Keanekaragaman Tungau Ektoparasit Pada Cicak Hemidactylus Di Depok

KEANEKARAGAMAN TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK
HEMIDACTYLUS DI DEPOK

RIZKY HANDAYANI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Tungau Ektoparasit pada Cicak Hemidactylus di Depok adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Rizky Handayani
NIM G34100079

ABSTRAK
RIZKY HANDAYANI. Keanekaragaman Tungau Ektoparasit pada Cicak
Hemidactylus di Depok. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan
ACHMAD FARAJALLAH.
Salah satu ektoparasit pada cicak Hemidactylus adalah tungau Geckobia
famili Pterygosomatidae. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman,
prevalensi, intensitas infestasi, ketotaksi, dan intensitas total tungau ektoparasit
pada cicak Hemidactylus di Depok. Tungau diambil dari kepala, mata, bagian
badan, paha, ekor, jari depan, dan jari belakang, kemudian diawetkan dalam
alkohol 70%. Tungau dipreparasi menggunakan metode whole mount dengan
media polivinil alkohol (PVA). Pada penelitian ini ditemukan 107 ekor cicak dan
sembilan spesies tungau ektoparasit, yaitu Geckobia sp1, G2 (Geckobia
glebosum), Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp7, Geckobia sp10, Geckobia
sp11, Geckobia sp13, dan Geckobia sp14. Prevalensi infestasi tungau pada cicak

H. garnotii sebesar 85.18%, pada H. frenatus sebesar 84.61%. Intensitas infestasi
tungau tertinggi cicak H. garnotii adalah tungau G1, sedangkan cicak H. frenatus
adalah tungau G. glebosum. Intensitas total tungau tertinggi adalah cicak H.
garnotii. Berdasarkan ketotaksi tungkai, G2 adalah G. glebosum, tungau G5 dan
G11 termasuk kelompok G. indica, G10 dan G14 termasuk kelompok G.
gleadoviana, G13 termasuk kelompok G. keegani, dan G4 termasuk kelompok
Geckobia grup 1.
Kata kunci: ektoparasit, Geckobia, Hemidactylus, ketotaksi, tungau

ABSTRACT
RIZKY HANDAYANI. Diversity Ectoparasites Mites on Hemidactylus Lizard in
Depok. Supervised by: TARUNI SRI PRAWASTI and ACHMAD
FARAJALLAH.
One of ectoparasites on Hemidactylus lizard are Geckobia mites of family
Pterygosomatidae. This research aimed to determine the diversity, prevalence,
infestation intensity, chaetotaxy, and total intensity of ectoparasites mites on
Hemidactylus lizard in Depok. Mites were taken from head, eyes, a part of body,
thigh, tail, front finger, and back finger, then preserved in 70% alcohol. Mites
were prepared on whole mount method using polyvinyl alcohol (PVA). This
research found 107 of lizard and nine species of ectoparasites mites namely

Geckobia sp1, G2 (Geckobia glebosum), Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia
sp7, Geckobia sp10, Geckobia sp11, Geckobia sp13, and Geckobia sp14.
Prevalence mite on lizard H. garnotii was 85.18%, and H. frenatus was 84.61%.
The highest of mite infection intensity on lizard H. garnotii was mite G1, and H.
frenatus was mite G. glebosum. The highest infection intensity of mite was on H.
garnotii. Leg chaetotaxy observations indicated that mites G2 is G. glebosum, G5
and G11 including Geckobia indica group, G10 and G14 including G.
gleadoviana group, G13 including G. keegani group, and G4 including Geckobia
group 1.
Keywords: ectoparasites, Geckobia, Hemidactylus, chaetotaxy, mites

KEANEKARAGAMAN TUNGAU EKTOPARASIT PADA
CICAK HEMIDACTYLUS DI DEPOK

RIZKY HANDAYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini berjudul “Keanekaragaman
Tungau Ektoparasit pada Cicak Hemidactylus di Depok”. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dra Taruni Sri Prawasti, MSi dan Dr
Ir Achmad Farajallah, MSi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan ilmu
yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah.
Terima kasih kepada penguji wakil komisi pendidikan Nina Ratna Djuita, SSi,
MSi atas saran dan masukannya. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua

orang tua tercinta, saudara, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan
dukungan, doa, semangat, dan bantuannya selama melaksanakan penelitian dan
penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Tini dan Mbak Maesyaroh selaku laboran yang telah banyak memberikan bantuan
selama pengamatan di laboratorium, seluruh teman seperjuangan di Biologi 47,
Geckosister’s (Fia, Ratna, dan Cut Tina), dan Sahabat (Ebi, Yuli, dan Siti), serta
rekan-rekan penulis atas segala dukungan dan bantuan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Rizky Handayani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE

1


Waktu dan Tempat

1

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit

2

Pengukuran Karakter Tubuh Tungau

2

Identifikasi Tungau Ektoparasit

2

Analisis Data

3


HASIL

4

Distribusi dan Prevalensi Cicak

4

Perlekatan Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak

4

Identifikasi Tungau Ektoparasit

5

Ketotaksi

6


Deskripsi Spesies Geckobia

9

Kunci Determinasi Spesies Geckobia

11

Intensitas Infestasi dan Intensitas Total Tungau pada Cicak

11

Tungau Ektoparasit pada Cicak Hemidactylus di Berbagai Daerah

11

PEMBAHASAN

14


SIMPULAN

15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR TABEL
1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (JC), jumlah cicak yang
terinfestasi tungau (JL), prevalensi (P) dua spesies cicak di tiga lokasi

penangkapan di Depok
2 Jumlah dan persentase (%) tungau yang menginfestasi cicak H. garnotii
dan H. frenatus pada kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha
(e), ekor (f), jari depan (g), dan jari belakang (h)
3 Perbandingan ciri-ciri tungau G1, G2, G4, G5, G7, G10, G11, G13, dan
G14 pada cicak H. garnotii dan H. frenatus di Depok
4 Jumlah tungau, intensitas infestasi, dan intensitas total cicak H. garnotii
dan H. frenatus pada masing-masing lokasi penangkapan di Depok
5 Keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak H. garnotii di beberapa
daerah
6 Keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak H. frenatus di beberapa
daerah

4

4
8
12
13
13

DAFTAR GAMBAR
1 (A) Posisi tungkai 1 sampai tungkai 4 dan segmen tungkai tungau, (B)
pola sebaran seta (ketotaksi) pada tungkai tungau. seta dorsal, seta
ventral, seta antero lateral, seta postero lateral, (T1) tungkai 1, (T2)
tungkai 2, (T3) tungkai 3, (T4) tungkai 4
2 Tungau Famili Pterygosomatidae. (A) bagian-bagian tubuh tungau
(tampak ventral), (B) gnathosoma
3 (A) Skutum dorsal dan motif kutikula (tampak dorsal), (B) koksa, spur,
dan seta (tampak ventral)
4 Tungau Geckobia (tampak ventral). Geckobia sp.1 (G1), Geckobia sp.2
(G2), Geckobia sp.4 (G4), Geckobia sp.5 (G5), Geckobia sp7 (G7),
Geckobia sp.10 (G10), Geckobia sp.11 (G11), Geckobia sp.13 (G13),
dan Geckobia sp.14 (G14)
5 Pola sebaran seta pada tibia, genu, femur, dan trokhanter tungau
Geckobia. Seta dorsal, seta ventral, seta antero lateral, dan seta postero
lateral. tungkai 1 (T1), tungkai 2 (T2), tungkai 3 (T3), tungkai 4 (T4),
tibia (Ti), genu (Ge), femur (Fe), trokhanter (Tro)
6 Fase hidup tungau Geckobia. (A) fase telur, (B) fase larva (tampak
dorsal), (C) fase nimfa, dan (D) fase imago (tampak ventral)

3
5
5

6

7
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta penangkapan cicak di Depok
2 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia
3 Glosarium

19
19
20

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ektoparasit merupakan organisme parasit yang hidup di permukaan tubuh
inang. Ektoparasit melekat pada bagian-bagian tubuh hewan yang tidak terjangkau
oleh kegiatan hewan (Bochkov 2009). Kebanyakan ektoparasit berasal dari kelas
insekta dan arachnida (Borror et al. 1992). Fajfer (2012) melaporkan, tungau
merupakan salah satu ektoparasit pada reptil. Salah satu reptil yang menjadi inang
tungau ektoparasit adalah cicak. Dua spesies cicak (Squamata: Gekkonidae) yang
banyak ditemukan di Depok adalah Hemidactylus garnotii dan H. frenatus. Cicak
H. garnotii dicirikan dengan tubuh bagian dorsal berwarna abu-abu, ekor agak
pipih memanjang dengan tepi bergerigi, dan tidak terdapat lipatan kulit pada
kedua sisi badannya. Cicak H. frenatus dicirikan dengan tubuh bagian dorsal
berwarna abu-abu kecokelatan, ekor bulat memanjang, dan tidak terdapat lipatan
kulit pada kedua sisi badannya (Rooij 1915).
Cicak H. garnotii dan H. frenatus dilaporkan telah menjadi inang bagi
tungau Geckobia (Andrei et al. 2000). Menurut Lawrence (1936), ciri umum dari
tungau Geckobia adalah keberadaan skutum dorsal, mulut, koksa dengan seta
kaku (spur), dan sebaran seta pada tubuh. Tungau Geckobia termasuk famili
Pterygosomatidae dikenal sebagai parasit penghisap darah (Fajfer 2012).
Keberadaan tungau pada tubuh inang dapat menimbulkan beberapa gangguan
patologis antara lain anemia dan kulit gatal (Walter dan Proctor 1999). Cicak
dapat terinfestasi tungau Geckobia melalui kontak fisik seperti aktivitas seksual,
perkelahian, dan hidup bersama dalam satu sarang (Rivera et al. 2003). Prawasti
et al. (2013) melaporkan bahwa, tungau pada cicak H. garnotii dan H. frenatus
dominan melekat di bagian jari belakang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman, nilai prevalensi,
intensitas infestasi, intensitas total, dan pola sebaran seta (ketotaksi) pada tungkai
tungau ektoparasit pada cicak Hemidactylus di Depok.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2014.
Pengambilan sampel dilakukan di sekitar kawasan perumahan, pasar, dan hutan
Universitas Indonesia (hutan kota), Depok. Identifikasi tungau dan pembuatan
preparat tungau dilakukan di Laboratorium Mikroteknik, Bagian Biosistematika
dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.

2

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit
Koleksi cicak di pasar, perumahan, dan hutan UI (hutan kota) dilakukan
dengan metode road sampling (menyusuri seluruh wilayah). Cicak ditangkap
langsung menggunakan tangan atau dengan bantuan air sabun. Cicak diberi label
berdasarkan wilayah penangkapan diawetkan dalam alkohol 70%. Tungau yang
melekat pada setiap individu cicak yaitu di bagian (a) kepala, (b) telinga, (c)
ketiak, (d) badan, (e) paha, (f) ekor, (g) jari depan, dan (h) jari belakang, diambil
dengan menggunakan sonde. Jumlah tungau dihitung dan disimpan secara terpisah
dalam tabung (tube) berisi alkohol 70% berdasarkan tempat perlekatan pada tubuh
cicak.
Pembuatan Preparat Tungau
Tungau ektoparasit dibuat sediaan utuh (whole mount) dengan media
polivinil alkohol (Zhang 1963). Tungau yang telah diawetkan dalam tube yang
berisi alkohol 70% diletakkan pada gelas objek, selanjutnya ditetesi dengan media
polivinil alkohol, ditutup dengan kaca penutup dan dikeringkan pada hot-plate
selama 1 minggu pada suhu 40ºC.
Pengukuran Karakter Tubuh Tungau
Pengukuran dilakukan terhadap bagian gnathosoma (spur palpal tibia, seta
palpal tibia dan panjang kelisera), seta dorsal (seta anterior, median dan posterior),
seta ventral, panjang, dan lebar tubuh tungau.
Identifikasi Tungau Ektoparasit
Tungau dideterminasi berdasar Krantz (1978) sampai tingkat famili dan
Lawrence (1936) pada tingkat genus. Tungau yang termasuk genus Geckobia
dikelompokkan dan diberi nomor mengikuti Prawasti et al. (2013). Identifikasi
berdasarkan ketotaksi tungkai mengikuti Jack (1964) (Gambar 1B).
A
Anterior

Tungkai 1

Tungkai 2
Tungkai 3
Tungkai 4

Posterior

Tibia
Trokhanter
Femur

Genu

Tarsus

3

B
Anterior

T1

T2

T3

T4

Posterior

Tibia

5-5-5-5

Genu

0-0-0-0

Femur

2-1-1-1

Trokhanter

1-1-1-1

Rumus Ketotaksi: (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (1-1-1-1)
Gambar 1 (A) Posisi tungkai 1 sampai tungkai 4 dan segmen tungkai tungau, (B)
pola sebaran seta (ketotaksi) pada tungkai tungau. seta dorsal, seta
ventral,
seta antero lateral,
seta postero lateral. (T1) tungkai 1,
(T2) tungkai 2, (T3) tungkai 3, (T4) tungkai 4.

Analisis Data
Analisis tungau pada tubuh cicak dilakukan dengan menghitung nilai
prevalensi, intensitas infestasi, dan intensitas total mengikuti Barton dan Richard
(1996). Nilai prevalensi adalah persentase cicak yang terinfestasi tungau.
Intensitas infestasi adalah rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi
setiap individu cicak. Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang
menginfestasi per individu cicak.
P = n × 100%
N
I = Ti
ni
It = T
n

Keterangan:
P
= Prevalensi
I
= Intensitas infestasi
It
= Intensitas total
n
= Jumlah cicak yang terinfestasi tungau
N
= Jumlah cicak yang diperiksa
ni
= Jumlah cicak yang terinfestasi tungau spesies (i)
Ti
= Jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi cicak
T
= Jumlah total tungau yang menginfestasi cicak

4

HASIL
Distribusi dan Nilai Prevalensi Cicak
Cicak yang berhasil dikoleksi dari tiga lokasi penangkapan di Depok
sebanyak 107 individu, terdiri atas 81 individu H. garnotii dan 26 individu H.
frenatus. Cicak terinfestasi tungau berwarna merah hingga hitam pada tubuh
bagian ventral dan dorsal. Sebanyak 69 individu H. garnotii dan 22 individu H.
frenatus terinfestasi tungau. Total cicak yang terinfestasi tungau sebanyak 91
individu (85.04%) dari jumlah keseluruhan yang diperiksa (107 individu). Nilai
prevalensi tertinggi cicak H. garnotii sebesar 100% pada hutan kota, sedangkan
H. frenatus pada lokasi pasar (91.67) (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (JC), jumlah cicak yang terinfestasi
tungau (JI), dan nilai prevalensi (P) dua spesies cicak di tiga lokasi
penangkapan di Depok
Lokasi
Penangkapan
Perumahan
Pasar
Hutan kota
Total

Spesies cicak
JC
35
33
13
81

H. garnotii
JI
27
29
13
69

P (%)
77.14
87.87
100
85.18

JC
10
12
4
26

H. frenatus
JI
8
11
3
22

P (%)
80
91.67
75
84.61

Perlekatan Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak
Tungau yang ditemukan pada 91 individu cicak berjumlah 1076 tungau.
Perlekatan tungau pada pemukaan tubuh cicak diamati di delapan lokasi yaitu,
kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan
jari belakang (h). Cicak H. garnotii terinfestasi sebanyak 13 tungau/cicak,
sedangkan H. frenatus terinfestasi sebanyak 8 tungau/cicak. Dominansi perlekatan
tungau pada kedua jenis cicak sama yaitu pada jari belakang (55.40%), jari depan
(20.35%), dan paha (16.82%) (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah dan persentase (%) tungau yang menginfestasi cicak H. garnotii
dan H. frenatus pada kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha
(e), ekor (f), jari depan (g), dan jari belakang (h)
Lokasi
pada
cicak
a
b
c
d
e
f
g
h
Total

Tungau
H. garnotii

%
0
0.00
0
0.00
1
0.11
22
2.44
133
14.77
50
5.55
183
20.31
512
56.82
901
100

H. frenatus

%
0
0.00
0
0.00
0
0.00
5
2.86
48
27.42
2
1.14
36
20.58
84
48
175
100

Total jumlah tungau pada kedua spesies
cicak di masing-masing bagian

%
0
0
0
0
1
0.10
27
2.50
181
16.82
52
4.83
219
20.35
596
55.40
1076
100

5

Identifikasi Tungau Ektoparasit
Semua tungau yang ditemukan adalah anggota famili Pterygosomatidae.
Ciri-ciri anggota famili ini yaitu tubuh terbagi menjadi tiga tagmata yaitu
gnathosoma, podosoma, dan opisthosoma (Gambar 2A). Gnathosoma terdiri atas
kelisera dan palpi (Gambar 2B), stigmata, dan peritrema. Palpi dilengkapi dengan
cakar, seta pada tubuh memiliki bentuk dan ukuran bervariasi.

A

B

Gnathosoma

Palpi
Kelisera

Podosoma
Opisthosoma

Gambar 2 Tungau famili Pterygosomatidae. (A) bagian-bagian tubuh tungau
(tampak ventral), (B) gnathosoma.
Identifikasi lebih lanjut mengelompokkan tungau ke dalam genus
Geckobia. Ciri-ciri genus Geckobia yaitu terdapat skutum dorsal (Gambar 3A),
mulut, koksa dengan spur, koksa tungkai 1 dan 2 menyatu sebagai koksa anterior,
koksa tungkai 3 dan 4 menyatu sebagai koksa posterior (Gambar 3B). Terdapat
empat pasang tungkai masing-masing terdiri atas koksa, trokhanter, femur, genu
dan tibia.
A

B
Skutum Dorsal
Motif Kutikula

Koksa Anterior
Koksa Posterior
Spur
Seta

Gambar 3 (A) Skutum dorsal dan motif kutikula (tampak dorsal), (B) koksa, spur,
dan seta (tampak ventral).
Berdasarkan pengamatan 11 karakter morfologi (Tabel 3) diperoleh
sembilan jenis tungau Geckobia, yaitu tungau Geckobia sp.1 (G1), Geckobia sp.2
(G2), Geckobia sp.4 (G4), Geckobia sp.5 (G5), Geckobia sp.7 (G7), Geckobia
sp.10 (G10), dan Geckobia sp.11 (G11) Geckobia sp.13 (G13) Geckobia sp.14
(G14) (Gambar 4). Karakterisasi tungau dilakukan terhadap bentuk tubuh,
(panjang dan lebar tubuh), motif kutikula, skutum dorsal, seta dorsal (seta
anterior, median dan posterior), seta ventral, gnatosoma (spur palpal tibia, seta
palpal tibia dan panjang kelisera), dan ketotaksi.

6

A

B

D

C

F

E

I

H

G

Gambar 4 Tungau Geckobia (tampak ventral). A. Geckobia sp.1 (G1), B.
Geckobia sp.2 (G2), C. Geckobia sp.4 (G4), D. Geckobia sp.5 (G5),
Geckobia sp.7 (G7), F. Geckobia sp.10 (G10), G. Geckobia sp.11
(G11), H. Geckobia sp.13 (G13), dan I. Geckobia sp.14 (G14).
Ketotaksi
Ketotaksi adalah pola sebaran seta pada tibia, genu, femur, dan trochanter
dari tungkai satu sampai tungkai empat. Ketotaksi berfungsi untuk menunjukan
hubungan dalam spesies menuju suatu konvergensi (Jack 1964). Ketotaksi tungau
Geckobia dapat dilihat pada (Gambar 5).
Anterior

T1

T2

T3

T4 Posterior

Ti
Ge
Fe
Tro
Geckobia sp.1

Geckobia sp.2

7

Geckobia sp.4

Geckobia sp.5

Geckobia sp.7

Geckobia sp.10

Geckobia sp.13

Geckobia sp.11

Geckobia sp.14

Gambar 5 Pola penyebaran seta pada tibia, genu, femur, dan trokhanter
seta antero lateral,
tungauGeckobia. seta dorsal, seta ventral,
seta postero lateral. (T1) tungkai 1, (T2) tungkai 2, (T3) tungkai
tungkai 4, (Ti) tibia, (Ge) genu, (Fe) femur, (Tro) trokhanter.

8

8

Tabel 3 Perbandingan ciri-ciri tungau G1, G2, G4, G5, G7, G10, G11, G13, G14 pada cicak H.garnotii dan H.frenatus di Depok
No
1

2
3
4
5

6
7

8

9

10

11

Pembeda
Bentuk tubuh

G1
Membulat
ke bawah

G2
Segitiga

G4
Membulat

G5
Membulat

G7
Membulat
ke bawah

G10
Membulat
ke samping

G11
Membulat
ke samping

Panjang tubuh (µm)
Lebar tubuh (µm)
Motif Kutikula
Skutum Dorsal

± 540µm
± 580µm
Lineate
Besar, 14
serrate

± 252µm
± 402µm
Lineate
Sedang, 8
pilose

± 540µm
± 580µm
Lineate
Kecil,
serrate

± 320µm
± 376µm
Lineate
Besar, 14
serrate

± 450µm
± 524µm
Lineate
Sedang, 18
serrate

± 420µm
± 448µm
Lineate
Besar,
16
serrate

± 332µm
± 506µm
Lineate
Besar,
pilose

Tidak ada
Serrate 43.5
Serrate 49

Tidak ada
Pilose 23
Pilose 68.5

Tidak ada
Serrate 35.5
Serrate 42.5

Tidak ada
Pilose 37.5
Pilose 64.5

Tidak ada
Serrate 34
Serrate 43

Tidak ada
Pilose 50
Pilose 57

Serrate

Pilose

Serrate

Pilose

Pilose

Tidak ada
Simple 25
107.5

Pilose
Simple 28
62.5

Pilose
Simple 29.5
62.5

Serrate
Pilose 3.3
87.5

2-Serrate
Tidak ada

2-pilose
2-pilose

2-simple
Serrate

2-Serrate
Tidak ada

2-pilose
Pilose

3-Serrate
Tidak ada

5-pilose
Tungkai 4
pilose
(5-5-5-5)
(1-0-0-1)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

Seta Dorsal
a.
Anterior (tipe-ukuran µm)
b.
Median (tipe-ukuran µm)
c.
Posterior (tipe-ukuran µm)
Seta Ventral
Gnathosoma
a.
Spur palpal tibia
b.
Seta palpal tibia (µm)
c.
Panjang kelisera (µm)
Tungkai 1
a.
Seta pada koksa
b.
Spur pada trochanter
Tungkai 2
a.
Jumlah spur pada koksa
b.
Spur pada trocanter
Tungkai 3 dan 4
a.
Jumlah spur pada koksa
b.
Spur pada trocanter
Susunan seta (Ketotaksi)

(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(2-1-1-1)
(1-1-1-1)

G13
Membulat,
tepi tidak
beraturan
± 142µm
± 446µm
Lineate
Sedang, 12
serrate

G14
Bulat
telur/lonjong

Tidak ada
Pilose 34.5
Pilose 70.5

Tidak ada
Serrate 43
Serrate 50

Tidak ada
Serrate 50
Serrate 51

Pilose

Pilose

Serrate

Serrate

Tidak ada
Simple 37.5
112.5

Tidak ada
Pilose 40.5
87.5

2-pilose
Simple 36.5
75

Tidak ada
Simple 49
90

2-pilose
Simple 26
100

2-simple
Serrate

2-simple
Tidak ada

2-simple
Tidak ada

2-simple
Tidak ada

2-simple
Tidak ada

1-simple
Tidak ada

2-pilose
Serrate

2-pilose
Serrate

2-serrate
Tidak ada

2-pilose
Tidak ada

2-pilose
Tidak ada

2-pilose
Tidak ada

2-serrate
Tidak ada

3-pilose
Tidak ada

6-pilose
Serrate

4-pilose
Tidak ada

4-pilose
Tidak ada

3-pilose
Tidak ada

6-serrate
Tidak ada

(5-5-5-5)
(1-0-0-1)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(1-0-0-0)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(2-1-1-1)
(0-0-0-0)

(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

5-pilose
Tungkai
pilose
(5-5-5-5)
(1-0-0-0)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(2-1-1-1)
(1-1-1-0)

(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

4

9

4

± 590µm
± 750µm
Lineate
Besar,
18
serrate

9

Selain tungau fase dewasa, dalam penelitian ini juga ditemukan tungau
pada fase telur (Gambar 6A) sebanyak 11 individu, yang dicirikan dengan tubuh
bulat memiliki tonjolan. Fase larva tungau (Gambar 6B) sebanyak 56 individu,
dengan ciri-ciri memiliki tiga pasang tungkai, seta tidak rapat dan spur belum
terbentuk dengan sempurna. Fase nimfa tungau (Gambar 6C) sebanyak 151
individu dengan ciri memiliki empat pasang tungkai, seta tidak rapat dan spur
belum terbentuk dengan lengkap. Fase tungau dewasa (Gambar 6D) ditemukan
sebanyak 775 individu dengan ciri-ciri tubuh terdiri atas tiga tagmata yaitu
gnathosoma, podosoma dan opistosoma, memiliki empat pasang tungkai, seta
rapat dan spur terbentuk dengan lengkap.
A

B

C

D

Gambar 6 Fase hidup tungau Geckobia. (A) fase telur, (B) fase larva (tampak
dorsal), (C) fase nimfa (tampak ventral), dan (D) fase dewasa (tampak
ventral).

