PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENYULUHAN DENGAN MEDIA LEAFLET DAN ROLEPLAY TERHADAP PERSEPSI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH REMAJA USIA 15-16 TAHUN DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG
PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE
PENYULUHAN DENGAN MEDIA LEAFLET DAN
ROLEPLAY TERHADAP PERSEPSI HUBUNGAN SEKSUAL
PRANIKAH REMAJA USIA 15-16 TAHUN DI SMA
MUHAMMADIYAH 1 MALANG
SKRIPSI
Oleh:
RIRIN NUR HANDAYANI NIM. 08060129
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013
(2)
(3)
(4)
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ririn Nur Handayani NIM : 08060129
Program Studi : Program Studi ilmu keperawatan FIKES
Judul Skripsi : Perbedaan Efektivitas Penggunaan Metode penyuluhan dengan Media Leaflet dan Roleplay Terhadap Persepsi Hubungan Seksual Pranikah Remaja usia 15-16 Tahun di SMA Muhammadiyah Malang.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, Mei 2013 Yang Membuat Pernyataan,
Ririn Nur Handayani NIM. 08060129
(5)
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR.WB
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perbedaan Efektivitas Penggunaan Metode Penyuluhan Dengan Media Leaflet dan Roleplay Terhadap Persepsi Hubungan Seksual Pranikah Remaja Usia 15-16 Tahun di SMA Muhammadiyah Malang”. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Bersamaan dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Ibu Tri Lestari Handayani M.Kep., Sp.Mat selaku Dekan fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Ibu Nurul Aini, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas masukan, motivasi dan semua ilmu yang telah diberikan dan juga dukungannya terhadap saya.
3. Bapak DR.H.M.Agus Krisno B, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan dukungan, motivasi, arahan serta masukan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Solichati, S.Kep.,Ns selaku pembimbing II yang telah memberikan dukungan, motivasi, arahan serta masukan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.
(6)
vi
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan dan Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
6. Kedua orangtua dan keluarga saya tercinta dan tersayang yang selalu mendoakan, mendukung dan menjadi semangat dalam hidup saya.
7. Responden yang berperan aktif dan meluangkan waktu untuk penelitian saya sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. 8. SMA Muhammadiyah 1 Malang, yang telah memberikan ijin atas penelitian
yang saya lakukan.
9. Teman-teman PSIK angkatan 2008, khususnya PSIK C.
10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skipsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kesehatan khususnya dibidang keperawatan.
Malang, Mei 2013
(7)
vii
ABSTRAK
Perbedaan Efektivitas Penggunaan Metode Penyuluhan Dengan Media Leaflet Dan Roleplay Terhadap Persepsi Hubungan Seksual Pranikah
Remaja Usia 15-16 Tahun Di SMA Muhammadiyah 1 Malang Ririn Nur Handayani¹, DR.H.M.Agus Krisno B, M.Kes², Solichati, S. Kep, Ns³ Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Yang paling menonjol dalam tumbuh kembang remaja adalah perubahan fisik serta alat reproduksi. Rendahnya pemahaman remaja tentang pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar memunculkan penyimpangan reproduksi, seperti seks pranikah, aborsi, dll. Oleh sebab itu, perlu adanya penyuluhan kesehatan berupa pendidikan seks untuk menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual remaja. Leaflet dan roleplay merupakan media atau alat bantu penyuluhan kesehatan. Dengan penggunaan media yang tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang disampaikan akan mudah dicerna dan diserap oleh sasaran penyuluhan kesehatan tersebut.
Metode : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan efektivitas metode penyuluhan dengan menggunakan media leaflet dan roleplay terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja usia 15-16 tahun. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen tanpa kelompok kontrol dengan pendekatan pretest-posttest. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling dengan jumlah sampel 74 orang. Analisa data menggunakan uji beda dua mean independen atau t test independen. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung -2,326 lebih besar dari t tabel 1,993 dan nilai p value adalah 0,023 dengan demikian p value < α (0,023 < 0,05) lebih kecil dari taraf kesalahan (α) 0,05 maka dapat disimpulkan H₀ ditolak dan Hı diterima.
