30
d. Memorable atau cukup mudah untuk diingat, karena keunikannya, bahkan dalam kurun waktu yang relatif lama.
e. Easily assosiated with the company, dimana logo yang baik akan mudah dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan
atau organisasi. f. Easily adaptable for all graphics media. Faktor kemudahan mengaplikasikan
logo baik yang menyangkut bentuk fisik, warna maupun konfigurasi logo pada berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat proses perancangan. Hal
ini untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam penerapannya.
2.8 Tagline
Tagline adalah rangkaian kalimat pendek yang dipakai untuk
mengasosiasikan sebuah brand atau merek di benak konsumen. Menurut Eric Swartz Rustan, 2009: 70, tagline merupakan susunan kata yang ringkas
biasanya tidak lebih dari tujuh kata, diletakkan mendampingi logo dan mengandung pesan brand yang kuat ditujukan kepada audience. Selain slogan,
tagline juga dikenal dengan istilah motto.
Masa pemakaian sebuah tagline pada suatu brand tidak selamanya, karena tagline seringkali diganti untuk menyesuaikan perkembangan pasar dan
trend . Selain itu, tagline harus efektif, karena tagline juga turut berfungsi dalam
membentuk brand image di benak masyarakat, dan bukan sekedar sebagai tambahan atau pemanis.
31
Berdasarkan sifatnya, tagline dapat dibedakan menjadi lima macam antara lain :
a. Descriptive
Menerangkan produknya, servisnya atau janji brand kepada konsumen. Contoh:
“HEMAVITON ENERGY Energi Drink Bervitamin”, “DJARUM SUPER Topnya Kretek Filter”, dan sebagainya.
b. Specific Memposisikan dirinya sebagai yang tertinggi di bidangnya
. Contoh: “SOSRO ahlinya teh”, “Permen Wangi Ya RELAXA” , dan sebagainya.
c. Superlative Memposisikan dirinya sebagai yang paling unggul. Contoh:
“YAMAHA Semakin Di Depan”, “KAPAL API Jelas Lebih Enak”.
d. Imperative Menyuruh atau menggambarkan suatu aksi, biasanya diawali dengan kata
kerja. Contoh: “Santai, ada SANKEN”, “LA LIGHT, Enjoy Aja”.
e. Provocative Mengajak atau menantangmemancing logika atau emosi, seringkali berupa
kalimat tanya. Contoh: Mulai Lapar? Ambil SNICKERS, Orang Pintar Minum TOLAK ANGIN,
“Oli Anda TOP ONE Juga Kan?”, dan sebagainya.
32
2.9 Media
2.9.1 Pengertian Media
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian media adalah alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan
spanduk. Tanpa adanya media, kemungkinan besar tidak akan terjadi proses pembelajaran.
Sedangkan pengertian media menurut para ahli antara lain : 1.
Media menurut Association for Education Communication Technology yaitu segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan.
2. Menurut Santoso S. Hamijaya, media merupakan segala bentuk perantara yang
dipakai untuk menyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.
3. Gene L.wilkinson 1980 mengartikan media sebagai alat dan bahan selain
buku teks yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar.
2.9.2 Pemilihan Media
Menurut Sulaksana 2007: 97 menjelaskan bahwa agar kriteria reach, frekuensi, dan dampak impact dapat diraih secara maksimal, pengiklan berusaha
menemukan media yang paling efektif kepada audien sasaran.
33
Reach dipandang sangat penting untuk peluncuran produk baru,
perluasan merek terkenal, merek frekuensi pembeliannya rendah, serta apabila pemasaran membidik sasaran pasar yang luas. Sementara itu, frekuensi
diutamakan apabila ada pesaing-pesaing yang kuat, ada cerita yang agak kompleks yang mesti disampaikan, resistensi konsumen yang tinggi, atau
frekuensi pembelian produk tinggi. Banyak pengiklan percaya bahwa audien sasaran perlu di bombardir
exposure iklan agar iklan bisa berdampak. Pengulangan yang terlalu sedikif akan
dianggap sia-sia, karena tak akan sempat mendapat perhatian Sulaksana, 2007: 97. Menurut Sulaksana 2007: 298 mengatakan bahwa perencana media mesti
tahu kemampuan masing-masing jenis media untuk men-deliver reach, frekuensi dan dampak.
Pemasar juga mesti membedakan apakah produk tertentu menurut persepsi konsumen dianggap sangat panting bagi dirinya ataukah tidak
Sulaksana, 2007: 99. Kebanyakan produk yang kita beli sehari-hari adalah produk dengan keterlibatan rendah low involvement product, yang kurang begitu
penting di mata kita. Dalam hal ini, pemilihan merek tidak melalui tahap-tahap pencarian informasi dan pengambilan keputusan yang berbelit. Strategi iklan
produk dengan keterlibatan rendah mesti dibedakan dengan produk keterlibatan tinggi.
34
2.10 Promosi
2.10.1 Pengertian Promosi
Promosi merupakan salah satu jenis komunikasi yang sering dipakai oleh pemasar. Sebagai salah satu elemen bauran promosi, promosi penjualan
merupakan unsur penting dalam kegiatan promosi produk. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi, membujuk,dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada
produk yang ditawarkan perusahaanyang bersangkutan Tjiptono, 2002: 219. Menurut, Lamb, Hair, McDaniel 2001: 145 mengungkapkan bahwa
promosi adalah komunikasi dari para penjual yang menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan para calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi
pendapat mereka atau memperoleh suatu respon. Selanjutnya Kotler 2002:
41 menyatakan bahwa “Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang menonjolkan
keistimewaan-keistimewaan produknya yang membujuk konsumen sasaran agar membelinya”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan keseluruhan kegiatan yang bertujuan untuk mempublikasikan dan mendorong permintaan. Dimana
mempublikasikan mengandung arti memperkenalkan, mengingatkan dan menyakinkan, dan setelah dipublikasikan diharapkan dapat mendorong
permintaan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
35
2.10.2 Tujuan Promosi
Menurut Rossister
dan Percy
dalam Tjiptono
2002: 222
mengklarifikasikan tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi diantaranya adalah :
a. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan category need. b. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada
konsumen brand awareness. c. Mendorong pemilihan terhadap suatu produk brand attitude.
d. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk brand puchase intention. e. Mengimbangi kelemahan unsur bauian pemasaran lain puchase facilitation.
f. Menanamkan citra produk dan perusahaan positioning.
2.10.3 Sifat-Sifat Sarana Promosi
Menurut Indriyo Gitosudarmo 2008: 14 terdapat beberapa sifat-sifat sarana promosi, antara lain:
a. Periklanan Advertising b. Promosi
c. Publisitas Publicity d. Penjualan Pribadi Personal Selling
36
2.11 Media Promosi
2.11.1 Pengertian Media Promosi
Media Promosi merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan suatu produk jasa image perusahaan ataupun yang lain untuk dapat lebih dikenal
masyarakat lebih luas. Media promosi yang paling tua adalah media dari mulut ke mulut. Media ini memang sangat efektif namun kurang efisien karena kecepatan
penyampainya kurang biasa diukur dan diperkirakan. Media promosi merupakan suatu susunan media promosi yang di
aplikasikan dalam berbagai saranan media dan telah di perhitungkan dengan baik oleh suatu perusahaan untuk mempromosikan sebuah produk jasa.
Adapun pengertian promosi menurut William J Stanton yang dikutip oleh Djaslim Saladin 2003: 171, yaitu :
“Promotion is the element in an organization ’s marketing mix that serves to inform, persuade, and remind the market of the organization and or its
product.s. Yang artinya
“Promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk,
dan mengingatkan tentang produk perusahaan”.
37
2.11.2 Macam-macam Media Promosi
Media promosi umumnya dibagi menjadi 2 dari jenis yaitu media promosi pada umumnya dapat dibagi menjadi Above The Line ATL dan Below
The Line BTL.
a. Above The Line ATL Above The Line
adalah aktifitas marketing atau promosi yang biasanya dilakukan oleh manajemen pusat sebaai upaya membentuk brand image yang
diinginkan, contohnya : iklan di Televisi dengan berbagai versi, billboard, poster, brosur, iklan majalah, dan lain-lain. Sifat ATL merupakan media
“tak langsung” yang mengenai audience, karena sifatnya yang terbatas pada
penerimaan audience. b. Below The Line Media Lini Bawah
Below The Line adalah segala aktifitas marketing atau promosi yang
dilakukan di tingkat retail atau konsumen dengan salah satu tujuannya adalah merangkul konsumen supaya aware dengan produk kita, contohnya : program
bonus atau hadiah, event, pembinaan konsumen dan lain-lain. Sifat BTL merupakan media yang
“langsung” mengena pada audience karena sifatnya yang memudahkan audience langsung menyerap satu produk
atau pesan saja.
38
2.11.3 Bauran Media Promosi
Bauran promosi promotion mix atau juga disebut bauran komunikasi pemasaran marketing communication merupakan paduan spesitik periklanan,
promosi, penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan sarana prasarana lansung yang digumakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai
pelanggaran secara persuasif dan membangun hubungan pelanggan Kotler Amstrong, 2008: 116.
Sedangkan menurut Hermawan 2012: 53-54 bauran promosi promotion mix yang lengkap meliputi enam saluran yaitu: Periklanan
advertising, penjualan personal personal selling, berita dari mulut ke mulut word-of-mouth, promosi penjualan sales promotion, Publisitas Publicity, dan
hubungan masyarakat public relation. Bauran komunikasi pemasaran adalah suatu upaya untuk menciptakan
ekuitas merek brand equily. Komunikasi pemasaran yang baik dalam pelaksanaannya akan berdampak pada persepsi positif kepercayaan terhadap
merek yang disampaikan, begitu juga sebaliknya kepercayaan merek akan memperlancar komunikasi pemasaran Hermawan, 2012: 54.
39
2.11.4 Strategi Media Promosi
Media promosi yang akan digunakan dalam branding Kelurahan Karangsari berbasis Agrowisata agar dikenal sebagai Kampung Belimbing adalah:
a. Brosur Bertujuan untuk memberikan informasi singkat mengenai Agrowisata
Karangsari. Dibagikan ketika mengikuti pameran, diletakkan di statiun, bandara, dan biro perjalanan.
b. Billboard Bertujuan sebagai penduan tentang tempat ini. Berisi informasi yang lebih
singkat dari pada brosur dan diletakkan pada tempat yang strategis yang berpotensi untuk mendatangkan rombongan dalam jumlah besar.
d. X-Banner Bertujuan untuk memberikan informasi singkat dan kegiatan yang dilakukan.
Diletakkan di bagian pintu masuk tempat wisata serta ketika mengikuti pameran.
e. Merchandise Bertujuan sebagai pengingat, oleh-oleh serta menjadi media promosi tidak
langsung. Ada beberapa merchandise yang dijual meliputi gantungan kunci, mug,
pin, topi. Adapula merchandise yang dibagikan secara gratis yaitu sticker, dan tas belanja.
40
f. Media Sosial Sebagai salah satu media untuk memberikan informasi, membagikan
pengalaman serta foto kegiatan menarik yang dilakukan di sini. Selain itu dapat dilakukan komunikasi dua arah antara pemilik dan pengunjung. Media sosial
yang digunakan yaitu facebook dan instagram.
2.12 Strategi Desain
Menurut Rakhmat Supriyono dalam buku Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi 2010: 136 Desain merupakan art direction, yaitu penampilan
visual secara menyeluruh dari iklan. Konsep desain sendiri merupakan sebuah dasar pemikiran desainer di dalam usahanya dalam memecahkan tuntutan desain
maupun problem desain.
2.12.1 Tipografi
Tipografi sebagai Salah satu elemen desain juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh elemen desain yang lain serta dapat mempengaruhi keberhasilan
suatu karya desain secara keseluruhan. Penggunaan tipografi dalam desain komunikasi visual disebut dengan desain tipografi dgi-indonesia.com.
Tipografi menurut Mikke Susanto 2011: 402 tipografi atau tata huruf, merupakan unsur dalam karya seni desain yang mendukung terciptanya
kesesuaian antara konsep dan komposisi karya.
41
Sedangkan menurut Rustan 2011: 10 secara tradisional istilah tipografi berkaitan erat dengan setting huruf dan proses mencetaknya. Pengaruh
perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada saat ini membuat makna- maknanya semain meluas. Kini tipografi dimaknai sebagai segala sesuatu yang
berkenaan dengan huruf. Pada prakteknya tipografi telah jauh berkolaborasi dengan bidang-bidang lain, seperti multimedia dan animasi, web dan online media
lainya, sinematografi, interior, arsitektur, desain produk dan lain-lain. Ada 4 buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu desain tipografi yaitu : a. Legibility
Kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya, yang
dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas daripada suatu huruf. b. Readibility
Penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas dan tidak saling tumpang tindih. Seperti spasi antar
huruf, atau jarak antar huruf yang harus disesuaikan sehingga dalam pembacaan suatu keterangan yang memuat informasi dapat tersampaikan
dengan efektif
42
c. Visibility Suatu huruf, kata, atau kalimat yang dapat terbaca dalam jarak baca tertentu.
Sebagai contoh, penerapan besarnya huruf yang digunakan untuk headline dalam brosur tentunya berbeda dengan yang digunakan dalam pembuatan
Banner. d. Clarity
Huruf-huruf yang digunakan harus dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, visual
hierarchy , warna, pemilihan type, dan lain-lain.
2.12.2 Warna
Menurut Sanyoto 2009: 12 Warna merupakan pantulan cahaya dari sesuatu yang tampak yang disebut pigmen atau warna bahan yang lazimnya
terdapat pada benda-benda, misalnya adalah cat,rambut, batu, daun, tekstil, kulit dan lain-lain.
Warna juga didefenisikan sebagai getaran atau gelombang yang diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah
benda. Cahaya yang dapat diindera manusia memiliki panjang gelombang antara 380-730 nano meter. Cahaya yang dihasilkan dari jarak yang bisa diakses indra
manusia tersebut dapat diurai melalui prisma kaca menjadi warna, yang kemudian dinamakan warna cahaya. Sedangkan bagian dari penglihatan yang dihasilkan dari
pancaran cahaya ke sebuah benda dan kemudian dipantulkan ke mata kita disebut wama pigmen Susanto, 2011: 433.
43
Warna menurut kejadiannya dibagi menjadi dua, yaitu warna additive dan subtractive. Additive adalah wama yang berasal dari cahaya yang disebut
spectrum . Sedangkan warna subtractive adalah wama yang berasal dari pigmen
Sanyoto, 2009: 13. Warna pokok additive ialah Merah Red, Hijau Green, dan Biru Blue, dalam komputer biasa di sebut sebagai wama model RGB. Warna
pokok subtractive menurut teori adalah Sian Cyan, Magenta dan Kuning Yellow, dalam komputer biasa disebut warna CMYK.
Dalam teori wama-warna pokok additive dan subtractive disusun kedalam sebuah lingkaran warna, dimana warna pokok additive dan warna pokok
subtractive saling berhadapan atau berkomplemen.
Warna memiliki klasifikasi dan nama-nama, yaitu primer, sekunder, intermediated
, tersier dan kuarter. Berikut penjelasan mengenai klasifikasi nama warna :
a. Warna Primer, merupakan warna yang tidak dapat dibentuk dari warna lain.
Contohnya : biru cyan, merah magenta dan kuning. b.
Warna Sekunder, adalah wama jadian dari percampuran dua wama primer Contohnya : oranye jingga, ungu violet, dan hijau.
c. Wama Intermediated, adalah wama perantara, yaitu warna yang ada diantara
warna-wama primer dan sekunder. Contohnya : kuning hijau sejenis moon green, kuning jingga sejenis deep
yellow , merah jingga redvermilion, merah ungu purple, biru violet
sejenis blueindigo dan biru hijau sejenis sea green.
44
d. Warna Tersier, adalah warna hasil percampuran dari wama sekunder.
Contohnya : coklat kuning, coklat merah dan coklat biru. e.
Wama Kuarter, yaitu wama hasil percampuran dari dua warna tersier. Contohnya : coklat jingga jingga kuarter, coklat hijau hijau kuarter dan
coklat ungu ungu kuarter.
Menurut Sanyoto 2009: 46 karakter dan simbolos warna berlaku untuk warna-warni murni warna pelangi. Berikut macam-macam warna tersebut :
a. Kuning
Warna kuning berasosiasi pada sinar matahari, bahkan pada mataharinya sendiri, yang menunjukkan keadaan terang dan hangat. Kuning mempunyai
karakter terang, gembira, ramah, supel, riang, cerah, hangat. Kuning melambangkan kecerahan, kehidupan, kemenangan, kegembiraan, kemeriahan,
kecermelangan, peringatan, dan humor.
b. JinggaOrange
Warna jingga orange berasosiasi pada awan jingga atau juga buah jeruk jingga orange. Awan jingga terlihat pada pagi hari sebelum matahari terbit,
menggambarkan gelap malam menuju terbit matahari, sehingga melambangkan kemerdekaan, anugerah, kehangatan. Warna jingga mempunyai karakter
dorongan, semangat, merdeka, anugerah, tapi juga bahaya. Warna ini dapat menimbulkan kesan murah, dalam arti harga, sehingga banyak digunakan sebagai
warna pengumuman penjualan obral.
45
c. Merah
Warna merah bisa berasosiasi pada darah, api, juga panas. Karakternya kuat, cepat, enerjik, semangat, gairah, marah, berani, bahaya, positif, agresif,
merangsang, dan panas. Merah merupakan simbol umum dari sifat nafsu primitive
, marah, berani, perselisihan, bahaya, perang, kekejaman, bahaya, dan kesadisan. Dibanding warna lain, merah adalah warna paling kuat dan enerjik.
Warna ini bersifat menaklukkan, ekspansif, dan dominan berkuasa. Merah adalah positif, agresif dan enerjik.
d. Ungu
Ungu sering digunakan dengan violet, tetapi ungu ini lebih tepat disamakan dengan purpel, karena warna tersebut cenderung kemarahan.
Sedangkan violet cenderung kebiruan. Ungu memiliki watak keangkuhan, kebesaran, dan kekayaan. Ungu merupakan percampuran antara merah dan biru
sehingga juga membawa atribut-atribut dari kedua warna tersebut. Ungu adalah warna raja, yang digemari raja-raja kuno. Ungu memiliki kesan lambang
kebesaran, kejayaan, keningratan, kebangsawanan, kebijaksanaan, pencerahan. Jubah ungu melambangkan kekejaman, arogansi, duka cita, dan keeksotisan.
Untuk cat ruangan anak-anak, warna ungu dapat meningkatkan imajinasi, sedangkan untuk ruang kerja dapat meningkatkan inspirasi.
46
e. Violet
Violet lembayung warna yang lebih dekat dengan biru. Sesungguhnya antara violet dan biru terdapat warna indigo. Watak warna violet adalah dingin,
negative dan diam. Violet hampir sama dengan biru, tetapi lebih menekan dan
lebih meriah. Warna ini memiliki watak melankoli, kesusahan, kesedihan, belasungkawa, bahkan bencana.
f. Biru
Warna biru mempunyai asosiasi pada air, laut, langit, dan di Barat pada es. Biru mempunyai watak dingin, pasif, melankolis, sayu, sendu, sedih, tenang,
berkesan jauh, mendalam, tak terhingga, tetapi cerah. Karena dihubungkan dengan langit, yakni tempat tinggal para dewa. Biru lambang kebenaran Blue for truth.
Biru melambangkan keagungan, keyakinan, keteguhan iman, kesetiaan, kebenaran, kemurahan hati, kecerdasan, perdamaian, stabilitas, keharmonisan,
kesatuan, kepercayaan, dan keamanan.
g. Hijau
Warna hijau berasosiasi pada hijaunya alam, tumbuh-tumbuhan, sesuatu yang hidup dan berkembang. Hijau mempunyai watak segar, muda, hidup,
tumbuh, dan beberapa watak lainnya yang hampir sama dengan warna biru. Dibanding warna-warna lain, warna hijau relatif lebih netral pengaruh emosinya,
sehingga cocok untuk istirahat. Hijau sebagai pusat spectrum menghadirkan keseimbangan yang sempurna dan sebagai sumber kehidupan. Hijau
47
melambangkan kesuburan, kesetiaan, keabadian, kebangkitan, kesegaran, kemudaan, keremajaan, keyakinan, kepercayaan, keimanan, pengharapan,
kesanggupan, keperawanan, kementahan atau belum pengalaman, kealamian, lingkungan, keseimbangan, kenangan, dan kelarasan. Di Jawa, keraton-keraton
banyak menggunakan warna hijau dengan pernik-pernik merah dan kuning. Masjid-masjid banyak menggunakan warna hijau sebagai lambang keimanan.
h. Putih
Putih warna paling terang. Putih berasosiasi pada salju di dunia Barat. Adapun di Indonesia, warna ini berasosiasi pada sinar putih berkilauan, kain
kafan, sehingga dapat menakutkan pada anak-anak. Putih mempunyai watak positif, merangsang, cerah, tegas, mengalah. Warna ini melambangkan cahaya,
kesucian, kemurnian, kekanakan, kejujuran, ketulusan, kedamaian, ketenteraman, kebenaran, kesopanan, keadaan tak bersalah, kehalusan, kelembutan, kewanitaan,
kebersihan, simple, kehormatan.
i. Hitam
Hitam adalah warna tergelap. Warna ini berasosiasi dengan kegelapan malam, kesengsaraan, bencana, perkabungan, kebodohan, misteri, ketiadaan, dan
keputusasaan. Watak atau karakter warna ini adalah menekan, tegas, mendalam, dan “depressive”. Hitam melambangkan kesedihan, malapetaka, kesuraman,
kemurungan, kegelapan, bahkan kematian, teror, kejahatan, keburukan ilmu sihir, kesalahan, kekejaman, kebusukan, ketakutan, duka cita. Akan tetapi, hitam juga
48
melambangkan kekuatan, formalitas, dan keanggunan elegance. Hitam memang misterius, karena hitam yang berdiri sendiri memiliki watak-watak buruk, tetapi
jika dikombinasi dengan warna-warna lain, hitam akan berubah total wataknya.
j. Abu-abu
Abu-abu adalah warna paling netral, tidak adanya kehidupan yang spesifik. Abu-abu berasosiasi dengan suasana suram, mendung, ketiadaan sinar
matahari secara langsung. Warna ini ada di antara putih dan hitam, sehingga berkesan ragu-ragu. Karenanya, wataknya pun di antara hitam dan putih.
Pengaruh emosinya berkurang dari putih, tetapi terbebas dari tekanan berat warna hitam, sehingga wataknya lebih menyenangkan.
2.12.3 Layout
Layout merupakan tata letak yang dipakai untuk mengatur sebuah
komposisi dalam sebuah desain, seperti huruf teks, garis, bidang, gambar, bentuk pada konteks tertentu Susanto, 2011: 237.
Desain layout yang kita lihat di masa kini sebenarnya adalah hasil perjalanan dari proses eksplorasi kreatif manusia yang tiada henti dimasa lalu
Rustan, 2008: 1. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan
pembaca menerima informasi yang disajikan.
49
Menurut Tom Lincy Kusrianto, 2007: 277, prinsip layout yang baik adalah yang selalu memuat 5 prinsip utama dalam desain, yaitu proporsi,
keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Dalam penerapan dalam perancangan ini desain layout menjadi landasan
untuk dijadikan acuan dasar dalam memberikan tuntunan dalam mendesain layout dari perancangan branding ini.
Menurut Rustan 2008: 10 mengatakan bahwa proses dalam layout memiliki beberapa proses tahap yang harus dilakukan antara lain :
1. Konsep Desain
Sebelum memulai suatu proyek desain, seorang desainer yang bekerja pada sebuah perusahaan biasanya akan diberi creative brief tertulis yang
fungsinya sama dengan konsep desain. Banyak atasan yang memberi panduan proyek kepada desainernya hanya secara lisan dan tidak peduli dengan creative
brief . Perlu diingat bahwa semakin lengkap dan jelas konsep desain yang
diberikan lisan dan tertulis, akan semakin cepat dan tepat seorang desainer memberikan solusinya.
2. Media dan Spesifikasinya
Hal penting yang dilakukan pertama kali setelah mengetahui konsep desain adalah menentukan media dan spesifikasi apa yang akan digunakan:
a. Media apa yang paling cocok, misalnya flyer, brosur tiga lipatan, spanduk,
plasma screen , dan balon udara.
b. Bahan, misalnya kertas fancy, kertas daur ulang dan kain. Dalam situasi
tertentu, bahan bisa ditentukan di tahap sebelum produksi atau pencetakan.
50
c. Ukuran, misalnya A4, A3, 160x60cm untuk x-banner, dan lain-lain.
d. Posisi, misalnya A4 tegak vertikal portrait atau mendatar horizontal
landscape .
e. Kapan, berapa lama dan di mana saja karya desain tersebut akan
didistribusikan diperlihatkan ke pada target audience.
3. Thumbnails
dan Dummy Berdasarkan spesifikasi media yang dipilih, anda dapat mulai
merencanakan pengorganisasian layout dengan membuat thumbnails. Thumbnails
adalah sketsa layout dalam bentuk mini. Ada baiknya dalam membuat thumbnails anda tidak langsung menggunakan komputer, tetapi
cukup dengan pensil dan kertas dulu. Thumbnails
merupakan panduan, dummymock up berguna untuk look and feel
dan untuk mengantisipasi kesalahan. Keduanya dibuat sebelum anda melakukan eksekusi desain di komputer.
4. Dekstop Publishing
Setelah semua panduan dan material desain sudah lengkap, barulah dapat menggunakan software di komputer untuk memulai eksekusi desain. Saat ini
sudah beredar banyak program desktop publishing di pasaran, seperti InDesign,
PageMaker, Photoshop, FreeHand, Illustrator, CorelDraw dan lain-lain.
51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pembahasan yang ada pada bab ini akan lebih terfokus kepada metode yang digunakan dalam pengumpulan data, pemilihan data serta teknik
pengolahannya yang akan digunakan agar mendapatkan keywords yang dibutuhkan dalam perancangan karya branding Kelurahan Karangsari berbasis
agrowisata untuk mengenalkan identitas Kampung Belimbing Kota Blitar.
3.1 Perancangan Penelitian
Perancangan penelitian digunakan sebagai cara untuk menentukan langkah-langkah dalam mengumpulkan data, mulai dari menentukan lokasi
penelitian, jenis penelitian, langkah penelitian dan teknik analisis data yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang diangkat.
3.1.1 Jenis Penelitian
Perancangan ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian. Hal ini karena penelitian ini membutuhkan informasi lebih
mendalam tentang Kelurahan Karangsari dan Agrowisata Belimbing Karangsari Kota Blitar.
52
Menurut Sutopo 2006: 179, penelitian kualitatif yaitu penelitian yang mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam baik kondisi maupu
proses, dan juga hubungan atau saling keterkaitannya mengenai hal-hal pokok yang ditemukan pada sasaran penelitian.
Jenis sumber data secara menyeluruh yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif, dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1 narasumber atau
informan, 2 peristiwa, aktivitas dan perilaku, 3 tempat atau lokasi, 4 benda,
gambar dan rekaman, 5 dokumen dan arsip Sutopo, 2006: 57.
3.1.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh
peneliti mengambil lokasi di Kelurahan Karangsari beserta Agrowisata Belimbing Karangsari Kota Blitar.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Setelah menentukan metode penelitian yang akan digunakan, proses selanjutnya adalah melakukan pengunpulan data. Untuk memperoleh data yang
akurat serta
dapat dipertanggungjawabkan
perlu dilakukannya
teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, studi eksisting
dan studi kompetitor.
53
3.2.1 Observasi
Menurut Pawito 2007: 111 mengatakan bahwa penelitian dengan metode pengamatan atau observasi biasanya dilakukan untuk melacak secara
sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan persoalan- persoalan sosial, politis dan kultural masyarakat. Di sini, kata “langsung”
memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian secara langsung di lokasi.
Dalam hal ini observasi dilakukan dengan cara mengamati Kelurahan Karangsari dan Agrowisata Belimbing Karangsari. Observasi ini penting untuk
melihat lebih dalam tentang karakteristik Agrowisata Belimbing Karangsari.
3.2.2 Wawancara
Wawancara atau biasa dikenal dengan interview merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data. Dalam penelitian dengan metode kualitatif ini
menggunakan wawancara mendalam yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama Sutopo, 2006: 72. Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan cara bertatap muka antara
si pencari informasi interviewer dengan sumber informasi Sutopo 2006: 74.
54
Adapun dalam perancangan branding ini, wawancara dilakukan dengan dengan pihak Disporbudpar, pihak Kelurahan Karangsari dan pengurus
Agrowisata Belimbing Karangsari serta beberapa pengunjung guna mengetahui minat dan ketertarikannya akan Agrowisata Belimbing Karangsari ini.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui permasalahan serta berbagai informasi yang mendukung perancangan branding ini.
3.2.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan
teknik pengumpulan
data dengan
mengumpulkan bukti-bukti yang berkaitan dengan Agrowisata Karangsari beserta Kelurahan Karangsari. Hal ini diperlukan untuk memperdalam penelitian. Data
yang dikumpulkan berupa foto-foto lokasi Agrowisata Belimbing Karangsari serta data-data tertulis yang berkaitan dengan perancangan branding ini.
3.2.4 Studi Eksisting
Studi eksisting ini dilakukan untuk mengetahui media apa yang telah dibuat seperti brosur, billboard, iklan, poster, dan lain sebagainya yang telah
dibuat untuk mempromosikan Agrowisata Karangsari ini kepada calon pengunjung.
55
3.2.5 Studi Pustaka
Studi pustaka kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan bersumber dari buku-buku referensi yang bertujuan untuk memperkuat dan
memperdalam materi mengenai branding serta sebagai dasar melakukan perancangan. Studi pustaka ini penting untuk mendukung data penelitian yang
akan diimplementasikan ke dalam perancangan branding. Untuk mendukung perancangan branding Kelurahan Karangsari Kota
Blitar, dilakukan studi pustaka melalui penelitian terdahulu dan konsep-konsep yang mendukung perancangan branding Kelurahan Karangsari berbasis
Agrowisata untuk mengenalkan sebagai Kampung Belimbing.
3.2.6 Studi Kompetitor
Studi kompetitor menjelaskan kemiripan produk yang diangkat. Sehingga studi kompetitor yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai pesaing
dengan produk yang akan peneliti buat saat ini. Dilihat dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki pesaing sehingga dapat dijadikan peluang untuk
membuat keunikan produk sehingga dapat dijadikan nilai lebih dalam menarik minat wisatawan.
Untuk kompetitor Agrowisata Belimbing Karangsari Blitar yang menawarkan wisata edukasi dan memiliki perkebunan belimbing, maka dipilihlah
Agrowisata Belimbing Tulungagung yang memiliki produk jual yang sama dengan konsep sama.
56
3.3 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data Ismawati, 2009: 19. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu
pada konsep Milles Huberman 1992: 20 yaitu interactive model yang mengklasifasikan analisis data dalam tiga langkah, yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesaimpulan.
3.3.1 Reduksi Data
Setelah data diperoleh, dilakukanlah reduksi data. Fungsi dari reduksi data ini adalah untuk memilih data yang relevan, memfokuskan data yang
mengarah kepada pemecahan masalah dan mengkelompokkan data yang benar- benar dibutuhkan untuk proses perancangan. Hasil dari reduksi data ini berupa
data yang lebih relevan dengan permasalahan dan memudahkan untuk menarik kesimpulan. Sehingga peneliti mereduksi data yang dianggap penting dan
difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan potensi Agrowisata Karangsari untuk menunjang penelitian, lalu membuang data-data yang tidak diperlukan.
57
3.3.2 Penyajian Data
Data yang sudah melalui proses reduksi data kemudian akan disajikan dalam bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan tabel. Tujuan dalam
penyajian data ini adalah untuk menggabungkan informasi yang telah diperoleh sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi. Penyajian data juga akan
memudahkan penguasaan informasi dari hasil penelitian, serta menghindari adanya pemikiran serta pengambilan keputusan secara subjektif.
Penyajian data yang dilakukan peneliti dengan menyajikan dalam bentuk skema perancangan branding yang akan menjelaskan lankah-langkah perancangan
branding dari pengumpulan data sampai pada proses branding.
3.3.3 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Seperti halnya proses reduksi data, setelah memperoleh data yang
cukup memadai maka selanjutnya dapat diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir. Dengan
mempelajari dan memahami kembali data-data hasil penelitian, serta meminta pertimbangan dari berbagai pihak terkait mengenai data-data yang diperoleh
dilapangan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan untuk digunakan dalam perancangan branding Kelurahan Karangsari berbasis Argowisata guna
mengenalkan identitas Kampung Belimbing Blitar.
58
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan yang ada di bab IV berikut ini akan membahas tentang hasil pengumpulan data yang telah dilakukan secara langsung di lapangan. Selanjutnya
data-data tersebut digunakan dalam perancangan branding ini, baik dalam pemilihan unsur-unsur visual maupun dalam pemilihan jenis media promosi.
4.1 Hasil dan Analisis Data
4.1.1 Hasil Wawancara
Wawancara pertama dilakukan dengan Bu Yeni, selaku Kasi Pengembangan Ekonomi Kreatif. Wawancara dilakukan pada tanggal 28 April
2016 yang menjelaskan tentang peran Disporbudpar Kota Blitar terhadap Agrowisata Belimbing Karangsari. Dalam hal ini, tugas dari Disporbudpar Kota
Blitar adalah memfasilitasi bagaimana caranya untuk mengembangkan Agrowisata Belimbing Karangsari.
Fasilitas yang diberikan adalah berupa pembangunan gedung, gapura, paving, gasebo, tempat parkir dan lain sebagainya. Disporbudpar juga bertugas
mempromosikan Agrowisata Belimbing Karangsari agar lebih dikenal oleh calon Wisatawan sebagai destinasi Pariwisata. Promosi yang telah dilakukan antara lain
pembuatan brosur dan mengikuti event pameran untuk memperkanalkan Agrowisata Belimbing Karangsari.
59
Disporbudpar juga membantu memfasilitasi untuk pertemuan atau mengumpulkan orang-orang yang mengurus Agrowisata Belimbing Karangsari
yang terdiri dari GAPOKTAN Gabungan Kelompok Tani, POKDARWIS Kelompok Sadar Wisata, tokoh masyarakat, LPMK Lembaga Pemberdaya
Masyarakat Kelurahan serta UKM Usaha Kecil Menengah yang ada di Kelurahan Karangsari.
Selain itu, tanah bengkok seluas 5 Ha yang dijadikan Agrowisata adalah milik Pemerintah Kota Blitar. Tanah bengkok tersebut merupakan hak Kelurahan
Karangsari dan lahan perkebunan disewakan kepada warga untuk dikelola. Sedangkan tanah yang ada dikampungnya adalah milik perorangan dan hampir
setiap kebun rumah warga menanam pohon belimbing. Wawancara selanjutnya dilakukan dengan Pak Fredy Hermawan selaku
Lurah Karangsari pada tanggal 28 April 2016 yang menjelaskan tentang terbentuknya Agrowisata Belimbing Karangsari.
Tanah bengkok yang kini menjadi lahan Agrowisata Belimbing Karangsari merupakan aset Pemerintah Daerah Kota Blitar yang dulunya adalah
lahan pertanian. Sekitar tahun 2007, tokoh masyarakat Karangsari mempunyai suatu keinginan untuk merubah lahan yang dulunya sawah untuk dirubah menjadi
kebun belimbing. Sehingga pada tahun tersebut tokoh masyarakat mengajukannya kepada Pemerintah Daerah Kota Blitar.
Akhirnya permohonan dari tokoh masyarakat tersebut disetujui untuk pengembangan lahan pertanian untuk menjadi kebun belimbing. Mulai tahun 2007
60
itu ditanamlah pohon belimbing di lahan seluas 5 Ha dengan jumlah pohon kurang lebih 25.000 pohon.
Seiring berjalannya waktu, ternyata tanaman pohon belimbing di tanah tersebut menghasilkan buah belimbing yang kualitasnya lumayan bagus dan rasa
yang enak. Akhirnya terbesit keinginan dari warga dan Pemerintah untuk menjadikannya sebagai kawasan Agrowisata Belimbing. Hingga pada tahun 2008,
Pemerintah Daerah menetapkan Kelurahan Karangsari sebagai kawasan Agrowisata Belimbing Karangsari. Sehingga dikeluarkan Surat Keputusan dari
Walikota pada tahun 2015 untuk menetapkan kawasan Kelurahan Karangsari menjadi kawasan Agrowisata Belimbing Karangsari.
Untuk wilayah Kelurahan Karangsari, kondisi sosial masyarakatnya adalah seluruh warga menanam pohon belimbing di setiap pekarangan rumahnya
masing-masing dan memang tanahnya cocok untuk menanam pohon belimbing. Bahkan tidak ada yang menanam pohon lain selain pohon belimbing. Warga juga
bisa mengolah buah belimbing dan menerima hasil dari pohon belimbing tersebut. Hal yang membuat seluruh warga kelurahan Karangsari menanam pohon
belimbing pada awalnya adalah dengan menyoba menanam pohon belimbing di kebun yang ada di Agrowisata dan ternyata cocok sehingga dapat dikenal
masyarakat luar jika Kelurahan Karangsari ini merupakan penghasil buah belimbing. Sehingga ada suatu kebijakan dari Kelurahan Karangsari waktu itu
agar setiap rumah warga diwajibkan untuk menanam pohon belimbing dan berkembang sampai sekarang.
61
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan Pak Widodo selaku Ketua Pengelola Agrowisata Belimbing Karangsari pada tanggal 1 Mei 2016
diperoleh hasil wawancara diantaranya Agrowisata Belimbing Karangsari merupakan aset pemerintah yang diurus oleh warga Kelurahan Karangsari yang
dikelola oleh Tim Pengelola Agrowisata Belimbing Karangsari. Wisatawan dapat mengunjungi Agrowisata Belimbing Karangsari Blitar
pada hari Sabtu, Minggu, dan pada tanggal merah atau ketika libur nasional. Wisatawan juga bisa mengunjungi Agrowisata ini selain hari-hari tersebut namun
mereka harus konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak Agrowisata Belimbing Karangsari agar bisa disiapkan hal yang dibutuhkan.
4.1.2 Hasil Observasi
Observasi memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian secara langsung di lokasi dan melakukan pencatatan secara
sistematis. Dalam hal ini observasi dilakukan dengan cara datang dan mengamati secara langsung keadaan sosial warga Kelurahan Karangsari dan Agrowisata
Belimbing Karangsari. Observasi pertama pada tanggal 28 April 2016 dilakukan di kawasan
Kelurahan Karangsari dengan melakukan pengamatan tentang kondisi dan warga Kelurahan Karangsari. Pengamatan dilakukan dengan berkeliling kampung dari
Kelurahan Karangsari untuk mengetahui keadaan sosial dari warga Kelurahan Karangsari. Hasil yang diperoleh dari observasi pada kawasan Kelurahan
62
Karangsari adalah semua pekarangan rumah warga Kelurahan Karangsari ditanami dengan pohon belimbing.
Observasi kemudian dilakukan di Agrowisata Belimbing Karangsari pada tanggal 1 Mei 2016. Pengamatan dan pencatatan secara langsung mengenai
visualisasi media promosi yang digunakan dan para pengunjung yang ada di Agrowisata Belimbing Karangsari. Sehingga nantinya dapat dijadikan penunjang
perancangan branding dalam menentukan media promosi yang sesuai dan dapat diterapkap pada Agrowisata Belimbing Karangsari tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada Agrowisata Belimbing Karangsari diperoleh hasil pengamatan berupa masih kurangnya media promosi
yang menggambarkan keberadaan Agrowisata tersebut, serta fasilitas yang masih dalam proses pengembangan.
63
4.1.3 Hasil Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data visualisasi dari Agrowisata Belimbing Karangsari dan Kelurahan Karangsari dalam bentuk foto-
foto lokasi. Berikut adalah hasil dokumentasi peneliti :
Gambar 4.1 Foto-Foto Lokasi dan Suasana Agrowisata Belimbing Karangsari Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
64
Gambar 4.2 Foto-Foto Lokasi Kampung Kelurahan Karangsari Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
4.1.4 Hasil Studi Eksisting
Hasil analisa studi eksisting dalam perancangan ini mengacu pada observasi yang telah dilakukan terhadap obyek yang diteliti yaitu media promosi
yang terdahulu. Dari observasi yang dilakukan, didapatkan media promosi berupa brosur dari pihak Disporbudpar Kota Blitar.
Studi eksisting mengacu pada objek yang diteliti, dalam hal ini adalah Agrowisata Belimbing Karangsari. Media promosi yang pernah dibuat oleh Dinas
Pariwisata Kota Blitar untuk Agrowisata Belimbing Karangsari berupa brosur pariwisata. Media promosi dalam bentuk brosur tampak pada gambar 4.3 dan
gambar 4.4. Brosur yang digunakan adalah brosur dengan model delapan lipatan. Pada gambar 4.3 merupakan bentuk brosur tampak luar dan pada gambar 4.4
merupakan bentuk brosur dari tambak dalam.
65
Gambar 4.3 Brosur Bagian Luar Sumber: Disporbudpar Kota Blitar, 2016
Gambar 4.4 Brosur Bagian Dalam Sumber: Disporbudpar Kota Blitar, 2016
1. Keunggulan Brosur Agrowisata Belimbing Karangsari
Brosur Agrowisata Belimbing Karangasari yang diterbitkan oleh DISPORBUDPAR Kota Blitar ini berisi tentang informasi segala hal tentang
Agrowisata Belimbing Karangsari.
66
Mulai dari gambaran umum Agrowisata, fasilitas Agrowisata, tentang buah belimbing Karangsari, produk olahan, foto-foto kebun belimbing hingga
peta lokasi Agrowisata Belimbing Karangsari. Sehingga dari beragam informasi yang ada di brosur tersebut maka masyarakat akan memperoleh beragam
informasi mengenai Agrowisata Belimbing Karangsari.
2. Kelemahan Brosur Agrowisata Belimbing Karangsari
Brosur Agrowisata Belimbing Karangsari ini memiliki segala informasi tentang Agrowisata Belimbing Karangsari, sehingga kurang adanya fokus
pembahasan mengenai keadaan Agrowisata Belimbing Karangsari itu sendiri sehingga mengakibatkan informasi yang disampaikan masih meluas. Jenis font
yang digunakan untuk brosur bagian dalam dan luar brosur berbeda. Dari segi ukuran media juga masih kurang fleksibel, karena ukurannya terlalu besar sehinga
kurang nyaman untuk dibawa. Terlalu banyaknya informasi mengakibatkan tampilan brosur ini kurang menarik minat pembaca untuk melihatnya.
3. Peluang Brosur Agrowisata Belimbing Karangsari
Penyebaran brosur Agrowisata Belimbing Karangsari yang kurang optimal dan dirasa kurang efektif namun sudah menjadi suatu kemajuan dalam
dalam cara berpromosi. Jika saja brosur ini berisi informasi yang lebih terfokus, maka bisa menjadi suatu media promosi yang efektif dan dapat digunakan sebagai
penunjang informasi sebagai calon wisatawan yang ingin berkunjung ke Agrowisata Belimbing Karangsari.
67
4.1.5 Hasil Studi Kompetitor
Studi kompetitor menjelaskan kemiripan produk yang diangkat. Untuk kompetitor Agrowisata Belimbing Karangsari Blitar yang menawarkan wisata
edukasi dan memiliki perkebunan belimbing yang luas, maka dipilihlah Agrowisata Belimbing Tulungagung yang memiliki produk yang sama dengan
konsep yang hampir sama. Agrowisata Belimbing Karangsari dan Agrowisata Beliming Tulungagung sama-sama memiliki konsep petik langsung buah
belimbing dan memiliki produk olahan dari buah belimbing.
1. Agrowisata Belimbing Tulungagung
Tulungagung ternyata mempunyai agrowisata kebun belimbing yang cukup terkenal, tempatnya terletak di Dusun Cluwok, Desa Bono, Moyoketen,
Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Untuk menuju ke lokasi bisa ditempuh dari pusat kota Tulungagung menuju ke barat, sekitar
700m, sampai di Jembatan Lembu Peteng belok kiri menuju lokasi dengan jarak sekitar 3 km arah selatan.
Gambar 4.5 Pintu Masuk Kawasan Agrowisata Belimbing Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
68
Mulyono adalah seseorang yang memulai berkebun belimbing di sini. Mulyono menanam Belimbing dilahan seluas 2 hektar. Saat ini, setidaknya ada
500 petani yang turut menanam belimbing dan menjadi penopang agrowisata belimbing yang digagas oleh Mulyono.
Dengan kerindangan pohon belimbing yang sedang berbuah, para pengunjung akan dimanjakan dengan buah belilmbing yang siap makan dan bisa
langsung di petik dengan dipandu oleh seorang pemandu. Selain dapat menikmati manis buah belimbing para pengunjung juga
menikmati sajian kuliner bakso belimbing yang rasanya beda dengan kebanyakan bakso yang ada serta jus buah belimbing.
2. Keunggulan Kompetitor
Keunggulan yang dimiliki oleh Agrowisata Belimbing Tulungagung dari Agrowisata Belimbing Karangsari adalah dari segi fasilitas pendukung yang ada
di dalam agrowisata. Fasilitas pendukung yang ada pada Agrowisata Belimbing Tulungagung lebih lengkap seperti paving lebih rapi, ada tempat-tempat untuk
bersantai di kebun, tempat lebih sejuk, toilet, mushola dan ada tempat bermain untuk anak. Masuknya gratis tidak seperti di tempat wisata lainnya yang harus
membayar tiket masuk.
69
Gambar 4.6 Kebun Agrowisata Belimbing Tulungagung Sumber: webgram.com, 2016
3. Kelemahan Kompetitor
Kelemahan untuk Agrowisata Belimbing yang ada di Tulungagung antara lain lahan untuk agrowisata hanya 2 Ha sehingga pengunjung hanya bisa
memetik buah belimbing maksimal 3 buah saja agar pengunjung yang lain dapat kebagian untuk petik buah dengan harga Rp 2000,- perbuah. Penanda lokasi atau
pintu masuk Agrowisata tidak menonjol. Buah belimbing kualitasnya masih dibawah kualitas belimbing dari Karangsari. Jalan menuju kebun terlalu sempit
bila harus dilewati dengan kendaraan besar. Tempat parkir kendaraan untuk jumlah yang banyak belum dipersiapkan dengan baik.
Gambar 4.7 Jalan Menuju Kebun Belimbing Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016
70
4.1.6 Kesimpulan Hasil dan Analisis Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dokumentasi, studi eksisting dan studi kompetitor yang sudah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa: a.
Kondisi sosial warga Kelurahan Karangsari adalah hampir semua warga Kelurahan Karangsari menanam pohon belimbing di pekarangan rumah
mereka. b.
Agrowisata Belimbing Karangsari masih dalam proses pengembangan dalam hal fasilitas dan pelayanan.
c. Brosur merupakan media promosi yang digunakan oleh Agrowisata Belimbing
Karangsari. Brosur ditempatkan pada area agrowisata sehingga target audien yang belum berkunjung kesana belum mengetahui tentang informasi didalam
brosur. Sehingga dirasa masih kurang maksimal jika hanya mengandalkan media brosur sebagai sarana promosi.
d. Tidak adanya identitas visual atau brand dari Agrowisata Belimbing
Karangsari Kota Blitar.
71
4.2 Segmentation, Targeting, Positioning STP
4.2.1 Segmentation
1. Demografis
usia : 12 - 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki dan Perempuan
Pendidikan : SD
– Perguruan Tinggi Profesi
: Pelajar, mahasiswa, pegawai negeriswasta, wiraswasta, ibu rumah tangga
Siklus Hidup : Belum menikah, menikah belum mempunyai
anak, menikah sudah mempunyai anak Kelas Sosial
: Kelas menengah atas, menengah menengah, menengah bawah
2. Geografis
Wilayah : Pulau Jawa khususnya Jawa Timur
Ukuran Kota : Kota Besar
Iklim : Tropis
3. Psikografis
Gaya Hidup : Aktif, suka berwisata, suka jalan-jalan, suka
berkumpul bersama keluarga Kepribadian
: Suka mempelajari hal-hal baru, keingintahuan yang tinggi, suka
bersosialisasi, patuh terhadap peraturan.
72
4. Behavior
Mereka yang tertarik untuk mendapatkan pengetahuan, terutama dalam hal yang berhubungan dengan alam. Sehingga melalui Agrowisata
Belimbing ini mereka mendapat informasi tentang cara memelihara pohon belimbing hingga cara memetik buah belimbing itu sendiri. Selain itu ,
wisata ini jg dapat digunakan sebagai sarana menghilangkan kejenuhan dengan menikmati suasana yang nyaman.
4.2.2 Targeting
Target yang dituju oleh Agrowisata Belimbing Karangsari Kota Blitar adalah remaja hingga dewasa berusia 12-50 tahun, keluarga atau rombongan yang
menyukai wisata alam dan memberikan pengalaman baru.
4.2.3 Positioning
Menurut Morissan 2010: 72 positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak menempatkan suatu produk,
merek atau perusahaan di dalam otaknya, di dalam alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu. Sehingga dalam hal ini, Agrowisata
Belimbing Karangsari menempatkan dirinya sebagai wisata alam keluarga dengan perkebunan buah belimbing yang memiliki kualitas buah yang lebih unggul dari
agrowisata belimbing lainnya dengan didukung oleh kebun yang luas.
73
Sehingga positioning untuk Agrowisata Belimbing Karangsari ini adalah wisata untuk keluarga yang menawarkan wisata alam dan mengenalkan identitas
Kelurahan Karangsari sebagai Kampung belimbing melalui Agrowisata Belimbing Karangsari. Sekaligus pengunjung dapat menikmati pemandangan
kebun belimbing yang luas.
4.3 Unique Selling Proposition USP
Unique Selling Proporsition USP atau nilai keunggulan adalah segala
kelebihan produk atau jasa yang membedakannya dari competitor lain, dan ditaksir akan memberikan keuntungan. Atau faktor khas yang dimiliki produk
atau jasa yang memiliki daya jual tinggi Agustrijanto, 2002 : 67. Keunikan yang dimiliki Agrowisata Belimbing Karangsari yang
membedakannya dari kompetitor adalah kualitas buah belimbing yang dihasilkan di Karangsari lebih unggul yaitu buah lebih besar, warna yang mencolok dan rasa
yang lebih manis. Hal itulah yang menjadikan Agrowisata Belimbing Karangsari banyak diminati wisatawan.
4.4 Analisis SWOT Strength, Weakness, Opportunities, Threat