PENGALURAN DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

(1)

(2)

ABSTRAK

PENGALURAN DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN

KARYA KHRISNA PABICHARA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

Oleh Reny Handayani

Masalah yang dibahas dalam analisis ini adalah pengaluran dan penokohan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara serta implikasinya terhadap

pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan pengaluran dan penokohan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dan bahan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Data berupa cuplikan teks yang ada di dalam novel.

Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara memiliki pengaluran dan penokohan, hal tersebut dapat dilihat dari kutipan-kutipan yang dituliskan oleh pengarang dalam rangkaian-rangkaian peristiwa yang dialami oleh tokoh di dalam cerita dan penggambaran karakter/watak tokoh dalam novel yang membuat cerita semakin hidup di mata pembaca. Dari hasil analisis, pengaluran dalam novel Sepatu Dahlan diperoleh peristiwa-peritiwa yang mendukung terbentuknya suatu alur. Peristiwa-peristiwa tersebut terbagi menjadi beberapa tahap alur, sehingga dapat diketahui alur pada novel Sepatu Dahlan adalah alur gabungan. Pengarang menggabungkan kedua metode untuk mengggambarkan watak/karakter tokoh dalam novel Sepatu Dahlan yaitu metode telling dan showing.

Implikasi penelitian ini dengan pembelajaran bahasa Indonesia yaitu siswa diajarkan sastra dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan kurikulum KTSP yang ditetapkan oleh Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi materi novel diajarkan pada siswa SMA kelas XI semester I dengan Standar Kompetensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi Dasar (KD) menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Kelas XII semester I dengan (SK) memahami pembacaan novel dan Kompetensi Dasar (KD) menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan

penggalan novel. Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dapat digunakan sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

HALAMAN JUDUL... ii

PENGESAHAN... iii

RIWAYAT HIDUP... iv

PERSEMBAHAN... v

SANWACANA... vi

MOTO... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 5

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Novel... 6

2.2 Unsur-Unsur Intrinsik... 7

2.2.1 Alur (Plot) dan Pengaluran... 7

2.2.1.1Tahapan Alur... 8

2.2.1.2Diagram Struktur Alur... 9

2.2.1.3Jenis-Jenis Plot atau Alur... 10

2.2.2 Tokoh dan Penokohan... 11

2.2.2.1Jenis-Jenis Tokoh... 12

2.2.2.2Watak... 14

2.2.2.3Metode Penggambaran Watak Tokoh/ Penokohan... 15

2.2.3 Hubung antara Penokohan dan Pengaluran... 16

2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)... 17

III.METODE PENELITIAN 3.1Metode... 23

3.2Data dan Sumber Data... 23


(7)

4.2.1 Hasil Analisis Pengaluran Novel Sepatu Dahlan

Karya Khrisna Pabichara... 30

4.2.2 Hasil Analisis Penokohan Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara... 45

a. Dahlan... 46

b. Bapak... 48

c. Ibu... 50`

d. Mbak Sofwati... 51

e. Mbak Atun... 52

f. Zain... 52

g. Kadir... 53

h. Arif... 55

i. Ustadz Ilham... 55

j. Imran... 56

k. Mandor komar... 57

l. Bang Supomo... 58

m. Komariyah... 59

n. Maryati... 59

o. Aisha... 61

p. Juragan Akbar... 61

q. Robert Lain... 62

r. Azrul... 63

s. Istri Dahlan... 63

t. Fauzan... 64

4.2.3 Hubungan antara Pengaluran dan Penokohan pada Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara... 65

4.4 Alur dan Penokohan dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA... 66

V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 76

5.2 Saran... 77 DAFTAR PUSTAKA


(8)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Karya sastra yang berbentuk prosa telah dikenal di dalam dunia kesastraan. Karya sastra ini dibagi menjadi dua macam, yaitu prosa lama dan karya prosa baru. Prosa lama bersifat statis, yaitu perkembangannya lambat, istana sentris (kerajaan), dan anonim (tidak ada pengarang) contohnya dongeng. Prosa baru bersifat dinamis, rakyat sentris (dari rakyat), dan nama penciptanya selalu dicantumkan, contohnya novel dan cerpen.

Novel dan cerpen termasuk dalam karya sastra bentuk prosa, tetapi keduanya memiliki perbedaan. Novel (jauh) lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2012:11).

Novel tidaklah tercipta dengan sendirinya tetapi di dalam sebuah novel terdapat unsur pembangun. Unsur intrinsik sangat memengaruhi sebuah novel menjadi sebuah karya yang sangat menarik untuk dibaca. Unsur yang mempengaruhi novel menjadi menarik yaitu alur/plot dan tokoh yang memiliki karakter sehingga membuat cerita semakin hidup di mata pembaca.


(9)

Penampilan tokoh sebagai suatu tipe manusia, kemudian bagaimana pembinaan dan pengembangan wataknya, juga akan terlihat dalam hubungan kausalitas (Esten, 1984: 41). Pengaluran dan penokohan merupakan dua unsur yang tak dapat dipisahkan dan sangat berpengaruh dalam novel karena melalui dua unsur tersebut dapat diketahui peristiwa yang terjadi dan melalui peristiwa dapat diketahui bagaimana pengarang menggambarkan tokoh-tokoh cerita. Selain itu, cerita akan lebih berkesan di mata pembaca melaui penyajian peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh dengan karakter seperti layaknya manusia di dalam dunia nyata.

Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara ini yang becerita tentang mimpi anak bangsa, yaitu untuk memiliki sepatu dan sepeda. Novel ini memiliki nilai historis yang menceritakan tentang kisah Mentri BUMN, yaitu Dahlan Iskan ketika beliau masih remaja. Dahlan menjalani kehidupan remajanya dalam keterbatasan dan kemiskinan.

Novel Sepatu Dahlan ini ditulis oleh Khrisna Pabichara. Khrisna Pabichara adalah seorang penulis berbakat yang telah melahirkan kumpulan cerita pendek,

Mengawini Ibu, dan novel Sepatu Dahlan adalah buku ke-14 yang telah

ditulisnya. Novel Sepatu Dahlan ini menjadi best seller atau populerpada tahun 2012. Banyak penulis novel lain telah membaca novel Sepatu Dahlan dan mengakui betapa menariknya peristiwa-peristiwa dalam novel tersebut. Selain menghibur, novel Sepatu dahlan juga bermanfaat bagi pembaca, yaitu


(10)

Ada beberapa peneliti yang telah meneliti tentang alur dan penokohan. Misalnya penelitian menengenai penokohan pernah dilakukan oleh Evrida Dewi dengan skripsinya yang berjudul Tokoh Beauty Ayu Pangestu dalam Novel Ms. B:

“Panggil Aku B” dan Novel Ms. B: Will You Marry Me?” Karya Fira Basuki

serta Ditinjau dari Aspek Pendidikan. Kedua, skripsi Dika Umul Khoirot dengan judul Kemampuan Mengidentifikasi Struktur Alur Cerpen Gadis Berjaket Merah Karya Donatus A. Nogroho pada Siswa Kelas X SMA Tri Sukses Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.Penelitian sebelumnya inilah yang menjadi acuan dan sekaligus menjadi bahan rujukan dalam penelitian berikutnya.

Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini. Persamaan antara penelitian Evrida Dewi dengan penelitian saat ini adalah mengenai penokohan dan penelitian Dika Umul Khoirot dengan penelitian saat ini adalah mengenai alur. Perbedaan antara penelitian Evrida Dewi dengan penelitian saat ini adalah penulis hanya mendekripsikan seorang tokoh utama dalam novel Ms. B: “Panggil Aku B” dan Novel Ms. B: Will You Merry Me?” karya Fira Basuki, yaitu Beauty Ayu Pangestu yang memiliki karakteristik yang tidak baik oleh sebab itu, novel tersebut tidak layak untuk dijadikan sebagai bahan ajar sastra Indonesia sedangkan penelitian saat ini penulis lebih menekankan pada metode yang digunakan pengarang dalam menggambarkan watak tokoh dalam novel Sepatu Dahlan karya Krisna Pabichara. Pada skripsi Dika Umul Khoirot tersebut penulis hanya menekankan pada kemampuan siswa kelas X SMA Tri Natar dalam mengidentifikasi struktur alur cerpen “Gadis Berjaket Merah” karya Donatus A. Nugroho yang berada dalam kategori cukup dengan rerata 73,43


(11)

sedangkan peneliti saat ini melakukan analisis alur terhadap novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara melalui struktur alur pada cerita.

Penulis hanya membatasi pada unsur pengaluran dan penokohan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. Dalam novel terdapat banyak peristiwa yang dialami oleh tokoh yang sangat menarik untuk dibaca dan membuat

penasaran pembaca terhadap kisah-kisah yang dialami tokoh. Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh tokoh tersebut membentuk peristiwa yang kausalitas di dalam cerita. Tokoh-tokoh yang unik yang ada di dalam novel

tersebut pun dapat membawa kesan pembaca terhadap cerita tersebut. Hal tersebut tidak terlepas dari penokohan yang dilakukan oleh pengarang.

Materi unsur intrinsik, yaitu pengaluran dan penokohan Berdasarkan

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dibelajarkan pada siswa kelas XI semester 1 dengan Standar Kompetensi (SK) 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Berdasarkan alasan tersebut, penulis memilih judul “Pengaluran dan Penokohan dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara serta Implikasinya terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia” sebagai skripsi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas terdapat rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pengaluran novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara? 2. Bagaimanakah penokohan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara?


(12)

3. Bagaimanakah implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA?”

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pengaluran novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

2. Mendeskripsikan penokohan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

3. Menyimpulkan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan, yaitu bagi guru bidang studi dapat memberikan informasi mengenai pengaluran dan penokohan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dan bagi siswa sebagai masukan memberikan alternatif bahan pengajaran sastra di SMA.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Subjek penelitian ini adalah novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. Objek penelitian adalah pengaluran dan penokohan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Novel

Novel melukiskan kejadian yang luar biasa, yang berakhir dengan perubahan nasib pelaku utama. Wujud novel ialah konsentrasi kehidupan pada satu saat dalam satu krisis yang menentukan misalnya novel Pagar Kawat Berduri karya Trisnoyuwono isinya tentang penghidupan dan kehidupan para tawanan dalam sebuah kamp darurat di Salatiga ketika revolusi sedang berkecamuk. Pelaku-pelaku dalam novel ini terekam semangat perjuangan serta keikhlasan berkorban buat kemerdekaan tanah air dan bangsanya (Surana 2001: 66).

Novel adalah hasil kesusastraan yang berbentuk prosa yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan dari kejadian itu lahirlah suatu konflik suatu pertikaian yang merubah nasib mereka. Novel lebih luas dari cerpen dan lebih singkat dari roman (Lubis, 1994: 161). Contoh novel dalam bahasa Indonesia adalah Cinta Suci Zahrana (Habibburahman El Sirazi) dan Atheis (Achdiat K. Miharja).

Dari beberapa definisi tetantang novel tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa novel adalah karya sastra berbentuk prosa yang melukisakan suatu peristiwa yang dialami oleh pelaku dalam cerita dan dapat mengubah nasib dari tokoh di dalam cerita tersebut.


(14)

2.2 Unsur-Unsur Intrinsik

Sebuah karya sastra seperti novel, cerpen, atau roman terdapat kesamaan, yaitu sama-sama memiliki unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur dalam sastra yang ikut serta membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik terdiri dari alur/plot, latar atau setting, tema, tokoh dan penokohan dan gaya bahasa.

Keterpaduan antarunsur intrinsik inilah yang akan menjadikan sebuah novel dapat terwujud.

2.2.1 Alur (Plot) dan Pengaluran

Jalan cerita adalah peristiwa demi peristiwa yang terjadi susul menyusul. Lebih dari itu alur adalah rangkaian peristiwa yang saling berkaitan karena hubungan sebab akibat. Cara menganalisis alur adalah dengan mencari dan mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang memiliki hubungan kausalitas saja. Adapun pengaluran adalah urutan teks. Dengan menganalisis urutan teks ini, pembaca akan tahu bagaimana pengarang menyajikan cerita itu (Suyanto, 2012: 49-50). Alur atau plot ialah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita. Dari pengertian tersebut jelas bahwa setiap peristiwa tidak berdiri sendiri. Peristiwa yang satu akan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain, peristiwa yang lain itu akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan

seterusnya sampai cerita tersebut berakhir. Secara tradisional, plot disusun berdasarkan urutan yakni perkenalan, pertikaian, perumitan, klimaks, dan peleraian (Suroto 1993: 89).


(15)

Alur atau plot suatu cerita tidak selalu tertata urut seperti yang telah disebutkan. Pada perkembangan dan pertumbuhan sastra berikutnya terdapat banyak cerita yang urutan alurnya dimulai dari pertikaian atau bahkan dimulai dari klimaksnya. Cerita yang seperti itu biasanya menggunakan teknik sorot balik (flashback). Dalam novel Tanah Gersang misalnya, cerita dimulai dengan perampokan sebuah toko emas yaitu ketika Joni, Yusuf, dan Sukandar siap menunggu waktu yang direncanakan. Sambil menunggu waktu itulah pengarang menerangkan siapa sang tokoh tersebut, dari keluarga yang bagaimana dan mengapa mereka sampai melakukan perbuatan seperti itu. Cara yang seperti ini memang sering digunakan oleh pengarang untuk menarik perhatian pembacanya.

