SEJARAH GENRE FILM HOROR DI INDONESIA Ma

TUGAS MATA KULIAH SEJARAH SENI
“SEJARAH GENRE FILM HOROR DI INDONESIA
(Masa Keemasan Genre Film Horor Dekade 1980-an dan 2000-an) ”

Diajukan oleh :
Fajar Aji
498/S2/KS/11

PROGRAM MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2012

1
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

A. Sejarah Film di Indonesia
Sejarah film di Indonesia merupakan pembicaraan sejarah yang sangat
panjang. Persoalan ini dikarenakan banyaknya peristiwa yang mempengaruhi
sehingga sejarah film di Indonesia penuh warna pada setiap dekadenya. Menurut

Haris Jauhari di dalam buku Layar Perak 90 Tahun Bioskop Indonesia memetakan
perkembangan industri perfilman dan perbioskopan Indonesia dalam 6 tahap,
yakni;
Pertama, Periode 1900-1942 sebagai periode “Layar Membentang”.
Ditandai beberapa tonggak peristiwa penting: Tahun 1900, bioskop
pertamakali muncul di Tanah Abang, Batavia (5 Desember 1900) dengan
nama Gambar Idoep yang menayangkan berbagai film bisu. Kedua,
Periode 1942-1949 disebut “Tahap Berjuang di Belakang”. Masa ini
bercirikan produksi film sebagai alat popaganda politik Jepang. Ketiga,
periode 1950-1962 adalah tahap “pulih kembali”. Ditandai dengan
diresmikannya Metropole, bioskop megah dan terbesar saat itu (1951).
Keempat, Periode 1962-1965 sebagai “Hari-Hari Paling Riuh”. Ditandai
dengan beberapa kejadian penting terutama menyangkut aspek politis,
seperti aksi pengganyangan film-film yang disinyalir sebagai agen
imperialisme Amerika Serikat; pemboikotan, pencopotan reklame, hingga
pembakaran gedung bioskop. Kelima, Periode 1965-1970 adalah “MasaMasa Sulit”. Gejolak politik G30S PKI yang mewarnai periode ini
membuat pengusaha bioskop mengalami dilema karena mekanisme
peredaran film rusak akibat adanya gerakan anti imperialisme, sedangkan
produksi film nasional masih sedikit sehingga pasokan untuk bioskop
tidak mencukupi. Keenam, Periode 1970-1991 disebut sebagai “Gejolak

Teknologi Canggih dan Persaingan”. Saat itu teknologi pembuatan film
dan perbioskopan mengalami kemajuan, meski di satu sisi juga mengalami
persaingan dengan televisi (TVRI).
Merujuk pemetakan Haris Jauhari di atas, bahwa peristiwa sejarah pada setiap
dekade mempengaruhi perkembangan sejarah film itu sendiri. Haris Jauhari juga
memberikan nama peristiwa pada setiap dekade berdasarkan peristiwa sejarah
yang terjadi. Oleh sebab itu, peristiwa yang terjadi sangat mempengaruhi
perkembangan perfilman dan bioskop di Indonesia.
Uraian Haris Jauhari di atas walaupun sudah memetakan perkembangan
perfilman dan bioskop di Indonesia, namun belum memberikan informasi

2
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

mengenai sejak kapan sejarah film nasional di Indonesia di mulai. Produksi
sebuah film di Indonesia memang sudah banyak dilakukan ketika pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang. Namun ada pernyataan bahwa film yang
dikategorikan nasional baru dimulai pada tahun 1950 dengan pembentukan
kemerdekaan negara Indonesia beserta politik dan aspirasinya. Untuk menerapkan
film nasional, bagaimanapun, membutuhkan kemerdekaan politik, dan semua film

yang diproduksi sebelum tahun 1950 bukan film Indonesia. 1 Persoalan mengenai
film nasional maupun bukan nasional tidak akan dibahas mendetail disini, tetapi
cukup sebagai penghantar bahwa film yang masuk di dalam kategori film nasional
dimulai semenjak pembentukan kemerdekaan negara Indonesia pada tahun 1950.
Selanjutnya pembahasan kembali pada persoalan perjalanan dinamika film di
Indonesia dari tahun ke tahun.
Mengutip pernyataan Haris Jauhari di atas, bahwa pada periode 1965-1970
merupakan masa-masa sulit dikarenakan gejolak politik terjadinya gerakan 30
September. Namun peristiwa tersebut tidak membuat “mati suri” perfilman di
Indonesia yang berkepanjangan. Pada tahun 1980-an, perfilman di Indonesia
sudah menempuh masa kejayaannya dengan ditandai film-film lokal banyak
menempati gedung-gedung bioskop dan digemari olah masyarakat. Film-film
yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak
film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky
Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady, Desy
Ratnasari.2
Kejayaan perfilman Indonesia kemudian menurun pada tahun 1990-an
dikarenakan persoalan tema yang diangkat tidak bervariasi dan berkutat pada
tema-tema dewasa, sehingga film Indonesia sudah tidak kembali menjadi tuan
rumah lagi di negara sendiri dan film-film dari Hollywood dan Hong Kong telah