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan penggunaan metode penyuluhan leaflet dan roleplay terhadap persepsi hubungan seksual pranikah.
Kata kunci: Leaflet, Roleplay, Persepsi hubungan seksual pranikah
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
(8)
viii
ABSTRACT
The Difference between Effectiveness Utilization of Counseling Method With Leaflet And Roleplay Media To The 15-16 Years Old Adolescent Pre-Married
Sexual Relationship Perception in the SMA Muhammadiyah I Malang Ririn Nur Handayani¹, DR.H.M.Agus Krisno B, M.Kes², Solichati, S. Kep, Ns³ Background: Adolescent time is time period transferring from childhood to adult time. The most evident in the adolescent development growth is physically changing and reproduction . Low understanding of those adolescent about the knowledge of true healthy reproduction emerge reproduction deflecting, such as pre-married, abortion, etc. Therefore, it is necessary to do healthy counseling that is sex education to explain about the changing of adolescent sexual organ function. Leaflet and Roleplay are the media or helping tool for healthy counseling. With the right media utilization , material or content that delivered will be easy to be understood by that healthy counseling target.
Method: The purpose of this research is to know the difference between effectiveness utilization of counseling method with leaflet and roleplay media using to the 15-16 years old adolescent pre-married sexual relationship perception. This research using quasi experiment without control group with pretest-posttest approach. Sampel taking conducted by simple random sampling with sample amount is 74 adolescents. Data analysis using t test independent.
Result: Research result shows the value of t account -2.326 larger than t table 1.993 with p value 0.023, therefore p value < α (0.023 < 0.05) smaller than error level (α) 0.05, so it can be concluded that Ho rejected and H1 accepted.
Conclusion: There is significant difference of leaflet and roleplay counseling method utilization to the pre married sexual relationship perception
Keywords: Leaflet, Roleplay, Pre Married Sexual Relationship Perception
1. University Student of Nursing Study Program, Faculty of Healthy Science, University of Muhammadiyah Malang
2. Lecturer of Nursing Study Program, Faculty of Healthy Science, University of Muhammadiyah Malang
3. Lecturer of Nursing Study Program, Faculty of Healthy Science, University of Muhammadiyah Malang
(9)
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian ... iii
Kata Pengantar ... iv
Abstrak ... vi
Abstract ... vii
Daftar Isi ……….... viii
Daftar Tabel ………... xi
Daftar Gambar ………... xi
Daftar Lampiran ………. xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Bagi Peneliti... 5
1.4.2 Bagi Institusi ... 5
1.4.3 Bagi Remaja... 5
1.4.4 Bagi Profesi ... 5
1.5 Keaslian Penelitian ... 6
1.6 Batasan Istilah ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Konsep Promosi Kesehatan ... 9
2.2 Penyuluhan Kesehatan ... 9
2.2.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan ... 9
2.2.2 Langkah-langkah Penyuluhan ... 10
2.2.3 Media Penyuluhan ... 11
2.3 Konsep Pendidikan Seks ... 19
2.3.1 Pengertian Pendidikan Seks... 19
2.3.2 Materi Pendidikan Seks... 20
2.4 Konsep Persepsi ... 21
2.4.1 Pengertian Persepsi... 21
2.4.2 Persepsi Hubungan Seksual Pranikah... 21
2.4.3 Faktor Yang mempengaruhi Persepsi... 22
2.4.4 Proses Terjadinya Persepsi... 23
2.5 Konsep Remaja ... 24
2.5.1 Pengertian Remaja ... 24
2.5.2 Tahap-Tahap Perkembangan Remaja ... 24
(10)
x
2.5.4 Hubungan Seksual Pranikah Remaja ... 27
2.5.5 Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Seks Pranikah ... 27
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 29
3.1 Kerangka Konseptual ... 29
3.2 Hipotesis Penelitian ... 30
BAB IV METODE PENELITIAN ... 31
4.1 Desain Penelitian ... 31