Deskripsi Tungau Geckobia
A. Geckobia sp.1
Bentuk tubuh membulat ke bawah, panjang tubuh ±540μm, lebar tubuh
±580μm, motif kutikula lineate, skutum dorsal besar 14 serrate, seta dorsal
bertipe serrate, seta ventral bertipe serrate, spur palpal tibia tidak ada, seta palpal
tibia bertipe simple, panjang kelisera 107.5μm, seta pada koksa tungkai 1
berjumlah 2 dan bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan
bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 3 dan bertipe serrate,
ketotaksi (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (1-1-1-1).
B. Geckobia sp.2
Bentuk tubuh segitiga, panjang tubuh ±252μm, lebar tubuh ±402μm, motif
kutikula lineate, skutum dorsal sedang 8 pilose, seta dorsal bertipe pilose, seta
ventral bertipe pilose, seta dan spur palpal tibia bertipe simple dan pilose, panjang
kelisera 62.5μm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur
pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai 3
dan 4 berjumlah 5 dan bertipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) (1-0-0-1) (3-2-2-2) (1-11-1).
C. Geckobia sp.4
Bentuk tubuh membulat, panjang tubuh ±540μm, lebar tubuh ±580μm,
motif kutikula lineate, skutum dorsal kecil 4 serrate, seta dorsal bertipe serrate,
seta ventral bertipe serrate, spur dan seta palpal tibia bertipe pilose dan simple,
panjang kelisera 62.5μm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe

10

simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa
tungkai 3 dan 4 berjumlah 3 dan bertipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) (1-0-0-1) (3-22-2) (1-1-1-1).
D. Geckobia sp.5
Bentuk tubuh membulat, panjang tubuh ±320μm, lebar tubuh ±376μm,
motif kutikula lineate, skutum dorsal besar 14 serrate, seta dorsal bertipe pilose,
seta ventral bertipe pilose, spur dan seta palpal tibia bertipe serrate dan pilose,
panjang kelisera 87.5μm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe
simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa
tungkai 3 dan 4 berjumlah 6 dan bertipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) (1-0-0-0) (3-22-2) (1-1-1-1).
E. Geckobia sp.7
Bentuk tubuh membulat ke bawah, panjang tubuh ±450μm, lebar tubuh
±524μm, motif kutikula lineate, skutum dorsal sedang 18 serrate, seta dorsal
bertipe serrate, seta ventral bertipe pilose, tidak ada spur pada palpal tibia, palpal
tibia bertipe simple, panjang kelisera 112.5μm, seta seta pada koksa tungkai 1
berjumlah 2 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan
bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 4 dan bertipe pilose,
ketotaksi (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (0-0-0-0).
F. Geckobia sp.10
Bentuk tubuh membulat ke samping, panjang tubuh ±420μm, lebar tubuh
±448μm, motif kutikula lineate, skutum dorsal besar 16 serrate, seta dorsal
bertipe pilose, seta ventral bertipe pilose, seta palpal tibia bertipe pilose, panjang
kelisera 87.5μm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, spur
pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai 3
dan 4 berjumlah 4 dan bertipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) (0-0-0-0) (3-2-2-2) (1-11-1).
G. Geckobia sp.11
Bentuk tubuh membulat ke samping, panjang tubuh ±332μm, lebar tubuh
±506μm motif kutikula lineate, skutum dorsal besar 9 pilose, seta dorsal bertipe
pilose, seta ventral bertipe pilose, seta dan spur palpal tibia bertipe simple dan
pilose, panjang kelisera 75μm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe
simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa
tungkai 3 dan 4 berjumlah 5 dan bertipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) (1-0-0-0) (3-22-2) (1-1-1-1).
H. Geckobia sp.13
Bentuk tubuh membulat, tepi tidak beraturan, panjang tubuh ±142μm,
lebar tubuh ±446μm, motif kutikula lineate, skutum dorsal sedang 12 serrate, seta
dorsal bertipe serrate, seta ventral bertipe serrate, seta palpa tibia bertipe simple,
panjang kelisera 90μm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple,
spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai
3 dan 4 berjumlah 3 dan bertipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (11-1-0).

11

I. Geckobia sp.14
Bentuk tubuh bulat telur/lonjong, panjang tubuh ±590μm, lebar tubuh
±750μm, motif kutikula lineate, skutum dorsal besar 18 serrate, seta dorsal
bertipe serrate, seta ventral bertipe serrate, Spur dan seta palpal tibia pilose dan
simple, panjang kelisera 100μm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 1 dan
bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe serrate, spur
pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 6 dan bertipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5)
(0-0-0-0) (3-2-2-2) (1-1-1-1).
Kunci Determinasi Spesies Geckobia
1 a Bentuk tubuh membulat.................................................................................... 2
b Bentuk tubuh segitiga...................................................................Geckobia sp.2
2 a Tubuh dengan tepi beraturan .............................................................................3
b Tubuh dengan tepi tidak beraturan.............................................Geckobia sp.13
3 a Terdapat seta pada trochanter............................................................................4
b Tidak ada seta pada trochanter (0-0-0-0)..................................... Geckobia sp.7
4 a Skutum dorsal seta bertipe serrate.....................................................................5
b Skutum dorsal seta bertipe pilose...............................................Geckobia sp.11
5 a Seta pada koksa tungkai 1 bertipe simple..........................................................6
b Seta pada koksa tungkai 1 bertipe serrate....................................Geckobia sp.1
6 a Ada spur palpal tibia pada gnathosoma ............................................................7
b Tidak ada spur palpal tibia pada gnathosoma ............................Geckobia sp.10
7 a Seta dorsal bertipe serrate..................................................................................8
b Seta dorsal bertipe pilose..............................................................Geckobia sp.5
8 a Spur pada koksa tungkai 3 dan 4 bertipe pilose............................Geckobia sp.4
b Spur pada koksa tungkai 3 dan 4 bertipe serrate........................Geckobia sp.13

Intensitas Infestasi dan Intensitas Total Tungau pada Cicak
Intensitas infestasi adalah rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang
menginfestasi setiap individu cicak. Tungau G1 memiliki nilai intensitas infestasi
terbesar di wilayah perumahan dan pasar pada masing-masing cicak H. garnotii
(12.36 ; 5.20 ) dan cicak H. frenatus (5.0 ; 4.11). Di hutan kota intensitas infestasi
terbesar adalah tungau G2 (4.0) pada cicak H. frenatus dan tungau G11 (11.67)
pada cicak H. garnotii. Intensitas total adalah jumlah total tungau yang ditemukan
per individu cicak. Intensitas total secara keseluruhan paling tinggi terdapat pada
cicak H. garnotii sebesar 13.21 (Tabel 4).
Tungau Ektoparasit pada Cicak Hemidactylus di Berbagai Daerah
Spesifitas perlekatan tungau pada cicak dapat diartikan sebagai
kemampuan spesies tungau menginfestasi cicak tertentu atau banyak tungau
mampu menginfestasi banyak spesies cicak. Tungau yang dominan melekat pada
H. garnotii adalah G1, G10, dan G11 (Tabel 5), sedangkan tungau dominan pada
cicak H. frenatus adalah G1, G10, dan G2 (Tabel 6).