merebut posisi tersebut. Pada pasca-reformasi 1998 film di Indonesia kembali lagi
1 Lihat buku Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita, oleh Ekky Imanjaya. Jakarta: Salemba
Humanika: 2011. Hal: 9 – 24.
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Perfilman_Indonesia (di unduh 11 Juli 2012. Jam 11.28
WIB).

3
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

menduduki tempat-tempat bioskop diseluruh Indonesia dengan film Petualangan
Serina yang diperankan oleh Sherina Munaf, film drama musikal karya Riri Reza
dan Mira Lesmana tersebut berhasil menjadi tonggak kebangkitan kembali
perfilman

Indonesia

(http://www.rickyeka.com/perfilman-indonesia-sejarah-

perkembangan-situs-review-film.html). Setelah film Petualangan Serina, film di
Indonesia kembali lagi pada masa-masa kejayanya dengan banyaknya film yang

diproduksi dari berbagai jenis genre hingga era 2000-an. Dari sekian banyak genre
yang diproduksi, genre horor merupakan salah satu film yang paling banyak
diproduksi dan digemari oleh masyarakat di Indonesia. Genre ini pun juga sudah
banyak diminati sejak dekade tahun 1970-an dengan jumlah produksi film
mencapai 22 judul, bahkan dekade tahun 1980-an merupakan masa emas film
horor Indonesia dengan jumlah produksi film mencapai 78 judul, kemudian pada
dekade berikutnya, film horor yang diproduksi hanya mencapai 35 judul.
Sementara dari tahun 1998 – 2008, film horor yang diproduksi berjumlah 74
judul, dari total produksi 281 film.3 Dari data di atas genre film horor merupakan
salah satu genre dari sekian genre yang ikut mewarnai sejarah perkembangan
perfilman di Indonesia.

B. Genre Film Horor
Horor merupakan salah satu genre4 yang berkembang di dalam seni Film.
Genre horor merupakan salah satu dari beberapa genre yang masuk di dalam
kategori genre induk primer.5 Oleh sebab itu, horor merupakan salah satu dari
genre pokok yang telah ada dan berkembang sejak awal perkembangan sinema era
1900-an hingga 1930-an. Tercatat Georges Meliès, pelopor film fiksi ilmiah
pertama di dunia, membuat sebuah film berjudul le Manoir du diable pada akhir
tahun 1896. Kemudian ada F. W. Murnau dari Jerman dengan film Nosferatu,

3 Lihat buku Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita. 2011. Hal: 200.
4 Genre adalah ragam atau jenis (film) yang ditandai oleh gaya, bentuk, atau isi tertentu,
pengelompokan ke dalam genre atau jenis film/program tayangan biasanya tidak bersifat ketat;
genre dasar program siaran televisi biasanya terdiri atas program siaran pendidikan, informasi, dan
hiburan.. Lihat Leli Achlina dan Purnama Suwardi, Kamus Istilah Pertelevisian.2011. Hal: 80.
5 Lihat Himawan Pratista, Memahami Film.2008. Hal: 13.

4
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

sosok vampire pertama yang muncul di film pada tahun 1922. Selanjutnya tokohtokoh seperti mumi, drakula, monster frankenstein, manusia serigala, dan
sebagainya mulai menjadi figur-figur abadi yang menghiasi film-film horor
sepanjang zaman.
Film horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan,
serta terror yang mendalam bagi penontonya. Seorang kritikus film Amerika,
Charles Derry dalam bukunya Dark Dreams: A Psychological History of the
Modern Horror Film (1977: 97) membagi genre horor ke dalam tiga sub-genre,
yaitu horror-of-personality (horor psikologis), horror-of-Armageddon (horor
bencana), dan horror-of-the-demonic (horor hantu).
Horror-of-personality atau horor psikologis yang dimaksud adalah film

horor yang mengembangkan karakter antagonis bukan berasal dari sosok hantu,
tetapi berasal dari manusia. Di dalam jenis ini, manusia sebagai karakter antagonis
biasanya mempunyai kelainan pada psikisnya dikarenakan histori kehidupan di
“masa lalunya”. Biasanya, tokoh tersebut digambarkan di dalam cerita awal
sebagai manusia yang normal, tetapi di akhir cerita menjadi “tidak normal” dan
bertingkah dan bersifat seperti “iblis”. Sub-genre Horror-of-personality ini
banyak ditemui film-film produksi Amerika seperti film Psycho karya Alfred
Hitchcock (1960) dan The Silence of the Lambs (1991).

