47 penelitian sebelum disuntikan bakteri....................................................    41
2.   Alat, bahan dan metode penyuntikan bakteri pada rumput laut Kappaphycus alvarezii............................................................................    43
3.   Kondisi thallus rumput laut Kappaphycus alvarezii setelah dilakukan uji
patogenisitas............................................................................................    43 4.   Komposisi dan cara pembuatan media Sea Water Complete agar
SWC dan  Thiosulphate Citrate Bile-salt Sucrose TCBS agar .........    44
5. Morfologi koloni bakteri pada thallus rumput laut Kappaphycus
alvarezii yang terserang ice-ice dan media budidaya di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta ......................................................................    45
I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah  satu  komoditas  perikanan  budidaya  yang  layak  untuk  dikembangkan adalah  rumput  laut.  Sayangnya,  Indonesia  belum  memanfaatkan  potensi  itu  secara
maksimal.  Indonesia  belum  mampu  menjadi  produsen  utama  rumput  laut  di  dunia. Saat ini urutan produsen utama penghasil rumput laut terbesar di dunia adalah Chili,
Maroko dan Filipina. Indonesia hanya berada di posisi keempat dengan skala ekspor sebanyak  96  ribu  ton.  Hingga  saat  ini,  luas  efektif  lahan  budidaya  rumput  laut  baru
sekitar  220.180  hektar  atau  baru  berkisar  20  dari  luas  lahan  yang  mencapai
48 1.110.900  hektar.  Menurut  Anggadiredja  2007  dalam  Parenrengi,  dkk  2007,
peluang  pasar  dunia  yang  belum  terpenuhi  terhadap  produksi  rumput  laut  masih tinggi yaitu tahun 2007 sekitar 53.100 ton dan diperkirakan akan meningkat menjadi
72.510 ton pada tahun 2010. Dua  jenis  rumput  laut  yang  merupakan  komoditas  utama  budidaya  di
Indonesia adalah Gracilaria sp. di tambak dan Eucheuma cottonii di laut. Eucheuma cottonii  yang  kemudian  diganti  namanya  menjadi  Kappaphycus  alvarezii
Largo et al.,1995 merupakan salah satu spesies yang paling banyak dibudidayakan di perairan pantai  Indonesia. Teknologi budidaya  yang sederhana dan peluang pasar
yang tinggi menjadikan komoditas ini semakin banyak diminati oleh pembudidaya. Dalam  perkembangannya,  terdapat  kendala–kendala  yang  mengakibatkan
produksi rumput laut menurun. Salah satu penyebab kegagalan budidaya rumput laut adalah serangan penyakit yaitu penyakit ice-ice. Gejala penyakit ini adalah timbulnya
bercak  putih  pada  sebagian  thallus  kemudian  thallus  tersebut  menjadi  pucat  dan membusuk.
Pada  umumnya,  studi  penyakit  ice-ice  hanya  mengarah  pada  faktor lingkungan  Trono,  1974  dalam  DKP,  2004
a
.  Namun  berdasarkan  penelitian  yang dilakukan  oleh  Largo  et  al.  1995  bakteri  berperan  dalam  pengembangan  penyakit
ice-ice  pada  budidaya  rumput  laut  K.  alvarezii.  Penelitian  ini  diharapkan  dapat menambah  informasi  mengenai  jenis  bakteri  patogen  pada  rumput  laut  K.  alvarezii
yang  terserang  ice-ice  sehingga  bermanfaat  untuk  mengendalikan  infeksi  bakteri patogen yang akan merugikan pembudidaya rumput laut.
1.1 Tujuan