Pengembangan Perikanan Rekreasi Pengelolaan Sumber Daya Ikan
Pengembangan perikanan rekreasi di perairan ini bertujuan untuk menghindari hilangnya mata pencaharian nelayan setempat jasa nelayan dapat digunakan sebagai
pemandu. Selain itu juga diharapkan sumber daya ikan dapat produktif dan berkelanjutan, dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemerintah setempat.
Dalam mengembangkan perikanan rekreasi perlu memerhatikan kesesuaian dan daya dukung kawasan sehingga kegiatan tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap
masyarakat lokal dan sumber daya ikan. Hal ini disebabkan kegiatan tersebut dapat memberikan dampak terhadap komunitas ikan. Lewin et al. 2006 menyatakan bahwa
perikanan rekreasi mungkin mempunyai dampak yang sama dengan perikanan komersial terhadap sediaan ikan dan ekosistem, dan dalam wilayah tertentu dapat membentuk
proporsi total tangkapan yang lebih besar dari pada perikanan komersial. Oleh karena itu, dalam menerapkan hal tersebut perlu memerhatikan jenis ikan target, sebaran jumlah dan
ukuran ikan, tingkat kematangan gonad, dan lokasi perikanan rekreasi. Jenis ikan yang menjadi target dalam perikanan rekreasi di perairan ini berasal
dari kelompok karnivora. Jika memerhatikan kesamaan makanan antar populasi ikan atau nilai tumpang tindih makanan, maka populasi ikan target sebaiknya mempunyai nilai
kesamaan makanan atau tumpang tindih makanan yang kecil dibandingkan populasi ikan lainnya, sehingga penangkapan terhadap jenis tersebut akan memberikan pengaruh yang
lebih kecil dalam jejaring makanan. Berdasarkan hal tersebut maka ikan kurisi dewasa C
ih
= 0,74
–
0,89 dapat menjadi ikan target dalam rekreasi memancing. Rendahnya tingkat kesamaan makanan ikan kurisi dewasa dengan populasi ikan
lainnya memungkinkan ikan tersebut untuk dikembangkan sebagai target pemancingan. Selain itu, penangkapan terhadap populasi ikan kurisi dapat memberikan peluang yang
besar pada populasi ikan karnivora lain Gambar 18 dan Lampiran 9 untuk berkembang lebih optimal karena berkurangnya pesaing kurisi akibat penangkapan. Berkembangnya
populasi ikan karnivora lain tentunya dapat mendukung pengembangan perikanan rekreasi di masa mendatang.
Besarnya kuota penangkapan populasi kurisi perlu diperhatikan untuk menghindari kelebihan tangkap dan ikan yang ditangkap jumlahnya seimbang dengan
penambahannya secara alami. Besarnya jumlah ikan yang boleh ditangkap dan waktu penangkapan harus didasarkan pada sebaran jumlah dan ukuran ikan di perairan
Lampiran 10. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya wisata pemancingan dilakukan saat musim peralihan II September–November dan musim barat Desember–Februari,
sedangkan pada musim lainnya sebaiknya tidak dilakukan penangkapan guna memberi
kesempatan bagi populasi ikan target untuk berkembang. Upaya tersebut merupakan strategi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan perikanan rekreasi yang hasilnya dapat
meningkatkan kelimpahan ikan target utama seperti yang dilaporkan oleh Metcalf et al. 2010 di perairan Australia Bagian Barat.
Lokasi yang dapat dikembangkan untuk perikanan rekreasi terletak pada Zona II dan III yaitu hanya pada bagian tengah perairan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa ikan berukuran besar dengan kemampuan renang yang lebih besar berada di bagian tengah perairan sedangkan ikan berukuran kecil yang mempunyai kemampuan
renang lebih kecil berada di bagian pinggir perairan untuk mencari makan, berlindung atau bersembunyi pada bagian akar tumbuhan mangrove Asriyana et al., 2010
a
, 2011. Untuk menunjang pengembangan perikanan rekreasi di perairan ini diperlukan
pula upaya lain, yaitu penetapan kawasan khusus dalam perairan Teluk Kendari sebagai daerah lindungan untuk pemijahan dan pengasuhan populasi ikan yang berkembang di
perairan ini. Selain itu lingkungan perairan Teluk Kendari perlu dijaga agar kondisinya tetap nyaman misalnya melalui upaya pengendalian kekeruhan untuk dapat menunjang
kehidupan ikan. Dua upaya tersebut telah diuraikan secara terpisah di depan. Pengembangan perikanan rekreasi di Teluk Kendari perlu mempertimbangkan tiga
hal yaitu: aktivitas pemancingan, peningkatan stok, dan interaksi lintas sektor Gambar 15.
Gambar 15. Faktor yang memengaruhi pengembangan perikanan rekreasi Sumber: modifikasi dari Cowx, 2002
Polutan Sampah
Habitat Sumber Umpan
Aktivitas Pemancingan
Peningkatan Stok Daerah
Pengasuhan Pemijahan Beban Antropogenik
Kualitas Air Transportasi
Interaksi Lintas Sektor
PERIKANAN REKREASI
a. Aktivitas Pemancingan
Hasil sampingan perikanan rekreasi aktivitas pemancingan seperti adanya polutan yang dihasilkan oleh perahu motor, sampah, kegiatan pemancingan yang
dilakukan di sekitar kawasan mangrove dan sumber umpan yang menggunakan umpan hidup dari ikan dapat memberikan gangguan terhadap sumber daya perairan.
Hasil sampingan tersebut perlu diminimalkan dengan melakukan upaya seperti menggunakan perahu tanpa motor untuk menghindari polutan, membuang sampah
pada tempat yang ditentukan, melakukan kegiatan pemancingan tidak di kawasan mangrove tetapi pada Zona II dan III, dan menggunakan umpan buatan. Upaya
tersebut dimaksudkan untuk meminimalkan gangguan baik terhadap kualitas air maupun organisme perairan lainnya.
b. Peningkatan Stok
Untuk meningkatkan stok atau sediaan ikan yang dapat dimanfaatkan dalam perikanan rekreasi maka perlu ditetapkan sebagian kawasan mangrove sebagai daerah
lindungan untuk pengasuhan dan pemijahan sumber daya ikan di sekitar muara Sungai Wanggu, Kambu dan Kadia. Selain itu juga perlu diatur waktu penangkapan
ikan September–Februari guna memberi kesempatan bagi populasi ikan target untuk berkembang, sedangkan pada musim lainnya sebaiknya tidak dilakukan penangkapan.
c. Interaksi Lintas Sektor
Teluk Kendari merupakan perairan yang dimanfaatkan tidak hanya untuk kegiatan perikanan rekreasi tetapi juga dimanfaatkan untuk aktivitas lain seperti transportasi.
Untuk mengintegrasikan kegiatan perikanan rekreasi tersebut maka diperlukan keterpaduan antar sektor. Beban antropogenik hasil sampingan aktivitas penambangan
pasir di sekitar aliran Sungai Wanggu dan Kambu perlu dikendalikan dengan memberikan alternatif usaha lain bagi pekerjanya; penebangan pohon di sekitar
daerah aliran sungai dan Taman Hutan Rakyat Tahura Murhum, konversi hutan mangrove, maupun buangan limbah rumah tangga ke dalam perairan Teluk Kendari
perlu dihentikan sehingga tidak meningkatkan kekeruhan dan padatan tersuspensi dalam perairan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan Dinas Kehutanan,
Tata Kota, Pekerjaan Umum, Tenaga Kerja, dan lembaga lain yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup dalam upaya pengendalian kekeruhan dan padatan
tersuspensi agar kondisi perairan tetap nyaman sebagai habitat sumber daya ikan. Selain itu perikanan rekreasi yang dilakukan di Zona II dan III perlu diatur agar tidak
mengganggu aktivitas transportasi di perairan Teluk Kendari, dengan menentukan
jalur khusus untuk transportasi yang terpisah dengan lokasiarea perikanan rekreasi. Upaya tersebut dilakukan agar aktivitas transportasi dan perikanan rekreasi dapat
dilaksanakan secara bersamaan.