Tinjauan Tipografi Judul Film Horor Indonesia Pada Media Poster

(1)

TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL FILM HOROR INDONESIA

PADA MEDIA POSTER

DK 38315 SKRIPSI Semester II 2009-2010

Oleh :

Ganeshya Nathagracia RS NIM : 51906084

Program Studi Desain Komunikasi Visual

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS DESAIN DAN SENI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

ABSTRAK

Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai sarana hiburan. Film horor adalah salah satu genre utama dalam film, yang menampilkan ketegangan, kerisauan, kejijikan, dan berbagai ketidakmasukalan. Pembahasan utama dalam skripsi ini adalah mengenai tinjauan visual tipografi judul film khususnya film horor Indonesia dalam media poster. Poster film memiliki elemen-elemen visual dimana tipografi film adalah salah satunya. Disini yang menarik perhatian adalah adanya kecenderungan kemiripan visual pada poster. Yang paling menonjol adalah adanya kemiripan pola karakter tipografi pada tipografi judul film horor Indonesia. Yang menjadi pertanyaan dalam skripsi ini adalah bagaimana keterkaitan antara konsep cerita film dengan dengan tipografi pada judul film horor Indonesia pada poster.

Dalam penelitian ini, untuk menjawab permasalahan yang diangkat tersebut dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu metode atau cara menguraikan pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta yang terjadi pada waktu sekarang.

Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa, tipografi judul film horor Indonesia pada poster-poster film periode tahun 2001 sampai dengan 2009, yaitu poster film Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren dan Tali Pocong Perawan, hanya empat dari keenam poster film horor Indonesia yang menggunakan jenis font yang sudah ada, dan jenis font tersebut sudah dimodifikasikan dengan visual effect sebagai guna untuk menambah kesan horor secara visual. Berdasarkan konsep cerita film, empat dari keenam film horor Indonesia memiliki kesesuaian konsep dengan kesan yang ditimbulkan pada jenis tipografi judul film serta dari efek visualnya. Sedangkan dua film yang lainnya walaupun sudah menggunakan efek visual yang cukup memberikan kesan horor, tetapi jika dilihat dari kesan jenis huruf yang ditampilkan, kurang begitu ada kesesuaian antara tipografi judul film


(3)

dengan konsep cerita film yang disuguhkan. Berdasarkan teori prinsip pokok tipografi, hanya empat poster dari keenam poster film horor Indonesia yang memenuhi kaidah prinsip pokok tipografi. Baik itu dari kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca (legibility), kualitas pada teks yang membuat teks tersebut mudah dibaca (readibility), kemampuan huruf dan teks yang dapat terbaca dalam jarak tertentu (visibility), serta kualitas pada huruf dan teks untuk dapat dimengerti dengan jelas (clarity).


(4)

Lembar Pengesahan

TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL FILM HOROR INDONESIA PADA MEDIA POSTER

DK 38315 Skripsi Semester II 2009 / 2010

Oleh:

Ganeshya Nathagracia RS 51906084

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Menyetujui,

Pembimbing

Ambarsih Ekawardhani, M. Sn.

Koordinator Tugas Akhir/Skripsi


(5)

DAFTAR ISI

Abstrak ……….. i

Kata Pengantar ……….. iii

Ucapan Terima Kasih ……… iv

Daftar Isi ………... v

Daftar Gambar ……….. ix

Daftar Tabel ………..…... xi

Daftar Lampiran ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN………..………... 1

1.1Latar Belakang Masalah ……….... 1

1.2Identifikasi Masalah ………... 3

1.3Perumusan Masalah ………... 3

1.4Pembatasan Masalah ………... 3

1.5Metode Penelitian ………... 4

1.6 Tujuan Penelitian ………... 5

1.7 Manfaat Penelitian ………... 5

1.8 Kerangka Penelitian ……….. 6

1.9Sistematika Penulisan ………... 7

BAB II TINJAUAN FILM HOROR DAN TIPOGRAFI PADA MEDIA POSTER ………. 9

2.1 Sinematografi-film ……….... 9

2.1.1 Pengertian Sinematografi-film ………. 9

2.1.2 Jenis Film ……… 10

2.1.3 Film Horor ……….. 11

2.1.4 Subgenre Film Horor ……….. 11 2.1.5 Perkembangan Film Nasional Khususnya Film Horor ………... 12 2.2 Media Poster ……….………... 13

2.2.1 Pengertian Poster ……….... 13 2.2.2 Jenis Poster ………. 14


(6)

2.2.3 Poster Film ……….. 15

2.2.4 Elemen-elemen Visual Poster Film ……….. 17

2.3 Tipografi ………... 17

2.3.1 Pengertian Tipografi ………... 17

2.3.2 Perkembangan Tipografi ……… 18

2.3.3 Anatomi Huruf ………... 21 2.3.4 Prinsip Pokok Tipografi ………. 27 2.3.5 Visual Effect pada Tipografi Judul Film ……… 29

BAB III PEMAPARAN POSTER FILM HOROR ………. 31

3.1 Film Beranak Dalam Kubur The Movie ……… 31

3.1.1 Data Film ………. 31

3.1.2 Sinopsis Film Beranak dalam Kubur The Movie ………. 31

3.1.3 Pemaparan Poster Film Beranak dalam Kubur ……… 33

3.2 Film Kuntilanak 3 ……… 35

3.2.1 Data Film ……… 35

3.2.2 Sinopsis Film Kuntilanak 3 ………….……….... 35

3.2.3 Pemaparan Poster Film Kuntilanak 3 ………... 36 3.3 Film Horor ……….….. 38

3.3.1 Data Film ……….……… 38 3.3.2 Sinopsis Film Horor ………. 38 3.3.3 Pemaparan Poster Film Horor ……….……. 39 3.4 Film Jelangkung ……… 41

3.4.1 Data Film ………. 41

3.4.2 Sinopsis Film Jelangkung ……… 41

3.4.3 Pemaparan Poster Film Jelangkung ………. 43 3.5 Film Tiren Mati Kemaren ………... 45 3.5.1 Data Film ………. 45


(7)

3.5.2 Sinopsis Film Tiren

Mati Kemaren ……….. 45 3.5.3 Pemaparan Poster Film Tiren

Mati Kemaren ……….. 47 3.6 Film Tali Pocong Perawan

3.6.1 Karakteristik Film……. . ……….…. 49 3.6.2 Sinopsis Film Tali Pocong Perawan ………. 49 3.6.3 Pemaparan Poster Film Tali Pocong Perawan …... 50 BAB IV TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL

FILM HOROR INDONESIA PADA

MEDIA POSTER……….…… 52

4.1 Tipografi pada Judul Film Horor………. 52 4.2 Analisis Tipografi pada Judul

Film Horor Indonesia dalam Media Poster...….. 53 4.2.1 Tipografi pada Judul Film

Beranak dalam Kubur The Movie ... 53 4.2.2 Analisis Tipografi pada Judul Film

Beranak dalam Kubur The Movie Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan

Teori Prinsip Pokok Tipografi……...…………. 55 4.2.3 Tipografi pada Judul Film Kuntilanak 3 ...……… 57 4.2.4 Analisis Tipografi pada Judul Film

Kuntilanak 3 Berdasarkan Kelompok

Jenis Huruf dan Teori Prinsip Pokok Tipografi .... 59 4.2.5 Tipografi pada Judul Film Horor………...61

4.2.6 Analisis Tipografi pada Judul Film Horor Berdasarkan Kelompok Jenis

Huruf dan Teori Prinsip Pokok Tipografi………...63 4.2.7 Tipografi pada Judul Film Jelangkung………... 65 4.2.8 Analisis Tipografi pada Judul Film

Jelangkung Berdasarkan Kelompok Jenis


(8)

4.2.9 Tipografi pada Judul Film

Tiren Mati Kemaren……….. 69 4.2.10 Analisis Tipografi pada Judul Film

Tiren Mati Kemaren Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan Teori

Prinsip Pokok Tipografi……….. 71 4.2.11 Tipografi pada Judul Film

Tali Pocong Perawan……….. 73 4.2.12 Analisis Tipografi pada Judul Film

Tali Pocong Perawan Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan Teori

Prinsip Pokok Tipografi……….. 75

BAB V KESIMPULAN ………. 77


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.8.1 Skema kerangka penelitian……….. 6

Gambar 2.2.3.1 Poster film Batman Forever dan Saw 3……...………….……… 16 Gambar 2.2.3.2 Poster film Laskar Pelangi dan Pocong 3……….…… 16

Gambar 2.3.2.1 Figure dan Ground……….………....………. 19

Gambar 2.3.2.2 Bentuk Roman………....………. 20 Gambar 2.3.2.3 Nama bagian-bagian huruf……….…….. 20

Gambar 2.3.2.4 Nama bagian-bagian huruf………...… 21 Gambar 2.3.2.5 Contoh huruf kategori Oldstyle………...……….. 22

Gambar 2.3.2.6 Contoh huruf kategori Modern………..…….... 22

Gambar 2.3.2.7 Contoh huruf Slab Serif………..………….... 23

Gambar 2.3.2.8 Contoh huruf Sans Serif……….………..... 23

Gambar 2.3.2.9 Contoh huruf Serif………...... 24

Gambar 2.3.2.10 Contoh huruf Sans Serif………..…..………...... 24

Gambar 2.3.2.11 Contoh huruf Tulis/Latin (Script)………... 25

Gambar 2.3.2.12 Contoh huruf Dekoratif………... 25

Gambar 2.3.4.1 Contoh legibility sebuah huruf……….... 27

Gambar 2.3.4.2 Contoh legibility………... 27

Gambar 2.3.4.3 Contoh legibility………... 27

Gambar 2.3.4.4 Contoh readibility………... 28

Gambar 2.3.4.5 Contoh visibility……….…... 29

Gambar 3.1.3.1 Poster film Beranak Dalam Kubur……….….. 33

Gambar 3.2.3.1 Poster film Kuntilanak 3………....…. 36

Gambar 3.3.3.1 Poster Film Horor…………... 39

Gambar 3.4.3.1 Poster film Jelangkung………….... 43

Gambar 3.5.3.1 Poster film Tiren………..……….... 47

Gambar 3.5.3.1 Poster film Kuntilanak 3……….…… 50

Gambar 4.2.2.1 Anatomi huruf judul film Beranak dalam Kubur……….…….. 55


(10)

Gambar 4.2.6.1 Anatomi huruf judul Film Horor………...…… 63 Gambar 4.2.8.1 Anatomi huruf judul film Jelangkung………..…. 67 Gambar 4.2.10.1 Anatomi huruf judul film Tiren Mati Kemaren………….……. 72 Gambar 4.2.12.1 Anatomi huruf judul film Tali Pocong Perawan…………..….. 75


