Pencitraan Dalam Novel Sepatu Dahlan (Studi Analisis Wacana Kritis Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara)

PENCITRAAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN
(Studi Analisis Wacana Kritis dalam Novel Sepatu Dahlan Karya
Khrisna Pabichara)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh
Leni Cahyani
NIM: 108051000183

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H./2013 M.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, dan kesejahteraan serta kedamaian semoga
dilimpahkan kepada mahlukNya yang paling mulia dan sebaik-baik manusia,
yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga beliau, para sahabat beliau yang
mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari
pembalasan.
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyadari benar bahwa tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak terkait, peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Karena berkat arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi yang
diberikan, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan
gelar Strata Satu (S1) di Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. Arief
Subhan, M.A, Wakil Dekan I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Wakil Dekan II
Drs. Mahmud Jalal, M.A, dan Wakil Dekan III Drs. Study Rizal LK, M.A.
2. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarofah, M.A selaku Ketua Jurusan dan
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

ii


3. Bintan Humeira, S.Sos, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk, dan pemikirannya kepada peneliti. Juga
menyemangati peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Khrisna Pabichara selaku peneliti novel Sepatu Dahlan dan Yunarto
Wijaya, S.IP., MM sebagai narasumber pengamat politik yang sudah
meluangkan waktunya dan memberikan kesempatan untuk wawancara
terkait penelitian novel Sepatu Dahlan.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik serta memberikan beragam ilmu. Semoga ilmu para dosen
dibalas dengan ruang yang tak terhingga.
6. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi selama
perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
7. Orang tua tercinta IbuSutiyah dan Bapak Cecep Sahara atas kesabaran dan
kepercayaan mereka yang tak henti-hentinya mendoakan, memberi
dukungan moril maupun materil, semangat dan motivasi kepada peneliti.
8. Teman-teman KPI F,C,D 2008 dan teman-teman seperjuangan lainnya
yang tak henti-hentinya menularkan semangat berjuang untuk skripsi.
Semoga silaturahmi kita akan tetap terjaga nantinya, dan suatu saat bisa

bertemu dan berkumpul kembali untuk mengenang kebersamaan kita.
Amin .
9. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini

iii

Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
bantuan yang diberikan dan mohon maaf atas segala kekhilafan yang terjadi
selama ini. Harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,
terutama bagi teman-teman mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan khususnya bagi peneliti sendiri. Amin

Jakarta, 4 Oktober 2013

Leni Cahyani

iv

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Arifin, Anwar. Komunikasi Politik Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan Strategi
dan Komunikasi Politik Indonesia, Jogjakarta: Graha Ilmu, 2011.
____________. Opini Publik, Jakarta: Gramata Publishing, 2010.
Badara, Aris. Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana
Media, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Danial, Akhmad. Iklan Politik Tv, Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde
Baru, Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2009.
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta:
LkiS,2006.
Firmanzah, Marketing Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Hasan Lubis, Hamid. Analisis Wacana Pragmatik, Bandung: Angkasa, 1993.
Heryanto, Gun gun. Komunikasi Politik Di Era Industri Citra, Jakarta: PT
Laswell Visitama, 2010.
________________. Handout Perkuliahan Matakuliah Komunikasi Politik
________________. dan Farida, Ade rina. Komunikasi Politik, Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2011.
Keraf, Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Ende-Flores:
Nusa Indah. 1980.
Kurnia Syah Putra, Dedi. Media dan Politik Menemukan Relasi antara Dimensi
Simbiosis-Mutualisme Media dan Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Kusmayadi, Ismail. Think Smart Bahasa Indonesia, Bandung : Media Grafindo
Pratama, 2006.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2007.
Margaretha, Selu Kushendrawati. Hiperrealitas dan Ruang Publik:sebuah
analisis cultural studies, Jakarta: penaku, 2011.
Oetomo, Dede. Kelahiran dan Perkembangan analisis wacana, dalam PELLBA,
Yogyakarta: Kanisius, 1993.

108

109

Rachmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005.
Sobur, Alex. Dr. M.Si,. Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Sumardjo, Jakob Dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta : Penerbit
Gramedia, 1986, cet. Ke-1.
Sutrisno. Metodologi Research, Jogjakarta: Andi Offset, 1989.

Wijana. Dasar-dasar Pragmatik, Yogyakarta: ANDI, 1996.

Data Internet
AG Eka Wenats Wuryanta, “perspektif teori kritis dan kultur komunikasi massa”,
http://ekawenats.blogspot.com/2010/05/perspektif-teori-kritis-dankultur.html. diakses pada tanggal 30 september 2013, pukul 14:37 Wib
Damar Fery Ardiyan, “sedikit catatan: Perspektif Kritis,” artikel diakses pada 30
oktober 2013 dari http://banyulanang.blogspot.com/2011/04/sedikitcatatan-perspektif-kritis,html.
Kamaruddin, “Komunikasi Politik dan Pencitraan,” artikel diakses pada 06
januari
2013
dari
http://kamaruddinblog.blogspot.com/2010/10/komunikasi-politik-dan-pecitraan.html,
Shinta Kusuma, “Pencitraan Bukan Kamuflase”, artikel diakses pada Tanggal 17
september
2013
Pukul
15:41
wib.
Dari
http://www.pesona.co.id/refleksi/refleksi/pencitraan.bukan.kamuflase/00

1/001/134.
Widodo S Jusuf, Dahlan Iskan Jangan Menapaki Jejak SBY, artikel diakses pada
Tanggal
17
september
2013
Pukul
15:41
wib
dari
http://politik.kompasiana.com/2012/03/26/dahlan-iskan-janganmenapaki-jejak-sby-445181.html.
Yasraf Amir Piliag, Simulacra Politik, http://www.unisosdem.org, diakses pada 2
juni 2013. 14.37 wib.
Lain-lain
Akmal Fauzi, “Kajian Pencitraan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang Selatan” (Tangerang Selatan: Saung Kecapi,2013)

DAFTAR ISI

ABSTRAK .........................................................................................................


i

KATA PENGANTAR .......................................................................................

ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................


5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ......................................................................

6

E. Metodologi Penelitian .................................................................

7

F. Tinjauan Kepustakaan ................................................................. 12
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 13
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Media Massa Dalam Perspektif Kritis ........................................ 16
B. Analisis Wacana .......................................................................... 17
C. Citra Politik (Political Image)..................................................... 31

BAB III

BIOGRAFI KHRISNA PABICHARA DAN SINOPSIS NOVEL
SEPATU DAHLAN
A. Riwayat Hidup Khrisna Pabichara ............................................. 39
B. Karya-Karya Khrisna Pabichara ................................................. 41
1. Karya Fiksi Khrisna Pabichara.............................................. 41
2. Karya Non-Fiksi Khrisna Pabichara ..................................... 42
C. Gambaran Umum Novel Sepatu Dahlan .................................... 43
1. Latar Belakang Terbitnya Novel Sepatu Dahlan .................. 43
2. Sinopsis Novel Sepatu Dahlan ............................................. 45

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN


v

A. Analisis Wacana Kritis Pencitraan dalam Novel Sepatu Dahlan
Karya Khrisna Pabichara Dilihat dari Analisis Teks .................. 52
B. Analisis Wacana Kritis Pencitraan Dilihat dari Kognisi Sosial .. 88
C. Analisis Wacana Kritis Pencitraan Dilihat dari Konteks Sosial . 94
D. Interpretasi................................................................................... 97
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 105
B. Saran ............................................................................................ 107

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 108
LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 1. Skema Penelitian dan Metode Van Dijk ......................................... 26
2. Tabel 2. Struktur Model Analisis Wacana Van Dijk .................................... 28
3. Tabel 3. Temuan Teks Pada Novel Sepatu Dahlan ...................................... 89

vii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat seiring melihat
manusia zaman sekarang yang kini sudah memasuki masyarakat informasi.
Beragamnya teknologi sudah menjadi santapan sehari-hari bagi kehidupan
manusia. Media misalnya, sebagai alat informasi menjadi sangat penting pada
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Ini dikarenakan kebutuhan yang besar
dari masyarakat akan informasi. Informasi menjadi sesuatu yang sangat berharga
bagi masyarakat. Tidak terkecuali yang terjadi pada media tulisan atau cetak yang
merupakan bagian dari media massa itu sendiri.
“Beragamnya media massa, khususnya media cetak sangat memperkaya
dunia baca bagi masyarakat. Semua pesan dari media massa dikonsumsi
oleh masyarakat sebagai bahan informasi dan referensi bagi wawasan ilmu
pengetahuan mereka. Karena pada dasarnya media adalah saluran dimana
seseorang dapat menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadarannya atau
dengan kata lain media adalah alat untuk menyampaikan gagasan.”1

Atar Semi dalam bukunya mengatakan sastra merupakan salah satu karya
seni yang bermediakan bahasa. Sastra telah menempati dimensi ruang dan waktu
dalam peradaban manusia. Kehadiran sastra tidak dapat ditolak, bahkan
kehadirannya telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang mempunyai nilai,
hasil imajinasi, dan emosi sehingga dapat diterima sebagai realitas sosial budaya.2

1
2

Anwar Arifin, Opini Publik (Jakarta: Gramata Publishing, 2010), h. 116.
Atar Semi, Metode Penelitian Sastra (Bandung : Penerbit Angkasa , 1993 ), h. 1.

2

Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan, memberikan
makna terhadap kehidupan atau pemberian pelepasan ke dunia imajinasi.3
Dalam era globalisasi ini, media komunikasi merupakan aspek penting
dalam edukasi publik dalam hal ini edukasi politik publik. Selain melalui media
massa harian seperti surat kabar, media buku saat ini merupakan media informasi
yang sangat disukai. Buku mengenai riwayat orang-orang penting di dunia telah
banyak digunakan untuk menyampaikan informasi dengan berbagai macam
bentuk dan dikemas secara baik. Hal itu dilakukan untuk dapat mencapai sasaran
khalayaknya dengan baik dan harus mempertimbangkan dengan cermat dan tepat.
Dalam suatu informasi, bahasa merupakan unsur yang terpenting, bahasa tidak
hanya mencerminkan realitas tetapi juga bisa menciptakan suatu realitas. Tentu
saja dalam hal ini adalah novel.
“Novel adalah salah satu bentuk karya sastra atau karya seni yang
mengandung unsur estetika. Hal lain berkaitan dengan isi cerita, sikap
yang dideskripsikan dalam novel mampu mengubah sikap hidup seseorang
dan memberikan sebuah persepsi terhadap seseorang, mengingat hal itu
tentunya novel dapat dimanfaatkan menjadi sarana yang efektif untuk
membentuk suatu image dengan sebuah pendekatan yang baru.”4
Novel juga merupakan seni menulis kata-kata yang indah. Itulah kelebihan
dari salah satu karya sastra, ia menyodorkan lebih dari sekedar pemberian
pengetahuan. Karya sastra seperti novel bisa langsung masuk ke dasar
penghayatan yang paling halus dalam diri manusia lewat bahasa, alur cerita,
imajinasi yang dirangkai sedemikian rupa. Dalam hal ini sebuah novel menjadi
medium dalam pembentukan citra dimana sebuah realita direalisasikan dalam

3

Melani Budianta, dkk., Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk
Perguruan Tinggi, (Magelang: Indonesiatera, 2003), h. 2.
4
Yunarto Wijaya, wawancara, Selasa, 16 April 2013.

