Pengaruh Profesionalisme Dan Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan provinsi Jawa Barat)

1
PENGARUH PROFESIONALISME DAN DUE PROFESSIONAL CARE TERHADAP KUALITAS
AUDIT
(Studi Kasus pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Barat)
Riski Anggraeni
Universitas Komputer Indonesia

ABSTRACK
There is still auditors of BPK RI that are less professional in implementing the duties, as
auditor of BPK RI Representative West Java Province. The auditors provide direction in maked
LKPD Bekasi with the aim to get a WTP opinion. Auditors of BPK less than optimal in applying
prudence and accuracy in tracing and uncovering professional indications of corruption, as in the
case of a forensic audit of Century Bank, BPK on purpose not select an auditor that has had a
special certificate of a forensic auditor.
An auditor of BPK RI should maintain an attitude of professionalism in conducting the
audit. In addition to maintaining a professional attitude audit professional must use due care
attitude in any conduct the audit. That's because that the quality of the resulting audit the auditor
can be guaranteed. The method used is descriptive and verification method. The sample in this
research that the auditor BPK RI Representative of West Java Province.
Based on the survey results revealed that there is a positive relationship between

professionalism with due professional care. Professionalism significant effect on audit quality by
30.5%. Furthermore, due professional care have a significant effect on audit quality of 26.9%.
Simultaneously professionalism and due professional care have a significant effect on audit
quality. So the better the professionalism and diligence professional care will be better the quality
of audits produced by the auditor
Keyword : Professionalism, due professional care, audit quality
I.

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pemberian kepercayaan kepada auditor dengan memberikan peran yang lebih besar
untuk memeriksa lembaga-lembaga pemerintahan, telah menjadi bagian penting dalam
terciptanya akuntabilitas publik. Bagi auditor, dengan diberinya peran yang lebih besar tersebut,
maka auditor dituntut untuk menjaga dan meningkatkan profesionalisme, kompetensi, dan
independensinya (Mardiasmo, 2009).
Menkeu Agus Martowardjojo mengkritik hasil audit investigatif Hambalang yang ternyata
hasil audit tidak sebagus yang dia bayangkan. Beliau mengungkapkan bahwa seharusanya
kualitas auditnya bisa lebih baik, namun laporan audit hasil pekerjaan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) itu tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Beliau juga mengungkapkan bahwa

laporan audit tersebut tidak memberi keyakinan sebagai laporan hasil audit investigasi (Agus
Martowardjojo: 2012).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) DKI Jakarta diminta tidak menutup-nutupi audit
kasus Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU) DKI Jakarta terkait dugaan penyimpangan APBD DKI
Perubahan tahun 2013 sebesar Rp180 Miliar. Sebab, audit dilakukan lebih dari satu bulan dan
seharusnya hasil audit sudah dapat dipublikasikan. BPK DKI dituntut profesional dalam

2
melakukan audit kasus tersebut. Sebab, sebagai lembaga pemerintahan tidak sepatutnya
berpihak kepada kepentingan golongan maupun pihak tertentu. Tetapi selayaknya berpihak
kepada kepentingan masyarakat (Ivan Parapat:2014).
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis
merumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar hubungan antara profesionalisme dengan due professional care.
2. Seberapa besar pengaruh profesionalisme terhadap kualitas audit.
3. Seberapa besar pengaruh due professional care terhadap kualitas audit.
4. Seberapa besar pengaruh profesionalisme dan due professional care terhadap kualitas
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara profesionalisme dengan due

professional care.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh profesionalisme terhadap kualitas audit.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh due professional care terhadap kualitas
audi.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh profesionalisme dan due professional care
terhadap kualitas audit.
KEGUNAAN PENELITIAN
KEGUNAAN PRAKTIS
Bagi auditor BPK, dapat dijadikan sebagai masukan informasi bahwa melakukan audit
harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor.
KEGUNAAN AKADEMIS
Bagi pengembangan Ilmu Teori Auditing, diharapkan dapat memberikan informasi
tentang keterkaitan antara profesionalisme dan due professional care dengan kualitas audit.
II.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PROFESIONALISME
Profesional menurut Alvin et.all (2014:143) yaitu:

“undertake only those professional service that the member or the member’s firm can
reasonably expect to be completed with professional competence”.
Profesional menurut Danang Sunyoto (2014) yaitu:
“Profesionalisme berarti tanggung jawab untuk berprilaku yang lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepada dirinya dan lebih daripada
memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat. Seorang akuntan publik
mengakui tanggung jawab terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan
seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang terhormat sekalipun ini berarti
mengorbankan pribadi”.
Profesionalisme menurut Mulyadi (2011) menyatakan bahwa:
“profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota
profesi, karena dengan demikian masyarakat akan terjamin untuk memperoleh jasa yang
dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan”.
Kesimpulan yang dapat saya tarik yaitu profesionalisme adalah sikap bertangggung
jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar tanggung jawab, memiliki tujuan, atau kualitas yang

3
membentuk karakter atau ciri suatu profesi serta memiliki komitmen dalam menjalankan
tugasnya.
DUE PROFESSIONAL CARE

Pengertian Due Professional Care menurut Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2010 : 42)
menyatakan bahwa:
“Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menekankan
tanggung jawab setiap professional yang bekerja dalam organisasi auditor independen
untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan”.
Menurut Mulyadi (2011) due professional care atau kemahiran profesional dengan
cermat dan seksama adalah:
“Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama berarti penggunaan
pertimbangan sehat dalam penetapan lingkup, dalam pemilihan metodologi, dan dalam
pemilihan pengujian dan prosedur untuk mengaudit”.
Menurut PSA No.4 SPAP (2011) menyatakan dalam standar umum yaitu:
“Dalam peaksanaan audit dan penyusunan laporan keuangannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa due professional care adalah
kecermatan seorang auditor dalam melakukan proses audit. Auditor yang cermat akan lebih
mudah dan cepat dalam mengungkap berbagai macam fraud dalam penyajian laporan
keuangan.
KUALITAS AUDIT
Arens et.,all (2012: 105) mendefinisikan kualitas audit mencangkup pengertian:
“Audit quality means how tell an audit detects an report material misstements in financial

statements. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while reporting is
a reflection of ethics or auditor integrity, particulary independence”.
Knetchel, et.,all(2012), mengemukakan definisi kualitas audit adalah sebagai berikut:
“Kualitas audit adalah gabungan dari proses pemeriksaan sistematis yang baik, yang
sesuai dengan standar yang berlaku umum, dengan auditor’s judgments (skeptisisme
dan pertimbangan profesional) yang bermutu tinggi, yang dipakai oleh auditor yang
kompeten dan independen, dalam menerapkan proses pemeriksaan tersebut, untuk
menghasilkan audit yang bermutu tinggi”.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP:2011) menyatakan:
“Bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar
auditing dan standar pengendalian mutu”.
Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan yaitu, kualitas audit
adalah gabungan dari proses pemeriksaan sistematis yang baik dengan audit judgments yang
bermutu tinggi dan memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Hasil audit dapat
dikatakan berkualitas jika seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan tentang adanya
suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klienmya.

4
KERANGKA PEMIKIRAN


Profesionalisme (X1)
Ahmad Badjuri (2011)
Amin Widjaja (2014)

Kualitas Audit (Y)

Due Professional Care (X2)

Pancawati (2012)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
HIPOTESIS
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai
berikut:
H1
H2
H3
H4
III.


: Profesionalisme berhubungan dengan due professiona care.
: Profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit.
: Due Professional Care berpengaruh terhadap kualitas audit.
: Profesionalisme dan Due Professional Care berpengaruh terhadap
kualitas audit.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah profesionalisme, due professional care dan
kualitas audit pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat
sebanyak 144 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling.
IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data yang telah terkumpul, selanjutnya akan diuji pengaruh
profesionalisme dan due professional care terhadap kualitas audit pada Auditor BPK RI
Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Pengujian akan dilakukan melalui dua tahap, dimana pada
tahap pertama akan diuji hubungan profesionalisme dengan due professional care, kemudian
pada tahan kedua akan diuji pengaruh profesionalisme dan due professional care terhadap
kualitas audit. Secara diagram hubungan antara ketiga variabel yang sedang diteliti tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut:

5

Gambar 4.1
Path Analysis
Persamaan sub struktur pertama
: X2 = ρX2X1 + ε1
Persamaan sub struktur kedua
: Y = ρYX1 + ρYX2 + ε2
Keterangan:
Y
= Kualitas Audit
X1

= Profesionalisme
X2
= Due Professional Care
ρX2X1 = Koefisien jalur Profesionalisme terhadap Due Professional Care
ρYX1
= Koefisien jalur Profesionalisme terhadap Kualitas Audit
ρYX2
= Koefisien jalur Due Professional Care terhadap Kualitas Audit
ε1,2
= Epsilon (pengaruh faktor lain)
Hubungan Profesionalisme dengan Due Professional Care
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh nilai sebesar 0,370 dan termasuk
dalam kategori korelasi yang lemah yaitu berada pada interval korelasi antara 0.21 – 0.40.
Koefisien korelasi bertanda positif yang menunjukan hubungan yang terjadi antara keduanya
adalah searah, artinya semakin baik profesionalisme yang dimiliki seorang auditor, akan semakin
baik pula due professional care dari auditor tersebut.
Pengaruh Profesionalisme terhadap Kualitas Audit
Koefisien korelasi antara profesionalisme dengan kualitas audit adalah sebesar 0,639
dan termasuk dalam kategori korelasi cukup tinggi berada pada interval korelasi antara 0,610,80. Koefisien korelasi bertanda positif yang menujukan bahwa hubungan yang terjadi antara
keduanya adalah searah, artinya semakin baik profesionalisme yang dimiliki seorang auditor,

akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara profesionalisme dengan kualitas
audit.
2
Pengaruh langsung profesionalisme (X1) terhadap kualitas audit (Y) adalah 0,478
sebesar 0,228. Hal ini bisa dimaknai bahwa profesionalisme memberikan pengaruh langsung
terhadap kualitas audit sebesar 22,8%, sedangkan pengaruh tidak langsung melalui due
professional care sebesar (0,478 x 0,370 x 0,438) = 0,077 atau 7,7% sehingga total pengaruh
profesionalisme terhadap kualitas audit sebesar (22,8% + 7,7%) = 30,5%.
Berdasarkan uji hipotesis maka thitung 4,024> ttabel 1,690 sehingga menolak Ho dan
menerima Ha yang artinya profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

6
Pengaruh Due Professional Care terhadap Kualitas Audit
Koefisien korelasi antara due professional care dengan kualitas audit adalah sebesar
0,615 dan termasuk dalam kategori korelasi yang cukup tinggi ada pada interval korelasi antara
0,61-0,80. Koefisien korelasi bertanda positif yang menujukan hubungan yang terjadi antara
keduanya adalah searah, artinya semakin baik due professional care yang dimiliki seorang
auditor, akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara due professional care dengan
kualitas audit.
2
Pengaruh langsung due professional care (X2) terhadap kualitas audit (Y) adalah 0,438
sebesar 0,192. Hal ini bisa dimaknai bahwa due professional care memberikan pengaruh
langsung terhadap kualitas audit sebesar 19,2%, sedangkan pengaruh tidak langsung melalui
profesionalisme sebesar (0,478 x 0,370 x 0,438) = 0,077 atau 7,7% sehingga total pengaruh due
professional care terhadap kualitas audit sebesar (19,2% + 7,7%) = 26,9%.
Berdasarkan uji hipotesis maka, thitung 3,690 > ttabel 1,690 sehingga menolak Ho dan
menerima Ha yang artinya secara due professional care berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
Pengaruh Profesionalisme dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit
2