Penulis dapat menyimpulkan dari beberapa definisi bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk hubungan sebab-akibat (kausalitas) dan memiliki struktur yang dalam penyajian ceritanya.

2.2.1.1Tahapan Alur (Plot)

Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa disusun berdasarkan hubungan kausalitas. Setiap cerita biasanya dapat dibagi atas lima bagian, yaitu sebagai berikut.

a. Situation/tahap penyituasian, tahap pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal.

b. Generating circumstances/tahap peristiwa yang bersangkutan-paut yang berkait-kaitan mulai bergerak pemunculan konflik, masalah-masalah dan


(16)

peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

c. Rising action/tahap keadaan mulai memuncak atau peningkatan konflik. Konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan.

d. Climax/tahap klimaks, peristiwa- peristiwa mencapai klimaks dan

pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui dan ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai intensitas puncak.

e. Denouement/ tahap penyelesaian, pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa dan konflik-konflik diberi jalan keluar, cerita diakhiri. (Nurgiyantoro, 2012: 149-150)

Plot sebuah karya fiksi pada umumnya mengandung tahapan di atas, baik yang dirinci menjadi tiga tahapan maupun yang lima tahapan, namun tepatnya tidaklah harus linear-runtut-kronologis seperti pembicaraan itu (Wiyatmi 2008: 36-37).

2.2.1.2Diagram Struktur Alur

Tahap-tahap pemplotan dapat juga digambarkan dalam bentuk (gambar) diagram. Diagram struktur yang dimaksud, biasanya, didasarkan pada urutan kejadian atau konflik secara kronologis. Jadi, diagram itu lebih menggambarkan struktur plot jenis progresif-konvensional-teoretis. Misalnya, diagram yang digambarkan oleh John seperti ditunjukkan di bawah ini.


(17)

Inciting Forces+)

*) **) Pemecahan

Klimaks

Awal Tengah Akhir Keterangan: *) konflik dimunculkan dan semakin ditingkatkan **) konflik dan ketegangan dikendorkan

+) Inciting Forces menyaran pada hal-hal yang semakin meningkat konflik hingga akhirnya mencapai klimaks.

(Nurgiyantoro, 2012:151)

Diagram di atas menggambarkan perkembangan plot yang runtut dan kronologis. Jadi, ia sesuai betul dengan tahap-tahap pemplotan yang secara

teoretis-konvensional itu. Pada kenyataannya, plot cerita sebuah karya fiksi, terutama novel, terlebih yang tergolong kemudian, urutan kejadian yang ditampilkan pada umumnya tidak secara linear-kronologis, hingga jika digambarkan, wujud diagramnya pun tidak akan sama. Diagram ini digunakan oleh peneliti dalam menggambarkan diagram pengaluran.

2.2.1.3Jenis-Jenis Plot atau Alur

Karya sastra dilukiskan oleh beberapa tokoh dengan watak masing-masing. Mereka terlibat dalam bermacam-macam peristiwa. Oleh karena itu, Plot dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Alur maju

Alur maju atau alur progresif adalah alur alur cerita yang dimulai masa kini, lalu diungkapkan masa atau rencana mendatang. Misalnya novel Ronggeng Dukuh Paruk dalam novel tersebut cerita dimulai ketika Srintil (tokoh utama) masih kecil sampai dewasa menjadi seorang seorang peronggeng.


(18)

b. Alur mundur

Alur mundur atau flashback adalah alur cerita dengan tolehan kembali ke masa lalu. Misalnya novel Tanah Gersang yang dimulai dengan peristiwa perampokkan kemudian disusul dengan penceritaan mengenai siapa Joni, Yusuf, dan Sukandar sampai ketiga tokoh tersebut berani melakukan tindakan itu.

c. Alur gabungan

Di samping kedua alur yang kita bicarakan di atas, kedua alur itu dapat dipakai bersama-sama atau digabungkan. Misalnya pada novel Atheis. Alur gabungan dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut.

Alur mundur Masa Kini Alur maju Peristiwa: a,b, c .... peristiwa: d,e,f .... (Surana 2001: 55).