12
12

Tabel 4 Jumlah tungau, intensitas infestasi, dan intensitas total cicak H. garnotii dan H. frenatus pada masing-masing lokasi
penangkapan di Depok
Jumlah tungau dan intensitas infestasi1

Lokasi
T

L

N

G1

G2

Pe

5 (1.67)

16 (3.20)

54 (2.57)

144 (12.36)

13 (6.5)

1 (1.00)

Pa

*

11 (1.83)

32 (2.28)

104 (5.20)

1 (1.00)

Hk

4 (1.33)
9 (3.00)

21 (2.62)
48 (7.65)

36 (3.27)
122 (8.12)

24 (2.67)
272 (20.23)

12 (2.40)
26 (9.9)

Total

G4
G5
Hemidactylus garnotii

It

G7

G10

G11

G13

G14

15 (1.67)

35 (2.33)

55 (4.23)

12 (6.00)

19 (2.71)

1 (1.00)

15.29

5 (1.25)

7 (1.75)

16 (1.78)

40 (2.50)

*

14 (1.75)

5 (1.67)

8.28

*
6 (2.25)

20 (2.85)
42 (6.27)

25 (3.12)
76 (7.23)

24 (3.00)
119 (9.73)

35 (11.67)
47 (17.7)

34 (4.25)
67 (8.71)

*
6 (2.67)

18.69

10.87

13.21

Pe

2(1.00)

7 (2.33)

21 (4.20)

35(5.00)

Hemidactylus frenatus
2 (2.00)
*
*

9 (1.80)

3 (1.50)

*

*

*

Pa

*

*

7 (2.33)

37 (4.11)

1 (1.00)

*

3 (1.50)

6 (3.00)

8(2.00)

*

*

1 (1.00)

5.81

Hk

*

1 (1.00)

1 (1.00)

1(1.00)

4 (4.00)

*

1 (1.00)

2 (2.00)

*

2 (2.00)

*

*

4.33

2 (1.00) 8 (3.33)
29 (7.53)
73 (10.11)
7 (7.00)
*
4 (2.50)
17 (6.80) 11 (3.50)
2 (2.00)
*
1 (1.00)
7.45
Total
1
angka di depan adalah jumlah tungau, angka di dalam kurung adalah nilai intensitas infestasi, * tidak ditemukan tungau. Pe: Perumahan, Pa= Pasar , Hk= Hutan kota,
It= Intensitas total, T=Telur , L=Larva, N=Nimfa.

13

Tabel 5 Keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak H. garnotii di beberapa daerah
Lokasi
Kab. Cianjur
Kota Tangerang
Kab. Sumedang
Kota Jakarta

G1
ˉ
ˉ
149
108

G2
ˉ
ˉ
36
95

G4
ˉ
49
ˉ
ˉ

G5
ˉ
26
7
17

G6
ˉ
3
14
1

Spesies tungau
G7 G8 G9 G10
ˉ
ˉ
ˉ
ˉ
79
14 3
24
ˉ
ˉ
ˉ
178
ˉ
ˉ
ˉ
49

G11
ˉ
ˉ
ˉ
292

G13
ˉ
ˉ
16
ˉ

G14
ˉ
ˉ
ˉ
ˉ

G17
ˉ
ˉ
7
ˉ

P (%)
ˉ
100
100
84.84

It

Sumber

ˉ
16.85
9.75
17.90

Abdussalam (2012)
Anggraini
(2012)
Nurhidayat (2013)
Handayani (2013)

Keterangan: P: Prevalensi, It: Intensitas total, - : tidak ditemukan tungau

Tabel 6 Keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak H. frenatus di beberapa daerah
Lokasi
Kab. Cianjur
Kota Tangerang
Kab. Sumedang
Kota Jakarta

G1
ˉ
ˉ
34
21

G2
ˉ
ˉ
35
6

G4
ˉ
2
ˉ
ˉ

G5
ˉ
ˉ
4
2

G6
1
ˉ
1
ˉ

Spesies tungau
G7 G8 G9 G10
ˉ
ˉ
ˉ
1
ˉ
ˉ
ˉ
ˉ
ˉ
ˉ
ˉ
53
ˉ
ˉ
ˉ
11

G11
5
ˉ
ˉ
8

G13
ˉ
ˉ
16
ˉ

G14
ˉ
ˉ
ˉ
ˉ

G17
ˉ
ˉ
ˉ
ˉ

P (%)
33.33
100
100
58.33

It

Sumber

7.00
2.00
8.89
6.90

Abdussalam (2012)
Anggraini (2012)
Nurhidayat (2013)
Handayani (2013)