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2.1.1 Tabel analisis film Beranak dalam Kubur The Movie……… 55

Tabel 4.2.3.1 Tabel analisis film Kuntilanak 3………. 59

Tabel 4.2.5.1 Tabel analisis film Film Horor……… 63

Tabel 4.2.7 .1 Tabel analisis film Jelangkung…………….……….…….. 67

Tabel 4.2.9.1 Tabel analisis film Tiren Mati Kemaren……….. 71


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Permohonan izin melakukan wawancara dengan Askurifai Baksin, S.Sos, selaku praktisi film dan dosen FIKOM Universitas Islam Bandung. Hasil melakukan wawancara dengan Bapak Askurifai Baksin, S.Sos, selaku praktisi film dan dosen FIKOM Universitas Islam Bandung.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai sarana hiburan. Perfilman Indonesia sempat menguasai bioskop-bioskop lokal di tahun 1980-an. Festival Film Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat itu. Namun karena suatu hal, perfilman Indonesia mengalami kemerosotan pada tahun 1990-an. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menguasai lagi di negeri sendiri, melainkan film-film Hollywood yang merebut posisi tersebut. Hal tersebut berlangsung hingga tahun 2000-an. Munculnya film Petualangan Sherina merupakan awal dari bangkitnya lagi perfilman Indonesia. Semenjak itu, perfilman lokal telah bangun dari tidurnya, film-film lain dengan segmen yang berbeda-beda juga sukses secara komersil. Film Jelangkung film bergenre horor merupakan tonggak tren film horor remaja yang juga menguasai bioskop Indonesia untuk waktu yang cukup lama.

Dunia perfilman nasional memang telah bangkit. Hal ini ditandai dengan munculnya optimisme insan muda film dalam berkarya. Namun kebangkitan tersebut ternyata tidak teruji secara kualitas, walaupun secara kuantitas hampir setiap bulan ada film nasional baru yang muncul di bioskop. Poster film-film nasional bergenre horor menjadi yang diutamakan di bioskop-bioskop negeri ini, bahkan jam tayangnya di sejumlah bioskop di Indonesia seringkali berbarengan.

Film horor merupakan sebuah genre yang berkembang dalam film, film horor menyuguhkan ketakutan, kengerian, dan ketegangan pada penontonnya. Biasanya dalam alur cerita yang terdapat di film horor mengandung berbagai kekuatan, kejadian, dan karakter jahat yang berasal dari dunia suprarnatural yang berhubungan dengan kehidupan. Tujuan dari dibuatnya film yang bergenre horor pada dasarnya untuk meneror penonton dengan memperlihatkan bermacam adegan dengan menggunakan tokoh yang menakutkan.


(14)

Beberapa judul film seperti Hantu Jeruk Purut, Hantu Ambulans, Suster Ngesot, dan Mati Kemaren (Tiren), pernah diputar di Indonesia. Tema film yang diangkat dipilih yang menarik, menyesuaikan dengan tren serta diperankan artis muda yang tengah populer sebagai pemainnya, sehingga menjadi daya tarik bagi penggemar tontonan layar lebar.

Tema mistik adalah bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Ini adalah sebuah tema yang sangat dekat dengan cara berpikir dan memori kultural sebagain besar masyarakat Indonesia.

Biaya produksi film horor lokal pun relatif lebih murah dibandingkan dengan film-film lokal bergenre lain. Ini karena film-film horor bisa diproduksi secara digital murni. Biasanya tidak menggunakan pemain atau pemeran yang terkenal, sehingga lebih murah. Rata-rata, biaya film horor adalah 2-2,5 milyar rupiah. Pendapatan sebuah film horor lokal yang bisa mencapai angka sejuta penonton, menurut hitungan Kompas, kira-kira bisa mencapai hampir 8 milyar rupiah.

Suksesnya film bergenre horor lokal di Indonesia membuat perusahaan-perusahaan film dalam negeri punya kecenderungan untuk memproduksi film. Mendampingi film-film bioskop, adalah poster film. Poster-poster ini biasanya dibuat untuk menampilkan film dan memberi gambaran mengenai film. Disini yang menarik perhatian adalah adanya kecenderungan kemiripan visual pada poster, yang paling menonjol adalah penggunaan warna suasana dan tipografi pada judul film.

Kondisi ini menarik untuk diteliti, karena poster dibuat untuk menujukkan film. Aspek pembeda menjadi penting, karena dibuat untuk menarik perhatian. Poster-poster pada film horor Indonesia justru terlihat memiliki kemiripan satu sama lain. Ini yang akan berusaha diungkap dalam penelitian ini.


(15)

1.2Identifikasi Masalah

Dari penjelasan yang telah diungkapkan sebelumnya, dapat diuraikan menjadi beberapa bagian permasalahan yaitu:

a. Cerita dari genre flm horor menghasilkan beberapa subgenre film horor. b. Unsur-unsur visual yang digunakan pada poster-poster tersebut mengacu

hanya pada satu konsep yang sama, yaitu memberi kesan menakutkan.

c. Secara khusus pada bagian tipografi banyak ditemukannya kemiripan karakter pada judul film horor Indonesia baik dari warna, outline bentuk huruf, serta komposisinya hingga terlihat serupa atau sama.

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di dalam latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat dikemukakan suatu perumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana keterkaitan antara konsep cerita film dengan karakter pola visual tipografi pada judul film horor Indonesia pada poster?”

1.4Pembatasan Masalah

Dalam penelitian masalah dibatasi pada tinjauan visual tipografi enam objek poster pada film horor yang beredar di bioskop periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2009, yang terdiri dari film Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren dan Tali Pocong Perawan. Keenam poster film horor Indonesia tersebut dipilih, karena memiliki kemiripan pada tipografi judul film. Dimana dari keenam poster film horor Indonesia tersebut akan dianalisis mengenai karakter tipografi pada judul film dari segi pemaknaan kesan visual tipografi berdasarkan teori prinsip pokok tipografi serta mengaitkannya dengan konsep cerita film yang dibahas.


(16)

1.5Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan ilmu yang memperbincangkan tentang metode ilmiah dalam menggali pengetahuan. Dengan melihat fenomena yang ada, penelitian ini menggunakan penelitian secara deskriptif dengan data kualitatif, yaitu metode atau tata cara menguraikan pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta yang terjadi pada waktu sekarang. Masalah tersebut dianalisis berdasarkan data yang dikumpulkan tanpa menggunakan angka atau dengan kata lain data atau informasi bukan dalam bentuk angka, melainkan data berbentuk seperti kata-kata, kalimat, atau gambar-gambar. Menurut Sarwono dan Lubis (2007:139) data ini dapat berupa gejala, peristiwa, pendapat, karya, artefak, dan lain sebagainya.

Untuk mendapatkan bahan-bahan sebagai bahan dasar penyusunan skripsi ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Pustaka (Literary Research)

Studi pustaka yaitu menggunakan berbagai referensi atau mengacu pada permasalahan melalui media cetak seperti buku, koran, dan jurnal, sebagai landasan teori serta pelengkap penulisan skripsi.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara pengumpulan data melalui wawancara secara langsung kepada orang yang berkaitan dengan objek penelitian. Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan Askurifai Baksin, praktisi media perfilman dan dosen fakultas ilmu komunikasi, Universitas Islam Bandung.

3. Pencarian Online

Pencarian dengan menggunakan komputer yang dilakukan melalui internet dengan alat pencarian tertentu pada server-server yang tersambung dengan internet yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Dalam tulisan ini akan diberikan contoh pencarian secara online dengan menggunakan alat pencari alih milik Google (http://www.google.com). Dalam penelitian ini data berupa keenam poster film horor Indonesia diperoleh melalui situs internet.


(17)

1.6 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter pola visual tipografi pada judul film terhadap keenam poster film horor Indonesia, dan mengaitkannya dengan konsep cerita film horor Indonesia yang dibahas.

1.7 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan berharga, di dalam menerapkan ilmu yang diperoleh pada saat kuliah dan juga diperuntukkan bagi kemajuan Universitas Komputer Indonesia, terutama dalam bidang Desain Komunikasi Visual.

Manfaat lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menginformasikan pola karakter visualisasi tipografi judul film horor Indonesia dalam media poster dengan tipografi sebagai elemen dari poster.


(18)

1.8Kerangka penelitian

Gambar 1.8.1 Skema kerangka penelitian Kemunculan film-film bergenre horor membuat keberadaan film tersebut dibarengi

dengan kemunculan poster fimnya.

Unsur visual pada poster khususnya pada bagian tipografi, banyak ditemukan kemiripan karakter

pada judul film horor Indonesia.

Memaparkan keenam poster film horor Indonesia secara visual

Ilustrasi Tipografi Warna

Menganalisis tinjauan tipografi judul film horor Indonesia berdasarkan teori

prinsip pokok tipografi.

Legibility Readibility Visibility Clarity

Menentukan kesimpulan akhir


(19)

1.9Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

Penjelasan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah berdasarkan fenomena yang terjadi. Pembatasan masalah untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang dilakukan, yaitu poster film horor yang beredar di bioskop periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2009, yang terdiri dari film Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren dan Tali Pocong Perawan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, manfaat penelitian yang diperuntukkan bagi kemajuan Universitas Komputer Indonesia, terutama di bidang Desain Komunikasi Visual, dan untuk mengetahui serta menginformasikan pola karakter visualisasi tipografi judul film horor Indonesia dalam media poster dengan tipografi sebagai elemen dari poster. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan data kualitatif, kerangka penelitian, juga sistematika penulisan laporan penelitian agar dapat tersusun dengan baik dan mudah dipahami.

BAB II. TINJAUAN FILM HOROR DAN TIPOGRAFI PADA MEDIA POSTER

Teori-teori yang menyangkut dengan tipografi judul film horor pada media poster secara umum yang diulas berdasarkan sumber data yang benar sebagai landasan teori. Seperti pengertian sinematografi-film, jenis film, pengertian film horor, subgenre film horor dan perkembangan film nasional khususnya pada film horor. Pada media poster dijelaskan pengertian poster, jenis poster, pengertian poster film dan elemen-elemen visual poster film. Pada bagian tipografi dijelaskan mengenai pengertian tipografi serta fungsi tipografi, perkembangan tipografi serta mengenal anatomi huruf, dan teori prinsip pokok tipografi.


(20)

BAB III. PEMAPARAN POSTER FILM HOROR INDONESIA

Sumber data yang berhubungan tentang poster film horor Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren dan Tali Pocong Perawan. Pada bab ini dijelaskan mengenai data film, sinopsis film dan pemaparan yang terdiri dari ilustrasi, tipografi dan warna dari poster film horor Indonesia yang dibahas.

