PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA LASERASI PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus Strain Wistar)

(1)

HASIL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH(Piper

crocatumRuiz & Pav.)TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA LASERASI PADA TIKUS PUTIH JANTAN

(Rattus norvegicus Strain Wistar)

Oleh: RIZA MAULIDA 201210330311142

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN Telah Disetujui sebagai Hasil Penelitian

untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang

Tanggal 12 Januari 2016

Pembimbing I

dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP-RE

Pembimbing II

dr. Anung Putri Illahika, M.Si

Mengetahui, Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang, Dekan,


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Syukur Alhamdulillah, penulis telah berhasil menyelesaikan karya tulis akhir yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum

Ruiz & Pav.) TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN

PENYEMBUHAN LUKA LASERASI PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus Strain Wistar)”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga penyusunan penelitian ini, sangatlah tidak mudah. Oleh karena itu, dalam penyelesaian karya tulis akhir ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Spesial terimakasih untuk keluarga tercinta, untuk papaku Bapak H. Purwadi, S.H., MHum, terimakasih atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang selalu papa curahkan, untuk mama tercinta dan tersayang, Hj. Sofia Andriani, S.E., terimakasih sudah menjadi mama terhebat dan terbaik di dunia, terimakasih telah menjadi kekuatan hidupku, terimakasih untuk doa, kasih sayang yang tak ternilai dan sangat berharga, terimakasih untuk semuanya, Ma. Terimakasih untuk Nadia Aprillia Fitriana, S.Ked, atas kasih


(4)

sayang, dukungan, perhatian yang telah kakak berikan, kakak terbaik yang tidak pernah bosan menasehati dan mendengarkan setiap keluh kesahku. Terimakasih juga untuk adik kecil tersayang, Shafira Rahmadina Putri, yang selalu memberikan semangat dan perhatian kepada kakak.

2. dr. Irma Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

3. dr. Moch. Ma’roef, Sp.OG selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

4. dr. Rahayu, Sp.S selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

5. dr. Iwan Sys, Sp.KJ selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

6. dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP-RE selaku pembimbing I atas bimbingan, dukungan, koreksi, dan saran yang luar biasa membangun yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

7. dr. Anung Putri Illahika, M.Si selaku pembimbing II atas bimbingan, dukungan, saran, koreksi, dan motivasi yang telah diberikan, demi kesempurnaan dalam karya tulis akhir ini.

8. dr. Desy Andari, M.Biomed selaku penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengoreksi demi kesempurnaan karya tulis akhir ini.

9. Seluruh staf Tata Usaha dan staf Lab Terpadu Fakultas Kedokteran UMM (Pak Yono, Mas Didit, Mas Miftah, Pak Chusnan, Mas Nyono, Mbak Fat,


(5)

Pak Joko, Mbak Dilla, Mbak Citra, dan Mbak Nuke), terimakasih atas segala dukungan yang telah diberikan.

10. Terimakasih kepada yang terkasih Harvy Harvyandhani, S.Ked, yang selalu memberikan motivasi, inspirasi, doa, dan bantuan dari awal pendidikan hingga sampai saat ini, terimakasih telah mensukseskan penyelesaian tugas akhir ini.

11. Terimakasih kepada keluarga kecil sekaligus sahabat-sahabat terbaikku Intan Terania, Azilu Fala Biba Rusda, Nur Sofiana, yang tidak pernah bosan menasehati dan mendengarkan setiap keluh kesahku. Terimakasih kepada Nilam Purnama, Milla Wildania Hakim, Saidah Rahmat, dan Taufan Iskandar, Ika Oktavia, Ika Ummu Amalia, dan Nabila yang telah memberikan semangat, canda tawa, nasehat, dan berbagi ilmu selama menempuh perkuliahan. Dan seluruh teman-teman angkatan 2012 atas bantuan dan motivasinya.