Keterangan: P: Prevalensi, It: Intensitas total, - : tidak ditemukan tungau

13

14

PEMBAHASAN
Semua tungau yang menginfestasi cicak Hemidactylus di Depok termasuk
genus Geckobia. Hal yang sama ditemukan Abdussalam (2012) di Kabupaten
Cianjur, Anggraini (2012) di Tangerang, Nurhidayat (2013) di Kabupaten
Sumedang, Handayani (2013) di Jakarta, Fitriana (2013) di Bekasi, Heryanto
(2013) di Kabupaten Subang, dan Prawasti et al. (2013) di Indonesia. Keberadaan
skutum dorsal, mulut, koksa dengan seta kaku (spur), dan sebaran seta pada tubuh
yang ditemukan sesuai dengan ciri-ciri genus Geckobia (Lawrence 1936). Tungau
Geckobia merupakan parasit penghisap darah pada famili Gekkonidae (Fajfer
2012).
Karakter khusus dari spesies tungau Geckobia dapat ditentukan dengan
ketotaksi tungkai. Berdasarkan ketotaksi tungkai menurut Jack (1964), tungau G5
dan G11 termasuk kelompok G. indica. Tungau G10 dan G14 termasuk kelompok
G. gleadoviana. Tungau G2 dan G4 termasuk kelompok Geckobia grup 1. Tungau
G13 termasuk kelompok G. keegani. Ketotaksi tungau G1 (5-5-5-5) (0-0-0-0) (21-1-1-1) (1-1-1-1) dan G7 (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1-1) (1-1-1-1), belum
ditemukan rumus ketotaksi yang sama dengan kunci ketotaksi Jack (1964).
Morfologi tubuh dan ketotaksi tungkai Geckobia glebosum yang ditemukan
Bertrand et al. (1999) sama dengan tungau G2 yang ditemukan Prawasti et al.
(2013), sehingga dapat disimpulkan tungau G2 adalah G. glebosum.
Fase perkembangan tungau dapat dibedakan menjadi telur, larva, nimfa,
dan dewasa (Gerson et al. 2003). Pada penelitian ini, tungau fase telur dan larva
banyak ditemukan di bagian paha cicak, sedangkan tungau dewasa dominan
melekat pada bagian jari belakang (di ruang antara lamela dengan cakar) dan jari
depan. Perlekatan tungau ke inang banyak dipengaruhi oleh struktur kelisera
(Shatrov 2011). Selain itu juga ditentukan oleh tebal keratin dan panjang hinge
(Heryanto 2013). Kemungkinan tungau fase telur dan larva memiliki struktur
kelisera yang sederhana. Lapisan keratin kulit paha (4.00 µm) lebih tipis dan
panjang hinge (19.58 µm) lebih pendek dibandingkan dengan kulit bagian lainnya
(Heryanto 2013). Keberadaan tungau fase telur dan larva dominan terdapat di
bagian paha cicak sesuai dengan laporan Fitriana (2013). Keberadaan tungau
dewasa pada tungkai belakang (ruang antar lamela dengan cakar) berfungsi
sebagai tempat berlindung tungau dari berbagai gesekan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2012) dan Nurhidayat (2013).
Semua cicak dapat terinfestasi tungau akibat adanya interaksi fisik seperti
kawin, perkelahian, dan kebersamaan dalam satu sarang (Rivera et al. 2003).
Wilayah hutan kota memiliki nilai prevalensi tertinggi (100%) mengalahkan
prevalensi yang ada di pasar dan perumahan. Tingginya prevalensi cicak yang
terinfestasi tungau pada hutan kota kemungkinan dipengaruhi oleh lokasi
pengambilan sampel pada hutan kota yang dipisahkan oleh bangunan-bangunan,
sehingga interaksi antar spesies cicak menjadi semakin tinggi pada wilayah
tersebut. Interaksi akan semakin besar pada wilayah yang sempit dan tertutup
namun peluang terjadinya pertemuan antar spesies cicak akan semakin kecil pada
wilayah tersebut.
Nilai intensitas infestasi terbesar cicak H. garnotii dan H. frenatus
diwilayah perumahan (12.36 ; 5.00) dan pasar (5.20 ; 4.11) adalah tungau G1.

15

Tungau G11 banyak menginfestasi H. garnotii, sedangkan tungau G2 banyak
menginfestasi H. frenatus di hutan kota. Tungau G1 yang ditemukan pada H.
garnotii dan H. frenatus, menandakan tungau G1 tidak spesifik menginfestasi
cicak tertentu. Perbedaan spesies tungau pada H. garnotii dan H. frenatus di hutan
kota kemungkinan disebabkan perbedaan sarang antara H. garnotii dan H.
frenatus sehingga tungau yang ditemukan bersifat spesifik di lokasi ini.
Intensitas total tertinggi cicak H. garnotii asal hutan kota (18.69),
sedangkan pada cicak H. frenatus asal perumahan (10.67). Intensitas total yang
tinggi tidak selalu diikuti dengan prevalensi yang tinggi. Nilai prevalensi dan
intensitas total masing-masing pada cicak H. garnotii di perumahan (77.14% ;
15.29), pasar (87.87% ; 8.28), dan hutan kota dan (100% ; 18.69). Jika
dibandingkan antara nilai prevalensi dan nilai intensitas infestasi total cicak di
masing-masing wilayah tidak saling berkaitan. Kondisi ini sesuai dengan laporan
Prawasti et al. (2013), yang menyatakan prevalensi cicak diinfestasi tungau
sebesar 100% tidak selalu diikuti dengan intensitas infestasi yang tinggi.
Beberapa penelitian mengenai tungau ektoparasit pada cicak Hemidactylus
di berbagai daerah diketahui bahwa, cicak H. garnotii diinfestasi oleh 13 jenis
tungau yaitu G1, G2, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G13, G14 dan G17.
Tungau yang dominan melekat pada H. garnotii adalah G1, G10, dan G11.
Perlekatan tungau G1 dan G10 pada jari belakang, sedangkan tungau G11 di
bagian ekor. Tungau G8 dan G9 hanya ditemukan oleh Anggraini (2012) di
Tangerang, sedangkan tungau G17 hanya ditemukan oleh Nurhidayat (2013) di
Kabupaten Sumedang. Cicak H. frenatus diinfestasi sebanyak 10 jenis tungau
yaitu G1, G2, G4, G5, G6, G7, G10, G11, G13, dan G14. Tungau yang dominan
melekat pada H. frenatus adalah tungau G1, G10, dan G2. Perlekatan tungau G1
dan G10 dominan pada jari belakang, sedangkan G2 di bagian badan. Tungau G4
hanya ditemukan oleh Anggraini (2012) di Tangerang.
Sebagian besar spesies tungau yang menginfestasi cicak H. garnotii dan H.
frenatus adalah sama. Kesamaan spesies tungau yang menginfestasi cicak yang
berbeda menunjukan bahwa spesies tungau yang menginfestasi cicak tidak
spesifik. Cicak H. garnotii dan H. frenatus memiliki struktur kulit yang tidak jauh
berbeda. Heryanto (2013) melaporkan, cicak H. garnotii dan H. frenatus memiliki
tebal keratin yang sama sebesar 5.33 µm di bagian badan. Kemungkinan ukuran
kelisera tungau G2 yang pendek (62.5 µm) sesuai dengan ketebalan kulit cicak di
bagian badan. Perlekatan tungau G2 di bagian badan sesuai dengan laporan
Nurhidayat (2013), Handayani (2013), dan Prawasti et al. (2013). Tungau G11
spesifik melekat di bagian ekor. Cicak H. garnotii dan H. frenatus memiliki tebal
keratin sebesar 8.33 di bagian ekor (Heryanto 2013). Ukuran kelisera tungau G11
(75 µm), kemungkinan sesuai dengan tebal keratin di bagian ekor. Perlekatan
tungau G11 di bagian ekor sesuai dengan laporan (Handayani 2013).