Gambar 1. cover film Psycho dan cover film The Silence of the Lambs
(Foto di Unduh di http://www.google.co.id)

5
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

Horror-of-Armageddon atau horor bencana, jenis film horor yang
dimaksud adalah sebuah film yang mengangkat ketakutan laten manusia pada hari
akhir dunia, atau hari kiamat. Manusia percaya bahwa suatu hari dunia akan
hancur dan umat manusia akan binasa. Di dalam film horor bencana ini
kehancuran dunia bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti peristiwa alam

(tabrakan meteor, tsunami, atau ledakan gunung berapi), serangan mahluk asing,
serangan binatang, atau kombinasi semua faktor. Sub-genre Horror-ofArmageddon ini banyak ditemui film-film produksi Hollywod. Film yang berjudul
2012 merupakan salah satu contoh dari sub-genre Horror-of-Armageddon.

Gambar 2. cover film 2012.
(Foto di Unduh di http://www.google.co.id)

Sub-gebre yang terakhir horror-of-the-demonic atau horor hantu adalah
sub-genre yang paling tidak asing lagi (popular) di dalam genre horor. Sub-genre
ini menggunakan tokoh non manusia (hantu) yang digunakan baik sebagai tokoh
protagonis maupun antagonis di dalam mengembangkan ceritanya. Bentuk
ketakutan dan kejutan yang dimunculkan berasal dari bentuk-bentuk yang aneh
dan menyeramkan yang berasal dari makhluk halus (non-manusia). Sub-genre
inilah yang menghiasi perkembangan dan produksi-produksi film dari berbagai
belahan dunia dan salah satunya Indonesia. Berikut film horor yang masuk di
dalam sub-genre horror-of-the-demonic, yaitu: Nightmare on Elm Street (produksi
Hollywod), Shutter (produksi Jepang), dan Hantu Puncak Datang Bulan
(produksi Indonesia).

6

Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

Gambar 3. cover film Nightmare on Elm Street, Shutter dan Hantu Puncak Datang Bulan
(Foto di Unduh di http://www.google.co.id)

Dari ketiga sub-genre di atas, sub-genre horror-of-the-demonic inilah yang
mempunyai tempat paling banyak di hati masyarakat semenjak kemunculan film
di Indonesia. Persoalan ini tidak bisa dipugkiri dengan latar belakang masyarakat
di Indonesia yang masih sangat lekat dengan berbagai hal yang berbau mistis.
Oleh sebab itu, semenjak kemunculan seni film di Indonesia sub-genre ini selalu
menjadi perhatian dan bahkan sampai era 2000an masih menjadi primadona dan
menjadi salah satu sub-genre yang mempunyai rating tertinggi dibandingkan
dengan genre-genre berserta sub-genre yang lainnya seperti yang sudah
disebutkan pada bagian akhir uraian sejarah film Indonesia di atas.

C. Asal Mula Film Horor di Indonesia
Berbagai versi tentang lahirnya film horor pertama di Indonesia diajukan
oleh berbagai penulis. Mengacu pada tulisan Karl G. Heider tentang genre horor
di Indonesia, Katinka van Heeren berargumentasi bahwa genre horor telah
diproduksi sejak tahun 1930-an, ketika Indonesia masih di bawah kekuasaan

penjajah Belanda. Film Doea Siloeman Oeler Poeti en Item (1934) oleh The Teng
Cun dianggap sebagai film horor pertama, sementara J.B Kristanto menuliskan
bahwa film Lisa (1971) merupakan film horor Indonesia pertama, disusul oleh

