d. Belum terwujudnya suasana kemitraan hubungan kerja antara legislatif dan eksekutif; yang memberi efek positif bagi pembangunan dan pemberdayaan
anak jalanan e. Situasi ekonomi, politik dan keamanan yang belum stabil;
f. Belum tertatanya hubungan antara lembaga kemasyarakatan; g. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
3. Analisis Lingkungan Strategi
Selanjutnya terhadap faktor internal dan eksternal tersebut diadakan pencermatan lingkungan internal dan eksternal yang menghasilkan kesimpulan
analisis faktor internal dan eksternal melalui pembobotan, rating dan skor yang hasilnya merupakan daftar prioritas faktor lingkungan internal dan eksternal.
Pembobotan adalah kemungkinan probability yang memberikan dampak dari faktor organisasi terhadap keberhasilannya masa kini dan sasaran ke depan,
bobotnya pada masing-masing faktor pada PLI, PLE mulai dari 1,00 yang teramat penting sampai dengan 0,00 yang tidak teramat penting.
Rating adalah langkah memberikan nilai yang berkaitan dengan respon manajemen organisasi terhadap faktor strategik internal dan eksternal, nilainya
berkisar 5,00 paling menonjol sampai dengan 1,00 paling tidak menonjol. Hasil perkalian antara bobot dan rating akan menghasilkan skor bobot nilai dari
masing-masing faktor lingkungan. Sehingga dapat disusun urutan prioritas lingkungan strategik berupa kesimpulan analisis faktor internal dan eksternal
KAFI dan KAFE sebagai berikut.
Tabel 1 KAFI Kesimpulan Analisis Faktor Internal No. Faktor-faktor Internal Stratejik Bobot Rating
Skor Kesimpulan Kekuatan
1 Berlakunya UU No.22 Th. 1999
0.07 1
0.07 Prioritas 10
2 Perda No. 10 Tahun 2001 tentang
Bapermas 0.1
5 0.5
Prioritas 1
3 Tersedianya
SDM dengan
kuantitas dan kualitas memadai 0.09
2 0.14
Prioritas 4
4 Tersedianya sarana dan prasarana
yang memadai 0.07
2 0.14
Prioritas 8
5 Tertatanya struktur organisasi
0.09 4
0.36 Prioritas 2
6 Tersedianya
model-model pemberdayaan masyarakat yang
telah diujicoba 0.08
3 0.24
Prioritas 5
Kelemahan
1 TUPOKSI
belum dapat
dioperasionalkan secara optimal 0.1
5 0.5
Prioritas 1
2 Database
dan Management
Information System masih lemah 0.06
1 0.06
Prioritas 11
3 Pemanfaatan
dan penempatan
SDM belum optimal 0.09
4 0.36
Prioritas 2
4 Kinerja aparat Bapermas belum
optimal 0.08
3 0.24
Prioritas 5
5 Koordinasi di antara unit-unit
kerja yang ada di lingkungan Bapemas belum optimal
0.08 2
0.16 Prioritas 7
6 Anggaran yang tersedia belum
memadai 0.09
3 0.27
Prioritas 4
1
Tabel 2 KAFE Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal No.
Faktor-faktor Eksternal Stratejik
Bobot Rating Skor Kesimpulan
Peluang 1
Perubahan paradigma
pembangunan yang
menitik beratkan
pada pemberdayaan
masyarakat dan pengarus-utamaan gender dan perlindungan anak
0.1 5
0.5 Prioritas 1
2 Diberlakukannya paradigma good
governance 0.08
4 0.32
Prioritas 3
3 Hubungan yang baik dengan LSM
dan Perguruan Tinggi dalam pemberdayaan masyarakat
0.06 1
0.06 Prioritas 11
4 Tersedianya
lembaga kemasyarakatan serta kader-kader
pembangunan desakampung 0.07
3 0.21
Prioritas 6
5 Dukungan partisipasi masyarakat
0.06 2
0.12 Prioritas 9
6 Dukungan Renstra DKI dan
Jaktim 0.07
3 0.21
Prioritas 6
7 Komitmen semua pihak dalam
memberdayakan masyarakat 0.06
2 0.12
Prioritas 9
TANTANGAN 1
Jumlah penduduk miskin, dan anak jalanan Pedongkelan yang
cukup besar 0.1
5 0.5
Prioritas 2
2 Belum optimalnya koordinasi dan
kerjasama antara
pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten
kota 0.07
3 0.21
Prioritas 6
No. Faktor-faktor Eksternal
Stratejik Bobot Rating
Skor Kesimpulan
3 Belum
dipahaminya pengarus
utamaan jender 0.09
4 0.36
Prioritas 2
4 Belum
optimalnya suasana
kemitraan kerja antara legislatif dan eksekutif
0.07 3
0.21 Prioritas 6
5 Situasi ekonomi, politik dan
keamanan yang belum stabil 0.05
1 0.05
Prioritas 12
6 Belum
tertatanya lembaga
kemasyarakatan 0.06
2 0.12
Prioritas 9
7 Kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah masih dalam kondisi pemulihan kembali
0.06 2
0.12 Prioritas 9
1
Dalam KAFI dan KAFE selanjutnya dianalisis melalui analisis Strength, Weakness, Opportunity dan Threath SWOT dengan memakai:
a. Asumsi Strategi SO yakni menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
b. Asumsi Strategi WO yakni mengkaji kelemahan dengan memanfaatkan peluang.
c. Asumsi Strategi ST yakni pakai kekuatan untuk menghadapi tantangan atau mengubahnya menjadi peluang.
d. Asumsi Strategi WT yakni perkecil kelemahan dan hindari tantangan. Dari asumsi strategi tersebut merupakan langkah analisis strategis dan
pilihan strategic analysis and choice SAC melalui analisis SWOT sebagai berikut.
Tabel 3 Analisis SWOT
KAFI KAFE
Kekuatan Strength
1. Perda No. 10 Th. 2001 tentang Bapemas;
Kelemahan Weakness
1. Pelaksanaan operasionalisasi
Tupoksi belum maksimal; 2. Tertatanya
struktur organisasi;
2. Pemanfaatan dan penempatan SDM belum optimal;
3. Tersedianya kuantitas dan kualitas sumber daya aparatur
yang baik; 3. Belum tersedianya anggaran
yang memadai;
4. Tersedianya model-model
pemberdayaan masyarakat 4. Kinerja aparat Bapermas dan
pelayanan pada
masyarakat belum optimal;
5. Tersedianya sarana
dan prasarana yang memadai;
5. Kurang optimalnya koordinasi antar unit-unit kerja yang ada di
lingkungan Bapermas; 6. Berlakunya
UU No.
22
Tahun 1999;
6. Belum tersedianya
sistem
informasi dan pendataan;
Tabel 4 Analisis SWOT
Peluang Opportunities
1. Perubahan paradigma pembangunan
yang menitik
beratkan pada pemberdayaan
masyarakat dan anak jalanan
serta pengarus-utamaan
gender;
Kekuatan vs Peluang SO
1. Dengan terbitnya
Perda 10
Th. 2001dan
dukungan paradigma
pemberdayaan akan mewujudkan
kemandirian masyarakat
dan perlindungan
anak
Kelemahan vs PeluangWO
1. Pelaksanaan Tupoksi yang belum
optimal dapat
ditunjang dengan
hubungan yang baik dengan
instansi terkait, LSM dan
PT; 1-7
dan keseteraan
gender 1 – 1
2. Paradigma good
governance; 2. Dengan tersedianya
kualitas SDM yang cukup
baik dan
dukungan partisipasi masyarakat
maka kesejahteraan
akan tercapai 4-6
2. Penempatan SDM
yang belum optimal dapat
diperkuat dengan
semangat good
governance; 2-2
3. Tersedianya kelembagaan
masyarakat dan KPD; 3. Dengan tersedianya
model-model pemberdayaan
masyarakat dan KPD yang
ada maka
pemberdayaan masyarakat
dapat diwujudkan 3-3
3. Anggaran yang
belum memadai
dapat diatasi dengan adanya
komitmen semua pihak dalam
memberdayakan masyarakat,
yang ditunjang
oleh adanya
partisipasi masyarakat; 2-4, 6
4. Komitmen semua
pihak dalam
memberdayakan masyarakat;
4. Dengan tertatanya
struktur organisasi
dan adanya
paradigma good
governance maka
peningkatan kinerja aparatur
Bapemas akan terwujud;
4. Kinerja aparat
Bapemas yang
belum optimal dapat dipacu
dengan memanfaatkan
suasana paradigma good
governance; 4-2
5. Dukungan Renstra
DKI dan Jaktim; 5. Dengan tersedianya
sarana dan prasarana 5. Belum
optimalnya koordinasi antar unit
yang memadai serta dukungan dari LSM
dan PT maka tujuan pemberdayaan
masyarakat dapat
diwujudkan; 6-6 kerja dapat diatasi
dengan memanfaatkan
komitmen dan
dukungan Renstra
Jaktim; 5-4,5 6. Dukungan partisipasi
masyarakat; 6. Dengan berlakunya
UU No. 22 Tahun 1999 dan Renstra
Jaktim yang