SIMPULAN
Cicak yang berhasil ditangkap sebanyak 107 ekor. Tungau yang berhasil
diidentifikasi berjumlah 775 ekor. Semua tungau termasuk genus Geckobia famili
Pterygosomatidae. Tungau ektoparasit yang berhasil ditemukan di Depok

16

sebanyak 9 spesies yaitu G1, G2, G4, G5, G7, G10, G11, G13, dan G14.
Prevalensi infestasi tungau pada cicak H. garnotii sebesar 85.18%, pada H.
frenatus sebesar 84.61%. Intensitas infestasi tungau rata-rata tertinggi pada cicak
H. garnotii adalah tungau G1 sedangkan pada cicak H. frenatus adalah tungau G.
glebosum. Intensitas infestasi total tungau yang paling tinggi terdapat pada cicak
H. garnotii. Berdasarkan ketotaksi, tungau G5 dan G11 termasuk kelompok G.
indica, G2 adalah G. glebosum, G10 dan G14 termasuk kelompok G.
gleadoviana, G13 termasuk kelompok G. keegani, dan G4 termasuk kelompok
Geckobia grup 1.

DAFTAR PUSTAKA
Abdussalam RA. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada
cicak di Kabupaten Cianjur. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Andrei V, Bochkov, Sergei VM. 2000. Two new species of the genus Geckobia
(Acari:Pterygosomatidae) from geckons (Lacertilia:Gekkonomorpha) with
a brief review of host-parasite associations of the genus. Russian J
Herpetologi 1(7):61-68.
Anggraini S. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di
perumahan dan pasar di Kota Tangerang. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Barton DP, Richards SJ. 1996. Helminth infracommunities in Litoria genimaculata (Amphibia: Anura) from Birthday Crek, an upland rainforest stream
in Northern Queensland, Australia. Int J Parasitol 26:1381- 1385.
Bertrand M, Paperna I, Finkelman S. 1999. Pterygosomatidae: Description et
observations sur les genres Pterygosoma, Geckobia, Zonurobia et
Hirstiella (Acari: Actinedida). Acarologia 60:277-304.
Bochkov AV. 2009. A review of mites of the parvorder Eleutherengona
(Acariformes: Prostigmata) permanent parasites of mammals. Acarina,
Supplement 1, 149 pp.
Borror DJ, Triplehorn, CA, Johnson, NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga
Ed ke-6. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Fitriana S. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau pada cicak di sekitar dan di
luar kawasan industri Tambun Kota Bekasi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Gerson U, Smiley RL, Ochoa R. 2003. Mites (Acari) for Pest Control. Oxford
(UK): Black-well Science Ltd.
Handayani NM. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak
di pasar dan Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta. [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Heryanto A. 2013. Telaah korelasi bagian integumen cicak terhadap distribusi
tungau ektoparasit. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Fajfer M. 2012. Acari (Chelicerata) parasite of reptile. Acarina 20(2):108-129.
Jack KM. 1964. Leg-chaetotaxy with special reference to the Pterygogomatidae
(Acarina). Ann Ntal Mus 16:152-171.

17

Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed ke-2. Covallis (US): Oregon Univ
Pr.
Lawrence RF. 1936. The prostigmatic mites of South African lizard. Parasitology
28:1-39.
Nurhidayat HS. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak
di Kabupaten Sumedang. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Prawasti TS, Farajallah A, Raffiudin R. 2013. Three species ectoparasite mites
(Acari: Pterygosomatidae) infested geckos in Indonesia. Hayati J of
Bioscience 20(2):80-88.
Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J. 2003. Hemidactylus mabouia
(Sauria: Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli (Actinedida:
Pterygosomatidae), throughout the Caribbean and South America.
Caribbean J Sci 39:321-326.
Rooij N de. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia.
Chelonia. Emydosauria. Leiden (NL): EJ. Brill.
Shatrov AB. 2011. Comparative and functional morphology of the mouthparts in
larvae of Parasitengona (Acariformes). Zoosymposia. 6:14–23.
Walter DE, Proctor HC. 1999. Mites Ecology, Evolution and Behaviour. New
York (US). CABI Publishing.
Zhang ZQ. 1963. Mites of Greenhouses: Identification, Biology, and Control.
Wallingford (NZ): CABI.

18

LAMPIRAN

19

Lampiran 1 Peta penangkapan cicak di Depok
U

Keterangan:
Utara: Hutan
Indonesia.

Universitas

Selatan: Perumahan Anyelir
Barat:
Baru

Perumahan

Tanah

Timur: Perumahan Nasional,
Pasar Agung, dan Pasar
Musi

Lampiran 2 Bentuk seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia

Keterangan: A. Simple B. Pilose C. Serrate

20

Lampiran 3 Glosari
: Segmen keempat pada tungkai dihitung dari ujung distal.
: Segmen ketiga pada tungkai dihitung dari ujung distal.
: Bagian tubuh anterior terhadap idiosoma, mempunyai palpus
dan kelisera yang digunakan sebagai alat penangkap makanan.
Kelisera
: Pasangan anggota tubuh anterior pada gnatosoma yang
digunakan untuk menusuk atau mengunyah mangsa.
Ketotaksi
: Jumlah dan pola sebaran seta pada tungkai tungau.
Koksa
: Segmen basal dari tungkai tungau.
Mulut
: Struktur bagian distal gnathosoma yang terlibat dalam
penangkapan makanan.
Opisthosoma : Bagian posterior tubuh dari podosoma.
Palpi
: Pasangan kedua anggota tubuh pada gnatosoma, digunakan
untuk peraba dan penanganan bahan makanan.
Peritrema
: Struktur seperti saluran atau tabung yang terasosiasi dengan
sebuah stigmata.
Podosoma
: Bagian idiosoma yang mempunyai kaki.
Skutum dorsal :Bagian dorsal tubuh tungau yang tidak memiliki motif kutikula.
Spur
: Berkas seta kaku.
Stigmata
: Organ respirasi pada tungau.
Tarsus
: Segmen terminal dari tungkai mengandung apotele.
Tibia
: Segmen kedua pada tungkai dihitung dari ujung distal.
Trokhanter : Segmen kelima pada tungkai dihitung dari ujung distal.

Femur
Genu
Gnathosoma

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Juli 1992 dari pasangan
Bapak H. Syahlani dan Ibu Hj. Nuryati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di
SMAN 6 Depok dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI). Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum pada
mata kuliah Avertebrata pada tahun 2014, dan Biologi Dasar tahun 2013-2014.
Selama menempuh studi di Departemen Biologi, penulis melakukan penelitian
dalam studi lapang mengenai “Kapan Aktif Hewan Diurnal?” di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango pada tahun 2012 yang dibimbing oleh Ir Tri Heru
Widarto, MSc, dan kegiatan praktik lapangan mengenai “Pembenihan Ikan Hias
Severum Golden (Heros severus)” di Dunia Air Tawar Taman Mini Indonesia
Indah Jakarta pada tahun 2013 yang dibimbing oleh Dr Dorly, MSi dan Bambang
Suprihadi.