Berdasarkan perhitungan R dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai sebesar 0,574
atau 57,4%, artinya secara bersama-sama profesionalisme dan due professional care
memberikan pengaruh sebesar 57,4% terhadap kualitas audit.
PEMBAHASAN
Hubungan Profesionalisme dengan Due Professional Care
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi antara profesionalisme dengan due
professional care diperoleh hasil sebesar 0,370 hasil tersebut termasuk dalam kategori
hubungan yang rendah. Koefisien korelasi tersebut bertanda positif yang menunjukan hubungan
yang terjadi antara keduanya adalah searah yang artinya semakin baik profesionalisme yang
dimiliki auditor maka akan semakin baik pula due professional care dari auditor tersebut.
Hasil tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Amin Widjaja (2014)
menyatakan bahwa auditor harus menggunakan sikap profesionalismenya sejak dari tahap
perencanaan audit untuk melaksanakan prosedur audit selama pekerjaan lapangan hingga
penerbitan laporan audit. Memperhatikan sikap profesionalisme mengharuskan auditor untuk
menggunakan skeptisme professional. Dijelaskan pula bahwa penggunaan sikap profesionalisme
memungkinkan auditor memperoleh keyakinan yang cukup bahwa laporan keuangan telah bebas
dari kesalahan yang material. Selain itu penelitian ini sejalan pula dengan teori yang dikemukan
oleh Halim (2001) bahwa kinerja jasa profesionalisme yang dihasilkan profesi sangat tergantung
kecermatan dan keseksamaan anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor
harus menggunakan seluruh kemampuan, kompetensi dan keahliannya dalam melaksanakan
tugasnya.
Pengaruh Profesionalisme terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan uji hipotesis maka thitung 4,024> ttabel 1,690 sehingga menolak Ho dan
menerima Ha yang artinya profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Profesionalisme memiliki pengaruh terhadap kualitas audit sebesar 30,5% dengan
rincian 22,8% merupakan pengaruh langsung dan 7,7% merupakan pengaruh tidak langsung
melalui due professional care. Sedangkan sisanya sebesar 69,5% merupakan pengaruh yang
diberikan oleh faktor lain yang tidak diteliti seperti, independensi, etika dan pengalaman.
Profesionalisme dengan kualitas audit memiliki hubungan yang kuat. Hubungan
tersebut bertanda positif yang menunjukan hubungan yang terjadi keduanya adalah searah,

7
artinya semakin baik profesionalisme yang dimiliki auditor maka akan semakin baik pula kualitas
audit yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukan oleh Ahmad Badjuri (2011)
menyatakan bahwa jika auditor dapat menyelesaikan pekerjaannya secara professional maka
kualitas audit akan terjamin, karena kualitas audit merupakan keluaran utama dari
profesionalisme, serta kualitas audit yang baik akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu penelitian ini didukung pula oleh
penelitian-penelitian sebelumnya seperti Restu Agusti dan Nastia Putri Pertiwi (2013) dan
Sumintorn Baotham (2007) yang menyatakan bahwa dengan tingkat profesionalisme yang tingi
akan menghasilkan audit yang berkualitas tinggi.
Sehinggga untuk mendapatkan kualitas audit yang baik maka diperlukan sikap
profesionalisme yang tinggi dalam setiap melakukan audit karena dengan profesionalisme yang
tinggi akan menghasilkan kualitas audit yang baik dan sebaliknya jika sikap profesionalisme
rendah maka kualitas audit yang hasilkan pun akan buruk.
Pengaruh Due Professional Care terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan uji hipotesis maka, thitung 3,690 > ttabel 1,690 sehingga menolak Ho dan
menerima Ha yang artinya secara due professional care berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
Due professional care memiliki pengaruh terhadap kualitas audit sebesar 26,9%
dengan rincian 19,2% merupakan pengaruh langsung dan 7,7% merupakan pengaruh tidak
langsung melalui profesionalisme. Sedangkan sisanya sebesar 73,1% merupakan pengaruh
yang diberikan oleh faktor lain yang tidak diteliti seperti, kompetensi auditor dan time budget
pressure.
Due professional care dengan kualitas audit memiliki hubungan yang kuat. Hubungan
tersebut bertanda positif yang menunjukan hubungan yang terjadi keduanya adalah searah,
artinya semakin baik due professional care yang dimiliki auditor maka akan semakin baik pula
kualitas audit yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Theodorus (2011)
menyatakan bahwa, sikap due professional care yang meliputi skeptisme profesional merupakan
sikap mutlak yang harus dimiliki auditor, sikap skeptisme profesional auditor akan mempengaruhi
perilaku sikap skeptismenya dan dan akan memberikan keyakinan memadai terhadap laporan
audit dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas audit. Selain itu penelitian ini didukung pula
oleh penelitian-penelituan sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Rr Putri Ariska
Nirmala & Nur Cahyonowati (2013) serta Pancawati (2012) menyatakan bahwa, Due
Professional Care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Sehingga dengan penggunaan kemahiran professional dengan kecermatan seksama
akan memberikan pengaruh terhadap kualitas audit yang baik. Jika seorang auditor kurang
cermat dalam melakukan audit maka kualitas audit yang dihasilkan akan kurang baik.
Pengaruh Profesionalisme dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan uji hipotesis maka, Fhitung 23,626 > Ftabel 2,461 sehingga menolak Ho dan
menerima Ha yang artinya bahwa profesionalisme dan due professional care berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
2
Berdasarkan perhitungan R yang diperoleh adalah sebesar 57,4% yang artinya secara
bersama-sama profesionalisme dan due professional care memberikan pengaruh sebesar 57,4%
terhadap kualitas audit sedangkan 42,6% merupakan pengaruh yang diberikan oleh faktor lain
yang tidak diteliti seperti independensi, kompetensi auditor dan pengalaman.
Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Halim (2001) bahwa kinerja jasa
profesionalisme yang dihasilkan profesi sangat tergantung kecermatan dan keseksamaan
anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor harus menggunakan seluruh
kemampuan, kompetensi dan keahliannya dalam melaksanakan tugasnya.

