IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Lingkungan Perairan
1. Lingkungan Fisik Kimiawi
Kondisi lingkungan fisik kimiawi perairan Teluk Kendari cukup bervariasi. Kisaran nilai setiap parameter seperti salinitas, kekeruhan, suhu, kecepatan arus,
kecerahan, oksigen terlarut, pH, nitrat, nitrit, amoniak, dan ortofosfat tertera pada Lampiran 1.
Salinitas perairan selama penelitian berkisar antara 10,5–35,5‰. Salinitas terendah terjadi pada bulan Februari 10,5–22,5‰ dan April 13,5–27‰ yang
merupakan musim hujan. Secara spasial salinitas terendah terjadi di Zona I pada lapisan permukaan kedalaman 0,5 m dengan kisaran 10,5–13,0‰ Lampiran 1, sedangkan
salinitas lapisan air pada bagian bawah kedalaman 4 m lebih tinggi dari lapisan atas 20,0–27,0‰. Hal ini berhubungan dengan adanya masukan air tawar dari empat sungai
besar Mandonga, Kadia, Wanggu dan Kambu. Air tawar dengan kerapatan jenis yang rendah akan berada pada lapisan permukaan, sebaliknya air laut dengan kerapatan jenis
yang lebih tinggi akan mengisi lapisan air pada bagian bawah. Walaupun demikian, adanya sirkulasi air yang teratur menyebabkan terjadinya percampuran massa air
sehingga salinitas pada kedalaman berbeda relatif seragam. Secara keseluruhan kisaran salinitas masih mendukung kehidupan biota yang mendiami perairan Teluk Kendari.
Kecerahan perairan berkisar antara 55,0–355,0 cm. Kecerahan terendah terjadi pada bulan Februari 80,0–200 cm, dan April 55,0–88 cm yang bertepatan dengan
berlangsungnya musim hujan. Ketika musim tersebut, limpasan air hujan yang tinggi membawa serta hasil sampingan aktivitas penambangan pasir di sekitar aliran Sungai
Wanggu dan Kambu sehingga kekeruhan perairan meningkat pada bulan Februari 1,15– 5,14 NTU dan April 0,9–10,25. Kekeruhan perairan saat penelitian berkisar antara
0,42–10,25 NTU Lampiran 1. Kekeruhan tersebut bukan saja menurunkan kecerahan perairan tetapi juga memengaruhi kehidupan ikan yaitu memengaruhi ketersediaan
sumber daya makanan berupa fitoplankton dan fitobentos; dapat mengurangi jangkauan penglihatan ikan dalam mencari makanannya seperti ukuran, bentuk, dan warna makanan
terutama ikan yang mengandalkan penglihatan dalam mencari makanannya Kneib, 1987 Blaber et al., 1995; Carter et al., 2010; dan memengaruhi kinerja fungsi organ seperti
insang sehingga proses pertukaran gas untuk respirasi tidak optimal Bunt et al., 2004. Menurunnya jangkauan jarak penglihatan predator karena kekeruhan dapat meningkatkan
tingkat hidup ikan-ikan muda yang berlindung di wilayah tersebut sehingga memperluas daerah pembesaran ikan Kneib, 1987 dan Blaber et al., 1995. Tingkat kekeruhan di
perairan menurun ke arah laut yang berturut-turut Zona I 0,9–10,25, Zona II 0,9– 05,48, dan Zona III 0,42–2,73. Sebagaimana yang telah diuraikan di depan, tingginya
kekeruhan di Zona I disebabkan oleh letak zona di sekitar muara sungai yang merupakan tempat terakumulasinya berbagai hasil buangan yang bermuara di daerah tersebut.
Suhu di perairan Teluk Kendari berkisar antara 28,0–32,0 ºC dan relatif tidak berbeda antar zona. Kisaran tersebut termasuk kategori normal untuk perairan Indonesia
yang merupakan daerah tropik dengan kisaran suhu antara 24–32 ºC Tomascik et al., 1997. Kondisi tersebut memungkinkan biota perairan plankton, makroavertebrata
bentik, dan ikan hidup di perairan ini. Kecepatan temporal arus berkisar 0,03–0,34 m det.
-1
. Kecepatan arus tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2009 yang merupakan musim peralihan II, ketika arus barat
dari Laut Seram dan Banda cukup dominan terutama dengan kecepatan tinggi antara 3–20 mil jam
-1
Bappeda, 2000. Secara spasial, kecepatan arus di Zona III sebesar 0,04–0,97 m det.
-1
lebih tinggi dibandingkan kedua zona lainnya. Hal ini berkaitan dengan letak Zona III yang berada di sekitar mulut teluk yang berhadapan langsung dengan laut,
sehingga lebih dipengaruhi oleh arus laut. Kisaran pH selama penelitian antara 6,3–7,5 masih dapat ditoleransi oleh
organisme perairan. Demikian pula kadar oksigen terlarut yang selama penelitian berkisar antara 4,76–10,86 mg L
-1
. Rendahnya pH 6,85–6,90 dan oksigen terlarut 4,76–5,90 mg L
-1
di Zona I pada bulan Desember disebabkan oleh proses dekomposisi bahan organik yang banyak membutuhkan oksigen terlarut di perairan. Zona I berada di sekitar muara
sungai yang merupakan daerah perangkap nutrien atau tempat terakumulasinya bahan organik dari berbagai hasil buangan yang bermuara di daerah tersebut. Serasah yang
berasal dari hutan mangrove juga menambah akumulasi bahan organik di daerah tersebut. Bahan organik tersebut akan mengalami proses penguraian oleh mikroorganisme
aerobikanerobik dan umumnya membentuk senyawa akhir berupa fosfat dan nitrogen. Rendahnya nilai pH berkaitan dengan terbentuknya produk CO
2
hasil oksidasi bahan organik yang kemudian membentuk senyawa hidrogen karbonat HCO
3 -
yang berdisosiasi membebaskan ion H
+
dan CO
2 -
. Terbebasnya ion H
+
akan menurunkan pH air Azwar et al., 1999.
Berdasarkan kondisi salinitas, suhu, pH, dan oksigen terlarut pada tiga kedalaman berbeda 0,5; 2,5; dan 4 m, perairan Teluk Kendari tidak mengalami stratifikasi massa