12. Para dosen pengajar FK UMM yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan.

13. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini dan juga mendoakan demi suksesnya karya tulis ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN. ... iii

LEMBAR PENGUJIAN. ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK. ... viii

ABSTRACT. ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan umum ... 4

1.3.2 Tujuan khusus... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5


(7)

1.4.2 Manfaat klinis... 5

1.4.3 Manfaat akademis ... 5

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Sirih Merah (Piper crocatum) ... 6

2.1.1 Taksonomi ……… 7

2.1.2 Nama………. 8

2.1.3 Morfologi ... 8

2.1.4 Habitat dandistribusi geografis………... 9

2.2 Kandungan Senyawa Daun Sirih Merah ... 9

2.2.1Flavonoid... 10

2.2.2Alkaloid ... 12

2.2.3Tannin... 14

2.2.4 Minyak atsiri ... 16

2.2.5Saponin……….16

2.3 Manfaat Daun Sirih Merah……….. 18

2.4 Anatomi Kulit ... 20

2.4.1Epidermis... 21

2.4.2Dermis... 21

2.4.3 Jaringan subkutan... 23

2.5 Luka Laserasi... 23

2.6 Penyembuhan Luka ... 24


(8)

2.7.1Hemostasisdaninflamasi... 26

2.7.2Proliferasi... 29

2.7.3Maturasidanremodelling ...31

2.7.4Re-epitelialisasi... 32

2.7.5 Kontraksi luka ... 34

2.8 Gangguan Penyembuhan Luka ... 35

2.9 Tikus Jantan Putih (Rattus norvegicus Strain Wistar) ... 37

2.9.1 Klasifikasi tikus jantan putih (Rattus norvegicus Strain Wistar)... 37

2.9.2 Morfologi tikus jantan putih (Rattus norvegicus Strain Wistar)... 37

BAB3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 39

3.1 Kerangka Konsep ... 39

3.2 Hipotesis Penelitian ... 41

BAB4 METODE PENELITIAN... 42

4.1 Rancangan Penelitian ... 42

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

4.3 Populasi dan Sampel... 42

4.3.1 Populasi ... 42

4.3.2 Sampel ... 42

4.3.3 Replikasi ... 43

4.3.4 Teknik pengambilan sampel... 44


(9)

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 45

4.4.1 Variabel (bebas dan tergantung)... 45

4.4.2 Definisi operasional... 45

4.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 46

4.5.1 Pemeliharaan tikus ... 46

4.5.2 Pembuatan sediaan gel ekstrak daun sirih merah ... 47

4.5.3 Alat dan bahan pembuatan luka ... 47

4.5.4 Alat pengukuran luka ... 48

4.6 Prosedur Penelitian ... 48

4.6.1 Adaptasi ... 48

4.6.2 Pemberian gel ekstrak daun sirih merah... 49

4.6.3 Anastesi dan prosedur perlukaan... 49

4.6.4 Perlakuan luka dan pemberian gel ekstrak daun sirih merah 50 4.6.5 Pengukuran luas luka... 51

4.6.6 Alur penelitian ... 52

4.7 Metode Analisis Data ... 53

4.8 Jadwal Penelitian ... 54

BAB5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 55

5.1 Hasil Penelitian... 55

5.2 Analisis Data ... 56

5.2.1 Uji NormalitasShapiro-Wilk... 56


(10)

5.2.3 UjiOne WayANOVA ... 56

5.2.4 UjiTukey5%... 57

5.2.5 Uji Korelasi dan Uji Regresi ... 58

BAB6 PEMBAHASAN... 60

BAB7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

7.1 Kesimpulan... 65

7.2 Saran untuk Para Peneliti ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1Data Pengamatan LuasLuka………73

2 Analisis Data ……...………74

3Dokumentasi Penelitian………78

4 Determinasi Daun Sirih Merah………83

5 Surat Penelitian Laboratorium Biomedik FK UMM………84


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, H., Fujii, K., Yamasaki, O., Oono, T., Iwatsuki, K. (2001). Antibacterial action of several tannin againts Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemotheraphy, 48 (4), 487-491. [online]. (downloaded: 13 Mei 2015 ). Retrieved from: http://jac.oxfordjournals.org/content/48/4/487.long

Amin, M.A.M., Khamis, M.F. (2008). The influence of red sirih (Piper crocatum Ruiz & Pav.) and green sirih (Piper betle lynn) leaf extracts on the neutrofil count of inflammed oral mucosa during healing. Journal of Archives of Orofacial Sciences, 3(2), 56-78. [online]. (downloaded: 13 Juni 2015 ). Retrieved from 6th Student Scientific Conference 2008, Universiti Sains Malaysia, Health Campus, Kelantan, Malaysia: http://www.dental.usm.my/aos/docs/Vol_3/Issue2/5671_sscoral.pdf

Anjoo, K., Ajay, K.S. (2009). Bryophyllun pinnotum (lamk) Kurz : Phytochemical and Pharmacological Profile: A Review.Phcog Rev. 3(1):364-374. [online]. (downloaded: 18 Juni 2015 ). Retrieved from: http://www.phcogrev.com/article.asp?issn=09737847;year=2009;volume= 3;issue=6;spage-364;epage:374;aulas=Kamboj