7
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

film Beranak dalam Kubur (1971) yang kemudian diikuti oleh produksi film-film
horor lainnya.6
Merujuk dari beberapa pendapat berbagai penulis di atas mengenai versi
tentang lahirnya film horor di Indonesia jika dikaitkan dengan uraian di atas
tentang film yang dianggap sebagai film nasional adalah film yang ada setelah
tahun 1950, pendapat J.B Kristanto mengenai film Lisa dan Beranak dalam
Kubur sebagai film horor pertama Indonesia menjadi signifikan. Persoalan ini
menjadi signifikan dikarenakan bahwa; film yang diproduksi pada masa prakemerdekaan, tentunya banyak kepentingan dari berbagai pihak (negera penjajah)
di dalam ide dan gagasannya. Sebagai contoh kedatangan Jepang di negara ini
berikut film-film propagandanya telah membuat goncangan besar sekali pada
pikiran bangsa Indonesia mengenai fungsi film dan membawanya kepada
pemikiran baru.7 Selanjutnya uraian Arjanto Dwi di dalam majalah Tempo
menyatakan bahwa; film horor produksi periode 1926 – 1970 mengangkat ide dan

gagasan tentang siluman yang mendasarkan ceritanya pada kisah-kisah legenda
Tionghoa (terutama yang berasal dari Shanghai). Film-film tersebut menurut
catatan statistik J.B. Kristanto, selama periode ini diproduksi setidaknya 103 film
dengan empat diantaranya film tentang siluman, yaitu Ouw Peh Tjoa (Doea
Siloeman Oeler Poeti en Item) (1934), Tie Pat Kai Kawin (Siloeman Babi Perang
Siloeman Monjet (1935), Anaknja Siloeman Oeler Poeti (1936), Lima Siloeman
Tikoes (1936). Oleh sebab inilah, film produksi pada tahun 1950-an dan
seterusnya tentu menjadi lepas dari pengaruh penjajahan dan lebih bebas
mengekspresikan baik di dalam ide maupun gagasan. Walaupun sebelumnya
sudah lebih dulu diproduksi film yang sudah mengangkat tema-tema mengenai
siluman yang menimbulkan pengelaman menegangkan dan memberikan rasa takut
kepada penonton.
Perkembangan film horor di Indonesia pasca-kemerdekaan 1950-an dan
seterusnya walaupun dari segi ide dan gagasan tidak terpengaruh oleh pemikiran
6 Lihat buku Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita. 2011. Hal: 202.
7 Lihat buku Sejarah Film 1900 – 1950: Bikin Film di Jawa, oleh Brian, H. Misbach.
Depok: Komunitas Bambu:2009. Hal: 346.

8
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

bangsa lain, namun ide dan gagasan yang berkembang “kebanyakan” tetap
terpengaruh pada tema-tema siluman. Pengaruh tersebut bisa dilihat tema-tema
film horor yang diproduksi era 1970-an, 1980-an, 1990-an, bahkan sampai era
2000-an. Pembahasan ini akan diulas lebih mendetail pada pembahasan sub-bab
berikutnya. Sebagai penutup, mengacu dari beberapa pendapat dan uraian di atas,
Penulis sependapat bahwa ‘film horor pertama di Indonesia’ dimulai dengan dua
judul film Lisa (1971) dan Beranak dalam Kubur (1971) dilihat dari sudut
pandang film nasional. Namun jika dilihat dari esensi naratif horornya, film horor
di Indonesia sudah ada sejak 1930-an dengan film Doea Siloeman Oeler Poeti en
Item (1934).

Gambar 4. cover film Lisa dan Beranak dalam Kubur
(Foto di Unduh di http://www.google.co.id)

D. Masa Keemasan Genre Film Horor di Indonesia Dekade 1980 dan 2000.
Masa-masa keemasan genre film horor di Indonesia adalah dekade tahun
1980-an dan 2000-an. Dekade ini menjadi masa keemasan film horor dikarenakan
banyaknya produksi jumlah dan peminat genre film tersebut. Pada dekade 1980an produksi film horor mencapai 78 film. Dari sekian banyak film yang
diproduksi, terdapat beberapa film yang mampu meraih penghargaan festifal di
dalam negeri yang ada. Hal ini tentunya dikarenakan kuantitas yang ada ditunjang
dengan kualitas. Berikut beberapa film yang mendapatkan pengahargaan, yaitu;