8
Sehingga dengan profesionalisme dan due professional care yang baik maka kualitas
audit yang dihasilkan akan baik pula. Jika seorang auditor kurang professional dan kurang
menggunakan sikap due professional care dalam melakukan audit maka kualitas audit yang
dihasilkan akan kurang baik.
V.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Profesionalisme berhubungan dengan due professional care. Sehingga semakin baik
profesionalisme yang dimiliki auditor maka akan semakin baik pula due professional care
dari auditor tersebut.
2. Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sehinggga untuk
mendapatkan kualitas audit yang baik maka diperlukan sikap profesionalisme yang tinggi
dalam setiap melakukan audit karena dengan profesionalisme yang tinggi akan
menghasilkan kualitas audit yang baik dan sebaliknya jika sikap profesionalisme rendah
maka kualitas audit yang hasilkan pun akan buruk
3. Due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sehingga dengan
penggunaan kemahiran professional dengan kecermatan seksama akan memberikan
pengaruh terhadap kualitas audit yang baik. Jika seorang auditor kurang cermat dalam
melakukan audit maka kualitas audit yang dihasilkan akan kurang baik.
4. Profesionalisme dan due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit. Artinya semakin baik profesionalisme dan due professional care seorang auditor
maka akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan oleh penulis mengenai
Profesionalisme dan Due Profesional Care terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan
Provinsi Jawa Barat, maka peneliti memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan dapat
dijadikan masukan kepada auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat sebagai berikut:
Bagi Kegunaan Praktis
Bagi auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat, diharapkan dapat lebih
meningkatkan sikap profesionalisme terutama dalam segi kewajiban sosial. Seorang auditor
harus melaksanakan tugasnnya untuk kepentingan umum. Cara yang dapat diterapkan yaitu
dengan tidak menerima klien yang memiliki hubungan kekerabatan dengan auditor,
melaksanakan pekerjaannnya dengan adil tanpa ada keberpihakan kepada klien. Selain dari
sikap profesionalisme seorang auditor juga harus menggunakan sikap due professional care
terutama dalam sikap skeptisme professional, yaitu auditor harus berpikir kritis terhadap bukti
audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut.
Bagi Kegunaan Akademis
1.

2.

Bagi pengembangan Ilmu Teori Auditing, diharapkan bisa menambah sumbangan
pemikiran dan referensi dalam pengembangan ilmu teori auditing khususnya mengenai
profesionalisme, due professional care dan kualitas audit.
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian dengan topik yang
sama, akan tetapi dengan unit analisis, populasi dan sampel yang digunakan berbeda
agar diperoleh kesimpulan yang mendukung dan memperkuat teori dan konsep yang
telah dibangun sebelumnya baik oleh peneliti maupun peneliti-peneliti terdahulu.

9
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2001. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Achmat, Badjuri. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit Auditor
Independen Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah. Dinamika Keuangan
dan Perbankan Vol. 3, No. 2. ISSN : 1979-4878
Agus Martowardjojo. 2012. Menkeu: Seharusnya Kualitas Audit Hambalang Bisa Lebih Baik.
http://news.detik.com/read/2012/11/02/150128/2079923/10. Diakses pada 11 Januari
2015 pukul 14.35 WIB.
Aji, P. S. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau dari Persepsi Auditor atas
Independensi, Pengalaman, dan Akuntabilitas. Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto, 2009
Alvin A Arens, Randal J. Elder M.S. Beasley. 2012. Auditing and Assurance Service: An
Integrated Approach. 14th Edition. Pearson Education Limited, Edinburg UK.
Alvin A Arens, Randal J. Elder M.S. Beasley. 2014. Auditing and Assurance Service: An
Integrated Approach. England: Pearson
Amin Widjaja Tunggal. 2014. Pengetahuan Dasar Auditing. Jakarta: Harvarindo.
Bambang Soesatyo. 2011. BPK hasil pilihan DPR dinilai gagal, DPR harus lakukan Audit
Forensik. http://forum.detik.com/showthread.php?p=14997401. Diakses pada 11
Januari 2015 pukul 11.24 WIB.
Baotham, Sumintorn. 2007. Effects of professionalism on audit quality and self-image of CPAs in
Thailand. International Journal of Business Strategy Publisher. ISSN: 1553-9563
Barker et al. (2002). Research Methods In Clinical Psychology. John Wiley & Sons Ltd. England
BPK. 2007. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
BPK. 2011. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan
Danang Sunyoto. 2014. Auditing Pemeriksaan Akuntansi.Yogyakarta: CAPS (Center of
Academic Publishing Service).
Fransiska Desi Primastuti & Dhini Suryandari. 2014. Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap
Kualitas Audit Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada BPK RI Perwakilan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Accounting Analysis Journal.
Harvita Yulian Ayuningtyas, Sugeng Pamudji. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Obyektifitas, Integritas Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Pada
Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah). DIPONEGORO JOURNAL OF
ACCOUNTING. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012.
Husein, Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 11. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

