24
Kelas VII SMP
B. Khotbah-Khotbah
Setelah masa puasa selama 49 hari selesai, Buddha duduk di bawah pohon Rajayatana. Belum lama Beliau duduk, dua orang pedagang bernama
Tapussa dan Bhallika mendatangi dari jauh yang berjalan dengan santainya. Seorang makhluk dewa yang pada kehidupan lampau pernah menjadi kerabat
kedua pedagang itu, memberitahukan kedua pedagang itu: “Wahai saudaraku yang baik, Yang Mulia yang sedang duduk di kaki pohon Rajayatana adalah
seorang Buddha yang baru saja mencapai Penerangan Sempurna. Pergilah kalian bedua dan layanilah Beliau dengan baik. Persembahkanlah madu dan
tepung kepada Beliau Tepung goreng atau japati dan madu merupakan makanan yang biasa dibawa oleh orang yang bepergian di India. Hal itu akan
memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi kalian bedua untuk waktu yang lama.”
Mendengar nasihat dari makhluk Dewa ini, maka dua orang pedagang bergegas berjalan menuju ke tempat yang sudah ditunjukkannya. Sampai di
depan Buddha kedua pedagang tadi dengan sikap penuh hormat memberi salam. Kedua pedagang itu memohon dengan sangat agar Buddha berkenan
menerima persembahan mereka, yang diyakini oleh mereka akan memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi mereka.
Mendengar permintaan mereka Buddha tidak merasa keberatan, tetapi sebagai seorang Tathagata, sesuai dengan kebiasaan para Tathagata
yang tidak menerima persembahan dengan tangan mereka sendiri, maka
Ayo mengamati
Amatilah gambar: 2.3 dan bacalah uraian materi
pada buku siswa
Sumber :https:www.google.comsearch?q Gambar 2.3 Ilustrasi Dua orang pedagang Tapussa dan Bhallika sedang memberikan
persembahan kepada Buddha
25
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Buddhapun berpikir bagaimana caranya Beliau dapat menerima persembahan
mereka itu. Mengetahui kesulitan Buddha maka Dewata penjaga empat penjuru Catumaharaja yaitu Dhatarattha dari sebelah Timur, Virulhaka
dari Selatan, Virupakkha dari Barat, dan Kuvera dari Utara, dari empat penjuru datang menolong dengan mempersembahkan empat buah mangkok
keramik untuk Buddha sambil berkata: “O, Guru, dengan mangkok ini biarlah Yang Mulia menerima persembahan tepung dan madu di tempat ini”. Buddha
menerima empat mangkuk tersebut dan dengan kekuatan gaibNya dijadikan satu mangkuk. Dengan demikian Buddha dapat menerima persembahan dari
Tapussa dan Bhallika.
Buddha dengan ramah menerima persembahan dari kedua pedagang itu yang tepat waktunya. Beliau lalu menyantap persembahan itu setelah
puasa panjang. Setelah Buddha selesai menyantap persembahan itu, lalu kedua pedagang itu bersujud di kaki Buddha sambil berkata: “O Guru,
kami berlindung kepada Yang Mulia dan Dhamma. Biarlah Yang Mulia memperlakukan kami sebagai pengikut awam Yang Mulia sejak hari ini
sampai maut menjemput kami.”
Kedua pedagang itu merupakan umat Buddha awam upasaka pertama yang memanjatkan paritta perlindungan hanya kepada Buddha dan
Dhamma karena saat itu persaudaraan anggota Sangha belum terbentuk. Tidak seperti sekarang umat memohon perlindungan kepada Buddha,
Dhamma dan Sangha yang sering disebut dengan permohonan Tisarana Tiga perlindungan. Kemudian kedua pedagang mohon diberikan suatu
benda yang dapat mereka bawa pulang, Buddha mengusap kepalanya dengan tangan kanan dan memberikan beberapa helai rambut Kesa Dhatu = Relik
Rambut. Tapussa dan Bhallika dengan gembira menerima Kesa Dhatu tersebut dan setelah tiba di tempat mereka tinggal, mereka mendirikan
sebuah pagoda untuk memuja Kesa Dhatu ini.
Teringat kepada janjinya kepada Brahma Sahampati, hendak mengajarkan Dhamma kepada manusia, maka muncul pikiran pertama
dari Buddha: “Kepada siapa pertama kali Aku harus mengajarkan Dhamma yang sangat sulit ini? Siapa kiranya yang dapat memahami Dhamma yang
sangat sulit ini dengan cepat?” Buddha teringat kepada Alara Kalama yang pernah menjadi gurunya. Alara Kalama merupakan pertapa yang terpelajar,
pandai, bijaksana, dan sudah lama hanya ada sedikit debu dimatanya. Buddha berpikir lagi: “Pertama kali Aku akan mengajar Dhamma kepada
Alara Kalama saja karena dia akan dapat memahami Dhamma dengan cepat karena hanya memiliki sedikit debu di mata batinnya.”