9
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

Ratu Pantai Selatan (1980) mendapatkan piala LPKJ pada tahun 1981 untuk Efek
Khusus FFI;. Akting Rina Hasyim dalam Genderuwo (1981) ditandatangani pada
1981 untuk aktor FFI unggulan Pembantu Perempuan;. Pada tahun yang sama
Ratu Ilmu Hitam FFI (1981) pergi bahkan lebih unggul dalam kategori, pemain
utama Suzanna Wanita, WD Mochtar untuk aktor Pembantu Pria, juga editing,
fotografi, dan artistik. Pada tahun 1987 FFI, 7 Manusia Tiger (1986) Dibintangi
pintu masuk yang mengarah ke Asisten Pria (Elmanik), sedangkan darah
Pernikahan (1987) disukai untuk kategori Artistik FFI 1988. 8 Film-film horor
yang diproduksi pada dekade ini selain mendapatkan banyak penghargaan, judul
film seperti; Sundel Bolong (1981), Nyi Blorong (1982), Setan Kredit (1982),
Telaga Angker (1984), Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986), dan Santet (1988)
mampu menarik perhatian penonton.
Kuantitas film berlanjut pada dekade selanjutnya sehingga membuat
banyak pilihan para penonton. Dalam hal ini tentunya selain genre film horor, juga
terdapat genre-genre yang lainnya. Dengan banyaknya pilihan film yang
ditawarkan menjadikan penonton cerdas di dalam memilih film yang baik,
menghibur dan berguna buat mereka. Namun pada dekade ini, kuantitas film yang
muncul tidak ditunjang oleh kualitas. Sehingga persoalan lain muncul, yaitu
Cinemascope atau yang sekarang dikenal dengan 21 Cineplex, hanya memutar
film-film produksi Hollywood. Sedangkan film lokal, diputar di bioskop kecil
atau pinggiran. Monopoli jaringan bioskop 21 Cineplex ini, membuat bioskopbioskop pinggiran gulung tikar. Hingga pada tahun 90-an, produksi film dalam
negeri pun menurun drastis. Monopoli ini menjadikan film horor makin berani
untuk bersaing mendapatkan penonton dengan menawarkan bumbu sensualitas
pada film-film yang diproduksi. Film tersebut antara lain; Godaan Perempuan
Halus (1933), Misteri di Malam Pengantin (1993), Susuk Nyi Roro Kidul (1993),
Pawang (1995), , Mistik Erotik (1996), Rose Merah, (1996), Birahi Perempuan
Halus (1997). Kemudian peristiwa yang menambah keterpurakan pada dekade
8 http://bololicious.blogspot.com/2010/10/horror-film-history-in-indonesia.html

10
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

1990-an ini adalah “tragedi” 1998 yang mengakibatkan krisis ekonomi dan
berdampak peningkatan biaya produksi film. Akibatnya dekade ini perfilman di
Indonesia seakan terasa mati suri.
Film di Indonesia baik genre horor maupun genre-genre yang lainnya
setelah mengalami mati suri pada akhir dekade 1990-an kembali lagi menghiasi
layar bioskop di dekade pasca 1998. Judul film Petualangan Sherina yang
diperankan oleh Sherina Munaf, film drama musikal karya Riri Reza dan Mira
Lesmana tersebut berhasil menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman
Indonesia (http://www.rickyeka.com/perfilman-indonesia-sejarah-perkembangansitus-review-film.html). Munculnya genre film drama inilah yang memacu
kembali khususnya genre horor yang kembali menghiasi film di Indonesia.
Jalangkung merupakan film horor pertama yang diproduksi setelah masa produksi
film Indonesia yang rendah pada dekade tahun 1990-an.9 Menurut catatan
Kompas (25 Maret 2007), film Jelangkung (2001, Jose Poernomo & Rizal
Mantovani) tercatat meraup penonton 748.003 orang di Jabotabek saja, sejak
Oktober 2001 hingga Januari 2002. Terakhir, dalam tulisan “Selamat Datang di
Republik Hantu (Edna C. Pattisina)”, film ini bahkan disebut mencapai rekor 1,5
juta penonton. Data di atas menunjukkan bahwa film Jalangkung merupakan
transisi positif setalah masa-masa sulit ke masa kejayaan dan sangat diminati oleh
masyarakat di Indonesia.

Gambar 5. cover film Jalangkung
9 Lihat buku Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita. 2011. Hal: 202.

11
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

(Foto di Unduh di http://www.google.co.id)

Setelah dirilisnya film Jalangkung dan mendapat perhatian positif oleh
masyarakat, genre film horor kembali menghiasi perfilman di Indonesia. Berbagai
tema dan variasi film horor diperkenalkan oleh para pembuat film. Namun
sebenarnya, variasi tema dan penggarapan naratif dalam film-film kontemporer
tebatas pada unsur-unsur sebagai berikut;


Pertama, asal-muasal cerita film yang berasal dari cerita-cerita yang
beredar di masyarakat perkotaan (legenda perkotaan) secara lisan.