BAB IV. TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL FILM HOROR INDONESIA PADA MEDIA POSTER

Tentang laporan penelitian yang dilakukan. Menjelaskan tentang analisis tipografi judul film horor Indonesia pada poster-poster film Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren dan Tali Pocong Perawan dan mengaitkannya dengan teori prinsip pokok tipografi yang terdiri dari legibility, readability, visibility, dan clarity.

BAB V. KESIMPULAN

Merupakan bab penutup yang menguraikan kesimpulan dari penulisan laporan ini. Menyangkut hasil pengamatan terhadap proses penelitian secara spesifik.


(21)

BAB II

TINJAUAN FILM HOROR DAN TIPOGRAFI PADA MEDIA POSTER

2.1Sinematografi – Film

2.1.1 Pengertian Sinematografi - Film

Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematography yang berasal daribahasa Latin kinema '‟gambar'‟. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide. Sinematografi sangat dekat

dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Genre dalam bahasa komunikasi sering diartikan gaya atau style serta tema dan sangat berhubungan dengan pemilihan yang sesuai dengan kelas dan mewakili suatu komunitas tertentu. Seperti pemilihan bahasa, disain foto serta image yang dipakai termasuk setting dan tata letaknya sebuah media massa. Hal serupa berlaku juga dalam pembuatan film maupun sinetron dalam memilih kata-kata dan gerak serta karakternya. Dalam pengertian ini, film sebagai media penyimpan adalah lembaran kecil selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi

Film mempunyai banyak pengertian yang dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh. Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak orang terlibat.

Menurut Undang-Undang perfilman No. 6 Tahun 1992 Bab 1, Pasal 1, yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan


(22)

media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektonik atau lainnya.

Tiga aspek utama dalam film adalah konsep kebudayaan, tempat pembuatan dimana film tersebut dibuat, dan bagaimana cara penayangannya.

2.1.2Jenis Film

Menurut Askurifai Baksin, praktisi film dan dosen fakultas ilmu komunikasi Universitas Islam Bandung, dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2010 dilihat secara garis besar film dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Film Cerita

Film cerita adalah film yang berdasarkan rekaan pembuatnya, yaitu film yang menceritakan tentang segala sesuatu yang tidak benar, yang hanya merupakan sebuah kreasi imajinatif belaka atau berpura-pura dan tidak selalu berdasarkan fakta. Film horor merupakan film yang masuk kategori film cerita.

2. Film Dokumenter

Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita dan berdasarkan cerita yang sesungguhnya melalui berbagai cara berdasarkan faktualitas dan survey yang terdapat di lapangan dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.

3. Film Dokudrama

Film dokudrama adalah film dokumenter yang sudah dikemas secara dramatis, dimana fakta dan data yang ada didalam film tersebut dikemas secara rekaan, dan aspek imajinatif dimasukkan sebagai pelengkap dari film tersebut.


(23)

2.1.3Film Horor

Secara khusus yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah film horor. Film horor adalah salah satu genre utama dalam film. Menurut Askurifai Baksin film horor Indonesia cenderung diangkat dari tradisi, adat, ritual, menampilkan keadaan yang benar-benar dialami masyarakat setempat. Ketegangan, kerisauan, kejijikan, dan berbagai ketidakmasukalan yang disuguhkan dalam film-film horor merupakan situasi yang berkembang dalam masyarakat. Dalam alur cerita film horor, berbagai kekuatan, kejadian, atau karakter jahat, terkadang semua itu berasal dari dunia supernatural, memasuki dunia keseharian masyarakat Indonesia. Pengertian horor, menurut The Merriam-Webster Dictionary (2004), memiliki tiga pengertian. Pertama, kengerian, ketakutan, dan kecemasan yang menyakitkan dan begitu hebat. Kedua, kejijikan yang luar biasa. Ketiga, sesuatu yang menakutkan. Dimana ketiga pengertian horror tersebut berlandaskan pada aspek emosi dari para penonton. Dengan demikian, pengertian dari film horor adalah adalah film yang dirancang untuk untuk menerbitkan rasa, takut, teror, jijik, atau horor dari para penontonnya.

Film horor memusatkan diri pada tema kejahatan dalam berbagai ragam bentuknya. Dalam film horor Indonesia sosok yang adalah hantu yang bergentayangan untuk melampiaskan dendam, sang hantu yang sebelumnya adalah manusia biasa selalu teraniaya, diperkosa, diinjak-injak, dan dihinakan. Balas dendam hanya bisa terjadi ketika sang manusia berubah sebagai hantu.

2.1.4Subgenre Film Horor

Menurut Seorang kritikus film Amerika, Charles Derry dalam bukunya Dark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film (1977: 97) membagi genre horor dalam tiga subgenre,

1. Horror-of-personality adalah jenis film horor yang tak lagi menokohkan karakter-karakter mitis sebagai sumber horornya. Dalam horor jenis ini, objek horor bukan lagi sosok berciri monster, melainkan manusia biasa yang


(24)

terlihat normal dan biasanya baru pada bagian akhir cerita tampak tabiatnya yang mengerikan. Secara tipikal, film-film jenis ini memberikan tekanan pada tema-tema psikologi aliran Freud dan seks.

Contoh film dari subgenre horor ini adalah film Hannibal dan Saw.

2. Horror-of-the-Armageddon adalah jenis film horor yang memetik arketip kisah/mitologi biblikal tentang kiamat. Namun, dalam film, arketip ini diambil melewati rute perkembangan film-film fiksi ilmih (science-fiction) pada 1950-an.

Contoh film dari subgenre horor ini adalah film-film Zombie yaitu, 28 Weeks Later, Dawn of The Dead, Shaun of The Dead dan film The Birds.

3. Horror-of-the-Demonic adalah film yang menawarkan tema tentang dunia yang buruk karena kuasa Setan ada di dunia, dan selalu mengancam kehidupan mat manusia. Kuasa Setan/Kejahatan itu bisa hanya berupa penampakan spiritual belaka.

Contoh film dari subgenre horor ini adalah Child’s Play, Nightmare On Elm’s Street, The Exorcist dan The Omen.

Melihat dari ceritanya, film horor Indonesia menggunakan subgenre Horror-of-the-Demonic. Karena film-film horor Indonesia selalu mengisahkan tentang kekuasaan dari setan itu sendiri, contohnya adalah film Tengkorak Hidoep, Dendam Nyi Roro Kidul, Jelangkung, Pocong, Suster Ngesot, dan Kuntilanak.

2.1.5Perkembangan Film Nasional Khususnya Film Horor di Indonesia

Menurut Askurifai Baksin, praktisi film dan dosen fakultas ilmu komunikasi Universitas Islam Bandung, film nasional merupakan film pre komisioni yang artinya dahulu perfilman nasional berkembang pesat pada periode tahun 1970-an sampai tahun 1980-an hingga menyebabkan industri perfilman Indonesia memproduksi 600-an sampai 700-an judul film pertahun. Memasuki tahun 1990-an industri perflman Indonesia turun drastis, hal ini


(25)

menyebakan tidak lebih 10 judul film yang diproduksi selama setahun. Pada tahun 2000-an industri perfilman Indonesia mulai bangkit lagi, hal ini berlangsung sampai sekarang.

Genre horor dalam kancah perfilman nasional dinilai bisa membangkitkan industri perfilman di Indonesia. Walaupun di satu sisi bagi sebagian masyarakat film horor di anggap tidak terlalu bagus, tetapi sebagai produk seni, film merupakan karya kolektif dari beberapa orang yang artinya sebagaimanapun ringan dan “remehnya” film ini dianggap sebagian orang tetapi film bergenre horor tetap sebagai produk film yang membutuhkan proses kreatif yang tidak gampang. Masalah ini yang membuat masyarakat menjadi terlalu apriori.

Pada awalnya perfilman Indonesia dianggap mati suri, namun ketika bangkit kembali, khususnya pada film horor Indonesia, masyarakat seakan tidak peduli. Hal ini dikarenakan film-film bergenre horor tidak memberikan alternatif lain film yang menarik. Film horor Indonesia lebih menyiratkan nafsu birahi dan mengumbar adegan yang tidak senonoh. Namun di satu sisi yang lain secara produksi film horor Indonesia bisa dianggap sebagai penolong industri perfilman Indonesia. Film bergenre horor tetap mengukuhkan bahwa perfilman nasional masih eksis. Jika industri perfilman tidak memproduksi film bergenre horor, maka perfilman nasional akan mati. Munculnya film bergenre horor di kancah perfilman nasional merupakan suatu bukti bangkitnya perfilman nasional.

2.2 Media Poster

2.2.1 Pengertian Poster

Poster adalah iklan atau pengumuman yang diproduksi secara massal. Poster pada umumnya dibuat dengan ukuran besar di atas kertas untuk didisplay kepada khalayak. Sebuah poster biasanya berisi gambar ilustrasi dengan warna-warna yang indah dan beberapa teks maupun memuat trademark. Sebuah poster biasanya berguna secara komersial untuk mengiklankan suatu produk, suatu kegiatan pendidikan, acara entertainment, even-even tertentu, maupun sebagai alat propaganda. Namun, banyak juga poster yang dibuat hanya untuk tujuan seni maupun sebagai hiasan.


(26)

Dari definisi diatas, jelas bahwa poster adalah salah satu bagian seni grafis yang memiliki gaya, aliran, maupun trend tersendiri yang tidak lepas dari tingkat penguasaan teknologi serta gaya hidup dari suatu zaman. Oleh karena poster dibuat untuk menyampaikan pesan atau informasi, maka poster menjadi elemen dalam Desain Komunikasi Visual.

Menurut Margono Sastrosoediro dalam bukunya Poster Layanan Masyarakat dan Generasi Muda (1998:7), kata poster berasal dari kata “to post” yang memiliki arti menempelkan. Sebagai kata benda berarti post (surat). Poster dapat diartikan tukang menempelkan surat pengumuman atau tempelan itu sendiri. Dalam mendesain suatu poster perlu diperhatikan beberapa hal berikut :

a. Poster harus dapat dibaca dan pesannya dapat dimengerti .

b. Menimbulkan sifat menarik dan harus mengandung sesuatu yang baru dalam bentuk maupun dalam pesan yang tertulis.

c. Poster harus didesain dalam bentuk yang cukup besar bila dilihat dari jarak jauh agar membawa hasil seperti yang dinginkan.

d. Poster dari jarak dekat harus memberikan gairah dengan memakai pengenalan yang mudah dan detail yang menyenangkan.

e. Poster harus tetap di dalam ingatan penonton dengan mengadakan kontak baru antara penonton dan sebuah topik baru atau sebuah hasil baru.

2.2.2 Jenis Poster

Menurut Margono Sastrosoediro dalam bukunya Poster Layanan Masyarakat dan Generasi Muda berdasarkan tujuan periklanannya, poster dibagi menjadi 2 macam yaitu:

a. Poster Komersial

Poster Komersial adalah poster yang memiliki tujuan untuk mengkampanyekan suatu brand produk dagang untuk meningkatkan volume penjualan dan pemasaran itu sendiri.

Poster film adalah contoh dari poster komersial, karena poster film memiliki tujuan untuk mempromosikan dan meningkatkan volume


(27)

penjualan pemasaran dari film yang diproduksi kepada khalayak masyarakat.

b. Poster Non Komersial atau Sosial

Poster non komersial atau sosial adalah poster yang memiliki tujuan untuk melayani kepentingan umum bersifat sosial kemasyarakatan. Dasarnya adalah sarana penyampaian atau informasi yang bersifat sosial.

2.2.3 Poster Film

Poster film merupakan bagian penting dari film. Industri film sangat memanfaatkan poster untuk mempopulerkan film-filmnya, karena poster merupakan sebuah media promosi penjualan dari film. Hingga kini, poster film dibuat menggunakan teknologi dan profesionalisme yang sangat tinggi karena di situ dilibatkan kemampuan finansial yang sangat kuat. Desainer-desainer terbaik disewa untuk membuat karya-karya poster untuk mempromosikan film. Publik pun sangat menyenangi poster yang rata-rata sangat menarik itu sehingga poster film memiliki potensi jual yang cukup tinggi. Menjadi kolektor poster film sudah menjadi hobi pada beberapa kalangan.


(28)

Gambar 2.2.3.1 Poster film Batman Forever dan Saw 3 merupakan contoh poster komersial. Poster film Batman Forever merupakan contoh poster film action

Hollywood, sementara poster film Saw 3 merupakan contoh poster film horor Hollywood.

(Sumber:http://www.movieberry.com/batman_forever/buy/?partner=3270&subaccount= movie dan http://movies.about.com/library/weekly/blsaw3poster2.htm)

Gambar 2.2.3.2 Poster film Laskar Pelangi dan Pocong 3 merupakan contoh poster komersial. Poster film Laskar Pelangi merupakan contoh poster film drama

Indonesia, sementara poster film Pocong 3 merupakan contoh poster film horor Indonesia.

(Sumber:http://wdarmono.wordpress.com/2009/04/ dan http://www.asian-horror-movies.com/po3.php)


(29)

2.2.4 Elemen-Elemen Visual Poster Film

Menurut Askurifai Baksin, elemen-elemen yang harus ada pada poster film antara lain adalah sebagai berikut :

1. Ilustrasi

Karena ilustrasi merupakan unsur kemenarikan dan harus banyak ditonjolkan pada poster film.

2. Tagline

Karena tagline merupakan premis dari sebuah film yang akan ditayangkan untuk mengundang rasa penasaran.

3. Titel Kredit (Credit Title)

Titel kredit dalam poster film terdiri atas nama, produser film, sutradara, judul film, nama-nama pemeran utama dan pemeran pendukung, desainer kostum, pembuat efek visual (visual effect), pengarah musik, editor film, desainer produksi, pengarah koreografi, fotografer, penyusun naskah skenario, logo-logo pendukung suara, serta logo-logo perusahaan.

4. Tipografi Film

Tipografi judul film merupakan bagian dari rancangan grafis yang diciptakan oleh desainer grafis dengan harapan mewakili konsep, karakteristik serta kekuatan kata-kata guna mengekspresikan cerita filmnya.

Semua elemen poster film di atas kemudian dikombinasikan dalam sebuah komposisi yang dapat menarik perhatian.

2.3 Tipografi

2.3.1 Pengertian Tipografi

Tipografi sebagai unsur pendukung dari Desain Komunikasi Visual tidak bisa dilepaskan dari perjalanan hidup manusia. Perkembangan tipografi


(30)

banyak dipengaruhi oleh faktor budaya serta teknik pembuatan. Karakter tipografi yang ditimbulkan dari bentuk hurufnya bisa dipersepsikan berbeda.

Pemilihan huruf tidak semudah yang dibayangkan, ribuan bahkan jutaan jumlah huruf menyebabkan desainer harus cermat dalam memilih tipografi yang tepat untuk karyanya. Rangkaian huruf dalam sebuah kata maupun kalimat memiliki suatu makna dan kemampuan untuk mengacu dan menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual. Hal itu dikarenakan terdapatnya dua fungsi pada tipografi, yaitu fungsi estestis dan fungsi komunikasi. Sebagai fungsi estetis, tipografi digunakan untuk menunjang penampilan sebuah pesan agar terlihat menarik, sedangkan fungsi komunikasi tipograf digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi beberapa teks dengan jelas dan tepat. Seperti yang ditulis Danton Sihombing dalam buku Tipografi dalam Desain Grafis, bahwa tipografi adalah ilmu yang secara spesifik mempelajari mengenai huruf. Pengetahuan mengenai huruf yang dipelajari dalam sebuah disiplin seni disebut tipografi. Tipografi merupakan konsep yang abstrak, seperti halnya musik. Dengan mendengarkan sebuah lagu kita dapat merangkum karakteristik, kesan, dan suasana hati, seperti perasaan gembira, sedih, optimisme, tenteram ataupun romantis.

Pengaruh teknologi digital pada intinya tidak mengubah fungsi huruf sebagai perangkat komunikasi visual. Teknologi komputer menyajikan spektrum dalam penyampaian pesan lewat huruf, mencitrakan sebuah gaya yang memiliki korelasi dengan khalayak tertentu, di mana desainer grafis memiliki kebebasan untuk menciptakan visualisasi pesan dengan huruf, selain untuk dibaca, tetapi juga mengekspresikan suasana atau rasa.

2.3.2 Perkembangan Tipografi

Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata dapat membedakan antara huruf „m‟ dengan „p‟ atau „C‟ dengan „Q‟. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 mengemukakan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt.

Teori ini berbasis pada „pattern seeking‟ dalam perilaku manusia. Salah satu


(31)

„membaca‟ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatif yang disebut dengan ground.

Mengenal dan memahami anatomi huruf dapat menjadi langkah awal mempelajari tipografi. Oleh karena itu, para ahli mengelompokkan jenis-jenis desain huruf sesuai ciri masing-masing bagian tersebut.

Gambar 2.3.2.1 Figure dan Ground dalam Teori Gestalt (Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001, hal 12)

Perubahan ciri di bagian-bagian huruf menandai perkembangan sejarah seni perancangan huruf dimana tren perkembangannya dapat diikuti pada masing-masing periode sejak abad 17.

Tidak berbeda dengan seni lukis, seni mendesain huruf pun mengenal karya-karya abadi serta pengaruh-pengaruh bentuk dari karya-karya klasik. Oleh karena itu, mempelajari ciri-ciri suatu bentuk huruf tidak akan terlepas dari pengetahuan mengenai anatomi huruf.

Dengan perkembangan tipografi saat ini dimana fasilitas peralatan yang serba memadai ditunjang perangkat teknologi komputer yang selalu inovatif menghadirkan program-program baru dimungkinkan seorang tipografer secara kreatif membuat jenis huruf baru. Munculnya jenis tipografi digital memberikan solusi teknis bagi tipografer. Huruf bisa dimodifikasikan apa saja ,misalnya huruf bitmap yang muncul sekitar tahun 1980-an, memiliki kualitas out put 72 dot per-inch dalam ukuran tetap 12 point/pt. Diperkuat


(32)

oleh kehadiran software pembuat huruf “fontografer” menjadikan huruf tersebut bisa berubah apa saja sesuai dengan kehendak tipografer.

Gambar 2.3.2.2 Bentuk Roman memiliki ketebalan bagian-bagian huruf yang bervariasi, sedangkan huruf Gothic seluruh bagiannya sama tebalnya

(Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 200)

Ada dua aspek dasar dalam anatomi huruf yang berkaitan dengan cara kita memanfaatkannya.

1. Aspek pertama berkaitan dengan bentuk fisik huruf dan merupakan metode mengenai bagaimana huruf itu dibentuk. Demikian juga cara mengukurnya, baik secara horizontal maupun vertikal.

2. Aspek kedua menyangkut bentuk, konstruksi, dan tampilan secara visual dari masing-masing huruf secara individu.

Gambar 2.3.2.3 Nama bagian-bagian huruf (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 200)


(33)

1. Body 10. Character Origin 19. Spur 2. Cap Height 11. Arm 20. Serif 3. X-Height 12. Stroke 21. Link 4. Ascender 13. Bracket 22. Ear 5. Descender 14. Ball 23. Hairline 6. Baseline 15. Bowl 24. Counter 7. Body Width 16. Bar 25. Stem 8. Left Sidebearing 17. Terminal 26. Spine 9. Right Sidebearing 18. Fanial

Gambar 2.3.2.4 Nama bagian-bagian huruf (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 201)

2.3.3 Anatomi Huruf

a. Ciri-ciri Huruf Sesuai Anatominya

Menurut Adi Kusrianto dalam buku Pengantar Desain Komunikasi Visual, ada 4 kelompok huruf sesuai ciri-ciri anatominya, yaitu :


(34)

1. Oldstyle

Gambar 2.3.2.5 Contoh huruf kategori Oldstyle (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 202)

Beberapa font yang dapat dikategorikan ke dalam kelompok Oldstyle adalah Bembo, Bauer text, CG Cloister, ITC Usherwood, Claren-don, Garamond, Goudy Oldstyle, Palatino (Palmspring), dan lain-lain.

2. Modern

Gambar 2.3.2.6 Contoh huruf kategori Modern (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 203)

Font-font yang termasuk dalam kelompok Modern adalah Bodoni, Bauer Bodoni, Didot, Torino, Auriga, ITC Fenice, Linotype Modern, ITC Modern, Walbaum Book, ITC Zapf Book, Bookman, Cheltenham, Melior, dan lain-lain.


(35)

3. Slab Serif

Gambar 2.3.2.7 Contoh huruf Slab Serif (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 204)

Contoh-contoh huruf Slab Serif antara lain Boton, Aachen, Calvert, Lubalin Graph, Memphis, Rockwell, Serifa, Clarendon, Stymie, dan lain-lain.