Armitage, D. (2006). Rattus norvegicus. [online]. (downloaded: 18 Juni 2015 ). Retrieved from Animal Diversity Web, University Of Michigan Museum

Of Zoology:

http://www.animaldiversityummz.umich.edu/site/accounts/information/Rat tusnorvegicus.html

Astuti, S.M., Mimi, S.A.M., Retno A.B.M., Awalludin, R. (2011). Determination of saponin compound from Anredera cordifolia (Ten.) Steenis plant (binahong) to potential treatment for several disease. Journal Of Agriculture Science, 3(4), 224-232. [online]. (downloaded: 18 Juni 2015 ).

Retrieved from:

http://www.ccsenet.org/journal/index.php/jas/article/download/9087/9133 Bisono, P. (2010). Luka, Trauma, Syok dan Bencana. Dalam: Syamsuhidajat, R.

dan W.D. Jong, (ed.). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC. HIm 81-91.

Bloom, W., Fawcett, D.W. (2002). Kulit. Dalam: Huriawari Hartanto, (ed). Buku ajar histologi. Jakarta: EGC. Hlm 469-478.


(13)

Burfeind, D. (2007). Wound care update.Copyright Anthony J. Jannetti, Inc. Dermatology Nursing, 19(1), 93, 1pgs. [online]. (downloaded: 25 Juni

2015 ). Retrieved from:

http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1258197551&sid=8&Fmt=3&clien tId=45625&RQT=309&VName=PQD

Christiana, A., Kurniyanti, M. A. (2014). Efektifitas air rebusan daun sirih dalam mempercepat penyembuhan luka perineum. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 2(2):1-6. [online] (diunduh tanggal 8 Desember 2015). Tersedia dari:http://www.widyagamahusada.ac.id/learn_detail.php?id=96 Cowan, M.M. (2009). Plant products as antimicrobial agents. Clinical

Microbiology Reviews, 12(4), 564-682.

Dahlan, S. (2009). Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Lebih dari Dua Kelompok, dalam: Sopiyudin Dahlan (ed). Metode penelitian kesehatan. Hlm 84 & 158. Jakarta: EGC.

Damarini, S., Eliana, Mariati. (2013). Efektivitas sirih merah dalam perawatan luka perineum di bidan praktik mandiri. Jurusan kebidanan polteknik kesehatan kementerian kesehatan bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8(1):39-44. [online]. (diunduh: 20 Mei 2015). Tersedia dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=269827&val=7113&t itle=Efektivitas%20Sirih%20Merah%20dalam%20Perawatan%20Luka%2 0Perineum%20di%20Bidan%20Praktik%20Mandiri

Diegelmann, R.F., Evans M.C. (2004). Wound healing : an overview of acute, fibroctic, and delayed healing. Front in Biosci, 9(1):283-295. [online]. (downloaded: 13 Februari 2015 ). Retrieved from: http://www.lchirurgie.cz/pool/vzor/download/ACP_Wound_healing_an_o verview_of_acute_fibroctic_and_delayed_healing.pdf

Damhoeri, A., Syarfati, Eriani, K. (2011). The potential of jarak cina (Jatropha multifida L.) secretion in healing new-wounded mice. Jurnal Natural, 11(1):16-19.

Dougnon. (2012). In vitro hemostatic activity screening of sap of Jatropha multifida L. (euphorbiaceae) used in traditional medicine at cotonou (benin). J Phys Pharm Adv,2(6): 227-234.

Fannani, M.Z., Nugroho, T. (2014). Pengaruh salep ekstrak etanol daun sirih (Piper betle) terhadap penyembuhan luka iris pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia,Universitas Islam Indonesia 6(1):19-26. [online] (diunduh

tanggal 8 Desember 2015). Tersedia dari:


(14)

Guenther, Ernest (Ed). (2007). Cara memproduksi minyak atsiri. Minyak Atsiri. Hlm. 132-137. Jakarta: UI press.

Haniah, M. (2008). Isolasi jamur endofit dari daun sirih (Piper betle L.) sebagai antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococus aureus, dan Candida albicans. [tesis]. [diunduh: 11 Juni 2015]. Hlm. 56-70. Tersedia dari:http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullahrpter/0352005

Hariana, A. (2006). Kandungan minyak atsiri. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Seri Pertama. Jakarta: Penegar Swadaya.

