Gambar 4. Distribusi temporal kelimpahan A dan biomassa B fitoplankton di perairan Teluk Kendari pada Agustus 2009–Juli 2010
3. Biomassa Detritus
Menurut Swift et al. 1979, detritus merupakan bentuk nir hayati dari materi organik termasuk bagian jaringan tumbuhan daun, kayu, akar, tumbuhan air, alga,
jaringan hewan, feses atau hasil sekresi dari organisme. Dalam penelitian ini, biomassa detritus ditentukan berdasarkan nilai produktivitas primer fitoplankton di perairan data
belum dipublikasikan. Biomassa detritus yang diprediksi dari persamaan 3 sebesar 2,57 t km
-2
th
-1
untuk luasan 10,84 km
-2
atau setara dengan 27,87 t th
-1
. Nilai ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan perairan Pulau Raja Ampat, Papua sebesar 100 t km
-2
th
-1
Pitcher et al., 2007 dan perairan Brazil Timur sebesar 201,91 t km
-2
th
-1
Freire et al., 2008.
6000 12000
18000 24000
30000 36000
42000
K e
li m
p a
h a
n f
it o
p la
n k
to n
S e
l L
-1
A g
u .0
9 S
e p
.0 9
O k
t. 9
N o
v .0
9 D
e s
.0 9
J a
n .1
F e
b .1
M a
r. 1
A p
r. 1
M e
i1 J
u n
.1 J
u l.
1
0.00 0.40
0.80 1.20
1.60 2.00
B io
m a
s s
a f
it o
p la
n k
to n
m g
c h
l a m
-3
A g
u .0
9 O
k t.
9 D
e s
.0 9
F e
b .1
A p
r. 1
J u
n .1
Bulan
A
B
Bacillariophyceae Cyanophyceae
Dinophyceae Chlorophyceae
Perbedaan nilai yang cukup besar ini berkaitan dengan tingginya produktivitas primer di dua perairan tersebut dibandingkan perairan Teluk Kendari. Produktivitas
primer di dua perairan tersebut selain berasal dari fitoplankton, juga berasal dari zooxanthella
yang berasosiasi dengan karang, mangrove, tumbuhan lamun, makroalga, fitoperifiton, dan fitobentos. Di Teluk Kendari biomassa detritus diprediksi hanya berasal
dari fitoplankton. Hal ini dapat menjelaskan rendahnya biomassa detritus di perairan Teluk Kendari dibandingkan perairan lainnya. Sebagian besar produktivitas primer yang
dihasilkan oleh tumbuhan berklorofil tidak seluruhnya dikonsumsi oleh kelompok herbivora tetapi dikembalikan ke lingkungan sebagai detritus yang memainkan peranan
penting dalam ekosistem Moore et al., 2004. Produktivitas primer baik yang dihasilkan oleh fitoplankton, mangrove, maupun tumbuhan berklorofil lainnya akan menghasilkan
bahan organik yang berguna dalam pembentukan biomassa organisme tersebut. Jika mati maka organisme tersebut akan mengalami proses dekomposisi oleh berbagai jenis
mikroba dan selanjutnya turut menyumbang biomassa detritus di perairan Gunarto, 2004. Dengan perkataan lain produktivitas primer akan menentukan besarnya biomassa
detritus dari tumbuhan berklorofil tersebut.
4. Zooplankton
a. Genera Zooplankton
Zooplankton yang ditemukan di perairan Teluk Kendari selama pengamatan terdiri atas 27 genera yang termasuk kedalam enam kelas yaitu kelas Crustaceae 12
genera, Ciliata 6 genera, Rhizopoda 4 genera, Pelecypoda 3 genera, dan kelas Gastropoda dan Sagittoidea hanya 1 genus Tabel 3.
Keberadaan kelas Crustacea terutama dari kelompok calanoid terlihat cukup banyak jika dibandingkan kelas zooplankton lainnya. Keadaan tersebut disebabkan oleh
kondisi perairan Teluk Kendari khususnya keadaan salinitas yang cukup mendukung kehidupan jenis ini. Kelompok calanoid merupakan jenis yang dominan pada perairan
dengan kisaran salinitas 18–30‰ Arsil, 1999. Kelas Crustacea seringkali dijumpai men- dominasi komunitas zooplankton Levinton, 1982 dan Nybakken, 1992. Dominasi kelas
tersebut juga ditemukan oleh Wiadnyana 1985 di perairan Teluk Jakarta; Arinardi 1989 di sekitar perairan Cilacap; Umar 2002 di Teluk Siddo, Sulawesi Selatan; dan
Araujo et al. 2008 di perairan estuari Timur Laut Brazil.