4. Sans Serif

Gambar 2.3.2.8 Contoh huruf Sans Serif (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 204)

Contoh-contoh huruf Sans Serif adalah Franklin Gothic, Akzident Grotesk, Helvetica, Univers, Formata, Avant Garde, Gill Sans, Futura, Optima, dan lain-lain.

Sementara menurut Pujiriyanto dalam buku Desain Grafis Komputer (Pujiriyanto, 2005:56) huruf diklasifikasikan menurut struktur anatominya menjadi beberapa jenis, yaitu :


(36)

1. Huruf Berkait (Serif)

Gambar 2.3.2.9 Contoh huruf Serif (Sumber : Desain Grafis Komputer, 2005, hal 57)

Adalah bentuk huruf yang memiliki kait, dengan ketebalan yang kontras. Jenis ini merupakan hururf yang formal. Serif mengekspresikan organisasi dan intelektualitas. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. Termasuk didalamnya Times New Roman.

2. Huruf Tak Berkait (Sans Serif)

Gambar 2.3.2.10 Contoh huruf Sans Serif (Sumber : Desain Grafis Komputer, 2005, hal 57)

Adalah bentuk huruf yang tidak memiliki kait, bertangkai tebal, sederhana dan mudah dibaca. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer, kurang formal, lebih hangat, bersahabat dan efisien. Jenis huruf ini tidak memiliki garis-garis kecil yang disebut counterstroke. Huruf ini berkarakter streamline, fungsional, modern dan kontemporer. Contoh: Arial, Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic dan lain-lain.


(37)

3. Huruf Tulis/Latin (Script)

Gambar 2.3.2.11 Contoh huruf Tulis/Latin (Script) (Sumber : Desain Grafis Komputer, 2005, hal 58)

Jenis ini merupakan dasar dari bentuk huruf yang ditulis dengan tangan, kontras tebal dan tipisnya sedikit, saling berhubungan dan mengalir. Bentuk huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab dan keanggunan.

4. Dekoratif

Gambar 2.3.2.12 Contoh huruf Dekoratif

(Sumber : http://www.myklroventine.com/2008/10/if-sarah-palin- was-a-font/)

Bentuk huruf yang sangat rumit desainnya. Bentuk huruf ini akan sangat memusingkan jika dipakai sebagai body text, dan hanya cocok untuk dipakai secara terbatas untuk headline. Font dekoratif bisa membuat efek respons yang berbeda.


(38)

b. Bentuk dan Jenis Huruf Sebagai Keluarga Huruf dan Citra Visual

A

A

A

Bentuk pipih/light Bentuk regular/medium Bentuk gemuk/bold Kesan : - Ringan Kesan : - Kuat Kesan : - Lebih kuat

- Ekslusif - Resmi - Berat - Sopan - Jelas - Lebih tegas - Anggun - Sopan - Kokoh - Resmi - Tegas - Padat - Bersih - Resmi

Bentuk meninggi/condensed Bentuk melebar/extended Kesan : - Resmi Kesan : - Lebih tegas

- Jelas - Kokoh - Sopan - Padat - Terbaca - Resmi - Tegas


(39)

2.3.4 Prinsip Pokok Tipografi

Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi, antara lain:

1.Legibility

Kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas daripada suatu huruf.

Gambar 2.3.4.1 Contoh legibility sebuah huruf (Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001, hal 58)

Gambar 2.3.4.2 Contoh legibility


(40)

Gambar 2.3.4.3 Contoh legibility

(Sumber : http://www.tomontheweb2.ca/CMX/4D5E2/image10.jpg)

2. Readibility

Penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan huruf baik untuk membentuk suatu kata, kalimat atau tidak harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain. Khususnya spasi antar huruf.

Gambar 2.3.4.4 Contoh readibility

(Sumber : http://www.studiokmzero.com/files/thumb/ 900_Sugo_font2_1.jpeg)

3. Visibility

Kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya desain komunikasi visual yang dapat terbaca dalam jarak baca tertentu Setiap


(41)

karya desain mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan dalam desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik. Menurut dokter mata Aritonang dari Rumah Sakit PGI Cikini, jarak pandang normal terjauh adalah 6 m.

Gambar 2.3.4.5 Contoh visibility

4. Clarity

Kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang dituju. Untuk suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh pengamat yang dituju. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, warna, pemilihan type, dan lain-lain.

2.3.5 Visual Effect Pada Tipografi Judul Film

Menurut Didik Wijaya dalam situs www.escaeva.com, visual effect atau efek visual adalah efek yang dibuat dengan komputer yang masuk dalam proses editing menggunakan software yang ada untuk membuat efek-efek tertentu.

Dalam hal ini akan dibahas visual effect pada tipografi judul film. Peran visual effect pada tipografi judul film pada umumnya untuk


(42)

memberikan kesan, mencitrakan sebuah gaya dan mengekspresikan suasana atau rasa. Pada pembahasan kali ini, kesan visual effect yang ditimbulkan pada tipografi judul film ini menggunakan software Adobe Photoshop CS 3, dimana dari sotware tersebut, huruf yang tadinya biasa-biasa saja bisa dimodifikasikan sehingga bisa menimbulkan efek-efek yang diperlukan.


(43)

BAB III

PEMAPARAN POSTER FILM HOROR INDONESIA

3.1 Film Beranak Dalam Kubur The Movie 3.1.1 Data Film

Jenis Film : Horor

Produser : Dhamo Punjabi dan Manoj Punjabi Sutradara : Adji Saputra dan Freddy Lingga Penulis : Ery Sofid

3.1.2 Sinopsis Film Beranak Dalam Kubur The Movie

Film ini merupakan remake dari film tahun 1971 dengan judul yang sama Beranak dalam Kubur, yang dibintangi oleh aktris spesialis horor Suzanna. Dalam film remake “Beranak dalam Kubur The Movie”, peran Suzanna digantikan oleh aktris Julia Perez.

Film bergenre horror of the demonic ini menceritakan tentang lima orang sahabat Jessy, Jovan, Titaz, Kaila dan Brian yang merupakan mahasiswa kedokteran. Mereka mengikuti kegiatan observasi untuk kepentingan mata kuliah praktikum anatomi di rumah sakit. Mereka kemudian menemukan kamar mayat yang tak lagi digunakan. Kamar mayat itu ditutup selamanya, dan menyediakan kamar mayat lain yang baru. Karena ulah tidak bertanggung jawab Brian dan Kaila, mereka berlima akhirnya memasuki kamar mayat tersebut. Tak satu pun diantara mereka yang tahu, bahwa kamar yang terlihat kosong itu, sesungguhnya menyembunyikan sosok mayat wanita yang ditempatkan tersembunyi di balik sekat. Sosok mayat yang sengaja disembunyikan

Sejak memasuki kamar mayat itu, mereka mengalami kejadian-kejadian halusinatif serta teror-teror gaib yang mengancam keselamatan. Di mulai Titaz dikejutkan bangkitnya sebuah mayat kadaver ketika bersama Jovan, Brian, Kaila dan Jessy menyelinap masuk ke ruang praktikum anatomi, untuk melihat mayat kadaver, yang digunakan untuk praktek anatomi mahasiswa kedokteran. Saat bangkit, mayat kadaver itu berubah sosoknya seolah sosok mayat yang


(44)

ditemukan di kamar mayat yang tak digunakan lagi itu di rumah sakit ketika melakukan observasi. Titaz terkejut dan rekan-rekannya tidak terlalu mempercayai.

Namun akhirnya, satu per satu dari mereka mendapat gangguan hantu wanita di kamar mayat itu. Tak ada yang tahu, siapa sesungguhnya sosok hantu wanita itu. Hingga kemudian, Brian dan Kaila harus menghadapi ajal kematian yang diakibatkan teror hantu wanita. Jessy, Jovan dan Titas yang masih tersisa berpikir keras untuk mencari tahu jawaban atas misteri yang mengundang maut itu

Belakangan baru terungkap, sosok hantu wanita tersebut adalah Jasmine. Jasmine meninggalkan kampung halaman demi mengejar mimpi untuk menjadi penyanyi terkenal di ibukota. Namun, karena melalaikan pesan ibunya yang janda, untuk menjaga kehormatan diri, Jasmine pun terjerumus dalam kubangan lumpur dosa. Jasmine dikhianati oleh laki-laki yang menghamilinya. Jasmine bahkan akhirnya mati secara tragis akibat disantet laki-laki yang menghamilinya. Kegaiban membuat Jasmine keluar dari kuburnya setelah melahirkan bayinya. Namun, Jasmine dan bayinya akhirnya mati. Sejak itulah, arwahnya gentayangan dengan membawa dendam.

Berbeda dengan cerita di film terdahulunya dimana tokoh utamanya, Lila yang diperankan Suzanna, merupakan pengantin baru yang disiram air racun tetapi tidak mati dan ketika hendak dikubur terdengar tangisan bayi, ia melahirkan dan ditolong pembantu setianya anaknya diselamatkan dokter dan di akhir film sempat kembali pada suaminya yang pulang dari luar negeri dan memecahkan misteri hantu pengganggu. Hantu tadi adalah Lila yang menakut-nakuti penduduk Ciganyar.


(45)

3.1.3 Pemaparan Poster Film Beranak Dalam Kubur

Gambar 3.1.3.1 Poster film Beranak dalam Kubur

(Sumber : http://www.fullhalloween.com/blog/5149/beranak-dalam-kubur-2007/)

a. Ilustrasi

Ilustrasi poster film Beranak Dalam Kubur The Movie ini merupakan suatu adegan yang diambil dari film tersebut dimana ketika Jasmine, setan wanita yang mati diperkosa, keluar dari kuburnya sesaat setelah melahirkan bayinya. Lokasi kuburan menjadi setting tempat yang merupakan background dari poster dan ilustrasi setan wanita yang merupakan sosok jelmaan dari Jasmine serta ilustrasi bayi, merupakan foreground dari poster.


(46)

b. Tipografi

Penempatan tipografi judul film “Beranak Dalam Kubur The Movie

diletakkan terpisah tepat di bawah ilustrasi bayi. Tipografi judul film pada poster ini menggunakan 2 jenis font yang berbeda,yaitu di bagian judul “Beranak Dalam Kubur” dan di bagian judul “The Movie”. Judul “The

Movie” dibedakan jenis fontnya guna sebagai penegas bahwa film ini

merupakan remake film Beranak Dalam Kubur yang di produksi tahun 1972 , dan juga sebagai suatu pembeda dari film terdahulunya yang dibintangi oleh Suzanna. Sementara penempatan untuk tipografi pada nama produser, logo rumah produksi dan tipografi “Only In Cinemas” yang merupakan titel kredit (credit title), diletakkan pada bagian atas dan di bagian bawah poster film.

c. Warna

Warna pada poster didominasi oleh warna-warna gelap. Di bagian background poster tepatnya pada ilustrasi setting tempat kuburan, terdapat gradasi dari warna hitam ke warna biru. Di bagian foreground poster, digunakan warna biru gelap pada ilustrasi setan Jasmine dan digunakan warna cokelat tanah atau cokelat gelap pada ilustrasi bayi. Khusus pada tipografi judul film, warna yang digunakan adalah warna merah sebagai representasi dari warna darah.