Hermawan, A. (2007). Pengaruh ekstrak daun sirih merah (piper betle. L) terhadap pertumbuhanstaphylococcus aureusdanEscherichia colidengan metode difusi fisi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Hoskin, S. (2005).Wound care solutions: compression bandages.Australian Nursing Journal, 13(5), 21, 1pgs. [online]. (downloaded: 25 Juni 2015 ). Retrieved from Australian Nurses Federation: http://proquest.umi.com/pqdweb?did=928878031&sid=10&Fmt=4&client Id=45625&RQT=309&VName=PQD

Ihsan, Hasibuan L., Lukman K. (2012). Perbandingan penyembuhan luka bakar derajat dua antara rebusan daun sirih dan moist exposed burn ointment. Bandung Medical Journal, 44(2). [online] (diunduh tanggal 8 Desember

2015). Tersedia dari:

http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/81

Jeffcoate, W.J., Price, P., Harding, K.G. (2004). Wound healing and treatments for people with diabetic foot ulcers. Diabet Metab Res Rev, 20(1): S78-S89.

Jong, W.D. (2010). Luka. Buku ajar ilmu bedah, ed. 3, hlm: 95. Alih bahasa: Sjamsuhidajat, R. Jakarta: EGC.

Juckett, G. (2004). Herbal Medicine in Modern Pharmacology with Clinical Application (Craig, CR & Stitzel, RE : Editors). 6 th ed, pg: 785. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Juliantina, F., Citra D.A., Nirwani, B., Nurmasitoh, T., Bowo, E.T. (2009). Manfaat sirih merah sebagai agen anti bakterial terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, 1(1): 1-10. [online]. (diunduh: 13 Maret 2015). Tersedia dari: http://journal.uii.ac.id/index.php/JKKI/article/view/543/467


(15)

Keat. (2010). The effect of Piper betle extract on the wound healing process in experimentally induced diabetic rats.Clinical Therapetic, 161(2): 117-120. Latuheru, J.O., Tambajong, J., Posangi, J. (2013). Efek daun sirih (Piper betle L.) terhadap penyembuhan luka insisi kulit kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal e-Biomedik (eBM), 1(2), 802-805. [online]. (diunduh: 13 Februari

2015). Tersedia dari:

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/3636/3163 Li, K., Diao, Y., Zhang, H., Wang, S., Zhang, Z., Yu, B., et al. (2011). Tannin

extracts from immature fruits ofTerminalia chebula Fructus Retz. promote cutaneous wound healing in rats. Research Article, BMC Complementary and Alternative Medicine,11: 86 [online]. (downloaded: 30 April 2015 ). Retrieved from:http://www.biomedcentral.com/1472-6882/11/86

MacKay, D., Miller, A.L. (2003). Nutritional support for wound healing. Alternative Medicine Review, 8(4), 359-377. [online]. (downloaded: 18

April 2015 ). Retrieved from:

http://www.thorne.com/altmedrev/.fulltext/8/4/359.pdf

Manoi, F. (2007). Khasiat Sirih Merah.Sirih merah sebagai tanaman multi fungsi, warta puslitbangbun, 13(2): 4-5. [online]. (diunduh: 18 Februari 2015). Tersedia dari Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia:http://litbang.deptan.go.id

Mardiana, L. (2004). Kanker pada Wanita. Pencegahan dan pengobatan dengan tanaman obat. Hlm: 10-18. Jakarta: Penebar Swadaya

Morison, M.J. (2004). Fisiologi Penyembuhan Luka. Dalam: Tyasmono AF (ed). Manajemen Luka. Hlm. 10- 11. Jakarta: EGC.

Mun’im, A., Azizahwati, Fimani, A. (2011). Pengaruh Pemberian Infusa Daun Sirih Merah (Piper cf. fragile, Benth) secara Topikal terhadap Penyembuhan Luka pada Tikus Putih Diabet. Jurnal Farmasi FMIPA UI 1(2): 80-86 (online) (diunduh tanggal 13 Oktober 2015). http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/metadata-20181382.pdf

Nayak, B.S., Marshall, J.R., Isitor, G. (2010). Wound Healing Potential of Ethanolic Extract of Kalanchoe pinnata (Lamk) Leaf-A Preliminary Study. Indian J. Experim. Biol., 48: 572-576. [online]. (downloaded: 18

Mei 2015 ). Retrieved from:

http://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/9083/1/IJEB %2048(6)%20572-576.pdf

Nielsen, S.S. (2003). Food Analysis, 3rd edition. New York, USA: Kluwer Academic/Plenum Publisher.


(16)

Nijveldt, R.J., Nood, E.V., Hoorn, D.V. (2001). Flavonoids: a review of probable mechanisms of action and potential applications 1-3. American Society Journal Clinical Nutrition, 74: 418-25. [online]. (downloaded: 18 Mei 2015 ). Retrieved from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11566638 Norton, S.A. (2007). Betel: Consumption and consequences.J Am Acad Dermatol, 37: 81-88. Parwata, I.M.O.A., Dewi, P.F.S. (2008). Isolasi dan uji aktivitas antibakteri

minyak atsiri dari rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.). Jurnal Kimia, 2(2): 100-104.

Ponnusha, B.S., Subramaniyam, S., Pasupathi, P., Virumandy, R. (2011). Antioxidant and antimicrobial properties of glycine max-a review. International Journal of Current Biological and Medical Science, 1(2): 49-62. (downloaded: 3 Februari 2015 ). Retrieved from: http://cogprints.org/7323/1/Antioxidant_and_Antimicrobial

properties_of_Glycine_Max-A_review.pdf

Prahastuti, S., Tambunan, K. (2004). Tinjauan literatur sirih. Jakarta: Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII).

Rawat, Tripathi, Khan, Balasubrahmanyam. (2008). Essential oil components as markers for identification of Piper betle, L. cultivars. Biochem Syst Ecol 17(1): 35-38.

Robinson, T. (2008). Alkaloid. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Hlm. 345. Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata, Bandung : ITB.

Rohyami, Y. (2008). Penentuan kandungan flavonoid dari ekstrak methanol daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Jurnal Logika, 5: 1-9. [online]. (diunduh: 8 Mei 2015). Tersedia dari: http://journal.uii.ac.id/index.php/Logika./article/view/178

Sabiston, C.D. (2007). Wound healing: biologic and clinical features. Sabiston textbook of surgery the biological basis of modern surgical practice, pg. 1112–1143. Philadelpia: WB Saunders Company.

Safitri, Rahma. (2008). Potency of Piper crocatum decoction as an antihiperglycemia in rat strain sprague dawley. Hayati Journal of Biosciences,15(1): 45-48.[online]. (diunduh: 15 Juni 2015). Tersedia dari: http://core.ac.uk/download/pdf/26875616.pdf


(17)

Sari, R., Isadiartuti, D. (2006). Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper betleLinn.).Majalah Farmasi Indonesia, 17(4): 163-169.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan (Penuntun Praktis Bagi Pemula). Yogyakarta: Mitra Cindikia Press.

Schwartz, Seymour, I. (2000). Principles of Surgery. Companion handbook, Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah, ed. 6, Cet. I, hlm. 63-78. Jakarta: EGC. Simbala, Herny, E.I. (2009). Analisis senyawa alkaloid beberapa jenis tumbuhan

obat sebagai bahan aktif fitofarmaka.Pacific Journal, 1(4): 489-494. Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2001). Penatalaksanaan Keperawatan Pascaoperatif.

Buku ajar keperawatan medikal bedah, ed. 8, vol. 2. Alih bahasa: Kuncara, dkk. Jakarta: EGC.

Sudewo, B. (2008). Basmi penyakit dengan sirih merah, hlm. 35-36. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Sundaryono, A. (2011). Penggunaan batang tanaman betadin (Jatropha multifida lin) untuk meningkatkan jumlah trombosit pada musculus. Jurnal Media Medika Indonesia, 45(2). [online]. (diunduh: 15 Juni 2015). Tersedia dari: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmi/article/view/3017

Supranto, J. (2007). Pengulangan sampel eksperimen. Teknik Sampling Survey dan Eksperimen. Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global,hlm: 119-120. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wicaksono. (2009). Antiproliferative effect of the methanol extract of Piper crocatum Ruiz & Pav leaves on human breast (t47d) cells in-vitro. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 8(4): 345-352.

Winata. (2003). Beberapa senyawa stilbercid dari kulit batang kayu shorea leprosula miq. Bulletin of the Indonesia Society of Natural Product Chemistry, 3(1): 39-44. [online]. (diunduh: 15 Juni 2015). Tersedia dari: http://joumal.ftmipa.itb.ac.id/jms/article/view/94/86

Wirakusumah, S., Emma. (2007). 202 Jus Buah dan Sayuran, pp.18-19. Depok: Penebar Swasembada. [online]. (diunduh: 13 Februari 2015). Tersedia dari:https://books.google.co.id/books?isbn=9793927046

Yenti, R., Afriani, R. (2011). Formula krim ekstrak etanol daun kirinyuh untuk penyembuhan luka.Jurnal Kesehatan Pharmadinamika, 3(1): 1-10.