Kedua, karena mengangkat legenda-legenda perkotaan, maka tidak
mengherankan bahwa sebagian besar setting film terjadi diperkotaan,
dengan sebagian besar karakter utama (protagonis) adalah anak-anak muda
(yang hidup di kota), selain bahwa tempat kejadian di perkotaan
merupakan konsekuensi logis dari kongfigurasi sistem produksi film di
Indonesia yang saat ini banyak dilakukan oleh orang-orang yang lahir di
kota (urban).



Ketiga, unsur ini tergambar jelas dalam Jalangkung. Film ini merupakan
sebuah film horor yang menggunakan naratif berbagai legenda urban,
namun diproduksi dengan kaidah-kaidah produksi Hollywod yang baik;
sinematografi, penyuntingan, dan tata suara yang rapi.10

Pendapat di atas merupakan salah satu contoh bentuk variasi penggarapan yang
berbeda dengan penggarapan genre film horor dekade sebelumnya. Walaupun
terbatas pada tataran cerita, namun metode garap visualnya lebih ditekankan
sehingga memberikan sajian visual yang sangat menarik, otomatis dekade 2000an kembali lagi diminati oleh masyarakat Indonesia. Kemudian dari sekian banyak
film yang produksi terbagi atas sub-sub genre horor seperti yang sudah dijelaskan
di atas. Berikut tabel11 data film yang diproduksi dekade 2000-an dari tahun 2001
sampai tahun 2010.

10 Lihat buku Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita. 2011. Hal: 210 - 211.
11 http://filmindonesia.or.id/movie/title/list/genre/horor/100#.T_8PUlJivU4

12
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

Tabel 1
No
1

Judul Film Genre Horor Tahun 2001
Jelangkung

Tabel 2
No
1

Judul Film Genre Horor Tahun 2002
Kafir (Satanic)

Tabel 3
No
1

Judul Film Genre Horor Tahun 2003
Tusuk Jelangkung

Tabel 4
No
1
2

Judul Film Genre Horor Tahun 2005
Mirror
12:00 AM

Tabel 5
No
1
2
3

Judul Film Genre Horor Tahun 2006
Pocong 2
Bangku Kosong
Lentera Merah (Kebenaran Harus Terungkap)

Tabel 6
No

Judul Film Genre Horor Tahun 2007

1

Beranak dalam Kubur

2

Miracle

3

Enam

4

Pulau Hantu

5

Suster N (Dendam Suster Ngesot)

6

Legenda Sundel Bolong

7

Pocong 3

8

Kuntilanak 2

9

Jelangkung 3
Lawang Sewu (Dendam Kuntilanak)

10

13
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

The Wall
11
Genderuwo
12
Lantai 13
13
Malam Jumat Kliwon
14
Suster Ngesot The Movie
15
Angkerbatu
16
Lewat Tengah Malam
17
Leak
18
Terowongan Casablanca
19
Roh (The Evil Spirit)
20

Tabel 7
No

Judul Film Genre Horor Tahun 2008

1

Takut: Faces of Fear

2

Pocong vs Kuntilanak

3

Sarang Kuntilanak

4

Hantu Aborsi

5

Karma

6

Tiren: Mati Kemaren

7

Hantu Perawan Jeruk Purut

8

Pulau Hantu 2

9

Sumpah Pocong di Sekolah

14
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

The Shaman
10
Kereta Hantu Manggarai
11
Tali Pocong Perawan
12
Kesurupan
13
Skandal Cinta Babi Ngepet
14
40 Hari Bangkitnya Pocong
15
Kuntilanak 3
16
Hantu Ambulance
17
18
Tabel 8
No
1

Hantu Jembatan Ancol
Judul Film Genre Horor Tahun 2009
Suster Keramas

2

Air Terjun Pengantin

3

Hantu Binal Jembatan Semanggi

4

Jeritan Kuntilanak

5

Keramat

6

Pocong Jalan Blora

7

Darah Perawan Bulan Madu

8

Kutukan Suster Ngesot

9

Paku Kuntilanak
Hantu Rumah Ampera

10
Dikejar Setan
11
Susuk Pocong
12
Pocong Kamar Sebelah
13

15
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

Darah Janda Kolong Wewe
14
Anak Setan
15
Pocong Setan Jompo
16
Mati Suri
17
Kereta Setan Manggarai (Kisah Nyata Kereta Setan Manggarai)
18
Kuntilanak Kamar Mayat
19
Terowongan Rumah Sakit
20
The Real Pocong
21
22
23
24
25
26
Tabel 9
No
1
2

