Analisis Lingkungan Strategi 53525 ID kajian terhadap potensi anak jalanan dan

d. Belum terwujudnya suasana kemitraan hubungan kerja antara legislatif dan eksekutif; yang memberi efek positif bagi pembangunan dan pemberdayaan anak jalanan e. Situasi ekonomi, politik dan keamanan yang belum stabil; f. Belum tertatanya hubungan antara lembaga kemasyarakatan; g. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

3. Analisis Lingkungan Strategi

Selanjutnya terhadap faktor internal dan eksternal tersebut diadakan pencermatan lingkungan internal dan eksternal yang menghasilkan kesimpulan analisis faktor internal dan eksternal melalui pembobotan, rating dan skor yang hasilnya merupakan daftar prioritas faktor lingkungan internal dan eksternal. Pembobotan adalah kemungkinan probability yang memberikan dampak dari faktor organisasi terhadap keberhasilannya masa kini dan sasaran ke depan, bobotnya pada masing-masing faktor pada PLI, PLE mulai dari 1,00 yang teramat penting sampai dengan 0,00 yang tidak teramat penting. Rating adalah langkah memberikan nilai yang berkaitan dengan respon manajemen organisasi terhadap faktor strategik internal dan eksternal, nilainya berkisar 5,00 paling menonjol sampai dengan 1,00 paling tidak menonjol. Hasil perkalian antara bobot dan rating akan menghasilkan skor bobot nilai dari masing-masing faktor lingkungan. Sehingga dapat disusun urutan prioritas lingkungan strategik berupa kesimpulan analisis faktor internal dan eksternal KAFI dan KAFE sebagai berikut. Tabel 1 KAFI Kesimpulan Analisis Faktor Internal No. Faktor-faktor Internal Stratejik Bobot Rating Skor Kesimpulan Kekuatan 1 Berlakunya UU No.22 Th. 1999 0.07 1 0.07 Prioritas 10 2 Perda No. 10 Tahun 2001 tentang Bapermas 0.1 5 0.5 Prioritas 1 3 Tersedianya SDM dengan kuantitas dan kualitas memadai 0.09 2 0.14 Prioritas 4 4 Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai 0.07 2 0.14 Prioritas 8 5 Tertatanya struktur organisasi 0.09 4 0.36 Prioritas 2 6 Tersedianya model-model pemberdayaan masyarakat yang telah diujicoba 0.08 3 0.24 Prioritas 5 Kelemahan 1 TUPOKSI belum dapat dioperasionalkan secara optimal 0.1 5 0.5 Prioritas 1 2 Database dan Management Information System masih lemah 0.06 1 0.06 Prioritas 11 3 Pemanfaatan dan penempatan SDM belum optimal 0.09 4 0.36 Prioritas 2 4 Kinerja aparat Bapermas belum optimal 0.08 3 0.24 Prioritas 5 5 Koordinasi di antara unit-unit kerja yang ada di lingkungan Bapemas belum optimal 0.08 2 0.16 Prioritas 7 6 Anggaran yang tersedia belum memadai 0.09 3 0.27 Prioritas 4 1 Tabel 2 KAFE Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal No. Faktor-faktor Eksternal Stratejik Bobot Rating Skor Kesimpulan Peluang 1 Perubahan paradigma pembangunan yang menitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat dan pengarus-utamaan gender dan perlindungan anak 0.1 5 0.5 Prioritas 1 2 Diberlakukannya paradigma good governance 0.08 4 0.32 Prioritas 3 3 Hubungan yang baik dengan LSM dan Perguruan Tinggi dalam pemberdayaan masyarakat 0.06 1 0.06 Prioritas 11 4 Tersedianya lembaga kemasyarakatan serta kader-kader pembangunan desakampung 0.07 3 0.21 Prioritas 6 5 Dukungan partisipasi masyarakat 0.06 2 0.12 Prioritas 9 6 Dukungan Renstra DKI dan Jaktim 0.07 3 0.21 Prioritas 6 7 Komitmen semua pihak dalam memberdayakan masyarakat 0.06 2 0.12 Prioritas 9 TANTANGAN 1 Jumlah penduduk miskin, dan