4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling ... 32
4.2.1 Populasi ... 32
4.2.2 Sampel ... 32
4.2.3 Sampling ... 33
4.3 Variabel Penelitian ... 33
4.3.1 Variabel Independen ... 34
4.3.2 Variabel Dependen ... 34
4.4 Definisi Operasional ... 34
4.5 Tempat Penelitian ... 37
4.6 Waktu Penelitian ... 37
4.7 Instrumen Penelitian... 37
4.7.1 Uji Validitas ... 37
4.7.2 Uji Reabilitas ... 38
4.8 Prosedur Pengumpulan Data... 38
4.9 Analisis Data ... 40
4.10 Etika Penelitian ... 43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ... 45
5.1 Karakteristik Responden ... 45
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 45
5.2 Data Persepsi Hubungan Seksual Pranikah Responden Leaflet dan Roleplay ... 45
5.3 analisa Data ... 47
5.3.1 Pengujian Pengaruh Leaflet ... 48
5.3.2 Pengujian Pengaruh Roleplay ... 49
5.3.3 Perbedaan Efektivitas Leaflet dan Roleplay Terhadap Persepsi Hubungan Seksual Pranikah ... . 50
BAB VI PEMBAHASAN ... 51
6.1 Efektivitas Leaflet Terhadap Persepsi Hubungan Seksual Pranikah ... 51
6.2 Efektivitas Roleplay Terhadap Persepsi Hubungan Seksual Pranikah ... 53
6.3 Perbedaan Efektivitas Leaflet dan Roleplay Terhadap Persepsi Hubungan Seksual Pranikah ... 55
6.4 Keterbatasan Penelitian ... . 56
(11)
xi
BAB VII PENUTUP ... 58
7.1 Kesimpulan ... 58
7.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ………... 59
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional ... 35
Tabel 4.9 Rancangan Tabulasi Data ... 43
Tabel 5.2 Data Persepsi Hubungan Seksual Pranikah Responden Leaflet dan Roleplay ... 45
Tabel 5.3 Pengujian Asumsi Normalitas ... 48
Tabel 5.3.1 Pengujian Pengaruh Leaflet ... 48
Tabel 5.3.2 Pengujian Pengaruh Roleplay ... 49
(13)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut Edgar Dale ... 12 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 29 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ... 31
(14)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden ... 62
Lampiran 2 : Persetujuan Menjadi Responden ... 63
Lampiran 3 : Lembar Kuisioner ... 64
Lampiran 4 : Uji Validitas dan Reabilitas ... 67
Lampiran 5 : Skor Persepsi hubungan seksual Pranikah ... 68
Lampiran 6 : Skenario Bermain Peran ... 70
Lampiran 7 : Leaflet ... 73
Lampiran 8 : Output SPSS ... 75
Lampiran 9 : Dokumentasi Penelitian ... 81
(15)
xv
DAFTAR PUSTAKA
Asnawir & Basyarudin. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputat Press
BKKBN. (2007). Remaja dan SPN (Seksual Pranikah). www.bkkbn.go.idWebsDetailRubrikphpMyID=519.pdf. Diakses pada tanggal 7 Mei 2012
Depkes RI. (2004). Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Promosi Kesehatan. http//ml.scribd.com/doc/85816231/151-DP. Diakses pada tanggal 7 Mei 2012
Depkes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba
Dianawati, Ajen. (2006). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Tangerang : Kawan Pustaka Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Komunitas Teori dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Gebbie & Glasier. (2005). Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Ed.4. Jakarta : ECG
Herijulianti, E. (2002). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC
Hidayatul, F, Anung. (2008). Faktor-Faktor yang berhubungan Dengan Persepsi Tentang
Hubungan Seksual Pranikah Di SMA 2 Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=792. Diakses pada tanggal 7 Mei 2012
Hidayat, Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
Imron, ali. (2012). Pendidikan kesehatan Reproduksi Remaja. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media Jernih, F. (2010). Mengapa hubunga Seks Pranikah Harus Dihindari.
http://fikirjernih.blogspot.com/2010/02/mengapa-hubungan-seks-sebelum-menikah.html. Diakses pada tanggal 10 Mei 2012
Khumaidah. (2009). Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi dengan Media Ajar Leaflet
dalam meningkatkan Hasil Belajar kelas XI.