(18)

Yenti, R. (2014). Formulasi emulgel ekstrak etanol daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) untuk pengobatan nyeri sendi terhadap tikus putih jantan. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV”, hal 57.

Yuharmen, Eryanti, Nurbalatif. (2002). Uji aktivitas anti mikroba minyak atsiri dan ekstrak methanol lengkuas (Alpinia galang). Jurnal Nature, 4 (2): 1-12.

Zubier, F., Bramono, K., Widaty, S., Nilasari, H., Louisa, M., Rosana, Y. (2010). Efikasi sabun ekstrak sirih merah dalam mengurangi gejala keputihan fisiologis.Majalah Kedokteran Indonesia, 60: 9-14.


(19)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh, dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Luka robek, laserasi, atau vulnus laceratum merupakan luka yang tepinya tidak rata, compang-camping, bergerigi yang disebabkan oleh benda yang permukaannya tidak rata, seperti luka yang dibuat oleh kaca atau goresan kawat (Jong, 2010; Smeltzerdkk,2001).

Luka laserasi sekecil apapun, karena kelalaian yang biasa terjadi pada rumah tangga umumnya dibiarkan sembuh dengan sendirinya. Hal ini menyebabkan luka menjadi rentan terkena infeksi, yang dapat menghambat kecepatan penyembuhan luka, sehingga diperlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mengobati luka tanpa harus berobat ke rumah sakit (Diegelmanndkk,2004).

Masyarakat sering beranggapan membiarkan luka dalam kondisi bersih dan kering akan mempercepat proses penyembuhan, sehingga luka dibalut dengan kain pembalut tipis yang memungkinkan udara masuk dan membiarkan luka mengering hingga berbentuk keropeng (Burfeind, 2007).

Pengetahuan sekarang membuktikan luka dalam kondisi kering dapat memperlambat proses penyembuhan. Keropeng mencegah sel-sel baru untuk berkolonisasi di area luka, sehingga sel epidermis harus masuk ke lapisan dermis yang paling dalam sebelum melakukan proliferasi, karena dermis daerah yang


(20)

2

lembab sehingga sel dapat hidup. Proses ini menjelaskan bahwa dalam lingkungan kering, luka akan memulih dari dalam ke luar (Burfeind, 2007).

Penyembuhan luka adalah proses yang kompleks dan dinamis, melibatkan serangkaian kompleks interaksi antara berbagai jenis sel, mediator sitokin, dan matriks ekstraseluler, menghasilkan pemulihan kontinuitas anatomis dan fungsi jaringan akibat terjadinya luka, mencakup hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodelling(Diegelmanndkk,2004; MacKaydkk,2003).

Balutan dalam kondisi lembab pada luka dapat mengoptimalkan proses penyembuhan luka yang berlangsung dari daerah pinggir dan dari dalam secara serempak. Hal tersebut karena aliran oksigen dan nitrogen lebih lancar, sehingga sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimum. Penggunaan balutan lembab masih menjadi hal baru dan jarang diaplikasikan di masyarakat, karena dianggap akan menjadi tempat berkembang biaknya kuman penyakit. Faktanya, antibodi yang dimiliki oleh tubuh akan mencegah bakteri untuk bermitosis (Hoskin, 2005).

Masyarakat Indonesia, sebagai alternatifnya menggunakan tumbuhan untuk menyembuhkan luka, salah satunya dengan daun sirih merah yang mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif, antioksidan, dan aktivitasnya terhadap penyembuhan luka (Juliantina dkk,2009; Astuti dkk, 2011). Efek bakteriostatik dan antiinflamasi sirih merah lebih baik dibandingkan sirih hijau (Piper betleLinn) dan sirih hitam (Piper betle var nigra) (Amindkk,2008).

Daun sirih merah mengandung senyawa fitokimia, yaknialkaloid, saponin, flavonoid, tannin, dan minyak atsiri. Alkaloid dapat meningkatkan trombosit sehingga mempercepat pembekuan darah (Damhoeri dkk, 2011). Saponin dan


(21)

3

tannin sebagai bakteriostatik dalam melawan infeksi pada luka (Latuheru dkk, 2013; Lidkk,2011).