(47)

3.2 Film Kuntilanak 3 3.2.1Data Film

Jenis Film : Horor

Produser : Raam Punjabi Sutradara : Rizal Mantovani

Penulis : Ve Handojo dan Rizal Mantovani

3.2.2Sinopsis Film Kuntilanak 3

Film bergenre horror of the demonic ini merupakan penutup dari trilogi film Kuntilanak. Pada film pertama Kuntilanak, mengutamakan atmosfir, film Kuntilanak 2 menawarkan aksi, maka Kuntilanak 3 menampilkan setan di wilayah kekuasaan mereka yang paling utama yaitu neraka dunia, di mana hantu perempuan yang sering dikenal dengan nama Kuntilanak itu seolah-olah menjadi penguasa utamanya.

Tanpa berpaling dari cerita yang sudah dibangun di film Kuntilanak dan Kuntilanak 2, ini Kuntilanak 3 mengisahkan tentang empat orang sahabat yaitu Darwin, Asti, Herman dan Petra pergi ke Desa Ujung Sedo untuk mencari dua orang teman mereka yang hilang, Stella dan tunangannya. Di perjalanan, mereka bertemu dengan seorang gadis bernama Samantha yang memiliki sebuah misi pribadi yang misterius di Ujung Sedo.

Kelima anak muda ini bertualang menembus hutan, kabut dan gua di mana banyak kejadian menyeramkan dan aneh menghantui mereka. Semua ternyata berkaitan dengan misi pribadi Samantha yang memiliki wangsit untuk memanggil Kuntilanak. Ibu Samantha, Mega, menyuruh Samantha mencari seorang dukun tua di Ujung Sedo yang bisa mencabut wangsit tersebut. Namun, dukun tua itu punya rencana jahat lain yang mengancam nyawa semua orang.

Dibantu gadis cilik bernama Yenny serta teman-temannya, Samantha berjuang menuntaskan misinya, walaupun kekuatan dukun tua dan Kuntilanak jauh melampauinya.


(48)

3.2.3 Pemaparan Poster Film Kuntilanak 3

Gambar 3.2.3.1 Poster film Kuntilanak 3

(Sumber : http://delirium-vault.com/nekoneko/wp-content/uploads/2008/08/k3-poster.jpg)

a. Ilustrasi

Tidak seperti poster film Beranak Dalam Kubur The Movie dimana ilustrasinya mengambil dari suatu adegan film, ilustrasi pada poster film Kuntilanak 3 dihiasi dengan para pemeran dari film tersebut dengan wajah yang tegang dan ketakutan. Samantha, sebagai tokoh utama diletakkan di tengah-tengah 6 tokoh lainnya, yaitu tokoh Darwin, Asti dan Petra yang terletak di sebelah kiri Samantha, lalu tokoh Stella dan tunangannya, termasuk ilustrasi setan Kuntilanak yang terletak di bagian belakang sebelah kanan Samantha, dimana ilustrasi tersebut merupakan


(49)

foreground dari poster film. Di bagian belakang poster, ilustrasi pepohonan kering dan ilustrasi bulan purnama menjadi bagian dari background poster film.

b. Tipografi

Ada 2 jenis tipografi yang terdapat dalam poster ini. Terdiri dari tipografi judul film Kuntilanak 3 yang terletak di ilustrasi perut Samantha, sang tokoh utama. Tipografi pada nama pemeran utama Julie Estelle, yang terletak pada bagian atas poster tepatnya di atas tagline film “Setiap Kisah Memiliki Akhir”, tipografi pada nama para pemain yang lainnya, nama sutradara, nama produser dan rumah produksi yang terletak di bagian bawah setelah tipografi “Mulai 13 Maret Di Bioskop” yang dimana semua tipografi yang disebutkan merupakan titel kredit (credit title). Khusus pada tipografi judul film, ditambahkan ilustrasi cakaran yang terdiri dari tiga garis diagonal sebagai representasi dari angka 3 yang mempunyai artian bahwa film Kuntilanak 3 adalah film yang ketiga dari trilogi film Kuntilanak.

c. Warna

Warna pada poster film Kuntilanak 3 didominasi oleh warna-warna gelap. Terdapat penggunaan gradasi warna dari warna hitam ke warna biru keabuan di bagian background poster pada ilustrasi pepohonan kering dan ilustrasi bulan purnama. Di bagian foreground poster, juga digunakan warna gradasi dari biru keabuan ke warna putih pada ilustrasi tokoh para pemain dari film tersebut. Khusus pada ilustasi setan Kuntilanak yang terletak di sebelah kanan Samantha, digunakan gradasi warna hitam ke warna biru keabuan di bagian wajahnya. Khusus pada tipografi judul film, warna yang digunakan adalah warna merah sebagai representasi dari warna darah.


(50)

3.3 Film Horor 3.3.1 Data Film

Jenis Film : Komedi Horor Produser : Shankar Rs B.Sc Sutradara : Toto Hoedi

3.3.2Sinopsis Film Horor

“Film Horor” adalah sebuah konsep film Scary Movie Versi Indonesia

yang mengetengahkan parodi dari beberapa film horor Indonesia dan film-film horor internasional lainnya yang telah meraih box office.

Film ini berkisah tentang sekelompok mahasiswa jahil, yaitu Beni, Dani dan Asto yang saling bertaruh dengan target meniduri Mala, seorang mahasiswi cantik di kampus. Namun sayang, tanpa disengaja Mala tewas mengenaskan di tangan mereka. Tapi anehnya, jasad Mala lenyap tidak pernah ditemukan. Dan mulai saat itu malapetaka mengerikan pun kerap menghantui mereka.


(51)

3.3.3 Pemaparan Poster Film Horor

Gambar 3.3.3.1 Poster Film Horor

(Sumber : http://film.indonesiaselebriti.com/ulasan_film/ArchivesF/358756404324/ FILM-HOROR)

a. Ilustrasi

Tidak sama seperti poster film horor Indonesia pada umumnya, dimana ilustrasi posternya mengambil dari salah satu adegan atau memperlihatkan para tokoh pemain dari film, ilustrasi utama pada poster film ini terdiri dari sekumpulan para setan yang pernah muncul dalam film horor Indonesia. Dalam poster diperlihatkan ilustrasi setan tanpa kepala dari film hantu jeruk purut, setan pocong, setan kuntilanak merah, jelangkung, sundel bolong, tuyul dan suster ngesot, dimana ilustrasi tersebut merupakan foreground dari poster film. Sama seperti poster film Beranak Dalam Kubur The Movie, lokasi kuburan menjadi setting tempat, dengan pepohonan kering dan ilustrasi bulan purnama yang merupakan


(52)

background dari poster, di antara dua titel kredit (credit title) rumah produksi

b. Tipografi

Ada banyak jenis tipografi yang terdapat dalam poster ini, terdiri dari tipografi judul film itu sendiri, tagline “Scary Movie Pertama Di Indonesia” yang terletak di sebelah kiri bawah poster film, tipografi nama rumah produksi yang terletak di atas tipografi judul film, tipografi nama produser, nama sutradara dan nama para pemain yang terletak di bawah ilustrasi para setan film horor, yang dimana semua tipografi yang disebutkan merupakan titel kredit (credit title). Di bagian atas (header) dan bawah (footer) poster terdapat tipografi dengan kesan extended pada tulisan “Serentak Di Bioskop” dan “Perhatian!!!”. Pada poster film ini, penempatan tipografi judul film terletak di bagian atas poster, diantara dua titel kredit (credit title).

c. Warna

Warna pada poster didominasi oleh warna-warna gelap, selebihnya hanya dua warna terang, yaitu warna kuning pada header dan footer poster, dan warna merah pada tipografi judul film, pada warna baju ilustrasi setan kuntilanak merah, pada tagline “Scary Movie Pertama Di Indonesia” dan pada tulisan “Serentak Di Bioskop” dan “Perhatian!!!”. Pada tipografi judul film, warna yang digunakan adalah warna merah sebagai representasi dari warna darah dan kesan seram atau horor.


(53)

3.4 Film Jelangkung 3.4.1 Data Film

Jenis Film : Horor

Produser : Jose Poernomo

Sutradara : Rizal Mantovani dan Jose Poernomo

3.4.2 Sinopsis Film Jelangkung

Film bergenre horror of the demonic ini mengisahkan tentang Ferdi , Gita, Gembol, dan Soni yang merupakan empat sekawan berbeda karakter dari Jakarta. Mereka selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan makhluk

halus di tempat-tempat angker. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan berhantu, namun tak kunjung menjumpai yang mereka cari. Lelah tidak menemukan yang mereka cari, mereka mendapat ide untuk pergi ke sebuah desa bernama Angkerbatu di daerah Jawa Barat yang dikabarkan banyak mendapat kasus penampakan makhluk halus dan orang kerasukan.

Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah kubur tanpa nama di tengah hutan desa tersebut. Kubur tersebut sangat misterius karena tidak diletakkan bersama kubur lain seperti kubur-kubur pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, mereka memutuskan untuk pulang. Namun pada malam terakhir, Soni yang menginginkan untuk memiliki ilmu gaib, diam-diam melakukan ritual "jelangkung" di kubur misterius tersebut. Jelangkung adalah sebuah ritual mistik kuno yang konon bisa memanggil arwah dari alam baka untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke sebuah boneka dari batok kelapa dan tongkat kayu. Soni menjalankan ritual sambil mengucapkan mantra: "Jelangkung, jelangkung, di sini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak diantar" untuk memanggil makhluk halus. Kemudian Soni menancapkan boneka jelangkung ke kubur tersebut. Ferdi, Gita, dan Gembol mengetahui hal ini, dan walau tertarik untuk melihat reaksi boneka jelangkung, mereka memaksa Soni untuk menghentikan ulahnya tersebut. Kecewa karena tak ada reaksi dari boneka itu, Soni pun marah dan pergi meninggalkan teman-temannya beserta boneka yang masih tertancap di kubur misterius. Mereka pun


(54)

akhirnya meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka jelangkung, tak menyadari bahwa sesuatu telah terjadi pada boneka jelangkung setelah mereka pergi. Setibanya di Jakarta, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka, masing-masing dengan cara tersendiri oleh sesosok hantu anak kecil yang mengerikan.

