Pencetus  pertama  ini  yaitu  Abraham  H.Maslow,  yang  didasari  oleh  teori kepribadian  dan  teori  psikologi  kelinik,  keudian  diaplikasikan  dalam  pendidikan
anak tunalaras oleh: G.Dennison, H.Grossman, Peter Knobiock, dan A.Goldstein. Dijelaskan  bahwa:  Penyimpangan  tingkah  laku  disebabkan  karena  kegagalan
dalam mengembangkan sikap rasa memiliki dan harga diri. Gangguan  tingkahlaku  tunalaras  disebabkan  karena  tidak  memahami  identitas
diri  untuk  membuat  pilihan  yang  lebih  baik  tentang  arah  perkembangan  dan kreatifitas sebagai alat pemenuhan diri.
B. Penyebab Ketunalarasan
Dalam  pengklasifikasian  penyebab  penyimpangan  prilaku  ketunalarasan  para  ahli sampai  saat  ini  belum  ada  keseragaman.  Sehingga  ada  yang  mengelompokkan
menjadi dua  factor penyebab utama  yaitu  factor internal dan external. Dan ada  juga yang  mengelompokkan  menjadi  tiga,  seperti  Cruickshank  1979  dan  Kauffman
1985.
1. Penyebab Pandangan Umum
Klasifikasi  yang  umum  digunakan  dilingkungan  pendidikan  departemen  social, kepolisisn  maupun kehakiman  yaitu  memandang  penyebab ketunalarasan dari  factor
internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor  internal  yaitu  factor  penyebab  yang  berasal  dari  diri  individu  anak.  Seperti kondisi:  inteligensikecerdasan,  fifik  ,  fisiologis,  jenis  kelamin,  usiaumur,  dan
kondisi emosi. a.
Intelegensi Intelegensi adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi  lingkungan.  Kita  tahu  bahwa  inteligensi  yang  dimiliki  manusia  sangat beragam tingkatannya, ada yang di atas rata-rata, rata-rata, dan dibawah rata-rata.
Anak  yang  memiliki  inteligensi  di  atas  rata-rata  dan  di  bawah  rata-rata  memiliki kecenderungan  lebih  tinggi  untuk  berprilaku  menyimpang  tunalaras  disbanding
dengan anak yang memiliki inteligensi rata-rata normal. Anak  yang  memiliki  kecersdasan  tinggi,  diatas  rata-rata  dalam  perkembangan
kognitif lebih cepat daripada perkembangan fisik dan mentalnya. Apabila lingkungan
tidak mendukung
terhadap perkembangannya,
maka akan
menimbulkan permasalahan yaitu terganggunya perkembangan social dan emosi.
Sebaliknya anak yang memiliki kecerdasan si bawah rata-rata kurang memahami nilai dan  norma  yang  berlaku  dilingkungannya,  kurang  memahami  aturan  dan  petujuk,
sehingga sering berprilaku menyimpang. b.
Kondisi Fisik Kondisi fisik dimaksudkan yaitu keadaan fisik yang cacat seperti cacat anggota tubuh,
pendengaran,  penglihatan,  dsb.  Kelengkapan  jasmanifisik  merupakan  hal  penting untuk  melakukan  aktifitas  hidup.  Kecatatan  fisik  akan  berpegaruh  terhadap  aktifitas
dalam  pemenuhan  kebutuhan  maupun  dalam  melakukan  interaksi  dengan lingkungannya.  Dengan  keterbatasan  dan  sikap  lingkungan  yang  negatif
menimbulkan  sikap  rendah  diri,  dan  tidak  percaya  diri,  merasa  tidak  berharga  dan merasa  kurang  aman.  Untuk  menutupi  kekurangankelemahan  tersebut  cenderung
memiliki  sikap  dan  prilaku  yang  tidak  diharapkan,  berprilaku  negatif    berprilaku konpensasi  dengan  tujuan  untuk  mendapatkan  perhatian  dan  menutupi  kekurangan
pada  dirinya.  Misalkan  mudah  tersinggung,  marah,  curiga  pada  orang lain,mengganggu orang lain, dan sebagainya.
c. Jenis kelamin
Jenis  kelamin  yaitu  anak  laki-laki  dan  perempuan.  Pada  prinsipnya  penyimpangan tingkah laku dapat terjadi pada setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan, tetapi
kenyataannnya jumlah anak laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Diantaranya masalah kenakalan lebih banyak dilakukan anak laki-laki. Menurut kesimpulan  hasil
penelitian  Tappan  terhadap  anak-anak  berusia    antara  16  tahun  sampai  dengan  20 tahun, bahwa anak laki-laki memiliki kecenderungan lebih tinggi disbanding dengan
anak perempuan. Hal  ini  kemungkinan  dua  sebab,  yaitu  karena  factor  fisiologis,  sikap  dan  perlakuan
orang  tua.  Faktor  fisiologis  yaitu  adanya  perbedaan  hormon  sex  laki-laki  = testosteron,  dan  perempuan  =  progestosteron.  Hormon  tersebut  memiliki  cirri  yang
berbeda,  sehingga  anak  laki-laki  cenderung  agresif  dan  berani,  sedangkan  anak perempuan cenderung bersikap lemah lembut dan tidak begitu agresif sesuai dengan
karakteristik hormon sex masing-masing.
Faktor  sikap  dan  perlakuan  orang  tua  terhadap  anak  laki-laki  banyak  memberikan kebebasan,  sedangkan  pada  anak  perempuan  banyak  membatasi  dalam  berperilaku
dan  pergaulan.  Kondisi  dan  perlakuan  orang  tua  tersebut  cenderung  lebih  banyak memberikan peluang untuk berperilaku menyimpang pada anak laki-laki.
d. Usiaumur
Rentang  usia  tidak  terlepas  dari  proses  pertumbuhan  dan  perkembangan.  Setiap rentangan  usia  memiliki  tugas-tugas  perkembangan  yang  harus  diselesaikan  oleh
setiap  orang.  Hurlock,  menjelaskan  bahwa  rentangan  usia  jika  dibagi  berdasarkan bentuk-bentuk  perkembangan  dan  pola  prilaku  yang  nampak  khas  bagi  usia-usia
tertentu.  Maka  rentangan  kehidupan  terdiri  dari  11  masa,  yaitu  :  prenatal,  neonatus, bayi,  kanak-kanak  awal,  kanak-kanak  akhir,  pre  adolcence,  remaja  awal,  remaja
akhir, dewasa awal, setengah baya, dan tua. Dari  rentangan  usia  diatas  yang  banyak  mengalami  penyimpangan  perilaku  yaitu
antara  usia  12  samapi  dengan  18  tahun  remaja  awal  dan  remaja  akhir.  Hal  ini dibuktikan di pengadilan, khususnya di Jakarta Raya tahun 1963 sampai dengan tahun
1966.  Pada  usia  tersebut,  kecenderungan  untuk  berperilaku  menyimpang  sangat tinggi,  karena  merupakan  usia  peralihan  masa  transisi,  masa  kelahiran  baru,  masa
panca roba, atau masa mencari identitas diri.
2. Faktor Eksternal.