Sumpah, (Ini) Pocong
Hantu Biang Kerok
Kuntilanak Beranak
Hantu Jamu Gendong
Setan Budeg
Judul Film Genre Horor Tahun 2010
Hantu Tanah Kusir
Setan Facebook

3

Rintihan Kuntilanak Perawan

4

Pengantin Pantai Biru

5

Pocong Jumat Kliwon

6

Pocong Keliling

7

The Maling Kuburans

8

Rayuan Arwah Penasaran

9

Taring
Tiran (Mati di Ranjang)

10
Time
11

16
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

Nakalnya Anak Muda
12
Te[Rekam]
13
Affair (Permainan Cinta Yang Mematikan)
14
Dendam Pocong Mupeng
15
Kain Kafan Perawan
16
Raped by Saitan (Diperkosa Setan)
17
Pemburu Hantu The Movie
18
Rumah Dara
19
Jejak Darah
20
Toilet 105
21
Pocong Rumah Angker
22
Cin, Tetangga Gue Kuntilanak
23

No
1
2

Judul Film Genre Horor Tahun 2011
Bukan Pocong Biasa
Arwah Kuntilanak Duyung

3

Setannya Kok Masih Ada

4

Pocong Minta Kawin

5

Pacar Hantu Perawan

6

Keranda Kuntilanak

7

Tumbal Jailangkung

8

Kepergok Pocong

9

Ada Apa Dengan Pocong
Pelet Kuntilanak

10

17
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

Pocong Mandi Goyang Pinggul
11
Suster Keramas 2
12
Kuntilanak Kesurupan
13
13 Cara Memanggil Setan
14
Misteri Hantu Seluler
15
Pocong Ngesot
16
Jenglot Pantai Selatan
17
Arwah Goyang Karawang
18
Peukan Janda Hantu Gerondong
19

No
1
2

Judul Film Genre Horor Tahun 2012
Dendam Dari Kuburan
Pacarku Kuntilanak Kembar

3

Tali Pocong Perawan 2

4

Bangkitnya Suster Gepeng

5

Rumah Kentang

6

Kuntukan Arwah Santet

7

Misteri Pasar Kaget

8

Bangkit Dari Kubur

9

Mama Minta Pulsa
Mr Bean Kesurupan Depe

10
Kakek Cangkul
11
Kuntilanak – Kuntilanak
12
3 Pocong Idiot
13

18
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

Nenek Gayung
14
Hi5teria
15
Santet Kuntilanak
16
Rumah Bekas Kuburan
17
Kafan Sundel Bolong
18
Pulau Hantu 3
19

Jumlah film yang diproduksi terus meningkat setelah film Jalangkung
(2001) sukses mendapatkan perhatian masyarakat Indonesia. Pada tahun 2001
sampai tahun 2010 mencapai 93 film genre horor yang diproduksi. Mengamati
dari jumlah film yang diproduksi setiap tahunnya, tahun 2009 merupakan jumlah
tertinggi dibanding tahun-tahun yang lainnya, yaitu mencapai 26 film.
Kemudian seiring berjalannya waktu, persoalan yang sama kembali
terlihat seperti dekade 1990-an. Film-film horor yang diproduksi setelah tahun
2008 mulai “dimbubui” dengan adegan yang sensual. Bentuk sensualitas yang
ditonjolkan tersebut sudah tecermin di dalam pembuatan judulnya. Pada tahun
2009 dan 2010 film-film yang menyelipkan adegan tersebut dan sudah terlihat
pada pemberian judulnya saja antara lain; Hantu Binal Jembatan Semanggi
(2009), Darah Perawan Bulan Madu (2009), dan Raped by Saitan (Diperkosa
Setan) (2010). Dari beberapa film horor yang menyelipkan adegan sensual
tersebut, pun mendatangkan bintang film porno dari manca-negara. Bintang film
porno yang ikut andil di dalam film horor tersebut antara lain Miyabi dan Kin
Sakuragi (dari Jepang) yang ikut beradu akting di dalam film, Suster Keramas dan
Hantu Tanah Kusir. Keadaan ini seakan mengulang kembali film-film horor pada
dekade 1990-an. Namun dekade ini lebih berani mendatangkan bintang film porno
sebagai daya tarik (kemersil) pada film. Sehingga menimbulkan pertanyaan,

19
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

apakah film horor setelah tahun 2008 ini film di Indonesia akan kembali terpuruk
dan mengalami mati suri seperti dekade 1990-an. Sebagai penutup, menurut
Marselli Sumarno (1998:85) bahwa sebuah seni, sebagai salah satu objek seni
abad ini, film dalam prosesnya berkembang mutakhir dari abad ke-20 yang dapat
menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, merangsang pemikiran dan
memberikan dorongan kepada penontonnya. Oleh karena itu, persoalan di atas
akan menjadikan kemunduran intelektualitas bagi penontonnya jika suguhan yang
diberikan kepada masyarakat berkutat pada persoalan “sex” dengan balutan genre
horor. Karena menurut pernyataan Marseli Sumarno di atas, bahwa film mampu
melibatkan perasaan dan merangsang pemikiran, bagaimana film-film yang
berkutat pada persoalan sensualitas tersebut jika dinikmati oleh anak-anak.
Persoalan tersebut sangat menyedihkan dan tentunya oleh insan periflman dan
masyarakat Indonesia tidak menginginkan kembali masa-masa itu terulang
kembali.

E. Penutup
Pengaruh

penjajahan

Belanda

dan

Jepang

menjadikan

sejarah

perkembangan film di Indonesia sangatlah panjang dan “berwarna”. Kedua negara
tersebut sedikit banyak mempengaruhi pola berfikir masyarakat Indonesia
mengenai fungsi media film. Sebagai contoh, kedatangan Jepang dengan
membawa film-film propagandanya mempengaruhi pola berfikir masyarakat akan
fungsi film, Periode 1942-1949 disebut oleh Haris Jauhari sebagai “Tahap
Berjuang di Belakang”.
Perkembangan sejarah film di Indonesia tidak lepas dari genre film horor.
Genre horor sudah mempunyai tempat di hati masyarakat Indonesia semanjak
kedatangan film di Negeri ini, bahkan di dunia. Hal ini tidak dapat dipungkiri
dengan latar-belakang budaya masyarakat Indonesia yang sangat dekat dengan
mistis. Persoalan mistik inilah yang menjadi salah satu naratif sub-genre film
horor. Oleh sebab itu, genre film horor selalu mewarnai perkembangan sejarah

20
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

perfilman di Indonesia pada setiap tahunnya. Bahkan genre ini pernah mencapai
masa kejayaan pada dekade 1980-an dan 2000-an. Masa kejayaan ini ditandai
dengan beberapa penghargaan yang didapatkan melalui genre ini dan prosentase
genre ini mendominasi dari sekian genre dari jumlah film yang diproduksi.
Demikianlah yang bisa saya uraikan mengenai perkembangan sejarah film di
Indonesia dan dinamika genre horor yang menjadi salah satu genre yang paling
populer dan paling banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia.

F.

Daftar Pustaka
Kepustakaan
Arjanto, Dwi. 2003. “Dari ‘Siloemen Oeler’sampai ‘Tengkorak Hidoep’, majalah
Tempo, No. 5/XXX, 17 Februari 2003.
Biran, H. Misbach Yusa. 2009. Sejarah Film 1900 – 1950: Bikin Film di Jawa. Depok:
Komunitas Bambu.

Derry, Charles. 1977. Dark Dreams: A Psychological History of the Modern
Horror Film, Ohio: A.S. Barnes Noble.
Himawan Pratista, 2008, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka.
Imanjaya, Ekky. 2011. Mau Dibawa Ke ManaSinema Kita?, Jakarta: Salemba Humanika.

21
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni

Jauhari, Haris dkk, 1992, Layar Perak 90 Tahun Bioskop Indonesia. Jakarta,
Gramedia.
Kristanto, J.B. 2007. Katalog Film Indonesia, 1926 – 2007. Jakarta: Penerbit
Nalar.
Kompas Entertainment, editor: A. Wisnubrata Minggu, 13 Maret 2011, 10:30
WIB.
Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: Grasindo.

Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Perfilman_Indonesia (di unduh, 11 Juli 2011, jam 13.00
WIB)

http://www.rickyeka.com/perfilman-indonesia-sejarah-perkembangan-situsreview-film.html (di unduh, 07 Juli 2011, jam 22.00 WIB)
http://ruangkata-katavie.blogspot.com/2011/06/sejarah-film-horor-indonesia.html
(di unduh, 11 Juli 2011, jam 21.00 WIB)

http://bololicious.blogspot.com/2010/10/horror-film-history-in-indonesia.html (di
unduh, 11 Juli 2011, jam 22.00 WIB)
http://filmindonesia.or.id/movie/title/list/genre/horor/100#.T_8PUlJivU4 (di unduh, 11
Juli 2011, jam 23.00 WIB)

22
Fajar Aji/489/s2/KS/11/ Sejarah Seni