10
Ida Rosnidah, Rawi, & Kamarudin. 2011. Analisis Dampak Motivasi Dan Profesionalisme
Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah
(Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Cirebon). Pekbis Jurnal, Vol.3, No.2, Juli
2011: 456-466
Ivan Parapat. 2014. Audit Penyimpangan Dana Dinas PU, BPK DKI Jangan Menutup-nutupi.
http://megapolitan.harianterbit.com/megapol/2014/06/14/3704/28/18/AuditPenyimpangan-Dana-Dinas-PU-BPK-DKI-Jangan-Menutup-nutupi. Diakses pada 21
April 2015 pukul 15.33 WIB.
Jonathan Sarwono. 2012. Path Analysis: Teori, Aplikasi, Prosedur Analisis untuk Riset Skripsi,
Tesis dan Disertasi Menggunakan SPSS. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Knechel,W. Robert,G.V. Krishan, m. Pevzner, L. Shefehik, and U. Velury, 2012. ―Audit Quality
Indicators: Insights from the Academic Literature. Working Paper, at University of
Florida, USA.
Lijan Poltak Sinambela. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mulyadi. 2011. Auditing Buku 1. Edisi 6. Salemba Empat
Pancawati Hardiningsih & Rachmawati Meita Oktaviani. 2012. Pengaruh Due Professional Care,
Etika, dan Tenur Terhadap Kualitas Audit (Perspektif Expectation Theory). Semarang
Restu Agusti & Nastia Putri Pertiwi. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan
Profesionalisme Tehadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Se
Sumatra). JURNAL EKONOMI. Volume 21, Nomor 3, September 2013.
Rr Putri Arsika Nirmala, Nur Cahyonowati. 2013. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Professional Care , Akuntabilitas, Kompleksitas Audit, dan Time Budget Pressure
Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jawa Tengah dan DIY).
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013,ISSN.
Serlinda Tita Septianingtyas, Dandes Rifa & Herawati. (2011). Pengaruh Independensi,
Integritas, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman,
Due Proffesional Care, dan Akuntanbilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium
Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Siti Kurnia Rahayu, dan Ely Suhayati. 2010. Auditing: Konsep dasar dan pedoman pemeriksaan
akuntan publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
SPAP. 2011.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

11

Tjokorda Rae Suamba. 2010. Dua Auditor BPK Jabar Divonis Empat Tahun Penjara.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4cd784ca11ac3/dua-auditor-bpk-jabardivonis-empat-tahun-penjara. Diakses pada 26 April 2015 pukul 20.30 WIB.
Tuanakkota,theodorus M. 2011. Berpikir Kritis Dalam Auditing. Jakarta: salemba empat.
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Umi, Narimawati. 2007. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.
Umi, Narimawati. 2010. Metodelogi Penelitian: Dasar Penyusunan Penelitian Ekonomi. Jakarta:
Penerbit Genesis.

12

LAMPIRAN
LAMPIRAN DATA ORDINAL
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Due Professional
Care (X2 )

Profesionalisme (X1 )

Kualitas Audit (Y)

Total Skor

Split-Half

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12 13 14 15 16

X1

X2

Y

3
4
3
5
4
4
5
4
4
4
3
4
5
3
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4

3
3
3
5
4
4
5
3
4
3
3
4
5
3
4
4
5
4
4
4
3
3
4
4
5
4
4
5
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4

3
3
3
5
3
3
4
3
3
3
3
3
5
3
2
4
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
3
3
4
3

3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
5
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3

3
4
4
5
3
4
4
3
3
3
3
4
5
4
2
5
4
3
4
4
3
4
3
4
5
4
4
4
4
4
3
4
3
5
3
3
4
4

3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
3
4
3

4
2
2
4
4
4
4
3
3
4
2
3
4
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
5
4
3
3
5

4
2
2
4
4
3
4
2
3
4
2
3
5
3
3
4
3
3
3
3
4
3
2
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
4
3
3
4

4
3
2
4
4
3
4
2
3
4
2
2
5
2
3
4
3
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4

4
3
4
4
4
3
4
2
3
4
3
3
5
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
4
5

18
21
19
28
20
22
26
20
21
20
19
22
30
20
17
25
26
21
23
21
20
22
22
21
27
22
22
25
23
22
18
22
23
21
20
19
24
21

16
10
10
16
16
13
16
9
12
16
9
11
19
11
12
16
12
12
12
12
15
12
10
13
16
12
12
16
12
13
15
12
12
17
16
12
13
18

20
15
20
29
24
21
28
20
20
24
16
21
30
16
17
26
26
20
19
24
22
20
20
16
18
20
21
27
21
20
18
19
25
24
22
15
21
24

4
3
4
5
4
4
5
4
4
3
3
3
5
3
4
4
5
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4

4
3
4
5
4
4
5
4
4
5
3
4
5
3
3
5
5
4
4
5
4
4
4
3
3
4
4
5
4
4
3
4
5
5
4
3
4
4

3
2
3
5
4
3
5
3
3
4
3
3
5
2
2
5
5
3
3
4
3
3
3
3
2
3
3
5
4
3
3
3
4
4
4
2
3
4

3
3
3
5
4
3
4
3
3
4
2
3
5
2
3
4
4
3
3
4
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
2
3
4

3
2
3
5
4
3
5
3
3
4
3
4
5
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
5
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4

3
2
3
4
4
4
4
3
3
4
2
4
5
3
2
4
4
3
3
4
4
3
3
2
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
2
4
4

L-X1 N-X1 L-X2 N-X2 L-Y N-Y
9
11
10
15
10
11
13
10
10
10
9
11
15
10
7
13
13
10
12
11
10
11
10
11
14
11
11
12
12
11
9
11
11
11
10
10
12
11

9
10
9
13
10
11
13
10
11
10
10
11
15
10
10
12
13
11
11
10
10
11
12
10
13
11
11
13
11
11
9
11
12
10
10
9
12
10

8
5
4
8
8
7
8
5
6
8
4
5
9
5
6
8
6
6
6
6
7
6
5
6
8
6
6
8
6
6
7
6
6
9
8
6
6
9

8
5
6
8
8
6
8
4
6
8
5
6
10
6
6
8
6
6
6
6
8
6
5
7
8
6
6
8
6
7
8
6
6
8
8
6
7
9

10
7
10
15
12
10
15
10
10
11
9
10
15
8
9
13
13
10
9
11
11
10
10
9
9
10
10
14
11
10
9
9
12
11
11
8
10
12

10
8
10
14
12
11
13
10
10
13
7
11
15
8
8
13
13
10
10
13
11
10
10
7
9
10
11
13
10
10
9
10
13
13
11
7
11
12

13

14

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS
2.1

Kajian Pustaka

2.1.1

Profesionalisme

2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme
Profesional menurut Alvin et.all (2014:143) yaitu:
“undertake only those professional service that the member or the
member’s firm can reasonably expect to be completed with professional
competence”.
Profesional menurut Danang Sunyoto (2014) yaitu:
“Profesionalisme berarti tanggung jawab untuk berprilaku yang lebih dari
sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepada dirinya dan
lebih daripada memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat.
Seorang akuntan publik mengakui tanggung jawab terhadap masyarakat,
terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku
yang terhormat sekalipun ini berarti mengorbankan pribadi”.
Profesionalisme menurut Mulyadi (2011) menyatakan bahwa:
“profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan
pekerjaan anggota profesi, karena dengan demikian masyarakat akan
terjamin untuk memperoleh jasa yang dapat diandalkan dari profesi yang
bersangkutan”.
Kesimpulan yang dapat saya tarik yaitu profesionalisme adalah sikap
bertangggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar tanggung jawab,
memiliki tujuan, atau kualitas yang membentuk karakter atau ciri suatu profesi
serta memiliki komitmen dalam menjalankan tugasnya.

10

11

2.1.1.2 Indikator
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ida Rosnidah,
Rawi, & Kamarudin, 2011 sikap profesionalisme seorang auditor sangat penting
dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Hal ini karena auditor yang
profesional akan mengambil keputusan berdasarkan:
1. Pengabdian pada profesi
Auditor yang mengabdi kepada profesinya akan melakukan totalitas kerja
dimana dengan totalitas ini dia akan lebih hati-hati dan bijaksana dalam
melakukan audit sehingga dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Jadi
apabila semakin tinggi pengabdian pada profesi akan semakin tinggi
profesionalisme auditor.
2. Kewajiban sosial
Auditor harus mempunyai pandangan bahwa tugas yang dilaksanakannya
untuk kepentingan publik karena dengan pendapat auditnya terhadap suatu
laporan keuangan akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh
pemakai laporan auditan. Oleh karena itu auditor mempunyai kontribusi
yang sangat besar bagi masyarakat serta profesinya. Jadi apabila semakin
tinggi kewajiban sosial akan semakin tinggi profesionalisme auditor.
3. Kemandirian
Seorang auditor dituntut harus mampu mengambil keputusan sendiri tanpa
adanya dari pihak lain sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang
dibuat berdasarkan kondisi dan keadaan yang dihadapinya. Jadi apabila
semakin tinggi kemandirian akan semakin tinggi profesionalisme auditor.

12

2.1.2 Due Professional Care
2.1.2.1 Pengertian Due Professional Care
Pengertian Due Professional Care menurut Siti Kurnia dan Ely Suhayati
(2010 : 42) menyatakan bahwa:
“Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama
menekankan tanggung jawab setiap professional yang bekerja dalam
organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan”.
Menurut Mulyadi (2011) due professional care atau kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama adalah:
“Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama berarti
penggunaan pertimbangan sehat dalam penetapan lingkup, dalam
pemilihan metodologi, dan dalam pemilihan pengujian dan prosedur untuk
mengaudit”.
Menurut PSA No.4 SPAP (2011) menyatakan dalam standar umum yaitu:
“Dalam peaksanaan audit dan penyusunan laporan keuangannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
saksama”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa due professional care
adalah kecermatan seorang auditor dalam melakukan proses audit. Auditor yang
cermat akan lebih mudah dan cepat dalam mengungkap berbagai macam fraud
dalam penyajian laporan keuangan.
2.1.2.2 Indikator
Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksa Keuangan dinyatakan bahwa dalam

13

pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa
harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaan. Pemeriksa harus mempunyai Kecakapan profesionalnya dengan
cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam
setiap penugasan.
Elisha (2010:10) menyatakan bahwa due professional care menyangkut
dua aspek, diantaranya:
1. Skeptisme professional, dan
2. keyakinan yang memadai
Skeptisme profesional yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis
terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat
dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan maupun kecurangan.
2.1.3 Kualitas Audit
2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit
Arens et.,all (2012: 105) mendefinisikan kualitas audit mencangkup pengertian:
“Audit quality means how tell an audit detects an report material
misstements in financial statements. The detection aspect is a reflection of
auditor competence, while reporting is a reflection of ethics or auditor
integrity, particulary independence”.
Knetchel, et.,all(2012), mengemukakan definisi kualitas audit adalah sebagai
berikut:
“Kualitas audit adalah gabungan dari proses pemeriksaan sistematis yang
baik, yang sesuai dengan standar yang berlaku umum, dengan auditor’s

14

judgments (skeptisisme dan pertimbangan profesional) yang bermutu
tinggi, yang dipakai oleh auditor yang kompeten dan independen, dalam
menerapkan proses pemeriksaan tersebut, untuk menghasilkan audit yang
bermutu tinggi”.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP:2011) menyatakan:
“Bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi
standar auditing dan standar pengendalian mutu”.

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan yaitu,
kualitas audit adalah gabungan dari proses pemeriksaan sistematis yang baik
dengan audit judgments yang bermutu tinggi dan memenuhi standar auditing dan
standar pengendalian mutu. Hasil audit dapat dikatakan berkualitas jika seorang
auditor dapat menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran
dalam sistem akuntansi klienmya.
2.1.4.1 Indikator
Menurut Pernyataan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007:113)
menyatakan bahwa hasil audit yang baik dan berkualitas yaitu meliputi:
1.

Akurat

2.

Obyektif

3.

Meyakinkan
Dari Pernyataan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007:113) dapat

diuraikan penjelasannya sebagai berikut:
1.

Akurat
Akurat berarti bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan dengan
tepat. Perlunya keakuratan didasarkan atas kebutuhan untuk memberikan
keyakinan kepada pengguna laporan hasil pemeriksaan bahwa apa yang

15

dilaporkan

memiliki

kreadibilitas

dan

dapat

diandalkan.

Satu

ketidakakuratan dalam laporan hasil pemeriksaan dapat menimbulkan
keraguan atas keandalan seluruh laporan tersebut dan dapat mengalihkan
perhatian pengguna laporan hasil pemeriksaan dari pemeriksaan yang tidak
akurat dapat merusak kreadibilitas organisasi pemeriksa yang menerbitkan
laporan hasil pemeriksaan dan mengurangi efektifitas laporan hasil
pemeriksaan.
Laporan hasil pemeriksaan harus memuat informasi, yang didukung oleh
bukti yang kompeten dan relevan dalam kertas kerja pemeriksa. Apabila
terdapat data yang signifikan terhadap temuan pemeriksaan tidak
melakukan pengujian terhadap data tersebut, maka pemeriksa harus secara
jelas menunjukkan dalam laporan hasil pemeriksanya bahwa data tersebut
tidak diperiksa dan tidak membuat temuan atau rekomendasi berdasarkan
data tersebut.Bukti yang dicantumkan dalam laporan hasil pemeriksaan
harus masuk akal dan mencerminkan kebenaran mengenai masalah yang
dilaporkan. Penggambaran yang benar berarti menjelaskan secara akurat
tentng lingkungan dan metodologi pemeriksaan, serta penyajian temuan
yang konsisten dengan lingkungan pemeriksaan. Salah satu cara
meyakinkan bahwa laporan hasil pemeriksaan telah memenuhi standar
pelaporan adalah dengan menggunakan proses pengendalian mutu, seperti
proses referensi. Proses referensi adalah proses dimana seorang pemeriksa
yang tidak terlibat dalam proses pemeriksaan tersebut menguji bahwa
suatu fakta,angka tanggaltelah dilaporkan dengan benar, bahwa temuan

16

telah didukung dengan dokumentasi pemeriksaan,dan bahwa simpulan dan
rekomendasi secara logis didasarkan pada data pendukung.
2.

Obyektif
Obyektifitas berarti penyajian seluruh laporan harus seimbang dalam isi
dan nada. Kreadibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang
tidak memihak, sehingga pengguna laporan hasil pemeriksaan dapat
diyakinkan oleh fakta yang disajikan. Laporan hasil pemeriksa harus adil
dan tidak menyesatkan. Ini berarti pemeriksa harus menyajikan hasil
pemeriksa secara netral dan menghindari kecenderungan melebih-lebihkan
kekurangan yang ada. Dalam menjelaskan kekurangan suatu kinerja,
pemeriksa harus menyajikan penjelasan pejabat yang bertanggng jawab,
termasuk pertimbangan atas kesulitan yang dihadapi entitas yang
diperiksa.

3.

Meyakinkan
Agar meyakinkan, maka laporan harus dapat menjawab tujuan
pemeriksaan, menyajikan temuan, simpulan, dan rekomendasi yang logis.
Informasi yang disajikan harus cukup meyakinkan pengguna laporan untuk
mengakui validasi temuan tersebut dan manfaat penerapan rekomendasi.
Laporan yang disusun dengan cara ini dapat membantu pejabat yang
bertanggung jawab untuk memusatkan perhatiannya atas hal yang
memerlukan hal perhatian itu, dan dapat membantu untuk melakukan
perbaikan sesuai rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.

17

2.2

Kerangka Pemikiran
Dalam

melaksanakan

proses

pemeriksaan,

auditor

membutuhkan

pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang baik karena dengan hal
itu auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan
keuangan kliennya dan akan menghasilkan kualitas audit yang baik. Untuk
menghasilkan audit yang berkualitas seorang auditor yang bekerja dalam suatu
tim di tuntut untuk memiliki kompetensi yang cukup.
Dalam melaksanakan tugas auditnya seorang auditor harus berpedoman
pada standar auditing. Standar yang diterapkan oleh pemerintah adalah Standar
Pemeriksa Keuangan Negara, yang selanjutnya disebut dengan Standar
Pemeriksaan yaitu patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar
pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh
auditor.
2.2.1

Hubungan Profesionalisme dengan Due Professional Care

Menurut Amin Widjaja (2014:55) menyatakan bahwa:
“Auditor harus menggunakan sikap profesionalismenya sejak dari tahap
perencanaan audit untuk melaksanakan prosedur audit selama pekerjaan
lapangan hingga penerbitan laporan audit. Memperhatikan sikap
profesionalisme mengharuskan auditor untuk menggunakan skeptisme
professional. Dijelaskan pula bahwa penggunaan sikap profesionalisme
memungkinkan auditor memperoleh keyakinan yang cukup bahwa laporan
keuangan telah bebas dari kesalahan yang material”.
Menurut Halim (2001:18) menyatakan bahwa:
“Kinerja jasa profesionalisme yang dihasilkan profesi sangat tergantung
kecermatan dan keseksamaan anggota profesi dalam melaksanakan
tugasnya. Seorang auditor harus menggunakan seluruh kemampuan,
kompetensi dan keahliannya dalam melaksanakan tugasnya”.

18

Berdasarkan teori diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa jika
seorang auditor telah menerapkan profesionalismenya sejak awal perencanaan
audit maka auditor tersebut akan menggunakan kecermatan profesional dan
keseksamaan dalam melaksanakan tugasnya sehingga auditor tersebut akan
memperoleh keyakinan bahwa laporan audit tersebut telah bebas dri kesalahan
yang material.
2.2.2 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit
Menurut hasil penelitian Restu Agusti dan Nastia Putri Pertiwi (2013)
menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara profesionalisme terhadap
kualitas audit. Dengan tingkat profesionalisme yang tinggi akan menghasilkan
audit yang berkualitas tinggi.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Ahmad Badjuri (2011) yaitu:
“Jika auditor dapat menyelesaikan pekerjaannya secara professional maka
kualitas audit akan terjamin, karena kualitas audit merupakan keluaran
utama dari profesionalisme, serta kualitas audit yang baik akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan”.
Selain itu Feroz et al (1991) dalam Sumintorn Baotham (2007) meyatakan
bahwa:
“Auditor's ability positively affects audit quality and a lack of professional
conduct may negatively affect audit quality implies that if the auditors
exhibit greater professional conduct, he or she may also will effectively
reflects higher audit quality”.
Berdasarkan teori diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa semakin
tinggi sikap profesionalisme yang ditunjukan oleh auditor maka kualitas audit
yang dihasilkan akan semakin baik.

19

2.2.3 Pengaruh Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan penelitian Rr Putri Arsika Nirmala dan Nur Cahyonowati
(2013) menunjukan bahwa variabel due professional care (DPC) berpengaruh

secara signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Theodorus (2011) bahwa:
“Sikap due professional care yang meliputi skeptisme profesional
merupakan sikap mutlak yang harus dimiliki auditor, sikap skeptisme
profesional auditor akan mempengaruhi perilaku sikap skeptismenya dan
dan akan memberikan keyakinan memadai terhadap laporan audit dan
pada akhirnya akan meningkatkan kualitas audit”.
Selain itu Pancawati (2012) menyatakan bahwa:
“Dengan adanya kecermatan dan keseksamaan yang dilakukan oleh
seorang auditor, maka diharapkan kualitas audit yang dihasilkan akan
semakin baik”.
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan
kemahiran professional dengan cermat dan seksama (due professional care) akan
memberikan pengaruh terhadap hasil audit yang dilaporkan oleh auditor.
Berdasarkan

kerangka

pemikiran

dalam

penelitian

ini,

penulis

menyimpulkan atau menggambarkan kerangka pemikiran dalam bentuk skema
kerangka pemikiran sebagai berikut:

20

Profesionalisme (X1)
Kualitas Audit (Y)

1. Pengabdian Pada
Profesi
2. Kewajiban Sosial
3. Kemandirian
Ida Rosnidah, dkk (2011)

1. Akurat
2. Obyektif
3. Meyakinkan
Pernyataan Standar
Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN) (2007:113)

Due Professional Care (X2)
1. Skeptisme Professional
2. Keyakinan yang
memadai
Elisha (2010)

Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Dari

kerangka

penelitian

diatas

maka

dapat

dibuat

paradigma

penelitian.Dengan paradigma penelitian, penulis dapat menggunakannya sebagai
panduan untuk hipotesis penelitian yang selanjutnya dapat digunakan dalam
mengumpulkan data dan analisis. Paradigma pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Profesionalisme (X1)
Ahmad Badjuri (2011)
Kualitas Audit (Y)

Amin Widjaja (2014)

Due Professional Care
(X2)

Pancawati (2012)

Gambar 2.2
Paradigma Penelitian

21

2.3

Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:64) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
jawaban yang empirik.
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dan harusdiuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran
di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
H1

: Profesionalisme berhubungan dengan due professiona care.

H2

: Profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit.

H3

: Due Professional Care berpengaruh terhadap kualitas audit.

H4

: Profesionalisme dan Due Professional Care berpengaruh terhadap
kualitas audit.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui
pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga
menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek
yang diteliti.
Metode penelitian menurut Sugiyono (2014:2) adalah:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengantujuan dan kegunaan tertentu”.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2014:147) adalah sebagai
berikut:
“Metode deskriftif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu
sampai lima. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalahmasalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat
dikumpulkan,
dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari, untuk
kemudian ditarik kesimpulan.

22

23

Sedangkan menurut Mashuri (2008:45) dalam Umi Narimawati (2010)
metode verifikatif adalah sebagai berikut:
“Memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara
dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain
dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik.Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X1
(Profesionalisme) dan X2 (Due Professional Care) terhadap Y (Kualitas Audit).
3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel penelitian menurut Sugiono (2014:38), yaitu:
“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oeleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya”.
Sesuai dengan judul penelitian yang diungkapkan oleh penulis yaitu
Pengaruh Profesionalisme dan Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit
maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (X1) dan (X2)
Variebel independen yaitu variabel bebas yang biasa juga mempengaruhi
variabel

lain. Variabel

independen dalam

penelitian ini

Profesionalisme (X1) dan Due Professional Care (X2).

adalah

24

2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel terkait yang dipengaruhi atau
mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen yaitu Kualitas Audit.
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Va

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemeriksaan Interim Dan Audit Judgement Terhadap Pertimbangan Pemberian Opini Auditor (Studi Kasus Pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

8 51 57

Pengaruh Integritas Dan Objectivitas Auditor Terhadap Kualitas Audit (studi Kasus Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

3 38 86

Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

0 8 40

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIK PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN JAWA BARAT.

1 4 85

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIK PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN JAWA BARAT.

0 1 40

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIK PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN JAWA BARAT.

0 0 40

Pengaruh Integritas, Independensi, dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara.

2 7 27

Pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat).

2 7 28

Kualitas Audit sektor publik (studi pada kantor perwakilan badan pemeriksa keuangan republik indonesia) putu

0 2 93

PENGARUH DUE PROFESSIONAL CARE, MOTIVASI AUDITOR, TIME BUDGET PRESSURE, KOMPLEKSITAS AUDIT DAN SKEPTISISME TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

0 0 17