B. Kerangka Pemikiran.
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir
Keterangan : Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik merupakan salah satu bentuk upaya Indonesia untuk menghadapi permasalahan-permasalahan hukum terkait dengan perbuatan hukum yang
dilakukan di sistem elektronik khususnya melalui media internet. Permasalahan- permasalahan hukum yang paling sering terjadi dalam internet adalah tindak
Tindak Pidana yang terjadi pada Media
internet
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
KUHAP
Asas Praduga Bersalah Presumed Liability
Undang-undang No.11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Asas Praduga Tak Bersalah Presumption Of Innocence
Proses Acara Pidana
Pembaharuan Hukum Acara Pidana Indonesia
Pembaharuan KUHAP
pidana mengenai asusila, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik dan pemerasan atau pengancaman.
Berdasarkan peraturan yang tertuang didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, setiap tindak pidana yang terjadi baik melalui media tulis
maupun lisan oleh seseorang, haruslah dibuktikan untuk menentukan salah tidaknya tersangka di depan persidangan. Hal ini merupakan penerapan asas
praduga tak bersalah presumption of innocence didalam hukum acara pidana yang tertuang di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP.
Hal ini diperjelas di dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP, yang merumuskan bahwa, ”Setiap orang yang disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut, danatau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya, dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”. Berbeda dengan yang ditentukan didalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dimana didalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, pada setiap semua bentuk tindak perbuatan yang dilarang seperti yang tertuang dari Pasal 27 hingga Pasal 37 dimulai dengan kalimat : “Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan….”, menunjukkan bahwa setiap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang sudah
tentu memenuhi unsur kesengajaan serta tanpa memiliki hak atau secara melawan hukum, dapat dikatakan bahwa setiap orang yang melakukan perbuatan yang
dilarang dalam Pasal 27 hingga Pasal 37 sudah pasti bersalah karena telah memenuhi unsur dengan sengaja dan tanpa hak. Maka dapat dikatakan bahwa
tersirat dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menganut prinsip praduga bersalah Presumed Liability.
Penerapan prinsip praduga bersalah didalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tentu tidak sesuai dengan
apa yang diamanatkan didalam KUHAP yang menganut prinsip praduga tak bersalah presumption of innocence. Namun, disatu sisi, dengan perkembangan
zaman yang pesat ini tentu KUHAP yang merupakan karya terbaik anak bangsa
pada saat itu, mengalami banyak kekurangan yang ditemukan seiring dengan perkembangan dan membutuhkan pembaharuan-pembaharusn didalam nya agar
tetap up-to-date. Oleh karena itu, pada penulisan hukum ini penulis akan menguraikan
mengenai bagaimana pembaharuan hukum acara pidana dengan berlakunya prinsip praduga bersalah presumed liability dalam media internet terhadap
proses beracara pidana berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP dan bagaimana implikasi yuridis keberlakuan prinsip praduga bersalah
presumed liability berdasarkan telaah Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik.
43
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN