Kualitas Audit sektor publik (studi pada kantor perwakilan badan pemeriksa keuangan republik indonesia) putu

(1)

commit to user

KUALITAS AUDIT SEKTOR PUBLIK

(STUDI PADA KANTOR PERWAKILAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA)

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna

Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

Putu Sarmado Wandawa

NIM: S4311009

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

(3)

(4)

(5)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bapak dan Mamaku tercinta Mas Rizal, Mbak Dewi, Asko dan Fitro


(6)

commit to user

HALAMAN MOTTO

Sesungguhnya Dibalik kesukaran itu ada kemudahan (Q.S Al Insyirah: 6)


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‟aalamin, Segala Puji dan Syukur kehadirat

ALLAH SWT, karena berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul “Kualitas Audit Sektor Publik (Studi

Pada Kantor Perwakilan BPK RI)” ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini bukan hasil dari jerih payah sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya Tesis ini:

1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada penulis berupa Beasiswa Unggulan Diknas dalam menyelesaikan studi di program studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sekretaris Jendral BPK RI Bapak Hendar Ristriawan yang telah berkenan memberikan Instruksi Dinas melaksanakan tugas belajar di Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(8)

commit to user

5. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Dr. Payamta, M.Si., Ak., CPA., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, ilmu, saran, dan tenaganya untuk memotivasi penulis menyusun dan menyelesaikan tesis ini.

7. Y. Anni Aryani, Dra., M.Prof.Acc., Ph.D., Ak., selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Bapak Ibu Dosen beserta staf di Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Surakarta.

9. Kedua orang tuaku Bapak Slamet S dan ibu Sri SD.

10.Mas Rizal, Mbak Dewi, Asko dan Fitro keponakanku tersayang. 11.Wulandari buat supportnya selama mas bikin tesis :).

12.Biro SDM BPK-RI: Pak Sulung, Bu Yusriati, Mas Iwan AW, Wishnu, Mba Santy.

13.Teman seangkatan Maksi: mas Abram, mas Danang, mas Eri, pakde Tris, mba Dewi, mba Titik, mba Nita, pak Singgih, mba Kun, Swety, Ambang, Bayu Giri, Erlangga PK, Fitri, Hermin, Indah, Nani, Okta, Sari, Vidya dan teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

14.Teman seperjuangan di kantor: Tina makasih masukan dan bantuannya selama ini, cak Atok buat kritik dan sarannya. Irma, Indah, teh Izky, Albertus Aris, Anshory, trio Aceh (Ajie, Fikri, Udin), cak Anas, Mas Herie Wahyu, aa Didi,


(9)

commit to user

Papang, Lina. Pemeriksa Perwakilan Jabar, Jateng dan Jatim atas pengisian kuesionernya.

15.Mbak Runny, mas Priyo, pak dosen iyok ,mas Sofyan dan Loggar terima kasih sudah banyak merepotkan kalian.

16.Almamaterku.

Surakarta, Januari 2013 Penulis


(10)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERNYATAAN ……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v

HALAMAN MOTTO ………. vi

KATA PENGANTAR ……… vii

DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR TABEL ……….. xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xv

ABSTRAKSI ……….. xvii

ABSTRACT ………... xviii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

B. Perumusan Masalah ……….. 8

C. Tujuan Penelitian ……… 9

D. Manfaat Penelitian ……….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. 12 A. Landasan Teori ………... 12


(11)

commit to user

2. Mutasi Auditor ………. 17

3. Independensi ……… 19

4. Pengendalian Mutu Kinerja Pemeriksaan……….... 22

5. Kerangka Konsep Penelitian……….... 25

B. Penelitian Terdahulu dan Hipotesa Penelitian……….... 28

BAB III METODE PENELITIAN ……….... 36

A. Ruang Lingkup Penelitian ………….………. 36

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data... 37

D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel... 38

1. Definisi Operasional Variabel ... 38

2. Variabel Dependen ... 38

3. Variabel Independen ... 39

a. Mutasi Auditor ... 39

b. Pengendalian Mutu Kinerja Pemeriksaan... 40

4. Variabel Intervening ... 41

E. Metode Analisis Data ... 41

1. Uji Validitas... 41

2. Uji Reliabilitas ... 42

3. Uji Asumsi Klasik ... 42

a. Normalitas ... ... 42

b. Multikolinearitas ... 43


(12)

commit to user

d. Heteroskedastisitas ... 44

4. Pengujian Hipotesis ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 48

B. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ... 49

C. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 53

1. Uji Normalitas ... 53

2. Uji Multikolinearitas ... 54

3. Uji Autokorelasi ... 55

4. Uji Heteroskedastisitas ... 56

D. Pengujian Hipotesis ... 58

E. Pembahasan ... 66

BAB V PENUTUP ………... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Keterbatasan ... 72

C. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ………... 74 LAMPIRAN


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Indikator kualitas audit ………... 14

Tabel 2 Tingkat penyebaran dan pengembalian kuesioner ... 48

Tabel 16 Hasil uji reliabilitas ... 53

Tabel 17 Hasil uji normalitas ……….. 54

Tabel 18 Hasil uji multikolinearitas ………. 55

Tabel 19 Hasil uji autokorelasi ……… 56

Tabel 20 Hasil analisis model regresi struktural I …………... 59

Tabel 21 Hasil analisis model regresi struktural II ………… 60

Tabel 23 Hasil uji T ………. 64


(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka berpikir…… ………... 28 Gambar 2 Gambar uji hetereokedastisitas I……… 57 Gambar 3 Gambar uji hetereokedastisitas II ……… 57 Gambar 4 Gambar uji hetereokedastisitas III ……….……….. 58


(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Kuesioner penelitian. ………... 1 2. Tabel 4 hasil uji validitas dan reliabilitas kualitas audit

(pilot)... 2 3. Tabel 5 hasil uji validitas dan reliabilitas mutasi pemeriksa

(pilot) ... 3 4. Tabel 6 hasil uji validitas dan reliabilitas independensi (pilot)

... 4 5. Tabel 7 hasil uji validitas dan reliabilitas perencanaan

pemeriksaan (pilot) ... 5 6. Tabel 8 hasil uji validitas dan reliabilitas pelaksanaan

pemeriksaan (pilot)... 6 7. Tabel 9 hasil uji validitas dan reliabilitas supervisi dan reviu

(pilot) ... 7 8. Tabel 10 Hasil uji validitas dan reliabilitas pelaporan hasil

pemeriksaan (pilot) ... 8 9. Tabel 11 Hasil uji validitas dan reliabilitas pemantauan tindak

lanjut hasil pemeriksaan (pilot) ... 9 10. Tabel 12 hasil uji validitas dan reliabilitas evaluasi

pemeriksaan (pilot) ... 10 11. Tabel 13 hasil uji analisis faktor kualitas audit ... 11 12. Tabel 14 hasil uji analisis faktor mutasi auditor ... 13


(16)

commit to user

13. Tabel 15 hasil uji analisis faktor independensi... 14

14. Tabel 17 hasil uji normalitas ... 16

15. Hasil uji regresi struktural I ... 17

16. Hasil uji regresi struktural II ... 18

17. Hasil uji analisis faktor pengendalian mutu kinerja pemeriksaan ... 20

18. Hasil uji regresi struktural III ... ……….……….. 23


(17)

commit to user

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh mutasi auditor, independensi dan pengendalian mutu kinerja pemeriksaan terhadap kualitas audit sektor publik.

Populasi penelitian ini adalah auditor (pemeriksa) BPK RI dengan sampel penelitian ketua tim dan anggota tim pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang pernah mengalami mutasi, dan diperoleh sampel sebanyak 127.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutasi auditor berpengaruh positif signifikan terhadap independensi. Mutasi auditor berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Independensi memperkuat pengaruh mutasi auditor terhadap kualitas audit.

Perencanaan pemeriksaan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Pelaksanaan pemeriksaan berpengaruh terhadap kualitas audit. Supervisi dan review berpengaruh terhadap kualitas audit. Pelaporan hasil pemeriksaan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Pemantauan tindak lanjut pemeriksaan berpengaruh terhadap kualitas audit. Evaluasi pemeriksaan berpengaruh terhadap kualitas audit.

Kata kunci: kualitas audit, mutasi auditor, independensi dan pengendalian mutu kinerja pemeriksaan


(18)

commit to user

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine and analyze the effect of auditor rotation, independence and assessment performance quality control towards quality of public sectors audit.

The research population are auditors of BPK RI with sample taken from Team Leader and Members of Assessment Team for Financial Statement of Local Governmen/ Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) as much 127 samples who have experienced in rotation.

The result of this research shows that auditor rotation is positive significantly affect to independence. Auditor rotation is positive significantly affect to audit quality. Independence strengthen the effect of auditor rotation towards audit quality.

Audit plan does not affect audit quality. Audit process affects audit quality. Supervision and review affect audit quality. Audit reporting does not affect audit quality. Monitoring audit recommendations does not affect audit quality. Audit evaluation affects audit quality.

Keywords: Audit Quality, Auditor rotation, Independence and assessment performance quality control


(19)

commit to user

Putu Sarmado Wandawa, S4311009, Kualitas Audit Sektor Publik (Studi Pada Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia). Pembimbing: 1) Dr. Payamta, M.Si, Ak., CPA, Tesis, Surakarta, Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh mutasi auditor, independensi dan pengendalian mutu kinerja pemeriksaan terhadap kualitas audit sektor publik.

Populasi penelitian ini adalah auditor (pemeriksa) BPK RI dengan sampel penelitian ketua tim dan anggota tim pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang pernah mengalami mutasi, dan diperoleh sampel sebanyak 127.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutasi auditor berpengaruh positif signifikan terhadap independensi. Mutasi auditor berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Independensi memperkuat pengaruh mutasi auditor terhadap kualitas audit.

Perencanaan pemeriksaan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Pelaksanaan pemeriksaan berpengaruh terhadap kualitas audit. Supervisi dan review berpengaruh terhadap kualitas audit. Pelaporan hasil pemeriksaan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Pemantauan tindak lanjut pemeriksaan berpengaruh terhadap kualitas audit. Evaluasi pemeriksaan berpengaruh terhadap kualitas audit.

Kata kunci: kualitas audit, mutasi auditor, independensi dan pengendalian mutu kinerja pemeriksaan


(20)

commit to user

Putu Sarmado Wandawa, S4311009, Audit Quality in Public Sector (Study in Supreme Audit Board of Indonesia).. Counselor: 1) Dr. Payamta,M.Si, Ak.,CPA, Thesis, Surakarta, Magister Accounting Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University.

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine and analyze the effect of auditor rotation, independence and assessment performance quality control towards quality of public sectors audit.

The research population are auditors of BPK RI with sample taken from Team Leader and Members of Assessment Team for Financial Statement of Local Governmen/ Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) as much 127 samples who have experienced in rotation.

The result of this research shows that auditor rotation is positive significantly affect to independence. Auditor rotation is positive significantly affect to audit quality. Independence strengthen the effect of auditor rotation towards audit quality.

Audit plan does not affect audit quality. Audit process affects audit quality. Supervision and review affect audit quality. Audit reporting does not affect audit quality. Monitoring audit recommendations does not affect audit quality. Audit evaluation affects audit quality.

Keywords: Audit Quality, Auditor rotation, Independence and assessment performance quality control


(21)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan audit sektor publik di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini didukung dengan munculnya tiga paket perundang-undangan yang diterbitkan berupa: Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Peraturan tersebut menjadikan dasar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melaksanakan 3 (tiga) jenis pemeriksaan yaitu: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Hasil pemeriksaan BPK akan dimanfaatkan oleh stakeholders untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kinerja pemerintah serta membantu dalam pengambilan keputusan. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyebutkan bahwa auditor harus bersikap independensi dalam pemikiran dan independensi dalam penampilan. Sesuai dengan tanggungjawabnya, diharapkan profesi auditor dapat menunjukkan kinerja dan hasil audit yang dapat dimanfaatkan oleh stakeholders. Hasil pekerjaan audit yang baik menunjukkan kualitas audit yang baik pula. Kualitas audit menurut De Angelo (1981) adalah probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan dalam sistem akuntansi klien.


(22)

commit to user

Pengukuran kinerja di sektor publik diarahkan untuk meningkatkan efisiensi lembaga, efektivitas dan akuntabilitas Hood (1991). Hal yang berlaku umum bahwa baik informasi keuangan dan non-keuangan merupakan komponen penting dari penilaian kinerja dan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik (Coy, Fisher, danGordon, 2001) dan Tower (1993).

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyebutkan Setiap organisasi pemeriksaan yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).

Kualitas hasil pemeriksaan diperhatikan oleh pemangku kepentingan karena semakin tinggi kualitas audit akan dihasilkan laporan keuangan yang lebih baik dan lebih dipercaya yang akan digunakan untuk membantu pengambilan keputusan. Makin banyak terjadinya kasus korupsi di Indonesia menjadikan kualitas audit sektor publik saat ini mendapat sorotan masyarakat, seperti munculnya beberapa kasus suap pemeriksa BPK. Kasus suap oleh oknum pejabat Pemerintah Kota Bekasi terhadap dua pemeriksa BPK sebesar Rp 272 juta yang diindikasikan terkait pemberian opini agar laporan keuangan Kota Bekasi tahun 2009 menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (Vivanews.com, 2010). Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga menemukan indikasi dugaan suap Walikota Tomohon terhadap pemeriksa BPK sebesar Rp 600 juta saat pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun Anggaran 2007 (detiknews.com, 2010). Beberapa kasus yang melibatkan pemeriksa BPK


(23)

commit to user

yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah bisa mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat atas kualitas audit sektor publik.

Pemberian opini BPK juga mendapatkan sorotan dari masyarakat dengan diberikannya opini laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada entitas laporan keuangan sektor publik. Ketua BPK Hadi Purnomo menegaskan bahwa pemberian opini WTP terhadap sebuah institusi, tidak serta merta menjamin bahwa lembaga itu bersih terhadap tindakan korupsi. Hal tersebut dinyatakan karena ada pihak pihak tertentu yang menggunakan tameng opini audit BPK sebagai indikator departemen atau lembaga tertentu bebas dari korupsi (skalanews.com, 2012).

Dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan publik akan menghadapi dua hal yang saling berlawanan yaitu akuntan publik sebagai pihak eksternal yang melakukan pemeriksaan dan akuntan publik sebagai pihak yang menerima fee audit dari perusahaan. Sikap profesionalisme dan independesi akuntan publik akan diuji dengan hal tersebut di atas, apakah akuntan publik mampu mengatasi tekanan dari perusahaan sehingga kualitas audit tetap terjaga.

Untuk menjaga mutu pemeriksaan kantor akuntan publik sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik maka pekerjaan akuntan publik akan diperiksa oleh pemeriksa yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal untuk melakukan pemeriksaan secara berkala dan/ sewaktu waktu terhadap Akuntan Publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP). Reviu tersebut akan memberikan gambaran tentang bagaimana kinerja pemeriksaan yang telah dilakukan oleh suatu kantor akuntan publik


(24)

commit to user

sehingga pengendalian mutu pemeriksaan juga dilakukan oleh pemeriksa dari luar KAP.

Ketentuan perundangan mengatur bahwa suatu KAP maksimal memberikan jasa audit umum laporan keuangan maksimal lima tahun buku berturut-turut dan AP maksimal tiga tahun buku berturut-turut untuk menjaga independensi KAP dan AP. De Angelo (1981) menjelaskan bahwa kualitas audit tergantung pada 2 faktor, yaitu: (1) kemampuan auditor untuk menguji akun-akun dan mengidentifikasi kesalahan atau anomali melalui kompetensi teknisnya; dan (2) objektivitas melalui independensinya. De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan auditor dapat mendeteksi dan melaporkan kesalahan atau kecurangan dalam sistem informasi akuntansi klien.

Fokus penelitian yang akan dilakukan pada tiga dimensi kualitas audit yaitu mutasi auditor, independensi dan pengendalian mutu. Deis dan Giroux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor.

De angelo (1981), Teoh dan Wong (1993), Francis dan Yu (2009) dan (Choi, Kim, Kim, dan Zang, 2010) menemukan adanya hubungan antara auditor size dengan kualitas audit. Lennox (1999) menemukan hubungan antara kualitas audit dengan auditor size dengan pendekatan reputasi dan deep pocket auditor. Elitzur dan Falk (1996) melakukan penelitian tentang perencanaan kualitas audit dengan efisiensi perencanaan, audit fee dan kemungkinan kegagalan dalam audit. Penelitian oleh (Carcello, Hermanson, dan McGrath, 1992), (Behn, Carcello,


(25)

commit to user

Hermanson, dan Hermanson, 1997) dan (Samelson, Lowensohn, dan Johnson, 2006) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas audit diantaranya: pengalaman dengan klien, pengalaman pada industri, pertanggungjawaban dengan kebutuhan klien, rasa ingin tahu yang besar dari seorang auditor.

Kualitas audit dikembangkan dari UK Financial Reporting Council (FRC) dalam Holt (2007) terdiri dari: budaya di suatu perusahaan, kemampuan dan kualitas personal auditor dan partner, efektifitas proses audit, keandalan laporan keuangan dan faktor-faktor diluar kendali auditor. Wooten (2003) menggunakan proksi kualitas audit sebagai pendeteksi salah saji dan pelaporan yang kurang tepat. Penelitian Boner (1990), Tan dan Kao (1999) menjelaskan bahwa pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki auditor berpengaruh pada kinerja auditor.

Penelitian Shockley (1981) menjelaskan mengenai 4 (empat) faktor yang mempengaruhi auditor eksternal. (Clark, Martinis, dan Kapardis, 2007) menguji perbedaan atribut kualitas audit Supreme Audit Institution (SAI) atas akuntabilitas mereka terhadap parlemen dan independensinya terhadap eksekutif pemerintahan. Penelitian (Alim, Hapsari, dan Purwanti, 2007) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan independensi serta etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. (Rai, 2008: 74) menjelaskan bahwa pengendalian mutu (quality control) mengacu pada persyaratan yang harus dipenuhi dalam manajemen audit individual. Prosedur quality control harus dirancang dengan baik untuk


(26)

commit to user

memastikan bahwa semua audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit. Copley dan Doucet (1993) menjelaskan kualitas audit ditentukan oleh kesesuaian dengan standar profesional pelaporan dan pekerjaan lapangan. Penelitian Krishnan dan Schauer (2000) mengungkapkan perusahaan yang dimonitor hasil dari proses auditnya dianggap mempunyai kualitas yang lebih tinggi. Malone dan Robert (1996) menemukan sistem pengendalian kualitas yang kuat akan menghasilkan audit yang lebih berkualitas. Elder (1997) mengungkapkan perlunya meningkatkan kualitas audit agar auditor dapat menghadapi resiko yang mungkin muncul pada saat pelaksanaan audit dan penambahan prosedur tambahan untuk menghadapi hal tersebut.

Berdasarkan Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pasal 2 ayat (2) BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Tugas dan wewenang BPK diatur berdasarkan Undang-undang No 15 Tahun 2006 tentang BPK pasal 6 ayat (1) BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Penelitian mengenai kualitas audit pada sektor publik ditujukan pada pemeriksa BPK sesuai tugas dan wewenangnya dalam melakukan pemeriksaan pada sektor publik. Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi kantor BPK dan para pemeriksa BPK agar mereka dapat lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit


(27)

commit to user

dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini bermanfaat untuk menilai sejauh mana pemeriksa BPK dapat konsisten dalam menjaga kualitas jasa audit yang diberikannya.

(Rai, 2008: 30) mengungkapkan ditinjau dari proses (metodologi) dan teknik audit, tidak ada perbedaan antara audit sektor publik dan sektor privat, tetapi manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan kebijakan dan pertimbangan politik serta ketentuan peraturan perundang-undangan, pemeriksa sektor publik harus memberikan perhatian yang memadai pada hal-hal tersebut. Dalam hal proses politik, auditor harus secara jelas dapat membedakan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan yang ditetapkan dan dapat dikendalikan oleh auditee (controllable factor) serta kebijakan yang ditetapkan di luar organisasi (uncontrollable factor). Dalam hal ketentuan yang harus ditaati, pemeriksa sektor publik dalam pelaksanaan pekerjaannya terikat dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu aspek kepatuhan terhadap peraturan sangat menonjol pada setiap pelaksanaan audit sektor publik.

B. Perumusan Masalah

Penelitian terdahulu mengenai rotasi auditor, independensi dan pengendalian mutu yang dilakukan pada sektor privat, antara lain: George (1994), (Barbadillo, Aguilar, dan Carera, 2009) mengungkapkan bahwa rotasi auditor tidak menunjukkan peningkatan independensi. Daugherty (2012)


(28)

commit to user

mengungkapkan bahwa rotasi auditor berpengaruh positif terhadap independensi dan kualitas audit.

Penelitian (Sukriah, Akram, dan Inapty, 2010) menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Hal ini sama dengan penelitian Mabruri dan Winarna (2010) menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit dilingkungan pemerintah daerah. Hal tersebut berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya pada penelitian pada sektor publik (Wati, Lismawati, dan Aprilia, 2010) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh pada kinerja auditor pemerintah. Penelitian Krishnan dan Schauer (2000) menunjukkan bahwa perusahaan yang berpartisipasi dalam proses peer review lebih mungkin membenarkan pengungkapan laporan keuangan.

Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan beberapa hasil yang berbeda, sehingga dijadikan dasar untuk melakukan penelitian kembali. Obyek penelitian berbeda dari penelitian terdahulu yaitu pada auditor sektor publik khususnya pemeriksa eksternal pemerintah (BPK), kebijakan terkait mutasi auditor (pemeriksa) BPK dan sistem pengendalian mutu hasil pemeriksaan BPK yang masih jarang dilakukan penelitian. Hal ini dilakukan untuk menambah bukti empiris penelitian pada akuntansi sektor publik di Indonesia.

Kualitas audit dikembangkan dari UK Financial Reporting Council (FRC) dalam Holt (2007) dalam Hariyati (2011) meliputi budaya organisasi, kemampuan/ keahlian pemeriksa, efektivitas proses pemeriksaaan, laporan hasil


(29)

commit to user

pemeriksaan dan faktor diluar kendali pemeriksa. Dimensi Rotasi Auditor dilihat dari mutasi pemeriksa dikembangkan dari Daugherty (2012) dan kebijakan mutasi internal BPK. Independensi dikembangkan dari Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Tahun 2007 dengan dimensi: bebas dari gangguan pribadi dan bebas dari bebas dari gangguan eksternal. Pengendalian mutu pemeriksaan dengan menggunakan dimensi penilaian Kinerja Pemeriksaan berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM) BPK Tahun 2009.

Penelitian ini mengembangkan model penelitian Daugherty (2012) dengan beberapa modifikasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan pada sektor publik dengan sampel pemeriksa eksternal pemerintah, pengukuran dengan dimensi mutasi auditor (pemeriksa) BPK menggunakan peraturan internal BPK, independensi menggunakan pendekatan SPKN serta pengendalian mutu kinerja pemeriksaan pada audit pemerintahan yang dilakukan oleh BPK.

Berdasarkan research gap maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:

1. Apakah mutasi auditor mempengaruhi independensi?

2. Apakah mutasi auditor mempengaruhi kualitas audit sektor publik? 3. Apakah sistem pengendalian mutu kinerja pemeriksaan mempengaruhi

kualitas audit sektor publik?

C. Tujuan Penelitian


(30)

commit to user

1. Memperoleh bukti empiris bahwa mutasi auditor mempengaruhi independensi.

2. Memperoleh bukti empiris bahwa mutasi auditor mempengaruhi kualitas audit.

3. Memperoleh bukti empiris bahwa sistem pengendalian mutu kinerja pemeriksaan menentukan kualitas audit sektor publik.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan Teori Auditing

Hasil penelitian ini digunakan untuk mengklarifikasi hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai kualitas audit. Hasil penelitian juga mendukung keberadaan serta pengembangan teori mengenai kualitas audit terutama audit pada sektor publik. Hasil penelitian juga menjadi bukti empiris tentang pentingnya mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit diantaranya mutasi auditor, independensi auditor dan pengendalian mutu kinerja pemeriksaan.

2. Praktisi

Bagi praktisi dalam hal ini pemeriksa BPK hasil penelitian diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan dalam melaksanakan tugas auditnya. Bagi pejabat di lingkungan kantor BPK, hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan arah dan kebijakan organisasi khususnya dalam menentukan kebijakan terkait mutasi


(31)

commit to user

auditor meningkatkan kualitas auditor dan kualitas hasil laporan audit terkait pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. 3. Kebijakan

Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi regulator, khususnya Sekretaris Jendral BPK, penyusun Kode Etik BPK dan penyusun Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dalam perumusan kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan pemeriksa dan pemeriksaan.


(32)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Landasan teori pada penelitian ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan kualitas audit, mutasi pemeriksa, independensi dan sistem pengendalian mutu pemeriksaan.

1. Kualitas Audit

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit (Audit Quality) sebagai peluang seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KAP besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing. Standar auditing mencakup mutu profesional (professional qualities) auditor independen, pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor. Standar audit SPAP dan SPKN tersebut meliputi standar umum, standar pelaksanaan pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

Copley dan Doucet (1993) menjelaskan kualitas audit ditentukan oleh kesesuaian dengan standar profesional pelaporan dan pekerjaan lapangan. Penelitian ini menggunakan indikator kualitas audit yang digunakan oleh


(33)

commit to user

GAO untuk penelitian mereka tahun 1987. Hal ini terutama terkait untuk audit program bantuan federal. Kualitas Audit menunjukkan keberadaan (kualitas yang dapat diterima) atau tidak (kualitas tidak dapat diterima) dari laporan-laporan dan prosedur audit yang diperlukan berdasarkan ketentuan program bantuan federal. Kriteria umum yang digunakan adalah "sesuai dengan standar profesional dan ketentuan kontrak yang ditetapkan untuk jenis tertentu audit yang dilakukan" (GAO 1987, 11). Dengan demikian, kualitas audit ditentukan dalam hal kepatuhan terhadap standar audit pemerintah. Kualitas audit menurut Leventis dan Caramanis (2005) diproksikan dengan faktor-faktor yang menentukan waktu audit antara auditor dan auditee. Penelitian Deis dan Giroux (1992) kualitas audit sektor publik diproksikan dengan QCR Coding and Weights yaitu internal control, legal compliance, substantive test, engangement letter, management representation letter, working papers, audit program, audit procedures, inadequate statistical sampling, inadequate audit risk assessment, errors in financial statements, errors in audit reports, ethics violations. Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), (2) jumlah klien, (3) ukuran dan kesehatan keuangan klien, (4) review oleh pihak ketiga.

Elitzur dan Falk (1996) meneliti mengenai perencanaan kualitas audit yang optimal oleh auditor. Hal tersebut ditunjukkan dengan efisiensi auditor, audit fee dan kemungkinan kegagalan audit. Kualitas audit diukur dari jumlah


(34)

commit to user

unit standar bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor, dan kegagalan audit didefinisikan sebagai kegagalan auditor dalam mendeteksi kesalahan material dan kelalaian.

Carcello dkk. (1992), Behn dkk. (1997) dan Samelson dkk. (2006) mengemukakan atribut yang menentukan kualitas audit sebagai berikut.

Tabel 1

Indikator Kualitas Audit

Indikator Carcello, Hermanson and

McGrath (1992) Behn dkk. (1997) Samelson dkk. (2006) 1 Audit team and firm

experience with client

Audit team and firm experience with client

Auditor tenure

2 Industry expertise Industry expertise Expertise in government accounting and auditing

3 Responsiveness to client needs

Responsiveness to client needs

Responsiveness to

client‟s scheduling

needs 4 CPA firm compliance with

general audit standards

Technical competence; AQ5-Independence; AQ6-Due professional care

Independence, Due professional care

5 CPA firm commitment to quality

CPA firm commitment to quality

-

6 CPA firm executive involvement

CPA firm executive involvement

Manager involvement

7 Conduct of field work Conduct of field work Composite of ACCTSYS and ICS 8 Involvement of the audit

committee

Involvement of the audit committee

-

9 Individual team member characteristics

Ethics, accounting and auditing knowledge

Expertise in governmental

accounting dan auditing

10 Skeptical attitude of CPA personnel

Skeptical attitude of CPA personnel

Skeptical attitude of CPA personnel

11 CPA personnel maintain fresh perspective

- -

12 Degree of individual responsibility

- -

Sumber : Samelson dkk. (2006)

Indikator kualitas audit menurut Wooten (2003) dalam alim dkk. (2007) dalam antara lain: (1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3) kepatuhan terhadap SOP, (4) resiko audit, (5) prinsip kehati-hatian, (6) proses


(35)

commit to user

pengendalian atas pekerjaan supervisor, dan (7) perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner.

Kerangka kerja kualitas audit yang dikembangkan UK Financial Reporting Council (FRC) dalam Holt (2007) dalam Hariyati (2011) meliputi:

Budaya dan lingkungan kerja organisasi sering memberikan kontribusi positif terhadap kualitas audit. Kualitas audit akan mengalami suatu peningkatan saat pimpinan organisasi tersebut: Menciptakan lingkungan yang mempunyai nilai baik bagi auditor maupun bagi perusahaan audit. Pimpinan meyakinkan bahwa jajaran pimpinan dan staf auditor memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan pemeriksaan secara efektif dan profesional sesuai dengan standar pemeriksaan. Pertimbangan keuangan perusahaan audit tidak akan mempengaruhi keputusan atau dijadikan alasan untuk mengurangi kualitas hasil audit. Pimpinan menetapkan sistem penilaian dan pemberian penghargaan untuk rekan dan staf auditor yang menunjukkan prestasi dalam meningkatkan kualitas audit.

Kemampuan atau keahlian staf auditor dan partner mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit sebagai berikut: partner dan staf wajib mempunyai pemahaman terhadap bisnis klien dan menyelesaikan pemeriksaan sesuai dengan standar audit dan etika profesional. Staf auditor yang melaksanakan pekerjaan lapangan memiliki pengalaman yang cukup dan wajib mendapatkan supervisi yang memadai dari partner atau supervisor audit. Partner dan staf auditor mampu menunjukkan professional skepticism dalam


(36)

commit to user

melaksanakan pemeriksaan dan mampu menyelesaikan masalah-masalah dengan baik. Partner dan perusahaan audit wajib menjaga kemampuan auditornya dengan memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan auditor terkait perkembangan akuntansi, auditing maupun isu-isu khusus. Efektivitas proses pemeriksaan untuk memberikan keyakinan apakah: Perencanaan pemeriksaan telah disusun sesuai dengan ketentuan? Dalam melakukan pemeriksaan perusahaan audit wajib menyediakan dukungan teknis apabila saat melakukan pemeriksaan menghadapi menghadapi persoalan yang tidak lazim dengan memberikan partner yang berkualitas. Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan keyakinan atas integritas, objektivitas dan independensi auditor yang melaksanakan suatu penugasan. Sistem pengendalian mutu pemeriksaan dilaksanakan dan direviu oleh internal perusahaan maupun pihak berwenang lainnya.

Laporan hasil audit yang dapat diandalkan dan bermanfaat dengan kriteria: Disajikan secara jelas dan tidak mengundang penafsiran ganda terhadap opini auditor dan memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan sesuai hukum dan peraturan yang berlaku. Komunikasi dengan komite audit membahas mengenai lingkup pemeriksaan, pertimbangan yang mendasari opini, resiko kunci yang mampu diidentifikasikan, aspek kualitatif dari entitas akuntansi dan pelaporan sampai dengan upaya untuk meningkatkan laporan keuangan klien.

Faktor diluar kendali auditor yang dijadikan pertimbangan antara lain: Pendekatan terhadap tata kelola yang baik dalam entitas pelaporan. Komite


(37)

commit to user

audit yang aktif, profesional dan andal dalam menghadapi isu-isu pemeriksaan. Batas tanggal pelaporan yang memungkinkan untuk melaksanakan audit tanpa harus disertai ketidakjelasan pada pekerjaan yang dilaksanakan sebelum tanggal pelaporan berakhir. Penyusunan kesepakatan yang memadai dalam menghadapi pembatasan dalam proses pemeriksaan. Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang telah diungkapkan, kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor mendeteksi adanya penyimpangan/penyelewengan dan melaporkannya De Angelo (1981). Kualitas audit dilihat dari dimensi auditor dan organisasi yang menaunginya. Penelitian ini akan berfokus pada kualitas audit dari dimensi auditor dengan menggunakan dimensi kualitas audit dari UK Financial Reporting Council.

2. Mutasi Auditor

Ketentuan perundangan di Indonesia mengatur bahwa suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) maksimal memberikan jasa audit umum laporan keuangan maksimal lima tahun buku berturut-turut dan Akuntan Publik (AP) maksimal tiga tahun buku berturut-turut untuk menjaga independensi KAP dan AP. Hal ini dimaksudkan agar suatu KAP dan AP bisa menjaga independensinya sehubungan dengan jangka waktu kerja sama yang sudah cukup lama.

Daugherty (2012) melakukan penelitian bagaimana rotasi auditor bisa mempengaruhi independensi, kualitas hidup partner dan kualitas hasil


(38)

commit to user

audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rotasi auditor berpengaruh positif pada independensi dan kualitas audit.

Dalam Audit pemerintahan mutasi auditor di BPK dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal BPK nomor 366/K/X-XIII.2/9/2010 tentang pemindahan pegawai non struktural pada pelaksana BPK. Tujuan SK ini adalah untuk:

1) Menjaga objektivitas dan transparansi dalam pelaksanaan pemindahan pegawai.

2) Menjaga independensi pegawai dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan keuangan negara.

3) Meningkatkan kinerja pegawai baik secara individu maupun pada tingkat satuan kerja.

Wilayah kerja pegawai terdiri dari 3 (tiga) wilayah, yaitu: 1) Wilayah 1 (satu) wilayah kerja kantor pusat;

2) Wilayah 2 (dua) wilayah kerja Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi.

3) Wilayah 3 (tiga) wilayah kerja Maluku, Papua, daerah tertinggal, daerah konflik, dan daerah rawan bencana.

Pertimbangan pemindahan memperhatikan masa kerja pada unit kerja terakhir sebagai berikut:

1) Wilayah 1 (satu) dan 2 (dua) diberlakukan masa kerja 3 (tiga) sampai 5 (lima) tahun; dan


(39)

commit to user

2) Wilayah 3 (tiga) diberlakukan masa kerja 3 (tiga) sampai 4 (empat) tahun.

Dalam penelitian ini mutasi pemeriksa akan dilihat dari pemeriksa yang sudah mengalami mutasi antar kantor perwakilan atau satuan kerja setingkat eselon II.

3. Independensi

Kode Etik Profesi Akuntan Publik 290.8 mewajibkan setiap praktisi untuk bersikap sebagai berikut:

1) Independensi dalam pemikiran. Independensi dalam pemikiran merupakan sikap mental yang memungkinkan pernyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat menganggu pertimbangan profesional, yang memungkinkan seorang individu untuk memiliki integritas dan bertindak secara objektif, serta dapat menerapkan skeptisisme profesional.