Library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=20647. Diaakses pada tanggal 10 April 2013
Mulyana, Deddy. (2004). Pengantar komunikasi. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Muninjaya, A.A.gde. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC
(16)
xvi
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Prinsip-prinsip Dasara Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Citra
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi.Ed.Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Roestiyah, NK. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Rubiyah. (2007). Efektivitas Metode Bermain Peran dalam Membangun Berpikir Positif Siswa SMK.www.unsoed.ac.id/sites/default/file/efektivitas/bermainperan/Rubiyah. pdf. Diakses pada tanggal 10 April 2013
Sadiman, Arief, dkk. (2010). Media Pendidikan: Pengertian, pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Santrock, J, W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja.Ed.6. Jakarta : Erlangga Sarwono, Sarlito. (2002). Psikologi Remaja. Jakarta : PT Grafindo Persada
Sarwono, Sarlito. (2011). Psikologi Remaja Ed.Revisi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Sulistyorini. (2010). Efektvitas Metode Ceramah dan Leaflet dalam Peningkatan Pengetahuan
Remaja tentang Seks Bebas di SMA Negeri Ngrayun. www.umpo.ac.id/gdl/ download.php?id=172. Diakses pada tanggal 10 April 2013
Suiraoka & Suparsa. (2012). Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Walgito, Bimo. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi
Yuniarti, Deby. (2007). Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Sikap Mengenai Seks Pranikah Remaja.http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/20 02/Artikel_10503040.pdf. Diakses pada tanggal 21 Mei 2012
(17)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubetas (Efendi, 2006). Yang paling menonjol dalam tumbuh kembang remaja adanya perubahan fisik, alat reproduksi, kognitif dan psikososial (Depkes, 2010).
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggungjawab atas munculnya dorongan seksual. Pemuasan dorongan seksual masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas (Efendi, 2006). Rendahnya pemahaman remaja tentang pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar, serta seksualitas yang masih dianggap tabu memunculkan penyimpangan reproduksi, seperti seks pranikah, aborsi, dan HIV/AIDS. Namun, disisi lain, arus informasi tentang reproduksi semakin deras dan orang tua tidak mampu berperan secara maksimal dalam pendidikan kesehatan reproduksi karena pemahaman orang tua perihal kesehatan reproduksi masih rendah serta konstruksi sosial yang menempatkan seksualitas sebagai masalah tabu untuk diperbincangkan dipublik (Imron, 2012).
Berdasarkan survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKKRI, 2002-2003), diperoleh data bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%; laki-laki 30,9%), sedangkan usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%; laki-laki 46,5%). Dari penelitian Wimpie Pangkahila (1996), terhadap 633 pelajar SLTA di bali, diperoleh data bahwa 27% remaja laki-laki dan 18% remaja perempuan mempunyai pengalaman
(18)
2
berhubungan seks pranikah. Sedangkan, situmorang (2001) melakukan penelitian dan diperoleh 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seks. Hasil penelitian DKT Indonesia (2005) menunjukkan perilaku seksual remaja di empat kota, yaitu Jabotabek, Bandung, Surabaya, dan Medan, para remaja yang menjadi responden penelitian secara terbuka menyatakan pernah melakukan hubungan seks pranikah sebanyak 51% di Jabodetabek; 54% di Bandung; Surabaya sebanyak 47%; dan di Medan dihasil data 52% (Imron, 2012).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka sangat diperlukan adanya pendidikan seks yang benar bagi remaja. Pendidikan yang tentu saja bertujuan untuk membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia disertai dengan penanaman nilai-nilai seksualitas itu sendiri.
Promosi kesehatan tidak lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Dengan metode yang benar dan penggunaan media yang tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran (Depkes, 2004). Media akan membantu dalam melakukan pendidikan kesehatan masyarakat karena pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan secara lebih jelas, sehingga sasaran akan menerima pesan tersebut dengan jelas dan tepat. Disamping itu, melalui media mampu memahami fakta kesehatan yang dianggap rumit.
Apabila tenaga kesehatan yang bertugas di lini terdepan promosi kesehatan tidak melihat peluang dan tantangan, dengan kata lain hanya melakukan pendidikan
(19)
3
kesehatan secara konversional maka masyarakat akan menilai sedemikian tertinggalnya metode penyampian informasi tersebut dan akan berimbas juga terhadap materi yang akan tersampaikan. Hal ini akan menimbulkan kesan bahwa informasi kesehatan yang disampaikan sudah tertinggal dan out of date. Oleh karena itu, petugas kesehatan diharapkan senantiasa mengupdate materi, metode dan media promosi kesehatan yang akan disampaikan kepada masyarakat. Untuk melaksanakan hal ini, tenaga kesehatan harus menyampaikan informasi yang tepat dan dalam bentuk yang dapat dimengerti. Seringkali fakta dan gagasan yang sama perlu disampaikan dengan penyajian yang berbeda-beda dengan berbagai macam media. Namun pertanyaan yang sering muncul yaitu media apakah yang paling efektif digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan tersebut? (Suiroka & Supariasa, 2012).
Media atau alat peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain media atau alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu objek, sehingga mempermudah pemahaman. Setiap indra ternyata berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, 1% melalui rasa, 2% melalui sentuhan, 3% melalui indra pencium, 11% melalui pendengaran, 83% melalui penglihatan. Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila ia menggunakan lebih dari satu panca indra. Dan kita bisa mengingat 10 % dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan kita dengar, 80% dari yang kita ucapkan, 90% dari yang kita ucapkan dan lakukan (DEPKES, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan di SMA Muhammadiyah 1 Malang, dimana terdiri dari 93 orang remaja usia 15-16 tahun. Dari hasil studi pendahuluan pada
(20)
4
remaja di SMA Muhammadiyah 1 Malang tidak pernah di berikan promosi kesehatan mengenai pendidikan seks. Sebanyak 65% siswa berpacaran dan 35% siswa tidak berpacaran. Setelah melakukan wawancara dengan beberapa siswa tentang perilaku seksual, rata-rata siswa menjawab hanya berkencan dan berpegangan tangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan efektivitas penggunaan mtode penyuluhan dengan media
leaflet dan roleplay terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja usia 15-16
tahun di SMA Muhammadiyah 1 Malang”. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan persepsi hubungan seksual pranikah remaja sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan menggunakan leaflet ?
2. Apakah ada perbedaan persepsi hubungan seksual pranikah remaja sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan menggunakan roleplay?
3. Apakah ada perbedaan efektifitas penggunaan leaflet dan roleplay terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja usia 15-16 tahun ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas media leaflet dan roleplay terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja usia 15-16 tahun.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
(21)
5
a. Mengidentifikasi perbedaan persepsi hubungan seksual pranikah sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan menggunakan leaflet.
b. Mengidentifikasi perbedaan persepsi hubungan seksual pranikah sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan menggunakan roleplay.
c. Menganalisis adanya perbedaan efektifitas media leaflet dan roleplay
terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja usia 15-16 tahun. 1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang efektivitas media promosi kesehatan terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja dan mampu memehami lebih jelas tentang keperawatan komunitas khususnya promosi kesehatan.
2. Bagi institusi
Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya ilmu keperawatan komunitas.
3. Bagi remaja
Dengan adanya penelitian ini remaja dapat termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang seksualitas dan dapat mengontrol perilakunya yang berhubungan dengan seksualitas
4. Bagi profesi
Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi keperawatan komunitas khususnya tentang promosi kesehatan.
(22)
6
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang perbedaan efektivitas media promosi kesehatan terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja belum pernah diteliti sebelumnya. adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian dilakukan oleh Martina Evlyn R.H (2007) dengan judul “Hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan”. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan besar sampel 150 responden. Metode sampling penelitian ini adalah cluster sampling. Hasil penelitian ini dianalisa berdasarkan uji statistik menggunakan korelasi spearman. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan atau tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anik Sulistyorini yang berjudul “Efektivitas metode ceramah dan leaflet dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngrayun”. Desain yang digunakan adalah Quasy
Eksperiment dan rancangan penelitiannya adalah pre dan post test group design.
Populasi kasus seluruh remaja di SMA Ngrayun sejumlah 128 siswa dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian didapatkan rata-rata pengetahuan remaja yang diberi ceramah adalah 2,08 dengan standar deviasi 1,506. Pengetahuan remaja yang diberi leaflet rata-rata adalah 1,40 dengan standar deviasi 1,199. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,009. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada perbedaan metode leaflet dengan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas.
(23)
7
1.6 Batasan Istilah
1. Leaflet merupakan selembaran kertas yang dilipat, berisi tulisan cetak dan
beberapa gambar tertentu tentang suatu topik kusus untuk sasaran dan tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2010).
2. Roleplay adalah media pembelajaran sebagai simulasi yang diarahkan untuk
mengkreasi peristiwa-peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang (Sanjaya, 2009). 3. Persepsi hubungan seksual pranikah merupakan suatu mental yang terjadi
pada diri manusia yang ditujukan dengan bagaimana melihat, mendengar, merasakan, meraba serta memberi tanggapan tentang perilaku pranikah (Hidayatul, 2008)
4. Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri
(1)
berhubungan seks pranikah. Sedangkan, situmorang (2001) melakukan penelitian dan diperoleh 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seks. Hasil penelitian DKT Indonesia (2005) menunjukkan perilaku seksual remaja di empat kota, yaitu Jabotabek, Bandung, Surabaya, dan Medan, para remaja yang menjadi responden penelitian secara terbuka menyatakan pernah melakukan hubungan seks pranikah sebanyak 51% di Jabodetabek; 54% di Bandung; Surabaya sebanyak 47%; dan di Medan dihasil data 52% (Imron, 2012).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka sangat diperlukan adanya pendidikan seks yang benar bagi remaja. Pendidikan yang tentu saja bertujuan untuk membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia disertai dengan penanaman nilai-nilai seksualitas itu sendiri.
Promosi kesehatan tidak lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Dengan metode yang benar dan penggunaan media yang tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran (Depkes, 2004). Media akan membantu dalam melakukan pendidikan kesehatan masyarakat karena pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan secara lebih jelas, sehingga sasaran akan menerima pesan tersebut dengan jelas dan tepat. Disamping itu, melalui media mampu memahami fakta kesehatan yang dianggap rumit.
Apabila tenaga kesehatan yang bertugas di lini terdepan promosi kesehatan tidak melihat peluang dan tantangan, dengan kata lain hanya melakukan pendidikan
(2)
kesehatan secara konversional maka masyarakat akan menilai sedemikian tertinggalnya metode penyampian informasi tersebut dan akan berimbas juga terhadap materi yang akan tersampaikan. Hal ini akan menimbulkan kesan bahwa informasi kesehatan yang disampaikan sudah tertinggal dan out of date. Oleh karena itu, petugas kesehatan diharapkan senantiasa mengupdate materi, metode dan media promosi kesehatan yang akan disampaikan kepada masyarakat. Untuk melaksanakan hal ini, tenaga kesehatan harus menyampaikan informasi yang tepat dan dalam bentuk yang dapat dimengerti. Seringkali fakta dan gagasan yang sama perlu disampaikan dengan penyajian yang berbeda-beda dengan berbagai macam media. Namun pertanyaan yang sering muncul yaitu media apakah yang paling efektif digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan tersebut? (Suiroka & Supariasa, 2012).
Media atau alat peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain media atau alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu objek, sehingga mempermudah pemahaman. Setiap indra ternyata berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, 1% melalui rasa, 2% melalui sentuhan, 3% melalui indra pencium, 11% melalui pendengaran, 83% melalui penglihatan. Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila ia menggunakan lebih dari satu panca indra. Dan kita bisa mengingat 10 % dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan kita dengar, 80% dari yang kita ucapkan, 90% dari yang kita ucapkan dan lakukan (DEPKES, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan di SMA Muhammadiyah 1 Malang, dimana terdiri dari 93 orang remaja usia 15-16 tahun. Dari hasil studi pendahuluan pada
(3)
remaja di SMA Muhammadiyah 1 Malang tidak pernah di berikan promosi kesehatan mengenai pendidikan seks. Sebanyak 65% siswa berpacaran dan 35% siswa tidak berpacaran. Setelah melakukan wawancara dengan beberapa siswa tentang perilaku seksual, rata-rata siswa menjawab hanya berkencan dan berpegangan tangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan efektivitas penggunaan mtode penyuluhan dengan media leaflet dan roleplay terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja usia 15-16 tahun di SMA Muhammadiyah 1 Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan persepsi hubungan seksual pranikah remaja sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan menggunakan leaflet ?
2. Apakah ada perbedaan persepsi hubungan seksual pranikah remaja sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan menggunakan roleplay?
3. Apakah ada perbedaan efektifitas penggunaan leaflet dan roleplay terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja usia 15-16 tahun ?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas media leaflet dan roleplay terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja usia 15-16 tahun.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
(4)
a. Mengidentifikasi perbedaan persepsi hubungan seksual pranikah sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan menggunakan leaflet.
b. Mengidentifikasi perbedaan persepsi hubungan seksual pranikah sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan menggunakan roleplay.
c. Menganalisis adanya perbedaan efektifitas media leaflet dan roleplay terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja usia 15-16 tahun.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang efektivitas media promosi kesehatan terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja dan mampu memehami lebih jelas tentang keperawatan komunitas khususnya promosi kesehatan.
2. Bagi institusi
Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya ilmu keperawatan komunitas.
3. Bagi remaja
Dengan adanya penelitian ini remaja dapat termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang seksualitas dan dapat mengontrol perilakunya yang berhubungan dengan seksualitas
4. Bagi profesi
Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi keperawatan komunitas khususnya tentang promosi kesehatan.
(5)
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang perbedaan efektivitas media promosi kesehatan terhadap persepsi hubungan seksual pranikah remaja belum pernah diteliti sebelumnya. adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian dilakukan oleh Martina Evlyn R.H (2007) dengan judul “Hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan”. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan besar sampel 150 responden. Metode sampling penelitian ini adalah cluster sampling. Hasil penelitian ini dianalisa berdasarkan uji statistik menggunakan korelasi spearman. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan atau tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anik Sulistyorini yang berjudul “Efektivitas metode ceramah dan leaflet dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngrayun”. Desain yang digunakan adalah Quasy Eksperiment dan rancangan penelitiannya adalah pre dan post test group design. Populasi kasus seluruh remaja di SMA Ngrayun sejumlah 128 siswa dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian didapatkan rata-rata pengetahuan remaja yang diberi ceramah adalah 2,08 dengan standar deviasi 1,506. Pengetahuan remaja yang diberi leaflet rata-rata adalah 1,40 dengan standar deviasi 1,199. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,009. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada perbedaan metode leaflet dengan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas.
(6)
1.6 Batasan Istilah
1. Leaflet merupakan selembaran kertas yang dilipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar tertentu tentang suatu topik kusus untuk sasaran dan tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2010).
2. Roleplay adalah media pembelajaran sebagai simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang (Sanjaya, 2009). 3. Persepsi hubungan seksual pranikah merupakan suatu mental yang terjadi
pada diri manusia yang ditujukan dengan bagaimana melihat, mendengar, merasakan, meraba serta memberi tanggapan tentang perilaku pranikah (Hidayatul, 2008)
4. Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri