Subgenre Film Horor Perkembangan Film Nasional Khususnya Film Horor di Indonesia

11

2.1.3 Film Horor

Secara khusus yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah film horor. Film horor adalah salah satu genre utama dalam film. Menurut Askurifai Baksin film horor Indonesia cenderung diangkat dari tradisi, adat, ritual, menampilkan keadaan yang benar-benar dialami masyarakat setempat. Ketegangan, kerisauan, kejijikan, dan berbagai ketidakmasukalan yang disuguhkan dalam film-film horor merupakan situasi yang berkembang dalam masyarakat. Dalam alur cerita film horor, berbagai kekuatan, kejadian, atau karakter jahat, terkadang semua itu berasal dari dunia supernatural, memasuki dunia keseharian masyarakat Indonesia. Pengertian horor, menurut The Merriam-Webster Dictionary 2004, memiliki tiga pengertian. Pertama, kengerian, ketakutan, dan kecemasan yang menyakitkan dan begitu hebat. Kedua, kejijikan yang luar biasa. Ketiga, sesuatu yang menakutkan. Dimana ketiga pengertian horror tersebut berlandaskan pada aspek emosi dari para penonton. Dengan demikian, pengertian dari film horor adalah adalah film yang dirancang untuk untuk menerbitkan rasa, takut, teror, jijik, atau horor dari para penontonnya. Film horor memusatkan diri pada tema kejahatan dalam berbagai ragam bentuknya. Dalam film horor Indonesia sosok yang adalah hantu yang bergentayangan untuk melampiaskan dendam, sang hantu yang sebelumnya adalah manusia biasa selalu teraniaya, diperkosa, diinjak-injak, dan dihinakan. Balas dendam hanya bisa terjadi ketika sang manusia berubah sebagai hantu.

2.1.4 Subgenre Film Horor

Menurut Seorang kritikus film Amerika, Charles Derry dalam bukunya Dark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film 1977: 97 membagi genre horor dalam tiga subgenre, 1. Horror-of-personality adalah jenis film horor yang tak lagi menokohkan karakter-karakter mitis sebagai sumber horornya. Dalam horor jenis ini, objek horor bukan lagi sosok berciri monster, melainkan manusia biasa yang 12 terlihat normal dan biasanya baru pada bagian akhir cerita tampak tabiatnya yang mengerikan. Secara tipikal, film-film jenis ini memberikan tekanan pada tema-tema psikologi aliran Freud dan seks. Contoh film dari subgenre horor ini adalah film Hannibal dan Saw. 2. Horror-of-the-Armageddon adalah jenis film horor yang memetik arketip kisahmitologi biblikal tentang kiamat. Namun, dalam film, arketip ini diambil melewati rute perkembangan film-film fiksi ilmih science-fiction pada 1950-an. Contoh film dari subgenre horor ini adalah film-film Zombie yaitu, 28 Weeks Later, Dawn of The Dead, Shaun of The Dead dan film The Birds. 3. Horror-of-the-Demonic adalah film yang menawarkan tema tentang dunia yang buruk karena kuasa Setan ada di dunia, dan selalu mengancam kehidupan mat manusia. Kuasa SetanKejahatan itu bisa hanya berupa penampakan spiritual belaka. Contoh film dari subgenre horor ini adalah Child’s Play, Nightmare On Elm’s Street, The Exorcist dan The Omen. Melihat dari ceritanya, film horor Indonesia menggunakan subgenre Horror- of-the-Demonic. Karena film-film horor Indonesia selalu mengisahkan tentang kekuasaan dari setan itu sendiri, contohnya adalah film Tengkorak Hidoep, Dendam Nyi Roro Kidul, Jelangkung, Pocong, Suster Ngesot, dan Kuntilanak.

2.1.5 Perkembangan Film Nasional Khususnya Film Horor di Indonesia

Menurut Askurifai Baksin, praktisi film dan dosen fakultas ilmu komunikasi Universitas Islam Bandung, film nasional merupakan film pre komisioni yang artinya dahulu perfilman nasional berkembang pesat pada periode tahun 1970-an sampai tahun 1980-an hingga menyebabkan industri perfilman Indonesia memproduksi 600-an sampai 700-an judul film pertahun. Memasuki tahun 1990-an industri perflman Indonesia turun drastis, hal ini 13 menyebakan tidak lebih 10 judul film yang diproduksi selama setahun. Pada tahun 2000-an industri perfilman Indonesia mulai bangkit lagi, hal ini berlangsung sampai sekarang. Genre horor dalam kancah perfilman nasional dinilai bisa membangkitkan industri perfilman di Indonesia. Walaupun di satu sisi bagi sebagian masyarakat film horor di anggap tidak terlalu bagus, tetapi sebagai produk seni, film merupakan karya kolektif dari beberapa orang yang artinya sebagaimanapun r ingan dan “remehnya” film ini dianggap sebagian orang tetapi film bergenre horor tetap sebagai produk film yang membutuhkan proses kreatif yang tidak gampang. Masalah ini yang membuat masyarakat menjadi terlalu apriori. Pada awalnya perfilman Indonesia dianggap mati suri, namun ketika bangkit kembali, khususnya pada film horor Indonesia, masyarakat seakan tidak peduli. Hal ini dikarenakan film-film bergenre horor tidak memberikan alternatif lain film yang menarik. Film horor Indonesia lebih menyiratkan nafsu birahi dan mengumbar adegan yang tidak senonoh. Namun di satu sisi yang lain secara produksi film horor Indonesia bisa dianggap sebagai penolong industri perfilman Indonesia. Film bergenre horor tetap mengukuhkan bahwa perfilman nasional masih eksis. Jika industri perfilman tidak memproduksi film bergenre horor, maka perfilman nasional akan mati. Munculnya film bergenre horor di kancah perfilman nasional merupakan suatu bukti bangkitnya perfilman nasional.

2.2 Media Poster