2) Independensi dalam penampilan. Independensi dalam penampilan merupakan sikap yang menghindari tindakan atau situasi yang dapat menyebabkan pihak ketiga (pihak yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan) meragukan integritas, objektivitas, atau skeptisisme profesional dari anggota tim assurance, KAP, atau jaringan KAP.

Standar Umum dalam SPKN (2007) memuat tentang independensi yaitu dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.

Pemeriksa wajib menghindari situasi yang bisa menyebabkan pihak lain yang mengetahui fakta dan keadaan bisa mengambil kesimpulan


(40)

commit to user

bahwa pemeriksa tidak bisa mempertahankan independensinya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari anggapan bahwa pemeriksa tidak mampu memberikan penilaian yang objektif serta tidak memihak terhadap semua hal baik pada pelaksanaan pemeriksaan sampai dengan pelaporan hasil pemeriksaan.

Tiga macam gangguan terhadap independensi yang perlu dijadikan pertimbangan oleh pemeriksa: gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan terhadap organisasi. Dalam pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat terjadi satu atau lebih gangguan independensi, apabila gangguan independensi tersebut dianggap mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan.

Suatu organisasi pemeriksa wajib memiliki sistem pengendalian mutu intern untuk membantu mendeteksi apakah pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap independensi yang dimilikinya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya tindakan pemeriksa yang membatasi lingkup pertanyaan ataupun pengungkapan terhadap sesuatu hal yang bisa mempengaruhi hasil pekerjaan di lapangan atau membuat lemah temuan pemeriksaan.

Pernyataan standar umum SPKN paragraf 20 menyebutkan bahwa: organisasi pemeriksa dan pemeriksanya mungkin menghadapi berbagai keadaan yang dapat menimbulkan gangguan pribadi. Oleh karena itu organisasi pemeriksa harus mempunyai sistem pengendalian mutu intern yang dapat mengidentifikasi gangguan pribadi dan memastikan kepatuhannya terhadap ketentuan independensi yang diatur dalam standar pemeriksaan. Untuk itu, organisasi pemeriksa antara lain harus:


(41)

commit to user

1) Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk dapat mengidentifikasi gangguan pribadi terhadap independensi, termasuk mempertimbangkan pengaruh kegiatan non pemeriksaan teradap hal pokok pemeriksaan dan menetapkan pengamanan untuk dapat mengurangi risiko tersebut terhadap hasil pemeriksaan.

2) Mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa kepada semua pemeriksanya dan menjamin agar ketentuan tersebut dipahami melalui pelatihan atau cara lainnya. 3) Menetapkan kebijakan dan prosedur intern untuk memonitor

kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.

4) Menetapkan suatu mekanisme disiplin untuk meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.

5) Menekankan pentingnya independensi.

Pernyataan standar umum SPKN paragaf 22 menyatakan bahwa: Dalam hal suatu organisasi melakukan kegiatan non pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka organisasi pemeriksa tersebut harus mempertimbangkan pengaruh kegiatan tersebut terhadap gangguan pribadi, baik dalam sikap mental maupun penampilan, yang dapat berdampak negatif terhadap independensi dalam melaksanakan pemeriksaan.

Independensi menurut Standar Audit oleh International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI) adalah bebas dari Parlemen, dari eksekutif pemerintahan dan entitas auditee Clark dkk. (2007). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Clark dkk. (2007) atas Supreme Audit Institutions/SAI (yang berisikan auditor umum, auditor sektor publik/ pemerintahan) mengenai atribut kualitas audit, independensi meliputi independensi dalam hukum, bebas dari intervensi/pengaruh kendali, leluasa menentukan tipe audit dan auditee, melaporkan hasil kepada parlemen, diberi wewenang luas dalam mengakses informasi terkait audit, dan penunjukan pimpinan SAI oleh parlemen. Pimpinan SAI mempunyai


(42)

commit to user

wewenang menentukan syarat dan kondisi stafnya, seperti menentukan pelaksana/ kontraktor untuk melaksanakan audit. Berdasarkan ketentuan SAI mempunyai kewenangan untuk melakukan investigasi dan memperkuat suatu temuan/ permasalahan, mengimplementasikan metode audit yang efektif, melaporkan hasil pada Parlemen, tercukupinya staf dan keuangan Clark dkk. (2007).

Penelitian Krishnan (1994) menunjukkan bahwa kecenderungan auditor kurang independen dengan mengeluarkan laporan negatif, dengan pertimbangan untuk menghindari kehilangan klien yang mungkin untuk beralih setelah menerima laporan kelangsungan usahanya. Defond dkk. (2002) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara non audit fee atau total fee dengan independensi auditor yang diproksikan dengan kecenderungan untuk mengeluarkan opini terkait kelangsungan usaha. Rachmawaty (2006) menunjukkan bahwa independensi auditor yang terdiri dari aspek Independence in fact, Independence in appearance, dan Independence in competence secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit KAP di Surabaya. Dalam penelitian ini independensi auditor diukur menggunakan pendekatan SPKN dengan dimensi: gangguan pribadi dan gangguan ekstern.

4. Pengendalian Mutu Kinerja Pemeriksaan

(Rai, 2008: 73) menjelaskan bahwa untuk menjamin mutu audit perlu ditetapkan penjaminan mutu, pengendalian mutu, dan monitor atas program audit.


(43)

commit to user

1) Penjaminan mutu (quality assurance) meliputi kebijakan, sistem, dan prosedur yang disusun oleh lembaga audit untuk memelihara standar yang tinggi dari kegiatan audit. Sistem quality assurance menyediakan:

a) Indikator bagi perekrutan dan promosi auditor;

b) Panduan mengenai aspek teknis dan adminsitrasi dalam pengendalian mutu audit;

c) Dasar untuk melakukan komunikasi mengenai kebijakan, prosedur, dan hasil pengendalian mutu kepada staf terkait; d) Pengawasan dan review yang memadai atas sistem quality

assurance.

Beberapa mekanisme quality assurance antara lain:

a) Review atas perencanaan: perencanaan atas suatu tugas audit direview oleh organisasi audit untuk memastikan bahwa perencanaan audit telah dilakukan dengan baik.

b) Review saat berlangsungnya audit (on going review): pelaksanaan audit merupakan subjek dari review berkelanjutan oleh supervisor atau manajer tim audit. Review ini penting untuk memelihara mutu pelaksanaan audit dan memberikan kesempatan kepada staf untuk berkembang melalui pemberian umpan balik dan pelatihan kerja lapangan (on the job training). c) Review penugasan (task review): tugas yang telah selesai harus

di review sebelum laporan hasil audit disetujui.

2) Pengendalian mutu (quality control) mengacu pada persyaratan yang dipenuhi dalam manajemen audit individual. Prosedur quality control dirancang dengan baik untuk memastikan bahwa semua audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit. Pengendalian mutu membutuhkan pemahaman yang jelas mengenai letak tanggung jawab atas suatu keputusan. Setiap orang yang terlibat dalam audit bertanggungjawab masing-masing.

Untuk menjamin mutu hasil pemeriksaannya BPK menetapkan Keputusan BPK nomor 03/K/I-XIII.2/3/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM). SPKM merupakan sistem yang ditetapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa suatu badan pemeriksa telah mengatur Sistem Pengendalian Mutu (SPM) secara memadai dan menyelenggarakannya secara efektif. SPKM dan SPM adalah suatu unsur penting bagi organisasi pemeriksa untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa


(44)

commit to user

pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan standar yang telah ditetapkan.

Sistem pengendalian mutu kinerja pemeriksaan berdasarkan SPKM BPK terdiri dari: perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, supervisi dan reviu, pelaporan hasil pemeriksaan, pemantauan hasil tindak lanjut pemeriksaan, dan evaluasi pemeriksaan.

SPM merupakan suatu sistem yang dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa BPK dan pelaksananya mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, serta laporan yang dihasilkan sesuai dengan kondisi yang ditemukan.

Reviu terhadap SPM dapat dilakukan berdasarkan waktu dan pelaku reviu sebagai berikut:

1) Berdasarkan waktu, reviu SPM meliputi:

a) Reviu yang dilakukan pada waktu pemeriksaan atau hot review; dan

b) Reviu yang dilakukan setelah pemeriksaan atau pada waktu yang tidak terkait dengan kegiatan pemeriksaan atau cold review.

2) Berdasarkan pelaku, reviu SPM meliputi:

a) Reviu yang dilakukan oleh pereviu dari intern tim atau badan pemeriksa;

b) Reviu yang dilakukan oleh pemeriksa lain yang tidak memeriksa objek yang direviu atau croos review; dan

c) Reviu yang dilakukan oleh badan pemeriksa lain atau peer review.

Penelitian Krishnan dan Schauer (2000) menunjukkan bahwa perusahaan yang berpartisipasi dalam proses peer review lebih mungkin membenarkan pengungkapan laporan keuangan. Perusahaan dimonitor hasil proses auditnya dianggap mempunyai kualitas yang lebih tinggi.


(45)

commit to user

Malone dan Roberts (1996) menemukan bahwa sistem pengendalian kualitas yang kuat akan menghasilkan audit yang lebih berkualitas. Deis dan Giroux (1992) yang melakukan penelitian tentang determinan dari kualitas audit oleh Independent CPA firm di Texas pada Audits of Independen School Distric menjelaskan adanya variabel yang mempengaruhi kualitas audit yang berkorelasi dengan kualitas audit diantaranya reviu oleh pihak ketiga.

Casterella (2009) meneliti apakah peer review model AICPA self-regulatory efektif sebagai sinyal kualitas audit. Hasilnya menunjukkan temuan peer review bermanfaat dalam memprediksi kegagalan audit dan temuan peer review berhubungan dengan indikator spesifik perusahaan sebagai quality control atau resiko praktek dalam KAP.

5. Kerangka Konsep Penelitian

Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang auditor harus menunjukkan kualitas audit yang baik. De Angelo (1981) mendefinisikan bahwa kualitas audit sebagai probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan dalam sistem akuntansi klien. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya.

Kualitas audit yang dikembangkan UK Financial Reporting Council (FRC) Holt (2007) dalam Hariyati (2011) meliputi kualitas perusahaan audit,


(46)

commit to user

kualitas auditor dengan memperhatikan beberapaa faktor: budaya perusahaan, kemampuan/keahlian auditor, laporan audit yang dapat diandalkan dan bermanfaat, faktor di luar kendali auditor. Perusahaan audit dalam sektor publik adalah BPK. Kualitas audit dalam hal ini adalah kualitas pemeriksa BPK yang dipengaruhi oleh budaya perusahaan, kemampuan auditor, kualitas pengendali teknis, laporan auditor dan faktor diuar kendali auditor seperti masyarakat dan batas tanggal pelaporan. Batas tanggal pelaporan atas pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah ditentukan oleh Undang-undang tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara yaitu 2 (dua) bulan.

Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang baik karena dengan kedua hal itu auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya. Sikap independensi auditor ditunjukkan dalam melaporkan hasil audit jika terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan kliennya. Independensi yang diatur dalam standar auditing sangat penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Deis dan Giroux (1992) menyebutkan bahwa pada konflik kekuatan, klien dapat menekan auditor untuk melawan standar profesional. Shockley (1981) dalam penelitiannya mengenai persepsi independensi auditor menunjukkan empat faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal, yaitu: persaingan antar akuntan publik, pemberian jasa konsultasi


(47)

commit to user

manajemen kepada klien, ukuran kantor akuntan publik, dan lamanya hubungan audit (tenure audit).

Dalam sektor publik, dimana auditor sektor publik adalah pemeriksa BPK, independensi pemeriksa dipengaruhi lama hubungan dengan auditee, semakin lama pemeriksa BPK berada pada suatu kantor perwakilan, semakin besar kemungkinan pemeriksa tersebut melakukan pemeriksaan pada entitas tertentu. Hal ini juga memungkinkan adanya tekanan dari auditee. Jasa non audit yang diberikan oleh auditor kepada entitas tertentu juga mempengaruhi independensi auditor yang bersangkutan. Independensi pemeriksa sektor publik juga dipengaruhi oleh telaah dari rekan pemeriksa pada saat melakukan pemeriksaan dan tahap pelaporan.

Penelitian Krishnan dan Schauer (2000) menunjukkan bahwa perusahaan yang berpartisipasi dalam proses peer review lebih mungkin membenarkan pengungkapan laporan keuangan dan perusahaan yang dimonitor hasil dari proses auditnya dianggap mempunyai kualitas yang lebih tinggi. Deis dan Giroux (1992) yang melakukan penelitian tentang determinan dari kualitas audit oleh Independent CPA firm di Texas pada Audits of Independen School Distric menjelaskan adanya variabel yang mempengaruhi kualitas audit yang berkorelasi dengan kualitas audit diantaranya review oleh pihak ketiga. Berdasarkan logika di atas independensi memiliki pengaruh dalam menghasilkan audit yang berkualitas baik itu dalam proses maupun outputnya. Pengendalian mutu selama proses pemeriksaan yang diawali perencanaan sampai dengan pelaporan pemeriksaan juga mempengaruhi


(48)

commit to user

kualitas audit. Pengaruh antara mutasi auditor, independensi dan pengendalian mutu kinerja pemeriksaan terhadap kualitas audit pada sektor publik dapat digambarkan pada kerangka konseptual berikut ini:

H2

H1 H3

H4

Gambar 1 Kerangka Berpikir

B. Penelitian Terdahulu Dan Hipotesis Penelitian 1. Kualitas Audit

Kualitas audit dapat dilihat dari auditor dan organisasi yang menaunginya. De Angelo (1981) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kualitas audit tergantung pada faktor auditornya yaitu: (1) kemampuan auditor untuk menguji akun-akun dan mengidentifikasi kesalahan melalui kompetensi teknisnya; dan (2) objektivitas melalui independensinya. 2.1 Perencanaan

2.2 Pelaksanaan 2.3 Supervisi dan

reviu 2.4 Pelaporan 2.5 Pemantauan

tindak lanjut 2.6 Evaluasi hasil

pemeriksaan Mutasi Auditor

( X1)

Kualitas Audit (Y) 1 Budaya Organisasi 2 Kemampuan/

keahlian pemeriksa 3 Efektivitas Proses

Pemeriksaan 4 Laporan Hasil

Pemeriksaan 5 Faktor diluar

kendali pemeriksa Independensi (Z) 1.Gangguan Pribadi 2.Gangguan Organisasi Pengendalian Mutu Kinerja Pemeriksaan (X2)


(49)

commit to user

Kualitas audit berfokus pada kompetensi dan independensi. Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.

Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direviu oleh pihak ketiga.

Kualitas audit yang dikembangkan dalam penelitian Holt (2007) dalam Hariyati (2011) meliputi lingkungan organisasi dimana auditor bekerja, kemampuan/keahlian staf auditor dan partner, efektivitas dari proses audit, laporan audit yang dapat diandalkan, serta faktor diluar


(50)

commit to user

kendali auditor. Dalam penelitian ini, kualitas audit dilihat dari auditor sebagai pelaksana audit. Dalam melaksanakan audit, kualitas auditor tergantung pada kompetensi dan independensi yang dimilikinya, dan juga dipengaruhi oleh lingkungan organisasi yang menaunginya, masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

Pendekatan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitas audit dalam sektor publik dalam hal ini adalah kualitas pemeriksa BPK yang dipengaruhi oleh budaya organisasi, kemampuan auditor/ kualitas pengendali teknis, laporan hasil audit dan faktor diluar kendali auditor. Ketentuan perundang-undangan merupakan salah satu dasar yang harus dikuasai oleh auditor sektor publik apabila dibandingkan dengan auditor sektor swasta. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pelaporan serta hubungan dengan auditee diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Kriteria pemeriksaan yang digunakan oleh auditor sektor publik berdasarkan peraturan perundang-undangan. Peran serta masyarakat dalam rangka pengembangan audit sektor publik juga sangat penting, masyarakat mempunyai hak untuk melaporkan penyimpangan terhadap program kegiatan yang dilakukan pemerintah kepada BPK dengan mekanisme pengaduan masyarakat.

2. Pengaruh mutasi auditor terhadap independensi

Rotasi audit yang mulai diberlakukan bagi pemeriksa BPK dilakukan untuk mengurangi kejenuhan dalam pekerjaan dan menciptakan suasana


(51)

commit to user

yang nyaman bagi auditor. Berada dalam suatu satuan kerja pemeriksaan dalam jangka waktu yang cukup lama dikhawatirkan akan mengurangi independensi seorang pemeriksa.

Pola mutasi pemeriksa BPK mulai tahun 2010 dilakukan 2 (dua) kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Mei dan November. Hal ini dilakukan agar tercipta kondisi yang baik bagi pemeriksa maupun organisasi pemeriksa dengan mempertimbangkan kepentingan pegawai dan kebutuhan organisasi.

Imhoff (2003) kewajiban rotasi auditor diharapkan akan menambah independensi auditor dan meningkatkan kualitas audit. George (2004) tidak menemukan bukti yang kuat bahwa kewajiban rotasi auditor akan meningkatkan kualitas audit atau mengurangi fee audit. Petty dan Cuganesan (1996) menunjukkan bahwa keuntungan dari rotasi auditor yaitu meningkatnya independensi auditor dan meningkatnya kinerja hasil pemeriksaan.

Berdasarkan ulasan tersebut, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Mutasi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap

independensi pemeriksa.

3. Pengaruh mutasi auditor terhadap kualitas audit dengan dimediasi independensi

Independensi berarti sikap tidak memihak seorang auditor. Independen berarti auditor tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak


(52)

commit to user

kepentingan siapapun serta jujur kepada semua pihak yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan auditor. Sebagai pengguna jasa audit, kepercayaan masyarakat umum atas independensi auditor sangat penting bagi perkembangan profesi auditor. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata berkurang.

Penurunan kepercayaan masyarakat juga bisa disebabkan keadaan tertentu yang dianggap dapat mempengaruhi sikap independensi tersebut. Untuk menjadi independen, auditor harus secara jujur secara intelektual, sehingga dapat diakui pihak lain bahwa auditor independen. Independen yang bebas dari setiap kewajiban tertentu terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya. Independensi auditor mutlak diperlukan agar kualitas laporan audit yang dihasilkannya dapat dipercaya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shockley (1981), persepsi independensi auditor dipengaruhi empat faktor, yaitu: persaingan antar akuntan publik, pemberian jasa konsultasi manajemen kepada auditee, ukuran kantor akuntan publik, dan lamanya hubungan audit (tenure audit). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada auditee yang diaudit dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Deis dan Giroux (1992) menjelaskan tekanan dari auditee dapat berupa pemberian sanksi


(53)

commit to user

dan ancaman pergantian auditor, penghentian fasilitas dari auditee. Berdasarkan SPKN organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dari gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi.

Dalam audit sektor publik dimana pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa BPK, independensi dapat dipengaruhi dari sisi auditee, semakin lama hubungan dengan auditee maka independensi seorang pemeriksa bisa terpengaruh. GAO (2003) dalam Stefaniak dkk. (2009) menyebutkan bahwa rotasi wajib perusahaan audit bukan merupakan jalan terbaik dalam meningkatkan independensi auditor dan kualitas auditor dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan dan kerugian pengalaman auditor terdahulu.

Penelitian Elitzur dan Falk (1996), Rachmawaty (2006), Alim dkk. (2007) dan Wati dkk. (2010) menunjukkan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Daugherty (2012) menunjukkan bahwa rotasi auditor berpengaruh positif terhadap independensi dan kualitas audit.

Berdasarkan ulasan tersebut, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

H2: Mutasi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas audit.

H3: Mutasi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap


(54)

commit to user

4. Pengaruh pengendalian mutu kinerja pemeriksaan terhadap kualitas audit

Standar umum SPKN paragraf 34 menyebutkan Pengendalian mutu yang disusun oleh organisasi pemeriksa harus dapat memberikan tingkat keyakinan yang memadai bahwa organisasi pemeriksa tersebut: (1) telah menerapkan dan mematuhi standar pemeriksaan yang berlaku; dan (2) telah menetapkan dan mematuhi kebijakan dan prosedur pemeriksaan yang memadai. Sifat dan lingkup sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa bergantung pada beberapa faktor: ukuran dan tingkat otonomi kegiatan yang diberikan kepada pemeriksa dan organisasi pemeriksa, sifat pekerjaan, struktur organisasi, pertimbangan dari segi biaya dan manfaatnya.

Kinerja pemeriksaan merupakan unsur penting dalam rangka meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan. Pengendalian mutu atas kegiatan pemeriksaan dari perencanaan sampai dengan evaluasi pemeriksaan. Hal tersebut dilakukan agar mulai dari proses perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, supervisi dan reviu, pelaporan hasil pemeriksaan, pemantauan tindak lanjut pemeriksaan, evaluasi pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, kode etik dan pedoman pemeriksaan. Penelitian Krishnan dan Schauer (2000) dan Deis dan Giroux (1992) menunjukkan bahwa perusahaan yang dimonitor hasil dari proses auditnya dianggap mempunyai kualitas yang lebih tinggi.


(55)

commit to user

Berdasarkan ulasan tersebut, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

H4.1: Perencanaan pemeriksaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kualitas audit.

H4.2: Pelaksanaan pemeriksaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kualitas audit.

H4.3: Supervisi dan reviu berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas audit.

H4.4: Laporan hasil pemeriksaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kualitas audit.

H4.5: Pemantauan hasil tindak lanjut pemeriksaan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas audit.

H4.6: Evaluasi pemeriksaan berpengaruh positif dan signifikan


(56)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh mutasi pemeriksa terhadap independensi dan kualitas hasil pemeriksaan serta pengaruh pengendalian mutu kinerja pemeriksaan terhadap kualitas hasil pemeriksaan sesuai dengan perumusan masalah, maka penelitian ini menentukan hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) dan variabel Intervening (Z) dengan metode survey.

B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tim audit yang dibentuk untuk melakukan pemeriksaan LKPD TA 2011 (masa pemeriksaan 2012). Lokasi penelitian yaitu pada 3 (tiga) Kantor Perwakilan BPK RI. Kantor Perwakilan tersebut adalah Kantor Perwakilan BPK RI di Jawa yang meliputi Kantor Perwakilan BPK RI di Bandung, Semarang, Sidoarjo.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobabilitas (non random) berupa pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) Jogiyanto (2004). Dengan menggunakan teknik


(57)

commit to user

purposive sampling maka calon responden adalah ketua tim dan anggota tim audit pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten/ Kota TA 2011 pada 3 (tiga) Kantor Perwakilan BPK RI dengan kriteria pernah mengalami mutasi antar perwakilan atau satuan kerja eselon II.

Pertimbangan yang melatarbelakangi pemilihan sampel adalah ketiga perwakilan dari tiga puluh tiga perwakilan tersebut merupakan perwakilan BPK RI yang memiliki jumlah auditor dan jumlah entitas pemeriksaan (Pemerintah Kabupaten/Kota) dengan kategori banyak, sehingga target sampel dari populasi yang akan diambil relatif lebih mudah terpenuhi.

C. Sumber Data Dan Metode Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Data primer diperoleh langsung dari responden dengan kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang sudah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas. (Sekaran, 2000: 197). Data primer diperoleh dengan menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan teknik pengumpulan data melalui kuisioner yang merupakan daftar pertanyaan terstruktur yang ditujukan pada responden.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey method. Data dikumpulkan dari para responden dengan menggunakan kuesioner.


(58)

commit to user

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data diperoleh melalui kuesioner yang langsung disebarkan kepada ketua tim dan anggota tim Pemeriksaan LKPD TA 2011.

D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional Variabel

Sekaran (2010: 69) menyatakan bahwa A variable is anything that can take on differing or varying values. The values can differ at variuos times for the same object or person, or at the same time for different objects or persons.Variabel independen atau diterjemahkan variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel intervening merupakan variabel mempunyai pengaruh terhadap hubungan dependen dan independen menjadi hubungan langsung dan tidak langsung yang dapat diamati dan diukur (Ghozali, 2006: 174).Variabel dependen, atau diterjemahkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel. Variabel dependen yaitu kualitas audit, variabel independen yaitu mutasi pemeriksa dan pengendalian mutu kinerja pemeriksan. Variabel intervening berupa independensi auditor.

2. Variabel Dependen

Dalam operasionalisasi variabel, diperlihatkan indikator yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian baik variabel dependen maupun variabel


(59)

commit to user

independen. Variabel dependen adalah kualitas audit, yang didefinisi sebagai probabilitas auditor untuk menemukan dan melaporkan kesalahan dalam sistem akuntansi klien De Angelo (1981). Pada penelitian ini, kualitas audit menggunakan kerangka kerja kualitas audit yang dikembangkan UK Financial Reporting Council (FRC) dalam Holt (2007) dan Hariyati (2011) semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 sampai 5 (1 = tidak pernah sampai 5 = selalu) dengan indikator sebagai berikut:

a) budaya organisasi,

b) kemampuan/ keahlian pemeriksa, c) efektivitas proses pemeriksaan, d) laporan hasil pemeriksaan, dan e) faktor diluar kendali auditor,

3. Variabel Independen

Variabel independen adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit terdiri dari:

a. Mutasi Auditor

Berdasarkan berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal BPK nomor 366/K/X-XIII.2/9/2010 tentang pemindahan pegawai non struktural pada pelaksana BPK maka dilakukan mutasi pemeriksa. Pada penelitian ini rotasi auditor menggunakan pendekatan penelitian Daugherty (2012) dan ketentuan SK 366 serta memodifikasi skala likert. Semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 sampai 5 (1 =


(60)

commit to user

sangat tidak setuju sampai 5 = sangat setuju). Dengan indikator sebagai berikut:

1) Mutasi pemeriksa sesuai kebutuhan organisasi,

2) Mutasi pemeriksa meningkatkan independensi dalam pemikiran (secara fakta),

3) Mutasi pemeriksa meningkatkan independensi dalam penampilan, 4) Mutasi pemeriksa meningkatkan pengalaman,

5) Mutasi pemeriksa meningkatkan integritas, dan

6) Mutasi pemeriksa meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan.

b. Pengendalian Mutu Kinerja Pemeriksaan

Pada penelitian ini pengendalian mutu pemeriksaan menggunakan pendekatan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia khususnya pada pengendalian mutu kinerja pemeriksaan. Semua item pertanyaan pertanyaan diukur pada skala likert 1 sampai 5 (1 = tidak pernah sampai 5 = selalu) dengan indikator sebagai berikut:

a) Perencanaan pemeriksaan, b) Pelaksanaan pemeriksaan, c) Supervisi dan reviu,

d) Pelaporan hasil pemeriksaan,

e) Pemantauan hasil tindak lanjut pemeriksaan, dan f) Evaluasi Pemeriksaan.


(61)

commit to user

4. Variabel Intervening

Independensi

Peneliti menggunakan indikator independensi auditor dengan pendekatan Standar Pemeriksaan Keangan Negara (SPKN). Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert 1 sampai 5 (1 = selalu sampai 5 = tidak pernah) dengan dengan indikator sebagai berikut:

a) Bebas dari gangguan pribadi, dan b) Bebas dari gangguan ekstern.

E. Metode Analisis Data

Analisis didasarkan pada data-data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan. Prosedur yang dilakukan adalah menilai hasil kuesioner dan mengolahnya dengan metode statistik untuk meilhat validitas dan reabilitas dalam pengukuran variabel dengan menggunakan SPSS.

1. Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006: 45).

Pengujian validitas kuesioner menggunakan metode Corrected Item Total Correlation. Hasil dari perhitungan Corrected Item Total Correlation sama dengan atau lebih besar dari nilai r tabel pada angka kritis maka butir pertanyaan tersebut valid (Ghozali, 2006: 46).


(62)

commit to user

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur instrumen yang merupakan indikator suatu variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban responden terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 (Ghozali, 2006: 42).

3. Uji Asumsi Klasik

Asumsi model klasik yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model regresi yang baik adalah sebagai berikut:

a. Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak, untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya metode Kolmogorov. Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2006: 113) adalah:

1) Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) < 0.05, maka didistribusinya tidak normal.

2) Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) > 0.05, maka didistribusinya adalah normal.


(63)

commit to user

b. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar variabel bebas bernilai sama dengan nol. Multikolinieritas juga menunjukkan adanya korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi yang menyebabkan standart error menjadi tinggi dan sensitif terhadap perubahan data, sehingga koefisien regresi menjadi kurang teliti. Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat dari besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan tingkat tolerance. Jika VIF ≥ 10 dan nilai tolerance ≤ 0,10 maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas (Ghozali, 2006: 92).

c. Autokorelasi

Uji Autokorelasi merupakan pengujian apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena pengamatan yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan cara untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi atau tidak yaitu dengan menggunakan Runs Test.


(1)

commit to user

pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa BPK, independensi diantaranya dipengaruhi hubungan dengan auditee. Semakin lama hubungan dengan

auditee maka independensi seorang auditor bisa terpengaruh. Antisipasi yang dilakukan organisasi menyikapi hal ini dengan disusunnya sistem pengendalian mutu intern organisasi untuk membantu mendeteksi dan menentukan apakah pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap independensinya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya tindakan pemeriksa yang membatasi lingkup pertanyaan ataupun pengungkapan sesuatu hal yang bisa mempengaruhi hasil pekerjaan di lapangan atau membuat lemah temuan pemeriksaan.

Penelitian ini mendukung penelitian Elitzur dkk. (1996) menunjukkan bahwa kualitas audit meningkat apabila independensi auditor meningkat. Imhoff (2003) menyebutkan semakin baik independensi auditor semakin meningkat kualitas audit. Penelitian Daugherty (2012) menunjukkan bahwa rotasi auditor berpengaruh positif terhadap independensi dan kualitas audit. Dalam sektor publik penelitian ini mendukung penelitian Wati dkk. (2010) yang menyebutkan bahwa independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor pemerintah.

Hipotesis 4 (empat) menunjukkan bahwa proses perencanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Proses perencanaan pemeriksaan lemah disebabkan masih belum dilaksanakannya pemeriksaan pendahuluan pada semua entitas pemeriksaan sehingga hal ini mempengaruhi pemahaman pemeriksa atas


(2)

entitas yang akan diperiksa sehingga perencanaan pemeriksaan belum optimal.

Pelaporan hasil pemeriksaan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit disebabkan pada tahap ini merupakan proses lanjutan dari supervisi dan reviu atas pemeriksaan yang sudah dilakukan dilapangan. Proses penyusunan laporan hasil pemeriksaan dilakukan untuk memperbaiki atau melengkapi temuan pemeriksaan atau management letter yang sudah diserahkan kepada auditee.

Pelaksanaan pemeriksaan merupakan unsur penting dalam proses pemeriksaaan. Pada tahap ini dilaksanakan prosedur-prosedur pemeriksaan dan pengumpulan bukti audit untuk mendukung pengendalian mutu pemeriksaan sampai dengan penyusunan temuan pemeriksaan.

Supervisi dan reviu oleh pengendali teknis pemeriksaan dilaksanakan untuk menjaga mutu pemeriksaan. Pengendali teknis melakukan pengecekan terhadap bukti audit yang disusun dan dikumpulkan oleh pemeriksa yang mendukung pekerjaan pada saat dilapangan dan mendukung temuan pemeriksaan.

Pemantauan tindak lanjut pemeriksaan dilakukan untuk melihat perkembangan dari pemerintah daerah dalam melaksanakan rekomendasi BPK dalam laporan hasil pemeriksaan. Sesuai ketentuan perundangan pemerintah daerah mempunyai kewajiban menjawab dan menjelaskan tindak


(3)

commit to user

Proses evaluasi pemeriksaan bisa dilaksanakan secara intern tim, evaluasi pemeriksaan silang (cross review) maupun pemeriksaan yang dilakukan Inspektorat Utama (Itama). Hal tersebut dilakukan untuk menilai kinerja pemeriksaan, melihat pencapaian tujuan dan harapan penugasan serta kesesuaian dengan standar dan pedoman yang ditetapkan.

Menurut Standar umum SPKN paragraf 34 menyebutkan bahwa pengendalian mutu yang disusun oleh organisasi pemeriksa harus dapat memberikan tingkat keyakinan yang memadai bahwa organisasi pemeriksa tersebut telah menerapkan dan mematuhi standar pemeriksaan yang berlaku dan telah menetapkan dan mematuhi kebijakan dan prosedur pemeriksaan yang memadai sehingga kualitas audit akan semakin baik.

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Krishnan dan Schauer (2000) dan Deis dan Giroux (1992) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang dimonitor hasil dari proses auditnya dianggap mempunyai kualitas yang lebih tinggi.


(4)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Mutasi auditor berpengaruh secara positif signifikan terhadap independensi. Hal ini menunjukkan bahwa mutasi auditor yang dilakukan oleh BPK terbukti meningkatkan independensi.

2. Mutasi auditor berpengaruh secara positif signifikan terhadap kualitas audit baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan mutasi auditor yang dilakukan BPK mampu meningkatkan kualitas audit pada sektor publik.

3. Independensi memperkuat pengaruh mutasi auditor terhadap kualitas audit. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya pengaruh mutasi auditor pada kualitas audit dengan dimediasi oleh independensi.

4. Perencanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini disebabkan masih belum maksimalnya proses perencanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.


(5)

commit to user

dilaksanakan secara optimal mulai dari penyusunan bukti audit sesuai prosedur yang sudah dilakukan, evaluasi perkembangan tindak lanjut rekomendasi BPK sampai dengan evaluasi penilaian kinerja pemeriksaan.

B. KETERBATASAN

Penelitian ini mempunyai keterbatasan baik dalam pengambilan sampel maupun dalam pengukuran variabel. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Jumlah sampel yang diperoleh pada penelitian ini terbatas pada pemeriksa pada perwakilan BPK RI di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan pemeriksa dari Auditama Keuangan Negara V (AKN V) yang membidangi pemeriksaan keuangan daerah. 2. Populasi dalam penelitian ini hanya terbatas pada pemeriksa yang telah

mengalami mutasi. Belum dilakukan pemisahan sampel pemeriksa yang mengalami mutasi setelah mulai SK 366 Tahun 2010 sehingga pengaruh Penerbitan SK 366 belum begitu terlihat melalui penelitian ini.

3. Pengendalian mutu dalam penelitian ini menitikberatkan pada reviu sesuai surat tugas.

C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dilakukan di atas, sehingga saran-saran yang dapat penulis berikan:

1. Pengukuran kualitas audit dapat menggunakan indikator pengukuran yang lain seperti: temuan hasil pemeriksaan, opini pemeriksaan. Peneliti


(6)

selanjutnya bisa menambahkan indikator lain dalam variabel mutasi auditor seperti jumlah mutasi pemeriksa.

2. Sampel pemeriksa pada penelitian selanjutnya bisa diperluas dengan: memilih sampel pemeriksa yang telah mengalami mutasi setelah penerapan SK 366 tahun 2010 ataupun dengan memperluas sampel pemeriksa selain AKN V.

3. Penelitian selanjutnya bisa memperluas proses reviu hasil pemeriksaan sampai dengan pihak eksternal tim.