Flavonoid dalam daun sirih merah bekerja sebagai anti inflamasi, anti bakteri, antioksidan, serta pembentuk kolagen (Sundaryono, 2011; Nijveldt dkk, 2001).Tanninmemvasokontriksi luka, memperkeras kulit, menghentikan eksudat, sehingga mampu menutup luka dan mencegah pendarahan pada luka (Yenti dkk, 2011). Daun sirih merah juga mengandung vitamin A dan C untuk pembentukan kolagen, regenerasi dermis, proliferasi epidermis, dan meningkatkan imunitas (Jeffcoatedkk,2004).

Sediaan farmasi yang sering digunakan untuk penyembuhan luka adalah sediaan gel. Sediaan gel mempunyai efek mendinginkan, karena mengandung banyak air sehingga dapat membantu mempercepat penyembuhan luka (Yenti, 2014).

Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pemberian infusa daun sirih merah (Piper cf.fragile, Benth) dengan konsentrasi 40% dapat mengurangi area panjang luka iris pada tikus putih diabet sepanjang 2cm, dibandingkan dengan pemberianpovidone-iodine10% danNaCl 0,9% (Mun’imdkk,2011).

Masih banyak potensi daun sirih merah dalam mengobati luka, sehingga peneliti perlu mengetahui lebih dalam bagaimana proses daun sirih merah dalam meningkatkan proses penyembuhan luka yang akhirnya luka dapat sembuh lebih cepat.


(22)

4 1.2 Rumusan Masalah

Apakah pemberian gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka laserasi pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus Strain Wistar)?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengaruh gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatumRuiz & Pav.) terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka laserasi pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus Strain Wistar).

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui perbandingan luas luka laserasi pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus Strain Wistar) setelah pemberian gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatumRuiz & Pav.).

2. Mengetahui konsentrasi terbaik pada gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatumRuiz & Pav.) dalam penyembuhan luka laserasi pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus Strain Wistar).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi masyarakat

Sebagai bukti ilmiah yang menjelaskan pengaruh pemberian gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka laserasi.


(23)

5

Sebagai bukti ilmiah yang menjelaskan penggunaan gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) sebagai pengobatan alternatif pada luka laserasi selain obat-obat kimiawi yang telah ada.

1.4.3 Manfaat akademis

Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan penelitian lain mengenai penggunaan gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatumRuiz & Pav.) pada jenis luka yang lain.


(1)

Yenti, R. (2014). Formulasi emulgel ekstrak etanol daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) untuk pengobatan nyeri sendi terhadap tikus putih jantan. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV”, hal 57.

Yuharmen, Eryanti, Nurbalatif. (2002). Uji aktivitas anti mikroba minyak atsiri dan ekstrak methanol lengkuas (Alpinia galang). Jurnal Nature, 4 (2): 1-12.

Zubier, F., Bramono, K., Widaty, S., Nilasari, H., Louisa, M., Rosana, Y. (2010). Efikasi sabun ekstrak sirih merah dalam mengurangi gejala keputihan fisiologis.Majalah Kedokteran Indonesia, 60: 9-14.


(2)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh, dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Luka robek, laserasi, atau vulnus laceratum merupakan luka yang tepinya tidak rata, compang-camping, bergerigi yang disebabkan oleh benda yang permukaannya tidak rata, seperti luka yang dibuat oleh kaca atau goresan kawat (Jong, 2010; Smeltzerdkk,2001).

Luka laserasi sekecil apapun, karena kelalaian yang biasa terjadi pada rumah tangga umumnya dibiarkan sembuh dengan sendirinya. Hal ini menyebabkan luka menjadi rentan terkena infeksi, yang dapat menghambat kecepatan penyembuhan luka, sehingga diperlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mengobati luka tanpa harus berobat ke rumah sakit (Diegelmanndkk,2004).

Masyarakat sering beranggapan membiarkan luka dalam kondisi bersih dan kering akan mempercepat proses penyembuhan, sehingga luka dibalut dengan kain pembalut tipis yang memungkinkan udara masuk dan membiarkan luka mengering hingga berbentuk keropeng (Burfeind, 2007).

Pengetahuan sekarang membuktikan luka dalam kondisi kering dapat memperlambat proses penyembuhan. Keropeng mencegah sel-sel baru untuk berkolonisasi di area luka, sehingga sel epidermis harus masuk ke lapisan dermis yang paling dalam sebelum melakukan proliferasi, karena dermis daerah yang


(3)

lembab sehingga sel dapat hidup. Proses ini menjelaskan bahwa dalam lingkungan kering, luka akan memulih dari dalam ke luar (Burfeind, 2007).