3

berupa karya imajinatif. Seperti yang dikemukakan Baudrillard, bahwa kita hidup
dalam era simulakra. Dimana batas antara realitas dan citra telah melebur.
Novel dapat memberikan peranan yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat, di mana keberadaanya turut membantu perubahan sosial, karena
novel tidak hanya sekedar bacaan hiburan saja, tetapi di dalamnya terkandung
pelajaran, pengajaran, serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan masyarakat.
Sehingga hal demikian dapat dengan mudah khalayak terasuki oleh citra yang
dibuat tidak sebagaimana adanya.
Di Indonesia buku yang mengupas profil pelaku sejarah, politik, budaya
dan sebagainya banyak beredar di pasaran. Buku-buku tersebut mengupas tokohtokoh penting yang ada di Indonesia. Termasuk buku dengan berbagai macam alur
cerita yaitu novel Sepatu Dahlan. Novel yang salah satunya berfungsi sebagai
media komunikasi kini menjadi medium alternatif bagi para politisi untuk
melakukan pencitraan, meningkatkan popularitas dan meningkatnya elektabilitas
pemilih. Cara ini menjadi efektif karena sebagian isi dari novel mengandung
hiburan dan dapat menarik minat pembaca.
Berkaitan dengan hal ini, Noura Books yang menerbitkan novel Sepatu
Dahlan pandai memilah sosok yang kisah hidupnya dapat dijadikan sebuah novel.
Bersamaan Dahlan Iskan di mana Dahlan merupakan salah satu tokoh yang
sedang naik daun di tengah masyarakat dengan kebijakan politiknya dan
kepribadiannya yang sederhana. Maka CEO dari Noura Books ini membukukan
kisah hidup Dahlan kecil dengan harapan selain untuk menghibur seperti lazimnya

4

sebuah novel juga untuk mendapat keuntungan profit dari terbitnya novel Sepatu
Dahlan.5
Novel

Sepatu

Dahlan

adalah

karangan

Khrisna

Pabichara

yang

menceritakan masa lalu menteri BUMN, Dahlan Iskan. Novel yang memaparkan
mengenai profil seorang tokoh politisi merupakan novel yang bertujuan salah
satunya adalah untuk menunjukkan citra tokoh tersebut. Selain itu novel dengan
konsep seperti ini merupakan buku yang bertujuan untuk menunjukkan eksistensi
tokoh tersebut. Bahkan untuk meningkatkan popularitas, berkaitan dengan
seorang tokoh Dahlan Iskan yang notabenenya adalah publik figur sebagai
Menteri BUMN. Karena terkait dengan citra yang baik, dengan sendirinya akan
meningkatkan popularitas dan elektabilitas politisi, begitupun sebaliknya.
Sehingga tidak salah politisi melakukan pertarungan pencitraan di dunia politik.
Novel yang mengupas aspek-aspek kehidupan sosial seseorang terkait
dengan kehidupan kesehariannya dan menceritakan proses perjuangan hidupnya,
serta hal-hal lain yang ada di sekitarnya merupakan suatu media sosialisasi publik
yang sangat efektif. Oleh karenanya, saat ini buku maupun novel yang
menceritakan profil seseorang seperti autobiografi maupun biografi saat ini
banyak bermunculan.
Melihat kisah yang digambarkan dari perjuangan dan pengorbanan yang
dialami Dahlan, peneliti melihat bahwa teks tersebut dibentuk berdasarkan
kebutuhan dan informasi apa yang akan disampaikan kepada khalayak media,
sehingga dikemas melalui sebuah tulisan. Hal itulah yang mendorong keinginan
peneliti untuk meneliti lebih jauh cara penyajian suatu pesan dalam novel yang
5

Wawancara Peneliti dengan Suhindrati Shinta (Penyunting Novel Sepatu Dahlan) di
Kantor penerbit Noura Books, pada 30 Agustus 2013.

5

juga terkait pencitraannya sendiri. Dan mengingat saat ini kesadaran publik
mengenai politik pencitraan semakin meningkat. Sehingga, novel yang ditulis
Khrisna Pabichara ini menjadi novel best seller yang pernah ditayangkan dalam
program Kick Andy Foundation dan diminati oleh para pembaca.
Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini diberi judul “Pencitraan
dalam Novel Sepatu Dahlan” (Studi Analisis Wacana Kritis dalam Novel
Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara).

B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam novel Sepatu Dahlan terdapat banyak pencitraan yang ditekankan
ke dalam teks oleh Khrisna Pabichara. Kemampuannya menciptakan citra
terhadap sosok Dahlan dapat menunjukkan eksistensi tokoh Dahlan Iskan, bahkan
untuk meningkatkan popularitas, berkaitan dengan seorang Dahlan Iskan yang
notabenenya adalah aktor politik.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah pada
pencitraan tokoh Dahlan Iskan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabichara. Peneliti merumuskan batasan pencitraan tokoh Dahlan Iskan yang
mencakup seluruh isi cerita yang terdiri dari 32 bab dan 369 halaman.
3. Rumusan Masalah
Mengacu pada batasan masalah di atas, maka peneliti membuat rumusan
masalah sebagai berikut :

6

Bagaimana wacana pencitraan dilihat dari segi teks, kognisi sosial dan
konteks sosial yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabichara?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui wacana pencitraan Dahlan Iskan dari segi teks, kognisi
sosial dan konteks sosial dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara
D. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dari segi akademis dan praktis, yaitu:
1.

Akademis
Untuk pengembangan ilmu komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat

menjadi tambahan referensi, dan peningkatan wawasan akademis terutama tentang
analisis wacana, dengan fokus kepada analisis wacana karya sastra, sehingga
secara umum dapat bermanfaat dan memberikan konstribusi bagi kajian
komunikasi penyiaran islam.
2.

Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan

bahan perbandingan bagi penelitian serupa yang telah ada, dan memberikan
inspirasi dan kontribusi bagi para peminat karya sastra dalam menerapkan sebuah
gagasan dan mampu memberikan pengetahuan mendasar terkait dengan
pengemasan pencitraan melalui sebuah karya sastra bagi masyarakat.

7

E. Metodologi Penelitian
1.

Paradigma penelitian
Peneliti menggunakan paradigma kritis dalam penelitian tentang politik

pencitraan Dahlan Iskan dalam novel Sepatu Dahlan. Aliran ini sebenarnya tidak
dapat dikatakan sebagai suatu paradigma, tetapi lebih tepat ideologically Oriented
Inquiry, yaitu suatu wacana atau cara pandang terhadap realitas yang mempunyai
orientasi ideologis terhadap paham tertentu. Ideologi ini meliputi: Neo Marxisme,
materialisme, feminisme, Freireisme, partisipatory inquiry, dan paham-paham
yang setara. 6
Dilihat dari ontologis paham paradigma ini sama dengan post positivisme
yang menilai objek atau realitas secara kritis (critical realism) yang tidak dapat
dilihat secara benar oleh pengamatan manusia. Oleh karena itu untuk mengatasi
masalah ini, secara metodologis paham ini mengajukan dialog dengan
transformasi untuk menemukan kebenaran realitas yang hakiki. 7
Secara epistimologis hubungan antara pengamat dengan realitas yang
menjadi objek merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu,
aliran ini lebih menekankan subjektifitas dalam menentukan suatu ilmu
pengetahuan, karena nilai-nilai yang dianut oleh subjek atau pengamat ikut
campur dalam menentukan kebenaran tentang suatu hal. 8
“Paradigma kritis ini sebenarnya ingin mengoreksi pandangan
konstruktivis yang dianggap kurang sensitif pada proses produksi dan
reproduksi makna yang terjadi secara historis ataupun institusional.
Analisis wacana dalam paradigma kritis ini menekankan pada konstelasi
kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

6

Norman K. Denzin, dan Egon Guba, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial
(Yogyakarta; PT. Tiara Wacana Yogya, 2001), h. 41.
7
Norman K. Denzin, dan Egon Guba, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, h. 41.
8
Norman K. Denzin, dan Egon Guba, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, h. 41-42.

8

Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan
secara bebas sesuai pikirannya.”9
Bahasa ini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri
si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang
berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, ataupun
berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, ataupun
strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana kritis digunakan
untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa.10
2.

Metode penelitian
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,

riset ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui
pengumpulan data dalam wawancara.11 Pendekatan kualitatif menurut Kirk dan
Miller bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia, baik
dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.12
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan adalah Teori Wacana Kritis (Critical
9

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lks, 2001), h.

6.
10

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 6.
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis: Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Perdana
Media Group, 2006), h. 58.
12
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet ke 1, h. 7.
13
Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1993), Cet ke 10, h. 3.
11

9

Discourse) model Teun A. Van Djik. Adapun level yang diteliti menurut level
CD Van Dijk, yaitu level segi teks, level segi kognisi sosial, dan level segi
konteks sosial.
Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subjek
penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Penelitian
ini dilakukan secara holistik dan dengan cara deskriptif dan dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.14
Dalam skripsi ini penelitian akan dilakukan dengan menggunakan analisis
wacana dari Teun Van Dijk dengan perspektif analisis paradigma kritis yang
berpandangan bahwa media bukanlah saluran bebas dan netral. Komunikasi tidak
bisa dilepaskan dari kekuatan-kekuatan yang ada yang mempengaruhi
berlangsungnya komunikasi.15Analisis wacana Teun A Van Dijk menggambarkan
wacana dalam 3 dimensi, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks
berita tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Dalam mengadakan
penelitian wacana novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara, selain
menganalisis teks, juga diperlukan analisis kognisi sosial dan konteks sosial.
Menurut Stuart Hall, titik penting dalam memahami media menurut
paradigma kritis adalah bagaimana media melakukan politik pemaknaan, karena
makna tidak tergantung pada struktur makna itu sendiri, melainkan pada praktik

14

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 6.
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis
Yogyakarta, 2001), h. 48.
15

10

pemaknaan. Dari analisis teks akan diteliti elemen-elemen dari struktur mikro,
suprastruktur, dan struktur makro yang terdiri dari tema, latar, detil, maksud,
bentuk kalimat, pra anggapan, koherensi, kata ganti, leksikon, grafis dan ekspresi
yang digunakan wartawan dalam pemberitaanya. Dengan meneliti hal-hal
tersebut, akan diungkap representasi bahasa yang berperan dalam membentuk
makna mengenai subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu dan strategi-strategi
di dalamnya.
Dimensi kedua yang dipakai dalam penelitian ini adalah kognisi sosial.
Paradigma kritis mempertanyakan posisi wartawan dan media dalam keseluruhan
struktur sosial dan kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat yang pada
akhirnya posisi tersebut memengaruhi berita, bukan pencerminan dari realitas
sebenarnya.16 Hal ini diasumsikan dengan meneliti kesadaran mental individu
pengarang dalam membuat teks.
Dimensi ketiga yang diteliti adalah konteks sosial. Dalam aspek konteks
sosial akan diteliti kondisi masyarakat (tren yang sedang berkembang dalam
masyarakat) yang memengaruhi keluarnya suatu pemberitaan yang disajikan
wartawan, karena pada umumnya sebuah pemberitaan yang keluar di media massa
mengacu kepada suatu fenomena yang terjadi dalam suatu masyarakat.
3.

Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah penulis novel Sepatu Dahlan yaitu,

Khrisna Pabichara sedangkan objek dari penelitian ini hanya fokus pada isi dalam
novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.
4.

Teknik Pengumpulan Data

16

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 32.

11

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara
teks/ dokumen research. Sebagai metode ilmiah penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena yang diselidiki.17 Dalam hal ini, melalui wawancara peneliti
mempunyai tujuan untuk menggali secara mendalam terkait proses pemaknaan
dan pemaknaan itu sendiri dari narasumber.
Peneliti mewawancarai penulis novel Sepatu Dahlan, yaitu Khrisna
Pabichara. Dan untuk memperkuat petunjuk secara garis besar tentang proses dan
isi wawancara peneliti juga mewawancarai pengamat politik yaitu Yunarto
Wijaya, SIP., MM dan penyunting novel Sepatu Dahlan Suhindrati Shinta.
5.

Teknik Analisis Data
“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan ke dalam kategori,
menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.”18
Dalam menganalisis data peneliti menggunakan analisis wacana

dibandingkan analisis lainnya. Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan
dalam komunikasi.19 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Teun A
Van Dijk yang menggambarkan wacana dalam 3 dimensi, yaitu teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial. Alasan peneliti menggunakan analisis wacana karena
penelitian ini tidak hanya membahas teks semata, namun juga dapat melihat
bagaimana suatu pesan disampaikan melalui kata, frasa, kalimat ataupun bentuk
metafora apa yang disajikan juga terdapat makna ideologi dalam produksi teks.

17

Sutrisno, Metodologi Research (Jogjakarta: Andi Offset, 1989), h. 192.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, cv. 2010), h. 89.
19
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, h. 48.

18

12

6.

Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini merujuk kepada buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk, yang
diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance).
F. Tinjauan Kepustakaan
Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa skripsi yang
dijadikan tinjauan pustaka, diantaranya:
1.

Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata. Skripsi ini ditulis oleh Siti Aminah, mahasiswi fakultas Ilmu Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Skripsi ini
menggunakan model wacana Van Djik yang menggambarkan sturuktur
pragmatik atau struktur kebahasaan dalam novel laskar pelangi (LP). Novel
yang sangat fenomenal beberapa tahun lalu dengan penjualan terbaik di
Indonesia .

2.

Analisis wacana citra perempuan dalam tabloid nova edisi khusus kecantikan
tanggal 21-27 november 2011. Skripsi ini ditulis oleh Tiara Mustika,
mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Konsentrasi
Jurnalistik. Skipsi ini menekankan kepada artikel-artikel tabloid nova yang
dapat membentuk pemikiran khalayak mengenai permasalahan seputar makna
kecantikan perempuan dan kriteria apa yang harus dimiliki perempuan agar
dapat dikatakan cantik.penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
analisis kritis.

3.

Analisis wacana sinetron Dewi Fortuna oleh Mira Khairunnisa, Fakultas
FISIP UI Depok tahun 1992. Penelitian ini dilakukan dengan dasar bahwa

13

media massa melalui program-programnya dapat membuat khalayak untuk
berpikir mengenai hal apapun kepada pemikiran yang diarahkan media
massa, termasuk citra mengenai perempuan yang ideal. Skripsi ini mencoba
meneliti pembentukan citra perempuan ideal tersebut oleh media massa
dengan cara menganalisis wacana-wacana yang terdapat dalam sinetron yang
berjudul Dewi Fortuna.
Dari beberapa tinjauan pustaka di atas penelitian ini memiliki karakter
yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari latar belakang dan analisis yang berbeda
dari penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dan
penelitian yang penulis lakukan diharapkan memberi tambahan atau pelengkap
dari penelitian yang dilakukan sebelumnya.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan penulisan,
dimana masing-masing dibagi ke dalam sub-sub dengan rincian sebagai berikut:
Pada bab satu peneliti akan menguraikan latar belakang masalah yang
menjadi alasan peneliti melakukan penelitian terhadap novel Sepatu Dahlan, juga
batasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegiatan penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, kajian teori dan sistematika penulisan.
Adapun pada bab dua peneliti menguraikan teori-teori yang menjadi
landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian, diantaranya pembahasan
mengenai media massa dalam perspektif kritis, selanjutnya pengertian analisis
wacana, analisis wacana Teun A. Van Dijk yang terdiri dari tiga level analisis,
yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial, selanjutnya pada bab ini juga

14

membahas tentang pengertian citra, media massa dalam pencitraan, dan
simulakra.
Sedangkan pada bab tiga ini berisi biografi (riwayat hidup) penulis yaitu
Khrisna Pabichara yang meliputi sejarah singkat Khrisna Pabichara, Karyakaryanya dan ringkasan cerita novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.
Selanjutnya pada bab empat berisi hasil analisis dan temuan peneliti yang meliputi
Analisis wacana kritis pencitraan Dahlan dalam novel Sepatu Dahlan dilihat dari
analisis teks yang meliputi struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro,
analisis wacana kritis novel Sepatu Dahlan dilihat dari kognisi sosial, analisis
wacana kritis novel Sepatu Dahlan dilihat dari konteks sosial.
Bab terakhir pada penelitian ini berisi penutup yakni, kesimpulan dan
saran. Peneliti berharap dapat mendeskripsikan hasil dari penelitian dan
menguraikan data secara baik. Sehingga beberapa uraian penting yang peneliti
berikan dari hasil penelitian ini akan dirangkum dalam bahasan kesimpulan.
Selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian ini peneliti menyisipkan saransaran agar menjadi bahan pertimbangan tentang bahasan peneliti yang telah
diangkat sebagai pokok permasalahannya.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Media massa dalam perspektif kritis
Perspektif kritis berasal dari asumsi-asumsi teori Marxis. Pendekatan kritis
meneliti kondisi sosial serta membongkar tatanan kekuasaan. Teori tradisional
cenderung bersifat netral, ia hanya menyediakan diri sebagai alat untuk
menganalisis secara teknis setiap hal dan keadaan termasuk masyarakat. Maka
teori kritis ini bertujuan memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari
masyarakat

yang

irasioanal,

selain

itu,

memberikan

kesadaran

untuk

pembangunan masyarakat rasional yang mana merupakan tempat manusia untuk
memuaskan

semua

kebutuhan

dan

kemampuannya.

Sebagaimana

yang

diungkapkan Marx Horkheimer.1
Bebarapa teoritisi kritis berpendapat bahwa orang bisa bertahan

dari

gempuran pengaruh media dan bahwa media menyediakan sekian banyak ruang
publik di mana kekuatan elite dominan mampu secara efektif dikritisi secara
maksimal. Dalam perdebatan teoritis ini memang harus

diperlihatkan sejauh

mana pendekatan kritis dan kultural ini dibandingkan dengan penelitian yang
bersifat empirik positivistik.2
Teori kritis secara klasifikatif dapat digolongkan pada kelompok aliran
Neo Marxis, namun dalam perdebatan filosofis ada yang menganggap bahwa teori
Damar Fery Ardiyan, “sedikit catatan: Perspektif Kritis,”
http://banyulanang.blogspot.com/2011/04/sedikit-catatan-perspektif-kritis,html. artikel diakses
pada tanggal 30 september 2013, pukul 14:37 Wib.
1

AG Eka Wenats Wuryanta, “perspektif teori kritis dan kultur komunikasi massa”,
http://ekawenats.blogspot.com/2010/05/perspektif-teori-kritis-dan-kultur.html. diakses pada
tanggal 30 september 2013, pukul 14:37 Wib.
2

15

16

kritis teori yang bukan Marxis lagi. Teori kritis adalah anak cabang pemikiran
Marxis dan sekaligus cabang marxisme yang paling jauh meninggalkan Karl Marx
(Frankfurter Schule). Media dalam konteks teori kritis selalu berhubungan dengan
ideologi dan hegemoni. Hal ini berkaitan dengan cara bagaimana sebuah realitas
wacana atau teks ditafsirkan dan dimaknai dengan cara pandang tertentu.3
“Penelitian media massa lebih diletakkan dalam kesadaran bahwa teks atau
wacana dalam media massa mempunyai pengaruh yang sedemikian rupa
pada manusia. Seluruh aktifitas dan makna simbolik dapat dilakukan dalam
teks media massa. Pada dasarnya teks media massa bukan realitas yang
bebas nilai. Pada titik kesadaran pokok manusia, teks selalu memuat
kepentingan. Teks pada prinsipnya telah diambil sebagai realitas yang
memihak. Tentu saja teks dimanfaatkan untuk memenangkan pertarungan
idea, kepentingan atau ideologi tertentu eklas tertentu. Pada titik tertentu
teks media pada dirinya sudah bersifat ideologis.”4
Teori kritis melihat bahwa media tidak lepas dari kepentingan, terutama
sarat kepentingan kaum pemilik modal, negara atau kelompok yang menindas
lainnya. Dalam artian ini media menjadi alat dominasi dan hegemoni masyarakat.
Konsekuensinya logisnya adalah realitas yang dihasilkan oleh media bersifat pada
dirinya bias atau terdistorsi.
Proses pemberitaan tidak bisa dipisahkan dengan proses politik yang
berlangsung dan akumulasi modal yang dimanfaatkan sebagai sumber daya. Ini
merupakan proses interplay yang mana proses ekonomi politik dalam media akan
membentuk dan dibentuk melalui proses produksi, distribusi dan konsumsi media
tersebut. Ini berarti bahwa apa yang terlihat pada permukaan realitas belum tentu
menjawab masalah yang ada. Apa yang nampak dari permukaan harian belum

Litlejohn (2002), dalam artikel: AG, Eka Wenats wuryanta, “teori kritis dan varian
paradigmatis dalam ilmu komunikasi,” http://ekawenats.blogspot.com/2006/06/teori-kritis-danvarian-paradigmatis.html. diakses pada tanggal 30 september 2013, pukul 14:37 Wib.
4
AG. Eka Wenats Wuriyanta, “teori kritis dan varian paradigmatis dalam ilmu
komunikasi,”
http://ekawenats.blogspot.com/2006/06/teori-kritis-dan-varian-paradigmatis.html.
diakses pada tanggal 30 september 2013, pukul 14:37 Wib.
3

16

17

tentu mewakili kebenaran realitas itu sendiri. Teori kritis pada akhirnya selalu
mengajarkan kecurigaan dan cenderung selalu mempertanyakan realitas yang
ditemui, termasuk di dalamnya teks media itu sendiri.
B. Analisis wacana
1. Konsep Analisis Wacana
Dalam suatu studi terhadap media, terdapat beberapa pendekatan yang
dapat digunakan, yaitu analisis isi, analisis framing, analisis semiotika, dan
analisis wacana. Posisi keempatnya sama-sama berada dalam pembahasan
terhadap isi media, khususnya dengan, metodologi kualitatif. Perbedannya adalah
pendekatan analisis isi hanya bertujuan melihat peristiwa apa yang diberitakan
pada suatu media (to find what), sementara kegiatan pendekatan lainnya melihat
bagaimana wartawan memandang suatu peristiwa (to find how). Seiring
perkembangannya, analisis isi dinilai memiliki banyak keterbatasan untuk
menganalisis isi pesan, terutama dalam menyingkap tingkat ideologis suatu
media.
Sementara seperti yang Alex Sobur katakan bahwa dengan analisis
framing, analisis semiotika, dan analisis wacana, dapat dipahami bahwa isi media
itu dipengaruhi oleh berbagai komponen dalam institusi media itu sendiri.5
Rincinya, analisis isi hanya melihat apa yang tertulis dalam teks media. Analisis
semiotika meneliti tanda-tanda yang terdapat dalam bahasa atau gambar. Analisis
framing membedah cara-cara atau ideologi media dalam mengonstruksi fakta
dengan melihat bagian-bagian yang ditonjolkan, dihilangkan, dan arah suatu
pemberitaan. Sedangkan analisis wacana melihat bagaimana cara media/
5

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, h. 3.

17

18

wartawan

mewacanakan

suatu

berita,

dengan

meneliti

struktur

dan

kesinambungan suatu teks. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan analisis wacana.
Istilah wacana secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta
wac/wak/vak, artinya „berkata‟ atau berucap‟. Kata tersebut mengalami
perkembangan menjadi wacana. Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai
perkataan atau tuturan. Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para
linguis di Indonesia sebagai terjemahan istilah dari bahasa inggris discourse. Kata
ini diturunkan dari dis (dan/dalam arah yang berbeda) dan currere (lari).6
Dalam buku Alex Sobur dituliskan pengertian wacana menurut Ismail
Maharimin, yakni sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut
urut-urutan yang teratur dan semestinya, komunikasi buah pikiran, baik lisan
maupun tulisan, yang resmi dan teratur.7 Sedangkan menurut Roger Flower dalam
buku Eriyanto mengatakan wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang
dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di
dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau
representasi dari pengalaman.8
Mengenai pengertian analisis wacana, Alex Sobur berpendapat bahwa
wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah
mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.9

6

Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana, dalam PELLBA
(Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 3.
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h. 10.
8
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media , h. 2.
9
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h.75.

18

19

Pembahasan wacana pada segi lain adalah membahas bahasa dan tuturan
itu harus di dalam rangkaian kesatuan situasi penggunaan yang utuh. Analisis
wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks dari pada penjumlahan unit
kategori, dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana
merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan pengamatan dan
penafsiran peneliti.10
Ada tiga pandangan mengenai analisis wacana dalam bahasa. Pandangan
pertama dituturkan kaum positivism-empiris, menurutnya analisis wacana
menggambarkan tata tuturan kalimat, bahasa, dan pengertian bahasa. Pandangan
kedua disebut sebagai konstruktivisme, yang menempatkan analisis wacana
sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud dan makna-makna tertentu.
Pandangan ketiga, disebut sebagai paradigma kritis yang menekankan pada
konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna, di
mana bahasa dipahami sebagai reprentasi yang berperan dalam membentuk subjek
tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya.11
Paradigma kritis melihat bahwa media bukanlah saluran bebas dan netral. Media
justru dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi
kelompok yang tidak dominan.12 Pandangan ini melihat bagaimana kedudukan
wartawan dan media yang bersangkutan dalam keseluruhan proses berita.
2. Analisis Wacana dalam Paradigma kritis
Menurut Eriyanto, dalam khasanah studi analisis tekstual analisis wacana
masuk dalam paradigma kritis dimana paradigma kritis ini melihat pesan sebagai
10

Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks (Yogyakarta: LkiS,2006), cet. Ke-

7, h. 337.
11

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 19-20.
12
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h. 3-6.

19

20

pertarungan kekuasaan, sehingga teks dipandang sebagai bentuk dominasi dan
hegemoni satu kelompok kepada kelompok yang lain.13
Sebagaimana dikutip Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media,
paradigma kritis menurut Stuart Hall bukan hanya mengubah pandangan
mengenai realitas yang dipandang alamiah tersebut, tetapi juga berargumentasi
bahwa media adalah kunci utama dari pertarungan kekuasaan tersebut, melalui
mana nilai-nilai kelompok dominan dimapankan, dibuat berpengaruh, dan
menentukan apa yang diinginkan oleh khalayak. Sedangkan menurut Stephen W.
Littlejohn paradigma kritis yaitu, perkembangan teori komunikasi massa yang
didsasarkan pada tradisi kritis Eropa (Marxis) cenderung memandang media
sebagai alat ideologi kelas dominan.14
Fenomena komunikasi massa bukanlah sekedar sebuah proses pengiriman
pesan kepada khalayak, tetapi dalam proses tersebut komunikasi dilihat sebagai
produksi dan pertukaran pesan pada saat berinteraksi dengan masyarakat yang
bertujuan untuk memproduksi makna tertentu.
Paradigma kritis melihat bahwa media bukanlah saluran yang bebas dan
netral. Media justru dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk
mendominasi kelompok yang tidak dominan. Paradigma kritis melihat
komunikasi dan proses yang terjadi di dalamnya haruslah dengan pandangan
holistik. Menghindari konteks sosial akan menghasilkan distorsi yang serius.
Paradigma kritis bersifat holistik dan bergerak dalam struktur sosial ekonomi
masyarakat. Karena menurut pandangan kritis, komunikasi tidak dapat dilepaskan

13

Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h. 21-22.
Alex sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h. 144-145.
14

20

21

dari

kekuatan-kekuatan

yang

ada

yang

mempengaruhi

berlangsungnya

komunikasi.
Menurut Eriyanto ada beberapa pertanyaan yang muncul dari sebuah
paradigma kritis, yaitu siapakah (orang/kelompok) yang menguasai/mengontrol
media? Kenapa ia mengontrol? Dan Apa keuntungan yang didapat oleh
seseorang/kelompok tersebut dengan mengontrol media? Pihak manakah yang
tidak dominan?, sehingga tidak bisa mempunyai akses dan kontrol terhadap media
bahkan hanya menjadi objek pengontrolan?15 Pertanyaan tersebut menjadi penting
karena paradigma ini percaya bahwa media adalah sarana di mana kelompok
dominan

dapat

mengontrol

kelompok

yang

tidak

dominan

bahkan

mengelompokkan mereka dengan menguasai dan mengontrol media.
3. Pengertian Analisis Wacana Kritis
Sebagaimana dikutip Eriyanto dalam bukunya analisis wacana menurut
Michael Foucault sesuatu yang memproduksi yang lain (sebuah gagasan, konsep
atau efek). Wacana dapat dideteksi karena sistematis suatu ide, opini, konsep, dan
pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga memengaruhi
cara berpikir dan bertindak tertentu.16 Berdasarkan hal tersebut analisis wacana
yang bersifat kritis yaitu suatu pengkajian secara mendalam yang berusaha
mengungkap kegiatan, pandangan, dan identitas berdasarkan bahasa yang
digunakan dalam wacana.
Dari beberapa pengertian wacana yang disampaikan di atas, analisis
wacana kritis lebih mengerucut. Dalam pendekatan kritis memandang bahasa
selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek
15
16

Alex sobur, Analisis Teks Media, h. 24.
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h.65.

21

22

serta berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Analisis
wacana kritis yang juga menggunakan pendekatan kritis menganalisis bahasa
tidak saja dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks
untuk tujuan dan praktik tertentu. Analisis wacana kritis menggali secara
mendalam unsur-unsur yang terdapat dalam suatu wacana.
Mengutip Fairclough dan Wodak dalam Analisis Wacana yang ditulis Aris
Badara mengatakan bahwa analisis wacana kritis adalah bagaimana bahasa
menyebabkan kelompok sosial yang bertarung dan mengajukan ideologinya
masing-masing. Berikut disajikan karakteristik penting dari analisis kritis17 :
a. Tindakan. Wacana dapat dipahami sebagai tindakan (actions) yaitu
mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Seseorang berbicara
menulis, menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan
orang lain.
b. Konteks. Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana
seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana dipandang produksi dan
dimengerti dan dianalisis dalam konteks tertentu.
c. Historis. Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu dan tidak dapat
dimengerti tanpa menyertakan konteks.
d. Kekuasaan. Analisis wacana kritis mempertimbangkan elemen kekuasaan.
Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau apapun tidak di pandang sebagai
sesuatu yang alamiah wajar dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan
kekuasaan. Konsep kekuasaan yang dimaksudkan adalah salah satu kunci
hubungan antara wacana dan masyarakat.
17

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media,

h. 29-32.

22

23

Ideologi adalah salah satu konsep sentral dalam analisis wacana kritis
karena setiap bentuk teks, percakapan dan sebagainya adalah praktik ideologi atau
pancaran ideologi tertentu. Wacana bagi ideologi adalah medium melalui mana
kelompok dominan memerkuasai dan mengomunikasikan kepada khalayak
kekuasaan yang mereka miliki sehingga absah dan benar.18
4. Model Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana ini memiliki beberapa model analisis, yaitu model Roger
Fowler dkk., model Theo Van Leeuwen, model Sara Mills, model Teun A. Van
Djik dan model Norman Fairclough. Secara singkat, perbedaan kelima model
tersebut dapat dilihat pada tiga tingkatan analisis wacana: 1) analisis mikro, yang
mempelajari unsur bahasa pada teks, 2) analisis makro, yang menganalisis
struktur sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat, dan 3) analisis meso,
yaitu analisis pada diri individu sebagai pemroduksi teks dan juga analisis pada
sisi khalayak sebagai konsumen teks. Pada model analisis Roger Flower dkk.,
Theo van Leeuwen, dan Sara Mills, analisisnya hanya dipusatkan pada analisis
mikro dan analisis makro tanpa mengikutsertakan analisis meso. Ketiga analisis
tersebut memiliki kekuatan praktik sosial dan politik yang tercipta dalam
masyarakat.
Sebagaimana dikutip Eriyanto, Sara Mils dalam konsepnya lebih melihat
pada bagaimana aktor ditampilkan dalam teks. Posisi-posisi ini dalam arti siapa
yang menjadi subyek penceritaan dan siapa yang menjadi obyek penceritaan akan
menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlakukan dalam
teks secara keseluruhan. Selain itu juga diperhatikan bagaimana pembaca dan
18

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media,

h. 34.

23

24

penulis ditampilkan dalam teks dan bagaimana pembaca diidentifikasikan dirinya
dalam penceritaan teks.19
Adapun Theo Van Leeuwen memusatkan analisisnya terutama pada
keterkaitan antara analisis di tingkat mikro dengan analisis di tingkat makro.
Ia mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang
dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana.20
Sementara, pada model Van Dijk dan Farchlough, selain memasukkan
analisis mikro dan makro, terdapat juga analisis meso yang melihat bagaimana
suatu konteks diproduksi dan dikonsumsi. Sehingga dapat dipahami bahwa di
antara lima model analisis wacana, analisis Van Dijk dan Fairclough memiliki
kelebihan di antara tiga analisis lainnya. Namun, model yang paling banyak
dipakai adalah model analisis Van Dijk yang dapat mengelaborasikan elemenelemen wacana sedemikian rupa sehingga dapat digunakan secara lebih praktis
dan dapat diterapkan pada berbagai bentuk wacana.
Kognisi sosial yang diperkenalkan Van Dijk, diadopsi dari ilmu psikologi
sosial. Kognisi sosial ini digunakan untuk menjelaskan struktur dan proses
terbentuknya suatu teks. Dalam metodenya Van Dijk menggunakan metode
penafsiran dalam memahami suatu teks. Metode penafsiran ini mempunyai
kelebihan yaitu peneliti tidak hanya dapat melihat makna yang terdapat dalam
suatu teks semata, tetapi juga dapat menyelami makna yang tersirat dalam teks
tersebut.
5. Analisis Wacana Teun A. Van Djik
“Critical discourse analisyst (CDA) has become t

Dokumen yang terkait

Gambaran Kemiskinan Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabhicara Pendekatan Sosiosastra

6 113 91

Pesan Moral dan Motivasi dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara: Tinjauan Sosiologi Sastra

15 305 73

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA

1 8 1

PENGALURAN DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

3 72 35

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Sosial Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 3 12

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Sosial Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

3 7 24

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA Analisis Penggunaan Kata Ulang Bahasa Indonesia Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara Dan Kaitannya Dengan Pembelajaran Bahasa Di SMA.

0 0 15

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA Analisis Penggunaan Kata Ulang Bahasa Indonesia Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara Dan Kaitannya Dengan Pembelajaran Bahasa Di SMA.

0 2 14

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SARAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

0 8 13

NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA: SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA - UNWIDHA Repository

0 1 23