Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 2013
ISBN 978-602-17001-1-2
81
Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Sapi di Kawasan Usahatani Terpadu Bangka Botanical Garden Pangkalpinang
Fianda Revina Widyastuti
1
, Purwanto
2
, Hadiyanto
3
1
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan UNDIP
2
Program Studi Pascasarjana Ilmu Lingkungan UNDIP
3
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP Email:
fiandarevinagmail.com
ABSTRAK
Eksternalitas negatif yang timbul dari pengembangan peternakan sapi perah bersumber dari kotoran sapi perah yang dapat mengeluarkan gas methan bahan pencemar udara, kotoran ternak sebagai sumber mikroorganisme
yang mengganggu kesehatan lingkungan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan manusia.
P
eternakan sapi yang melebihi 20 ekor wajib untuk melakukan evaluasi dampak lingkungan. Begitu juga yang seharusnya dilakukan
oleh peternakan BBG Pangkalpinang yang jumlah ternak sapinya hampir 300 ekor. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara dan observasi lapangan serta pengujian kualitas air limbah berdasarkan baku mutu yang
ditetapkan oleh Permen LH No 11 tahun 2009. Pengolahan limbah cair yang berasal dari air sisa cucian kandang dan pembersihan ternak belum sepenuhnya dilakukan karena belum mempunyai IPAL dan terbuang langsung ke
lingkungan. Sedangkan hasil analisis uji kualitas air limbah dengan parameter BOD, COD,TSS dan Amonia menunjukan angka melebihi baku mutu yang telah ditentukan. Untuk pengolahan limbah padat berupa feses telah
memanfaatkan limbah menjadi kompos dan biogas untuk keperluan memasak sehari-hari petugas peternakan. Hanya saja terdapat inefisiensi dari pengelolaan instalasi biogas yaitu terbengkalainya 1 unit instalasi biogas dan
pemanfaatan gas belum maksimal. Upaya pemantauan belum maksimal baik dari pemerintah maupun masyarakat. Karena memang belum diterbitkannya Perda tentang Perijinan Lingkungan dan lokasi Peternakan yang lumayan
jauh dari permukiman warga. Namun pihak peternakan sudah melakukan pencatatan penggunaan pakan yang diberikan serta sisa pakan yang terbuang. Limbah kotoran ternak yang dihasilkan juga tercatat setiap harinya.perlu
ditingkatkan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh peternakan BBG mengenai pengolahan limbah cair dengan menggunakan kolam – kolam penampungan yang mengalir dan diberikan tanaman yang dapat
menyaring air limbah dan mengurangi polusi sehingga dapat dibuang ke lingkungan tanpa pencemaran, selain itu upaya pemanfaatan air yang tidak berlebihan sangat dianjurkan. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan
memindahkan 1 unit instalasi biogas yang tidak terpakai ke lokasi yang lebih dekat dengan kandang. Penerapan produksi bersih sangat sesuai dilakukan oleh peternakan BBG sehingga upaya pemantauan lingkungan mudah
dilaksanakan.
Kata kunci: pengelolaan, pemantauan, lingkungan, peternakan, sapi
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka meningkat pula kebutuhan akan pangan. Selain karbohidrat yang didapat dari hasil – hasil pertanian, untuk pertumbuhan manusia juga membutuhkan
protein hewani yang didapat dari sector peternakan. Alhasil peternakan mulai berkembang dan tumbuh dari waktu kewaktu. Walaupun demikian populasi sapi perah maupun sapi potong mengalami peningkatan walaupun tidak
terlalu signifikan. Secara Nasional menurut pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau 2011, diperoleh angka 14,8 jt untuk Sapi Potong dan 597,1 ribu ekor untuk Sapi Perah. Kementerian Pertanian,2012.
Limbah ternak sebagai faktor negatif dari usaha peternakan adalah fenomena yang tidak dapat dihilangkan dengan mudah. Selain memperoleh keuntungan dalam hal bisnis, usaha peternakan juga menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Limbah yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah akan mengkontaminasi udara, air dan tanah sehingga menyebabkan polusi. Beberapa gas yang dihasilkan dari limbah
ternak antara lain ammonium, hydrogen sulfida, CO
2
dan CH
4.
Gas - gas tersebut selain merupakan gas efek rumah kaca Green House Gas juga menimbulkan bau tak sedap dan mengganggu kesehatan manusia. Pada tanah, limbah
ternak dapat melemahkan daya dukung tanah sehingga menyebabkan polusi tanah. Sedangkan pada air, mikroorganisme patogenik penyebab penyakit yang berasal dari limbah ternak akan mencemari lingkungan
perairan. Salah satu yang sering ditemukan yaitu bakteri Salmonella sp Rachmawati, 2000 .
Eksternalitas negatif yang timbul dari pengembangan peternakan sapi perah bersumber dari kotoran sapi perah yang dapat mengeluarkan gas methan bahan pencemar udara, kotoran ternak sebagai sumber mikroorganisme
yang mengganggu kesehatan lingkungan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan manusia Harlia et al Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh peternak Sesuai dengan SK Menteri
Pertanian No.237 tahun 1991 dan SK Menteri Pertanian No. 752 tahun 1994 yang menyatakan bahwa usaha
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 2013
ISBN 978-602-17001-1-2
82 peternakan dengan populasi tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Untuk
usaha peternakan sapi dengan jumlah ternak lebih dari 20 ekor maka harus melakukan evaluasi terhadap dampak lingkungan.
Usaha Peternakan yang ada di Kawasan Usahatani Terpadu Bangka Botanical Garden Pangkalpinang ini mempunyai 42 ekor sapi perah laktasi dan kering kandang, 8 ekor jantan, dan puluhan pedhet ini sudah seharusnya
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkala karena dilihat dari jumlah ternak yang termasuk peternakan skala besar.
Dalam makalah ini akan mendeskripsikan upaya pengelolaan serta pemantauan lingkungan yang telah dilakukan oleh pengusaha peternakan di KUT BBG. Dengan menyajikan kualitas air limbah pencucian kandang
dimana parameter yang diuji sesuai berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 11 Tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha danatau kegiatan peternakan sapi dan babi. Kemudian menjelaskan
pengolahan limbah padat dan cair serta bagaimana upaya pemantauan lingkungan dari pihak pengelola peternakan, pemerintah dan masyarakat dengan kendala yang ada. Dengan demikian dapat merekomendasikan upaya apa yang
dapat ditingkatkan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan peternakan.
2. METODOLOGI