ditunjang oleh
komitmen semua
pihak dalam
memberdayakan masyarakat
akan mempercepat
tercapainya kemandirian
dan keswadayaan
masyarakat 6-4 6. Belum
optimalnya sistem informasi dan
pendataan dapat
ditunjang dengan
memanfaatkan dukungan
kelembagaan, KPD dan hubungan baik
dengan instansi
terkait, LSM dan PT; 6-3,7
1. Hubungan yang baik
dengan dinasinstansi terkait, LSM dan PT
dalam pemberdayaan masyarakat;
Tantangan Threats
1. Jumlah penduduk
miskin dan
anak jalanan Jaktim yang
Kekuatan vs
Tantangan ST
1. Dengan adanya
Perda 10 Th. 2001 maka
pemahaman
Kelemahan vs Tantangan WT
1. Dengan mengoptimal-kan
Tupoksi Bapemas
besar; tentang
pemberdayaan masyarakat
dan pengarus-utamaan
gender akan
meningkat; 1-2 maka
penduduk miskin
bias dikurangi 1-1
2. Belum dipahaminya
pengarus-utamaan gender dan amanah
untuk perlindungan
anak; 2. Dengan
mengacu pada UU No. 22 Th
1999 maka
koordinasi dan
kerjasama antara
pemerintah pusat,
propinsi dan
kabkota dapat
dioptimalkan 6-3 2. Melalui
perbaikan kinerja
aparat Bapemas
maka kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah
bisa meningkat 4-6
3. Belum optimalnya
koordinasi dan
kerjasama antar
pemerintah pusat,
propinsi dan kabkota; 3. Dengan
tertatanya struktur
organisasi Bapemas
melalui Perda
No.10 Th.
2001 maka lembaga kemasyarakatan
akan dapat tertata dengan baik 6-5
3. Melalui penempatan dan
pemanfaatan SDM
yang tepat
maka penataan
kelembagaan masyarakat
bisa dilaksanakan 2-5
4. Belum terwujudnya
suasana kemitraan
kerja antara legislatif dan
eksekutif; dan
efek bagi masyarakat 4. Dengan
mengimplemen- tasikan model-model
pemberdayaan masyarakat yang ada
di Bapemas maka kemiskinan
dapat 4. Dengan
memperbaiki hubungan kemitraan
kerja dengan
legislative maka
kekurangan anggaran bisa diatasi
diatasi 4-1 3-4
5. Belum tertatanya
lembaga kemasyarakatan;
5. Dengan mendayagunakan
kualitas dan
kuantitas SDM yang ada di Bapemas akan
dapat mengembalikan
kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah 3-6 5. Dengan
memperbaiki koordinasi
antara pusat, pro dan kota
maka kebutuhan
anggaran bisa
teratasi 4-4
6. Menurunnya kepercayaan
masyarakat terhadap
pemerintah; 6. Dengan
mengoptimalkan pelaksanaan
Perda No. 10 Th 2001
didukung oleh
kualitas SDM yang ada diharpakan dapat
mendukung suasana kemitraan
kerja dengan legislatif
6. Melalui penataan
sistem informasi
pendataan diharapkan
optimalisasi koordinasi
dengan pusat, prop, dan kota
dapat terwujud 6-3
7. Situasi ekonomi
politik dan keamanan
yang belum stabil
7. Dengan penerapan
model-model pemberdayaan
masyarakat dengan mengoptimalkan
sarana dan prasarana yang
ada akan
membantu pulihnya situasi
politik, 7. Dengan
meningkatkan kinerja
aparat Bapemas
maka pemahaman
pengarus-utamaan gender
dan perlindungan
anak dapat baik 4-2
ekonomi dan
keamanan 4-5-7
4. Usulan Strategi yang Harus Ditetapkan dalam Rangka Pemberdayaan