Saat mendatangi sebuah bangunan rumah sakit tua yang dikabarkan digentayangi oleh arwah hantu penasaran suster ngesot, Ferdi, Gita, Gembol, dan Soni akhirnya menemukan kengerian yang selama ini mereka cari. Ketakutanlah yang akhirnya menyelimuti mereka. Zulfikar, teman kuliah Ferdi, menyarankan supaya mereka menemui Sakimi, seorang paranormal yang dia kira bisa membantu mereka keluar dari masalah mengerikan ini. Paranormal tersebut mengetahui perbuatan mereka dan menyuruh mereka untuk segera kembali ke desa Angkerbatu, menemukan kubur misterius tersebut dan mencabut boneka jelangkung yang mereka tinggalkan. Namun perjalanan mereka tidak akan semudah yang mereka bayangkan. Hal mengerikan sedang menanti mereka di kubur misterius desa Angkerbatu tersebut.


(55)

3.4.3 Pemaparan Poster Film Jelangkung

Gambar 3.4.3.1 Poster film Jelangkung

(Sumber : http://www.dennyshotspot.com/sinetronplay/jelangkung.html)

a. Ilustrasi

Hanya ada 5 objek gambar yang menjadi ilustrasi pada poster film Jelangkung. Objek-objek tersebut terdiri dari tokoh empat sekawan Ferdi ,Gita, Soni dan Gembol, dan ilustrasi boneka batok kelapa dan tongkat kayu sebagai setan jelangkung. Poster film ini memiliki kesamaan dengan poster Kuntilanak 3 dimana ilustrasi poster film tidak diambil dari salah satu adegan film, melainkan poster tersebut dihiasi dengan tokoh-tokoh yang berdiri bejajar dengan ekspresi wajah tegang dan ketakutan.

b. Tipografi

Poster film Jelangkung terdiri dari 3 jenis tipografi, yaitu pada tipografi judul film yang terletak di bawah ilustrasi setan jelangkung, tipografi


(56)

pada tagline “Datang Tak Dijemput Pulang Tak Diantar” yang terletak di atas ilustrasi empat tokoh empat sekawan, dan tipografi titel kredit (credit title) yang terdiri atas nama para aktor, nama produser, nama sutradara dan nama rumah produksi. Pada tipografi judul film terdapat kesan melting atau tetesan sebagai representasi dari darah.

c. Warna

Poster film Jelangkung didominasi oleh warna-warna gelap. Di bagian background poster terdapat penggunaan gradasi warna dari warna hitam ke warna hijau keabuan. Di bagian foreground poster terdapat penggunaan gradasi warna dari warna hijau tua keabuan ke warna hijau muda keabuan pada wajah ilustrasi tokoh empat sekawan Ferdi, Gita, Soni dan Gembol. Khusus pada tipografi judul film, penggunaan warna yang digunakan adalah gradasi dari warna merah-oranye-hjiau muda-hijau tua.


(57)

3.5 Film Tiren Mati Kemaren 3.5.1Data Film

Jenis Film : Horor

Produser : Ody Mulya Hidayat Sutradara : Emil G. Hamp

3.5.2 Sinopsis Film Tiren (Mati Kemaren)

Film bergenre horror of the demonic ini mengisakan tentang Ranti yang ditemukan mati secara tidak wajar, mendadak, dan misterius. Ayahnya Hendra bersikeras untuk memakamkan Ranti disamping neneknya, namun karena lubang disebelah neneknya secara tidak sengaja sudah terisi, Hendrapun diminta warga untuk mengebumikan Ranti secara biasa saja. Namun, sebuah kucing melewati kuburan saat jenazah Ranti akan dimakamkan. Kata orang, apabila kucing melewati kuburan maka jenazah yang menempati kuburan itu tidak tenang.

Baru sehari setelah kematiannya, arwah Ranti sudah membuat seisi kampung ketakutan karena selalu menakut-nakuti orang-orang yang kerja malam. Hendra menerima keluhan tersebut dan mengatakan bahwa itu adalah konsekuensi gara-gara Ranti tidak dimakamkan di sebelah neneknya. Alhasil malam itu juga kuburan Ranti dan kuburan sebelah neneknya dikubur untuk ditukarkan. Setelah ditukar, Herman turun ke liang lahat dan mengikat tali pocong Ranti. Herman membisikkan kalimat agar Ranti jangan kembali ke dunia sana dulu sebelum Ranti membalas dendam pada orang yang telah membunuhnya

Arwah Ranti dalam bentuk pocong menghantui kekasihnya semasa ia hidup, Leo yang pernah dipergoki Ranti bermesraan dengan teman Ranti sendiri, Maya. Setelah memergoki mantan kekasihnya, Ranti turun kelantai bawah dan tersandung, sehingga jatuh dan meninggal. Maya yang mempunyai kehidupan rumah tangga dengan Reno dipaksa Leo untuk bersama membuang mayat Ranti. Maya yang tidak ingin ketahuan, akhirnya mau membantu membuang mayat. Leo berniat untuk mengubur Ranti, tetapi terdengar suara orang datang di lokasi pembuangan yang memaksa Leo dan Maya untuk pergi meninggalkan mayat Ranti dalam keadaan terbujur.


(58)

Leopun masih dalam penderitaannya karena teror. Sesampai di rumah dari pertemuan dengan Ranti, ia dikejar hingga ia terantuk meja dan meninggal. Reno yang menyendiri disebuah kafe, bertemu hantu Ranti dalam wujud manusia. Renopun tergoda dengan Ranti. Merekapun berhubungan intim, Ranti yang hantu, tidak terlihat dimata orang lain sehingga Reno terlihat seperti orang gila, apalai aroma bau busuk yang disebarkan Ranti yang membuat semua orang terheran-heran. Maya yang tidak tahu hubungan Reno pun mendapatkan teror dari Pocong Ranti. Keanehan juga diterima oleh Reno yang membuat hubungan Reno dan Maya merenggang dan Maya pergi dari rumah. Tepat setelah itu, Ranti datang dan Renopun berhubungan intim lagi dengannya. Saat itu Maya kembali dan menyaksikan suaminya bercinta dengan pocong. Rantipun muncul dihadapan Maya dan membuat Maya terjatuh dari tangga hingga meninggal.

Film berakhir dengan Reno yang dituduh membunuh Maya dan dipenjara, Reno menjadi gila. Sementara Herman, membuka tali pocong Ranti dan membiarkan Ranti untuk pergi ke alam sana dengan benar-benar tenang.


(59)

3.5.3 Pemaparan Poster Tiren (Mati Kemaren)

Gambar 3.5.3.1 Poster film Tiren

(Sumber : http://delirium-vault.com/nekoneko/wp-content/uploads/2009/03/tiren-1.jpg)

a. Ilustrasi

Di bagian foreground poster film, digunakan ilustrasi mayat yang sedang dimandikan seorang pria. Ilustrasi pada poster film ini tidak menggunakan suatu adegan yang diambil dari film tersebut, walaupun ilustrasi pada poster menyiratkan adanya suatu adegan. Tokoh Ranti sebagai setan wanita, dimunculkan dalam bentuk ilustrasi pocong yang sedang berdiri di belakang ilustrasi mayat yang sedang dimandikan.


(60)

b. Tipografi

Penempatan tipografi judul film “Tiren Mati Kemaren” diletakkan

terpisah tepat di bawah ilustrasi mayat yang sedang dimandikan seorang pria. Sama halnya seperti tipografi judul film pada poster film Beranak Dalam Kubur The Movie, tipografi judul film pada poster film ini menggunakan 2 jenis font yang berbeda, yaitu di bagian judul “Tiren” yang menggunakan bold font sebagai penegasan judul film bahwa “Tiren” adalah singkatan dari mati kemaren, dan tipografi judul “Mati Kemaren” yang merupakan singkatan dari judul film Tiren. Untuk penempatan nama pemain, nama sutradara, nama produser, dan nama rumah produksi yang merupakan titel kredit (credit title), diletakkan di antara tiporafi judul film. Nama pemain utama Dewi Perssik, diletakkan di atas tipografi judul film Tiren Mati Kemaren di bawah penggunaan tagline “Apa Yang Terjadi Besok Lebih Menakutkan Dari Kemarin dan di bawah titel kredit (credit title) nama-nama pemain dari film, nama sutradara, dan nama produser.

c. Warna

Sama halnya dengan poster film horor Indonesia yang pada umunya menggunakan warna-warna gelap, poster film Tiren Mati Kemaren didominasi oleh warna-warna hitam dan warna gradasi dari hitam ke putih. Di bagian foreground poster pada ilustrasi pintu geser terdapat gradasi dari warna hitam ke warna abu-abu dan putih. Pada ilustrasi lantai tepatnya bawah ilustrasi mayat yang sedang di mandikan, terdapat penggunaan gradasi dari warna abu-abu ke warna hitam.


(61)

3.6 Film Tali Pocong Perawan 3.6.1 Data Film

Jenis Film : Horor

Produser : Manoj Punjabi Sutradara : Arie Aziz

3.6.2 Sinopsis Film Tali Pocong Perawan

Cerita film bergenre horror of the demonic ini diawali dari sebuah kampus, dimana seorang mahasiswi ditemukan gantung diri. Adegan berikutnya menceritakan mengenai dua kakak beradik, Nino dan Aldo. Nino adalah lelaki yang berpenampilan agak aneh. Tidak seperti Aldo, kakaknya yang lebih modis dan supel. Tidak heran, mudah bagi Aldo untuk mendapatkan gadis yang diinginkannya. Termasuk gadis cantik bernama Virnie. Nino yang berperilaku aneh ternyata juga sangat menyukai Virnie. Nino seringkali mengintip mereka berdua di rumah. Hingga pada puncaknya, Nino memiliki niat untuk merebut Virnie dari kakaknya sendiri.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari internet, Nino menemukan teori "tali pocong perawan", dimana tali tersebut memiliki kekuatan untuk menarik hati seorang wanita. Cara mendapatkannya pun tidak biasa, harus menggali kubur sang perawan yang meninggal dengan tangan. Lalu, mengambil tali kain kafan dengan mulut.

Rasa cintanya Nino kepada Virnie membuat dia tidak dapat berfikir jernih lagi. Dicarinya perawan yang baru meninggal. Setelah mendapatkan tali pocong perawan, selanjutnya tali tersebut di rendam dan airnya akan diberikan kepada Virnie. Namun upaya Nino gagal karena gelas yang berisi air rendaman tali pocong perawan tersebut tumpah. Kemudian Nino malah dikejar-kejar oleh pocong yang menginginkan kembali tali pocongnya. Pada akhirnya Nino tewas setelah jatuh dari lantai atas sebuah rumah sakit karena dikejar-kejar oleh sang pocong.


(62)

3.6.3 Pemaparan Poster Film Tali Pocong Perawan

Gambar 3.5.3.1 Poster film Tali Pocong Perawan

(Sumber : http://forum.kompas.com/movies/896-40-hari-bangkitnya-pocong-vs-tali-pocong-perawan.html)

a. Ilustrasi

Penggunaan ilustrasi separuh tubuh dari seorang wanita perawan yang sedang gantung diri pada poster film, merupakan suatu adegan yang di ambil dari film tersebut. Ini sama halnya dengan poster film Beranak Dalam Kubur The Movie dan poster film Tiren Mati Kemaren dimana penggunaan ilustrasi poster menyiratkan adanya suatu adegan yang diambil dari film-film tersebut. Nino, tokoh utama dari film Tali Pocong Perawan tidak muncul dalam ilustrasi poster, melainkan yang dimunculkan pada poster film ini adalah tokoh mahasiswi yang ditemukan gantung diri yang diceritakan pada awal sinopsis film, sebagai foreground dari poster film tersebut.


(63)

b. Tipografi

Poster film Tali Pocong Perawan menggunakan 3 jenis tipografi, yang terdiri dari tipografi judul film, tagline, dan titel kredit (credit title). Penempatan tipografi judul film Tali Pocong Perawan diletakkan di antara ilustrasi separuh tubuh wanita yang sedang gantung diri dan ilustrasi kursi yang terjatuh. Khusus pada tipografi judul film, terdapat

aksen tali pada huruf “T” dari kata “Tali”, yang merupakan representasi

dari objek tali pada ilustrasi poster film.

c. Warna

Penggunaan warna pada poster film Tali Pocong Perawan didominasi oleh warna-warna gelap yang terdiri dari warna hitam, abu-abu dan putih. Di bagian background poster terdapat gradasi warna hitam ke warna abu-abu dan putih, di bagian foreground poster terdapat gradasi warna hitam ke warna abu-abu pada ilustrasi separuh tubuh wanita. Warna merah darah tidak ditonjolkan, melainkan warna darah pada ilustrasi tubuh wanita digunakan warna ungu keabuan. Khusus pada tipografi judul film, digunakan warna putih sebagai represntasi suci dari makna kata perawan.


(64)

BAB IV

TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL

FILM HOROR INDONESIA PADA MEDIA POSTER

1.1 Tipografi Pada Judul Film Horor

Film merupakan media komunikasi dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Bentuk imaji maupun realita diwakili dalam bentuk film. Peninggalan masa lampau, cara menghadapi masa kini, semua ditunjukkan melalui film. Dalam perkembangannya film bukanlah lagi sebagai moving images, yaitu usaha untuk menampilkan citra bergerak, namun juga telah juga diikuti oleh muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia serta gaya hidup seseorang.

Perkembangan film begitu pesat, khususnya perfilman nasional yang memang telah bangkit. Pesatnya perkembangan perfilman nasional juga tampak dari penampilan judul film itu sendiri. Judul film yang ditulis dengan tepat merupakan daya tarik tersendiri yang mendorong seseorang untuk menonton film tersebut. Dalam penelitian ini dipilih beberapa film horor Indonesia yang tayang di bioskop pada periode tahun 2001-2009. Berikut ini akan diuraikan 6 buah tipografi judul film horor Indonesia menurut karakter cerita film yang bersangkutan. Analisis digunakan dengan menggunakan penelitian deskriptif sebagai alat untuk menemukan karakater-karakter tipografi judul film pada film horor, dimana karakter tipografi tersebut akan dikaitkan dengan citra visualnya berdasarkan kelompok jenis huruf dan teori prinsip pokok tipografi.


(65)

1.2 Analisis Tipografi Pada Judul Film Horor Indonesia dalam Media Poster 1.2.1 Tipografi Pada Judul Film Beranak dalam Kubur The Movie

Tipografi Judul Film Beranak dalam Kubur The Movie

Sub Genre Horor Horror of the Demonic

Visual Effect yang digunakan

-Texture Bevel and Emboss -Efek Scratches


(1)

76 untuk menggantung diri. Menurut Pujiriyanto (Pujiriyanto, 2005:57), huruf serif memberikan kesan klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin.

Melihat dari segi konsep cerita film, dapat ditarik kesimpulan bahwa tipografi judul film Tali Pocong Perawan memiliki kesesuaian terhadap kesan huruf yang ditampilkan. Penggunaan warna putih pada tipografi judul film merupakan representasi makna suci dari kata perawan. Berdasarkan prinsip pokok tipografi, secara keseluruhan tipografi pada judul film Tali Pocong Perawan memenuhi semua kaidah keempat prinsip pokok tipografi, baik itu secara legibility, readability, visibility dan clarity.


(2)

77 BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai “Tinjauan Tipografi Judul Film Horor Indonesia Pada Media Poster”, maka pada akhir bab ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tipografi judul film horor Indonesia pada poster-poster film periode tahun 2001 sampai dengan 2009, yang terdiri dari poster film Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren dan Tali Pocong Perawan, empat dari enam poster film horor Indonesia yang ada, menggunakan jenis huruf berkait, dan dua diantaranya menggunakan jenis huruf dekoratif atau decorative font.

Pada penggunaan jenis huruf tipografi judul film horor Indonesia dari keenam poster film horor Indonesia, hanya empat poster film horor Indonesia yang menggunakan jenis huruf atau font yang sudah ada. Sedangkan kedua poster film yang lainnya lebih memilih untuk membuat sendiri tipografinya ketimbang untuk mengambil dari jenis font yang sudah ada. Jenis huruf atau font yang dipakai pada keenam poster pada tipografi judul film tersebut sudah dimodifikasikan dengan visual effect sebagai guna untuk menambah kesan, mencitrakan sebuah gaya dan mengekspresikan suasana atau rasa horor pada tipografi judul film secara visual. Peran visual effect pada tipografi judul film merupakan hal yang penting karena, dengan adanya visual effect jenis huruf yang baku seperti Times New Roman dan Slab Serif yang terdapat pada poster film Beranak Dalam Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3 dan Tiren Mati Kemaren, dapat memberikan kesan horor yang berpengaruh terhadap kemudahan unsur keterbacaan, keindahan dan harmoni sebuah rancangan tipografi judul film.

Berdasarkan konsep cerita film, empat dari enam film horor Indonesia memiliki kesesuaian konsep dengan kesan yang ditimbulkan pada jenis tipografi judul film serta dari efek visualnya. Sedangkan dua film yang lainnya walaupun sudah menggunakan efek visual yang cukup memberikan kesan horor, tetapi jika dilihat dari kesan jenis huruf yang ditampilkan, kurang begitu ada kesesuaian antara tipografi judul film dengan konsep cerita film yang disuguhkan.


(3)

78 Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hanya empat dari enam poster film horor Indonesia yang memenuhi kaidah prinsip pokok tipografi. Baik itu dari kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca (legibility), kualitas pada teks yang membuat teks tersebut mudah dibaca (readibility), kemampuan huruf dan teks yang dapat terbaca dalam jarak tertentu (visibility), serta kualitas pada huruf dan teks untuk dapat dimengerti dengan jelas (clarity).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai.(2003). Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung : Katarsis

Budiarti, L., & EBW, A.(2009). Diktat Metodologi Penelitian DKV.

Darmawan, Hikmat.(2009). Mengapa Film Horor. Diakses pada 19 November 2009 dari w.w.w/:http:old.rumahfilm.org

Green, Tom.(2008). Typography : It’s All About Legibility. Diakses pada 12 Mei 2010 dari w.w.w:http:tomontheweb2.ca/CMX/4D5E2.

Hartanto, Sigit.(2007).Tinjauan Pada Iklan Display Garuda Indonesia Airways Di Surat Kabar Kompas. Skripsi – Jurusan Desain Komunikasi Visual. Universitas Komputer Bandung.

Kusmiati, A.,Pudjiastuti, S., & Suptandar, P.(1999). Teori Dasar Disain Komunikasi Visual. Jakarta : Djambatan

Kusrianto, Adi.(2007). Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Andi

Pujiriyanto.(2005). Desain Grafis Komputer, Teori Grafis Komputer. Jakarta : Andi

Purnama, Pupung.(2002). Tutorial Tipografi Bagian 2 : Anatomi Tubuh. Diakses pada 12 Januari 2010 dari

w.w.w:http:master.web.id.mwmag/issue/07/content/tutorial-tipografi-2/tutorial-tipografi-2.html

Nugroho, Fajar.(2007). Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta : Indonesia Cerdas

Sarwono, Jonathan & Hary, Lubis.(2007). Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta : Andi.

Sastrosoediro, Margono.(1998). Poster Layanan Masyarakat dan Generasi Muda. Yogyakarta : Indonesia Cerdas


(5)

Sosiawan, Edwi.(2004). Sinematografi. Diakses pada 19 November 2009 dari w.w.w:http:edwias.com

Sosiawan, Edwi.(2004). Charles Derry: Dark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film. Diakses pada 19 November 2009 dari

w.w.w:http:edwias.com

Wijanarko, Lizard.(2008). Makalah Desain Grafis : Tipografi Sebuah Ilmu Tentang Huruf. Diakses pada 19 November 2009 dari

w.w.w:http:ahlidesain.com/tipografi-sebuah-ilmu-tentang-huruf.html.

Wijanarko, Lizard.(2008). Makalah Desain Grafis : Tipografi. Diakses pada 19 November 2009 dari w.w.w:http:ahlidesain.com/makalah-desain-grafis-tipografi.html


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Ganeshya Nathagracia Ranggabanang Sompie

Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 04 Juni 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum Nikah

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan Terakhir : Sarjana Desain/Desain Komunikasi Visual

Alamat :Jl. Duren Tiga Utara No. 29 Jakarta 12760 Selatan

Telepon/HP : 08562277800

Email : nathagracia_art@yahoo.co.id

Pendidikan Formal

 TK Mini Pak Kasur Jakarta, (1992-1994)  SD Perguruan Cikini Jakarta, (1994-2000)  SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (2003-2006)

 Universitas Komputer Indonesi Bandung, (2006-2010) Pendidikan Non Formal

 Sekolah Musik Cikini Kelas Biola (2001)  Bimbingan Belajar Santo Lukas (2002-2003)  English First (2004-2005)

 Bimbingan Belajar Primagama (2005-2006)  The British Institute (2010)