Penyembuhan luka adalah proses yang kompleks dan dinamis, melibatkan serangkaian kompleks interaksi antara berbagai jenis sel, mediator sitokin, dan matriks ekstraseluler, menghasilkan pemulihan kontinuitas anatomis dan fungsi jaringan akibat terjadinya luka, mencakup hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodelling(Diegelmanndkk,2004; MacKaydkk,2003).

Balutan dalam kondisi lembab pada luka dapat mengoptimalkan proses penyembuhan luka yang berlangsung dari daerah pinggir dan dari dalam secara serempak. Hal tersebut karena aliran oksigen dan nitrogen lebih lancar, sehingga sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimum. Penggunaan balutan lembab masih menjadi hal baru dan jarang diaplikasikan di masyarakat, karena dianggap akan menjadi tempat berkembang biaknya kuman penyakit. Faktanya, antibodi yang dimiliki oleh tubuh akan mencegah bakteri untuk bermitosis (Hoskin, 2005).

Masyarakat Indonesia, sebagai alternatifnya menggunakan tumbuhan untuk menyembuhkan luka, salah satunya dengan daun sirih merah yang mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif, antioksidan, dan aktivitasnya terhadap penyembuhan luka (Juliantina dkk,2009; Astuti dkk, 2011). Efek bakteriostatik dan antiinflamasi sirih merah lebih baik dibandingkan sirih hijau (Piper betleLinn) dan sirih hitam (Piper betle var nigra) (Amindkk,2008).

Daun sirih merah mengandung senyawa fitokimia, yaknialkaloid, saponin, flavonoid, tannin, dan minyak atsiri. Alkaloid dapat meningkatkan trombosit


(4)

tannin sebagai bakteriostatik dalam melawan infeksi pada luka (Latuheru dkk, 2013; Lidkk,2011).

Flavonoid dalam daun sirih merah bekerja sebagai anti inflamasi, anti bakteri, antioksidan, serta pembentuk kolagen (Sundaryono, 2011; Nijveldt dkk, 2001).Tanninmemvasokontriksi luka, memperkeras kulit, menghentikan eksudat, sehingga mampu menutup luka dan mencegah pendarahan pada luka (Yenti dkk, 2011). Daun sirih merah juga mengandung vitamin A dan C untuk pembentukan kolagen, regenerasi dermis, proliferasi epidermis, dan meningkatkan imunitas (Jeffcoatedkk,2004).

Sediaan farmasi yang sering digunakan untuk penyembuhan luka adalah sediaan gel. Sediaan gel mempunyai efek mendinginkan, karena mengandung banyak air sehingga dapat membantu mempercepat penyembuhan luka (Yenti, 2014).

Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pemberian infusa daun sirih merah (Piper cf.fragile, Benth) dengan konsentrasi 40% dapat mengurangi area panjang luka iris pada tikus putih diabet sepanjang 2cm, dibandingkan dengan pemberianpovidone-iodine10% danNaCl 0,9% (Mun’imdkk,2011).

Masih banyak potensi daun sirih merah dalam mengobati luka, sehingga peneliti perlu mengetahui lebih dalam bagaimana proses daun sirih merah dalam meningkatkan proses penyembuhan luka yang akhirnya luka dapat sembuh lebih cepat.


(5)

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pemberian gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka laserasi pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus Strain Wistar)?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengaruh gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatumRuiz & Pav.) terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka laserasi pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus Strain Wistar).

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui perbandingan luas luka laserasi pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus Strain Wistar) setelah pemberian gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatumRuiz & Pav.).

2. Mengetahui konsentrasi terbaik pada gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatumRuiz & Pav.) dalam penyembuhan luka laserasi pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus Strain Wistar).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi masyarakat

Sebagai bukti ilmiah yang menjelaskan pengaruh pemberian gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) terhadap peningkatan kecepatan penyembuhan luka laserasi.


(6)

Sebagai bukti ilmiah yang menjelaskan penggunaan gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) sebagai pengobatan alternatif pada luka laserasi selain obat-obat kimiawi yang telah ada.

1.4.3 Manfaat akademis

Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan penelitian lain mengenai penggunaan gel ekstrak daun sirih merah (Piper crocatumRuiz & Pav.) pada jenis luka yang lain.