Evaluasi dampak lingkungan dari proses pemeliharaan ternak sapi di Peternakan BBG

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 2013 ISBN 978-602-17001-1-2 82 peternakan dengan populasi tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Untuk usaha peternakan sapi dengan jumlah ternak lebih dari 20 ekor maka harus melakukan evaluasi terhadap dampak lingkungan. Usaha Peternakan yang ada di Kawasan Usahatani Terpadu Bangka Botanical Garden Pangkalpinang ini mempunyai 42 ekor sapi perah laktasi dan kering kandang, 8 ekor jantan, dan puluhan pedhet ini sudah seharusnya melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkala karena dilihat dari jumlah ternak yang termasuk peternakan skala besar. Dalam makalah ini akan mendeskripsikan upaya pengelolaan serta pemantauan lingkungan yang telah dilakukan oleh pengusaha peternakan di KUT BBG. Dengan menyajikan kualitas air limbah pencucian kandang dimana parameter yang diuji sesuai berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 11 Tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha danatau kegiatan peternakan sapi dan babi. Kemudian menjelaskan pengolahan limbah padat dan cair serta bagaimana upaya pemantauan lingkungan dari pihak pengelola peternakan, pemerintah dan masyarakat dengan kendala yang ada. Dengan demikian dapat merekomendasikan upaya apa yang dapat ditingkatkan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan peternakan.

2. METODOLOGI

Tipe penelitian tentang upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada peternakan sapi di KUT BBG Pangkalpinang ini bersifat deskriptif. Dari informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis menjadi sebuah gambaran mengenai suatu variable atau keadaan yang sebenarnya. Pengumpualan data diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan pekerja dan pengelola peternakan sebagai informan, observasi, serta pengukuran langsung kualitas air limbah peternakan. Petugas kandang yang menjadi informan antara lain 4 orang dari kandang perah, 2 dan 6 lainnya kandang jantan dan pedhet ditambah oleh 1 orang nutrisionis pakan ternak, 2 orang petugas pemotong rumput. Sedangkan petugas pengomposan yang menjadi informan adalah 2 orang dan 1 orang di bagian biogas. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan pada setiap tahap pemeliharaan mulai dari awal hingga akhir. Untuk data sekunder didapat dari studi literatur dan dokumen yang menyangkut tentang peternakan di KUTBBG. Untuk data pendukung yaitu kualitas air limbah diperoleh dari hasil uji laboratorium dengan parameter yang tertera dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 11 Tahun 2009 baku mutu air limbah bagi usaha danatau kegiatan peternakan sapi dan babi. Sampel dianalisis oleh tim analisis Laboratorium BLHD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sesuai dengan SNI. Pengambilan sampel dilakukan pada waktu proses pembersihan kandang dan ternak sedang berlangsung pada siang hari.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Evaluasi dampak lingkungan dari proses pemeliharaan ternak sapi di Peternakan BBG

Setiap proses pemeliharaan ternak selalu menimbulkan dampak lingkungan tidak terkecuali pada peternakan sapi BBG. Adapun proses pemeliharaan ternak yang ada di BBG secara umum antaralain pembersihan kandang, pembersihan ternak, pemerahan, pemberian pakan konsentrat, pemberian pakan rumput. Melalui pengamatan yang telah dilakukan dapat digambarkan bahwa pada setiap kegiatan menimbulkan dampak lingkungan. Pada kegiatan pembersihan kandang dan ternak, air limbah cucian kandang dan ternak dialirkan melalui selokan dan dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Air limbah yang mengandung kotoran ternak akan mencemari lingkungan. Air yang digunakan tidak menggunakan ukuran tertentu. Air langsung mengalir dari selang tanpa memakai spray atau controller. Jadi menyebabkan penggunaan air yang berlebihan untuk pencucian kandang dan ternak. Pada kegiatan pemberian pakan konsentrat, tidak jarang terjadi ketika proses pengadukan bahan – bahan terjadi ceceran atau tumpahan. Seperti misalnya sisa molasses atau tetes tebu. Pada saat pengangkutan juga sering terjadi ceceran karena muatan terlalu banyak dan tekstur tanah yang tidak rata. Pengangkutan dilakukan menggunakan arko. Untuk pakan konsentrat tidak selalu habis dimakan ternak, terkadang terdapat sisa pakan yang terbuang yang menjadi sampah dan dibuang ke lingkungan sekitar. Proses pemerahan biasanya dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Pemerahan dilakukan dengan mesin dan manual. Dari 26 sapi laktasi 5 ekor diantaranya diperah secara manual, 21 ekor diperah menggunakan mesin pemerah. Pada proses pengumpulan susu dari hasil perahan ke tabung susu terkadang terjadi tumpahan karena kurang kehati – hatian dari petugas. Bahkan tumpahan susu juga kadang terjadi pada saat pemerahan disebabkan oleh tendangan ternak. tumpahan susu yang terbuang akan mencemari lingkungan. Seperti halnya pemberian pakan konsentrat, pemberian pakan rumput pada ternak juga tidak selalu habis dimakan ternak. sisa pakan juga langsung dibuang ke lingkungan sekitar. Hijauan yang diberikan kepada ternak Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 2013 ISBN 978-602-17001-1-2 83 sapi di BBG ada 2 jenis yaitu rumput gajah dan rumput liar. Pakan rumput di potong terlebih dahulu menggunakan mesinpemotong rumput sebelum diberikan ke ternak. kendala yang dihadapi jika mengalami listrik mati sehingga rumput yang diberikan kepada ternak tidak dipotong.

3.2. Upaya Pengelolaan Lingkungan