nilai prevalensi adalah persentase individu cicak yang terinfestasi oleh
tungau. Prevalensi keberadaan tungau ektoparasit pada cicak yang ada di Hutan
Kota adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 55%, diikuti area perumahan dan
pasar sebesar 46.67% dan 43.33%. Intensitas infestasi merupakan nilai rata-rata
jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi setiap individu cicak. Pada area
perumahan cicak C. platyurus terinfestasi oleh 6 spesies tungau G1, G4, G5, G6,
G7, dan G10 dengan nilai infestasi tertinggi pada tungau G6 (4.0). Pada area pasar
cicak C. platyurus terinfestasi oleh 5 spesies tungau yaitu G4, G5, G6, G7, dan
G10 dengan nilai infestasi tertinggi pada tungau G4 dan G5 (3.0). Sedangkan pada
Hutan Kota cicak C. platyurus terinfestasi oleh 3 spesies tungau yaitu G5, G6, dan
G10 masing-masing memiliki nilai infestasi yang sama sebesar 1.0. Intensitas
infestasi total merupakan jumlah total tungau yang menginfestasi setiap individu
cicak yang terinfestasi tungau. Nilai intensitas infestasi total tertinggi terdapat
pada area Hutan Kota (4.6), diikuti area pasar (4.3) dan perumahan (3.0) (Tabel 4).
Spesifitas perlekatan tungau pada cicak C. platyurus
Kemampuan beberapa spesies tungau untuk menginfestasi satu spesies cicak
disebut dengan spesifitas perlekatan tungau. Cicak C. platyurus yang ditemukan
di berbagai lokasi penangkapan diinfestasi oleh beberapa jenis tungau. Jumlah
tungau tertinggi yang menginfestasi cicak C. platyurus dari beberapa lokasi
penangkapan terdapat pada tungau G4 dan G6, sedangkan jumlah terendah pada
tungau G8 (Tabel 5).

9
Tabel 4 Nilai prevalensi dan intensitas infestasi tungau pada cicak C. platyurus pada tiga lokasi penangkapan di Kota Depok
C. platyurus
%P

Jumlah tungau dan Intensitas infestasi1

Lokasi Penangkapan
Larva

Nimfa

G1

G4

G5

G6

G7

G10

Total

Perumahan

46.67

36
(2.8)

22
(2.2)

1
(1.0)

10
(2.0)

3
(1.0)

4
(4.0)

5
(1.7)

3
(1.5)

84
(3.0)

Pasar

43.33

35
(5.0)

27
(2.5)

0.0

18
(3.0)

18
(3.0)

4
(1.3)

4
(1.3)

5
(1.25)

111
(4.3)

Hutan Kota

55

26
(6.5)

21
(3.5)

0.0

0.0

1
(1.0)

2
(1.0)

0.0

1
(1.0)

51
(4.6)

Ket:1 angka di atas tanda kurung adalah jumlah tungau dan angka di dalam kurung adalah intensitas infestasi

Tabel 5 Perbandingan tungau yang ditemukan pada cicak C. platyurus di berbagai lokasi
Nama

Lokasi

Spesies tungau
G1

G2

G4

G5

G6

G7

G8

G10

G12

G13

G17

%P

It

Abdussalam

Cianjur

-

-

9

2

103

2

-

2

80

-

-

74.38

4

Anggraini

Tangerang

-

-

174

1

59

7

1

-

-

-

-

78.95

4.2

Handayani

Jakarta

4

2

-

3

5

-

-

-

-

-

-

27.59

1.53

Nurhidayat

Sumedang

21

11

-

13

39

-

-

30

-

2

2

91

2.27

Zakky

Depok

1

-

28

22

10

9

-

9

-

-

-

46.4

3.9

Ket : - tidak ditemukan spesies tungau

11

12

PEMBAHASAN
Cicak C. platyurus terinfestasi tungau sebesar 46.6% di wilayah Depok.
Pada 25 wilayah penangkapan di Indonesia, cicak C. platyurus terinfestasi tungau
sebesar 15.5% (Prawasti et al. 2013). Cicak C. platyurus di Jakarta, Tangerang,
Cianjur, dan Sumedang terinfestasi tungau masing-masing sebesar 27.6%, 60.5%,
74.4%, dan 93.8% (Abdussalam 2012; Anggraini 2012; Nurhidayat 2013;
Handayani 2013). Berdasarkan data tersebut, lokasi penangkapan cicak tidak
berpengaruh terhadap tingkat infestasi tungau. Kontak fisik pada cicak seperti
perkawinan, perkelahian dan bersarang bersama menyebabkan cicak dapat
terinfestasi oleh tungau (Rivera et al. 2003). Sehingga, penyebaran tungau lebih
disebabkan karena interaksi fisik antar cicak.
Seluruh bagian tubuh cicak dapat diinfestasi oleh tungau. Tungau pada cicak
C. platyurus yang ditemukan di pasar dan perumahan dominan melekat pada jari
belakang masing-masing sebesar 37.3% dan 38.2%. Pada Hutan Kota bagian
perlekatan terbanyak terdapat pada tymphani sebesar 24.6%. Sesuai dengan
penelitian ini, penelitian Abdussalam (2012) dan Prawasti et al. (2013) juga
menemukan bahwa pelekatan tungau pada cicak C. platyurus dominan pada jari
belakang. Jari belakang merupakan tempat yang aman bagi tungau untuk
berlindung dari gesekan. Disamping itu tungau pada cicak C. platyurus juga
menyukai tempat pelekatan di bagian tymphani seperti yang dilaporkan oleh
Anggraini (2012) dan Heryanto (2013).
Tungau mengalami metamorfosis tidak sempurna yaitu dimulai dari fase
telur, larva, nimfa, dan dewasa tanpa fase pupa (Gerson et al. 2003). Menurut
Ermilov dan Lochynska (2008), dari fase telur hingga dewasa durasi
perkembangan tungau relatif lebih lambat pada daerah dingin dibandingkan
daerah hangat dengan kisaran suhu 25-30oC. Pada penelitian initungau fase telur,
larva, dan nimfa yang didapatkan lebih banyak dibandingkan fase dewasa.
Kemungkinan kondisi ini disebabkan karena pengambilan sampel cicak dilakukan
pada musim hujan yaitu bulan Januari hingga Maret (suhu lingkungan rendah).
Tungau dewasa yang ditemukan di wilayah Depok sebanyak 79 individu
dengan ciri-ciri adanya skutum dorsal, mulut, koksa dengan seta kaku (spur), dan
sebaran seta pada tubuh. Berdasarkan Lawrence (1936) tungau tersebut termasuk
genus Geckobia. Tungau Geckobia menginfestasi cicak C. platyurus di beberapa
kota di Jawa Barat antara lain Cianjur, Tangerang, Bekasi, Sumedang, dan Bogor
(Abdussalam 2012; Anggraini 2012; Nurhidayat 2013; Fitriana 2013; Soleha
2006) dan di beberapa wilayah di Indonesia (Prawasti et al. 2013).
Berdasarkan pengamatan 12 karakter morfologi luar tubuh, tungau
Geckobia yang didapatkan di wilayah Depok dikelompokkan ke dalam enam
spesies yaitu G1, G4, G5, G6,G7, dan G10. Cicak C. platyurus di Muara Angke
Jakarta terinfestasi oleh 4 spesies tungau yaitu G1, G2, G5, dan G6 (Handayani
2013), sedangkan di Sumedang cicak C. platyurus terinfestasi oleh 7 spesies
tungau yaitu G1, G2, G5, G6, G10, G12, dan G13 (Nurhidayat 2013). Menurut
Bertrand et al. (1999) cicak C. platyurus dominan terinfestasi oleh tungau G.
clelandi Hirst, G. cosymboti Cuy, dan G. glebosum n sp.
Tungau G4 dan G6 yang ditemukan pada cicak C. platyurus dominan
menginfestasi bagian telinga dan mata sebesar 14.3% dan 15.7%. Penelitian yang

13
telah dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan melaporkan bahwa pada bagian
telinga dan mata terinfestasi sebesar 18.6% dan 11.7% oleh tungau G4 dan G12
(Ratnasari komunikasi pribadi 24 Juli 2014). Abdussalam (2012) melaporkan
bahwa tungau G4, G6, dan G12 dominan menginfestasi bagian telinga dan mata
sebesar 13.2% dan 21%. Tungau G4 dan G6 memiliki panjang kelisera kurang
dari 100µm, relatif lebih pendek dibandingkan panjang kelisera tungau lainnya.
Dominansi bagian perlekatan tungau kemungkinan berkaitan dengan struktur
panjang kelisera dan tebal lapisan integumen pada cicak C. platyurus (Heryanto
2013).
Identifikasi lebih lanjut dilakukan dengan melihat ketotaksi. Ketotaksi
merupakan pola sebaran seta pada tubuh bagian dorsal, ventral dan tungkai
(tungkai 1 sampai 4). Pengamatan ketotaksi tungkai berdasarkan sebaran seta dari
tungkai 1 hingga 4 pada bagian trochanter, femur, genu dan tibia (Jack 1964).
Tungau G5 dan G10 memiliki ketotaksi yang sama dengan G. Gleadoviana yaitu
(5-5-5-5)(0-0-0-0)(3-2-2-2)(1-1-1-1), tungau G4 dan G6 termasuk dalam
kelompok Geckobia grup 1 dengan ketotaksi (5-5-5-5)(1-0-0-1)(3-2-2-2)(1-1-1-1)
(Jack 1964). Tungau G1 dan G7 mempunyai ketotaksi yang berbeda dengan
ketotaksi Geckobia yang sudah ditemukan oleh Jack (1964). Spesies baru tidak
ditemukan dalam penelitian ini.
Prevalensi keberadaan tungau ektoparasit pada cicak yang ada di Hutan
Kota adalah yang paling tinggi yang mencapai 55%. Hutan Kota merupakan
kawasan terbuka namun lokasi pengambilan sampel satu dengan yang lainnya
terhalang oleh bangunan. Oleh karena itu, interaksi antar cicak menjadi lebih
intensif sehingga nilai cicak yang terinfestasi tungau menjadi lebih besar.
Akibatnya, nilai prevalensi cicak yang terinfestasi oleh tungau menjadi lebih
tinggi. Berbeda dengan Anggraini (2012), nilai prevalensi cicak terinfestasi
tungau tertinggi di area pasar sebesar 97.4%, sedangkan Handayani (2013) nilai
prevalensi tertinggi terdapat pada Suaka Margasatwa Muara Angke sebesar
41.67%. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa lokasi penangkapan tidak
selalu berhubungan dengan nilai prevalensi.
Nilai infestasi tertinggi pada cicak C. platyurusdi perumahan dan Hutan
Kota oleh tungau G6 sebesar 4.0 dan 1.0, sedangkan area pasar nilai infestasi
tertinggi oleh tungau G4 sebesar 3.0. Tungau G1 di Suaka Margasatwa Muara
Angke memiliki nilai infestasi tertinggi sebesar 2.0, sedangkan tungau G4 pada
area pasar di Tangerang memiliki nilai infestasi tertinggi sebesar 4.9 (Anggraini
2012; Handayani 2013). Dari data tersebut menunjukkan bahwa infestasi tungau
pada cicak C. platyurus bersifat tidak spesifik. Cicak C. platyurus dapat
diinfestasi oleh lebih dari satu spesies tungau. Nilai intensitas infestasi total
tertinggi terdapat pada area Hutan Kota dengan nilai 4.6, berbeda dengan
Anggraini (2012) yang menyatakan bahwa nilai infestasi total tertinggi terdapat
pada pasar di Tangerang sebesar 6.1 yang mengindikasikan bahwa nilai intensitas
infestasi total tidak selalu berhubungan dengan lokasi penangkapan.

14

SIMPULAN
Simpulan
Cicak yang berhasil ditangkap sebanyak 140 ekor. Tungau yang berhasil
ditemukan sebanyak 246 ekor yang kesemuanya bisa dikelompokkan dalam genus
Geckobia famili Pterygosomatidae. Identifikasi morfologi lebih lanjut
mengelompokkan tungau menjadi G1, G4, G5, G6, G7, dan G10. Identifikasi
sampai ke tingkat spesies berdasarkan ketotaksi menemukan bahwa G5 dan G10
memiliki ketotaksi yang sama denganG. gleadoviana, G4 dan G6 termasuk dalam
kelompok Geckobia grup 1, sedangkan ketotaksi G1 dan G7 belum ditentukan
sebelumnya. Prevalensi keberadaan tungau ektoparasit pada cicak di Hutan Kota
adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 55%. Nilai infestasi tertinggi (4.0)
ditemukan pada cicak yang ada di perumahan oleh G6 dan nilai infestasi total
tertinggi terdapat pada area Hutan Kota sebesar 4.6.

DAFTAR PUSTAKA
Abdussalam RA. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada
cicak di Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Anggraini S. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di
perumahan dan pasar kota Tangerang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Barton DP, Richards SJ. 1996. Helminth infracommunities in Litoria
genimaculata(Amphibia: Anura) from Birthday Crek, an upland rainforest
stream in Northern Queensland, Australia. Int J Parasitol. 26:1381-1385
Bauer AM, Russell AP, Dollahon NR. 1990. Skin folds in the gekkonid lizard
genus Rhacodactylus: a natural test of the damage limitation hypothesis of
mites pocket function. Can. J. Zool. 68: 1196-1201.
Bertrand M, Paperna I, Finkelman S. 1999. Pterygosomatidae: Description et
observ-ations sur les genres Pterygosoma, Geckobia, Zonurobia et Hirstiella
(Acari: Actinedida). Acarologia. 60: 277-304
Borror DJ, Triplehorn, CA, Johnson, NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga
Edisi Keenam. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Ermilov SG, Lochynska M. 2008. The Influence of Temperature onthe
Development Time of Three Oribatid Mite Species (Acari, Oribatida).NorthWestern Zool 4: 274-281.
Fajfer M. 2012. Acari (Chelicerata) - Parasite of Reptiles. Acarina. 20 (2): 108–
129
Fitriana S. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di
sekitar dan di luar kawasan industri Tambun Kota Bekasi [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Gerson U, Smiley RL, Ochoa R. 2003. Mites (Acari) for Pest Control.(UK):
Blackwell Science Ltd.

15
Handayani NM. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak
di pasar dan Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
Heryanto A. 2013. Telaah korelasi bagian integumen cicak terhadap distribusi
tungau ektoparasit [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Jack KM. 1964. Leg chaetotaxy with special reference to the Pterygosomatidae
(Acarina). Ann Ntal Mus. 16: 152-171.
Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed. ke-2. Covallis (US): Oregon Univ
Lawrence RF. 1936.The prostigmatic mites of South African lizard.Parasitology
28:1-39.
Nurhidayat HS. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak
di Kabupaten Sumedang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Prawasti TS, Farajallah A, Raffiudin R. 2013. Three Species of Ectoparasite Mites
(Acari: Pterygosomatidae) Infested Geckos in Indonesia. HayatiJ Biosci.
20(2):80-88.doi:10.4308/hjb.20.2.80.
Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J. 2003. Hemidactylus
mabouia(Sauria: Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli (Actinedida:
Pterygosomatidae), throughout the Caribbean on South America. Carib J
Sci39: 321-326.
Rooij N de. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia,
Chelonia, Emydosauria. Leiden (NL): E.J. Brill, Ltd.
Soleha I. 2006.Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di
Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor..
Zhang ZQ. 1963. Mites of Greenhouses: Identification, Biology and Control .
Wallingford (ID): CABI Publ.

16

17

LAMPIRAN

18
Lampiran 1Peta penangkapan cicak di Kota Depok

U

Keterangan:
: daerah penangkapan Utara (Hutan Kota)
: daerah penangkapan Selatan (Perumahan Taman Anyelir)
: daerah penangkapan Barat (Perumahan Tanah Baru)
:daerah penangkapan Timur (Perumnas Depok, Pasar Agung dan
Pasar Musi )

19
Lampiran 2Tipe seta pada tubuh tungau Geckobia (Zang 1963)

Tipe simple

Tipe pilose

Tipe serrate

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Painan pada tanggal 27 Juni 1992 dari pasangan Edi
Triono S.Sos dan Hindun Diana. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6
Depok pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur penerimaan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis
memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar tahun
2013-2014 Fisiologi Tumbuhan Dasar tahun 2014,dan Avertebrata tahun 2014.
Penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) sebagai
anggota PSDM pada tahun 2012. Selama menempuh studi di Departemen Biologi,
penulis melakukan kegiatan studi lapang mengenai “Identifikasi Makrofungi yang
Tumbuh di Kayu di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Cipanas-Jawa
Barat” tahun 2012 dan praktik lapang di PT. Indolakto Jakarta mengenai
“Pengendalian Mutu pada Produksi Susu Pasteurisasi di PT. Indolakto Jakarta”
pada tahun 2013.