anak jalanan Pedongkelan yang cukup besar 0.1 5 0.5 Prioritas 2 2 Belum optimalnya koordinasi dan kerjasama antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten kota 0.07 3 0.21 Prioritas 6 No. Faktor-faktor Eksternal Stratejik Bobot Rating Skor Kesimpulan 3 Belum dipahaminya pengarus utamaan jender 0.09 4 0.36 Prioritas 2 4 Belum optimalnya suasana kemitraan kerja antara legislatif dan eksekutif 0.07 3 0.21 Prioritas 6 5 Situasi ekonomi, politik dan keamanan yang belum stabil 0.05 1 0.05 Prioritas 12 6 Belum tertatanya lembaga kemasyarakatan 0.06 2 0.12 Prioritas 9 7 Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah masih dalam kondisi pemulihan kembali 0.06 2 0.12 Prioritas 9 1 Dalam KAFI dan KAFE selanjutnya dianalisis melalui analisis Strength, Weakness, Opportunity dan Threath SWOT dengan memakai: a. Asumsi Strategi SO yakni menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. b. Asumsi Strategi WO yakni mengkaji kelemahan dengan memanfaatkan peluang. c. Asumsi Strategi ST yakni pakai kekuatan untuk menghadapi tantangan atau mengubahnya menjadi peluang. d. Asumsi Strategi WT yakni perkecil kelemahan dan hindari tantangan. Dari asumsi strategi tersebut merupakan langkah analisis strategis dan pilihan strategic analysis and choice SAC melalui analisis SWOT sebagai berikut. Tabel 3 Analisis SWOT KAFI KAFE Kekuatan Strength 1. Perda No. 10 Th. 2001 tentang Bapemas; Kelemahan Weakness 1. Pelaksanaan operasionalisasi Tupoksi belum maksimal; 2. Tertatanya struktur organisasi; 2. Pemanfaatan dan penempatan SDM belum optimal; 3. Tersedianya kuantitas dan kualitas sumber daya aparatur yang baik; 3. Belum tersedianya anggaran yang memadai; 4. Tersedianya model-model pemberdayaan masyarakat 4. Kinerja aparat Bapermas dan pelayanan pada masyarakat belum optimal; 5. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai; 5. Kurang optimalnya koordinasi antar unit-unit kerja yang ada di lingkungan Bapermas; 6. Berlakunya UU No. 22 Tahun 1999; 6. Belum tersedianya sistem informasi dan pendataan; Tabel 4 Analisis SWOT Peluang Opportunities 1. Perubahan paradigma pembangunan yang menitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat dan anak jalanan serta pengarus-utamaan gender; Kekuatan vs Peluang SO 1. Dengan terbitnya Perda 10 Th. 2001dan dukungan paradigma pemberdayaan akan mewujudkan kemandirian masyarakat dan perlindungan anak Kelemahan vs PeluangWO 1. Pelaksanaan Tupoksi yang belum optimal dapat ditunjang dengan hubungan yang baik dengan instansi terkait, LSM dan PT; 1-7 dan keseteraan gender 1 – 1 2. Paradigma good governance; 2. Dengan tersedianya kualitas SDM yang cukup baik dan dukungan partisipasi masyarakat maka kesejahteraan akan tercapai 4-6 2. Penempatan SDM yang belum optimal dapat diperkuat dengan semangat good governance; 2-2 3. Tersedianya kelembagaan masyarakat dan KPD; 3. Dengan tersedianya model-model pemberdayaan masyarakat dan KPD yang ada maka pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan 3-3 3. Anggaran yang belum memadai dapat diatasi dengan adanya komitmen semua pihak dalam memberdayakan masyarakat, yang ditunjang oleh adanya partisipasi masyarakat; 2-4, 6 4. Komitmen semua pihak dalam memberdayakan masyarakat; 4. Dengan tertatanya struktur organisasi dan adanya paradigma good governance maka peningkatan kinerja aparatur Bapemas akan terwujud; 4. Kinerja aparat Bapemas yang belum optimal dapat dipacu dengan memanfaatkan suasana paradigma good governance; 4-2 5. Dukungan Renstra DKI dan Jaktim; 5. Dengan tersedianya sarana dan prasarana 5. Belum optimalnya koordinasi antar unit yang memadai serta dukungan dari LSM dan PT maka tujuan pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan; 6-6 kerja dapat diatasi dengan memanfaatkan komitmen dan dukungan Renstra Jaktim; 5-4,5 6. Dukungan partisipasi masyarakat; 6. Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 dan Renstra Jaktim yang ditunjang oleh komitmen semua pihak dalam memberdayakan masyarakat akan mempercepat tercapainya kemandirian dan keswadayaan masyarakat 6-4 6. Belum optimalnya sistem informasi dan pendataan dapat ditunjang dengan memanfaatkan dukungan kelembagaan, KPD dan hubungan baik dengan instansi terkait, LSM dan PT; 6-3,7 1. Hubungan yang baik dengan dinasinstansi terkait, LSM dan PT dalam pemberdayaan masyarakat; Tantangan Threats 1. Jumlah penduduk miskin dan anak jalanan Jaktim yang Kekuatan vs Tantangan ST 1. Dengan adanya Perda 10 Th. 2001 maka pemahaman Kelemahan vs Tantangan WT 1. Dengan mengoptimal-kan Tupoksi Bapemas besar; tentang pemberdayaan masyarakat dan pengarus-utamaan gender akan meningkat; 1-2 maka penduduk miskin bias dikurangi 1-1 2. Belum dipahaminya pengarus-utamaan gender dan amanah untuk perlindungan anak; 2. Dengan mengacu pada UU No. 22 Th 1999 maka koordinasi dan kerjasama antara pemerintah pusat, propinsi dan kabkota dapat dioptimalkan 6-3 2. Melalui perbaikan kinerja aparat Bapemas maka kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah bisa meningkat 4-6 3. Belum optimalnya koordinasi dan kerjasama antar pemerintah pusat, propinsi dan kabkota; 3. Dengan tertatanya struktur organisasi Bapemas melalui Perda No.10 Th. 2001 maka lembaga kemasyarakatan akan dapat tertata dengan baik 6-5 3. Melalui penempatan dan pemanfaatan SDM yang tepat maka penataan kelembagaan masyarakat bisa dilaksanakan 2-5 4. Belum terwujudnya suasana kemitraan kerja antara legislatif dan eksekutif; dan efek bagi masyarakat 4. Dengan mengimplemen- tasikan model-model pemberdayaan masyarakat yang ada di Bapemas maka kemiskinan dapat 4. Dengan memperbaiki hubungan kemitraan kerja dengan legislative maka kekurangan anggaran bisa diatasi diatasi 4-1 3-4 5. Belum tertatanya lembaga kemasyarakatan; 5. Dengan mendayagunakan kualitas dan kuantitas SDM yang ada di Bapemas akan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah 3-6 5. Dengan memperbaiki koordinasi antara pusat, pro dan kota maka kebutuhan anggaran bisa teratasi 4-4 6. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah; 6. Dengan mengoptimalkan pelaksanaan Perda No. 10 Th 2001 didukung oleh kualitas SDM yang ada diharpakan dapat mendukung suasana kemitraan kerja dengan legislatif 6. Melalui penataan sistem informasi pendataan diharapkan optimalisasi koordinasi dengan pusat, prop, dan kota dapat terwujud 6-3 7. Situasi ekonomi politik dan keamanan yang belum stabil 7. Dengan penerapan model-model pemberdayaan masyarakat dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada akan membantu pulihnya situasi politik, 7. Dengan meningkatkan kinerja aparat Bapemas maka pemahaman pengarus-utamaan gender dan perlindungan anak dapat baik 4-2 ekonomi dan keamanan 4-5-7

4. Usulan Strategi yang Harus Ditetapkan dalam Rangka Pemberdayaan