2.2.2 Tokoh dan Penokohan

Mengkaji unsur penokohan ada beberapa istilah yang mesti dipahami, yakni istilah tokoh, watak/karakter, dan penokohan. Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh tidak selalu berwujud manusia, tetapi bergantung pada siapa atau apa yang diceritakannya itu dalam cerita. Watak/karakter adalah sikap dan sifat para tokoh tersebut. Adapun penokohan atau perwatakan adalah cara pengarang

menampilkan tokoh-tokoh dan watak-wataknya di dalam cerita, termasuk melalui gaya bahasa (Suyanto, 2012: 46-47).

Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari


(19)

orang-orang yang hidup di alam nyata. Oleh karena itu, dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah. Dalam artian tokoh-tokoh memiliki

“kehidupan”, atau “hidup”, atau memiliki derajat lifelieness (kesepertihidupan).

Sama halnya dengan manusia yang ada dalam alam nyata, yang bersifat tiga dimensi, maka tokoh dalam fiksi pun hendaknya memiliki dimensi fisologis, sosiologis dan psikologis. Dimensi fisiologis meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya. Dimensi sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat, pendidikan, agama, pandangan hidup, ideologi, aktivitas sosial, organisasi hobi, bangsa, suku, dan keturunan (Wiyatmi, 2001:30).

Penokohan berbeda dengan pengertian tokoh dan watak/karakter. Penokohan merupakan cara pengarang dalam menggambarkan watak/karakter tokoh yang ada di dalam cerita. Tokoh adalah pelaku dalam yang ada di dalam sebuah karya fiksi. Watak/karakter adalah sifat dari tokoh yang ada dalam karya fiksi.

2.2.2.1Jenis-Jenis Tokoh

Sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita dibedakan antara tokoh utama

(sentral) dan tokoh tambahan (periferal). Tokoh yang disebut tokoh sentral apabila memenuhi tuga syarat, yaitu (1) paling terlibat dengan makna atau tema, (2) paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, (3) paling banyak memerlukan waktu penceritaan (Wiyati, 2001: 31).

Berdasarkan wataknya dikenal tokoh sederhana dan kompleks. Tokoh sederhana adalah tokoh yang mewakili keutuhan personalitas manusia dan hanya ditonjolkan satu sisi karakternya saja. Sementara itu tokoh kompleks, sebaliknya lebih


(20)

menggambarkan keutuhan personalitas manusia, yang memiliki sisi baik dan buruk secara dinamis. Fiksi lama juga pada umumnya menampilkan tokoh-tokoh sederhana.

Ada beberapa Jenis tokoh, yaitu sebagai berikut. a. Tokoh utama dan tokoh tambahan

Dilihat dari segi tingkat pentingnya (peran) tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagai besar cerita. Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali-kali (beberapa kali) dalam cerita dengan porsi penceritaan yang relatif pendek.

b. Tokoh protagonis dan antagonis

Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendapat empati pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik.

c. Tokoh statis dan tokoh dinamis

Dari kriteria berkembang/ tidaknya perwatakan, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang memiliki sifat dan watak yang tetap, tak berkembang sejak awal hingga akhir cerita, adapun tokoh dinamis adalah tokoh yang mengalami perkembangan watak sejalan dengan plot yang diceritakan (Suyanto, 2012: 49).


(21)

2.2.2.2Watak

Penampilan tokoh sebagai suatu tipe manusia, kemudian bagaimana pembinaan dan pengembangan wataknya, juga akan terlihat dalam hubungan kausalitas (Esten, 1984: 41).

Ada dua tipe watak/karakter, yaitu sebagai berikut. a. Tipe ekstravers,

Orang yang ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya tertuju keluar, pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakatnya hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar. Bahaya bagi tipe ekstravers ialah apabila ikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat sehingga ia tenggelam di dalam dunia objektif, kehilangan dirinya dan terhadap dunia subjektifnya sendiri.

Individu yang bertipe kepribadian ekstravers orientasi jiwanya terarah ke luar dirinya, bersifat sosiabel, membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara dan tidak menyukai aktifitas menyendiri, menyukai perangsangan, menyukai tindakan berisiko secara tiba-tiba, menyukai perubahan, cenderung agresif dan perasaannya tidak di bawah kontrol yang ketat.

b. Tipe introvers

Individu yang bertipe kepribadian introvers orientasi jiwanya terarah ke dalam dirinya, suka menyendiri, menjaga jarak terhadap orang lain, cenderung pemalu, membutuhkan waktu agak lama dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan,


(22)

tidak mudah percaya, tidak menyukai perangsangan, suka hidup teratur,

perasaannya di bawah kontrol yang ketat, agak pesimis dan menjunjung nilai-nilai etis.

Orang yang introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain.

Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe introvert ini ialah kalau jarak dengan dunia objektif terlalu jauh sehingga orang lepas dari dunia

objektifnya (Suryabrata, 1998: 162).

2.2.2.3Metode Penggambaran Watak Tokoh

Metode-metode karakterisasi tokoh, yaitu dengan cara sebagai berikut. 1. Metode telling, yaitu suatu pemaparan watak tokoh dengan mengandalkan

eksposisi dan komentar langsung dari pengarang. Melalui metode ini

mencakup karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh, melalui penampilan tokoh, dan karakterisasi melalui tuturan tokoh.

2. Metode showing, yakni penggambaran karakterisasi tokoh dengan cara tidak langsung (tanpa ada komentar atau penuturan langsung oleh pengarang), tapi dengan cara disajikan antara lain melalui dialog dan tingkah laku tokoh (Minderop, 2005: 8-22).


(23)

Dalam kebanyakan literatur-literatur sastra, istilah untuk kedua metode ini dikenal dengan istilah teknik analitik yang sama artinya dengan metode telling, dan teknik dramatik yang maknanya sama dengan istilah metode showing.

Penamaan tokoh (naming) dalam teknik naming atau pemberian nama tokoh, nama tokoh tertentu mengisyaratkan tokoh tertentu mengisyaratkan karakter tokoh. Dalam Percakapan apa yang diucapkan tokoh, baik dalam bentuk dialog maupun monolog, sering kali menunjukan karakternya. Penggambaran pikiran tokoh, karakter seseorang juga dapat dipahami melalui apa yang dipikirkan. Arus kesadaran (steam of conciousness) merupakan penceritaan untuk menangkap dan melukiskan warna-warni perkembangan karakter, yakni ketika persepsi bercampur dengan kesadaran atau setengah kesadaran, dengan kenangan dan perasaan.

2.2.3 Hubungan antara Pengaluran dan penokohan

Plot merupakan sesuatu yang bersifat artifisial. Ia hakikatnya hanya merupakan suatu bentuk pengalaman, yang sendiri sebenarnya tidak memiliki bentuk. Pemunculan peristiwa itu lebih merupakan penyeleksian terhadap kejadian-kejadian yang ingin diungkapkan. Namun, tokoh-tokoh cerita akan lebih menarik perhatian pembaca. Pembaca lebih dikesani oleh penampilan kehidupan dan jati diri para tokoh pelaku cerita yang memang lebih banyak menjanjikan. Dalam kaitan ini, plot sekedar merupan sarana untuk memahami perjalanan kehidupan tokoh. atau, menunjukan jati diri dan kehidupan tokoh, ia perlu diplotkan perjalanan hidupnya (Nurgiyantoro, 2012: 172)

Penokohan dan pemplotan merupakan dua fakta cerita yang saling memengaruhi dan menggantungkan satu dengan yang lain. Plot adalah apa yang dilakukan tokoh


(24)

dan apa yang menimpanya. Adanya kejadian demi kejadian, ketegangan, konflik, dan sampai ke klimaks—yang notabene kesemuanya merupakan hal-hal yang esensial dalam plot—hanya mungkin terjadi jika ada pelakunya. Tokoh-tokoh cerita itulah yang sebagai pelaku sekaligus sebagai penderita kejadian, dan karenanya penentu perkembangan plot. Bahkan sebenarnya, plot tak lain dari perjalanan cara kehidupan tokoh, baik dalam cara berpikir dan berperasaan, bersikap dan berperilaku, maupun bertindak, baik secara verbal maupun nonverbal.

2.3 Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem-subsistem yang ada, seperti tujuan yang akan dicapai, metode pembelajaran, pendekatan,

merupakan kesatuan yang sama-sama menentukan keberhasilan . Pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai.

Kurikulum yang saat ini diterapkan dalam pembelajaran adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan

pendidikan. KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan serta merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam satuan pendidikan dasar dan menengah. Hal ini merupakan tindak lanjut dari agenda perubahan kurikulum dalam konteks otonomi daerah dan disentralisasi pendidikan yang diprogramkan pemerintah. Oleh karena itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan


(25)

penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi daerah (Mulyasa, 2008: 221-222).

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Dengan adanya mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan

1. peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;

2. guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;

3. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;

4. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;

5. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; dan

6. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.


(26)

Materi yang diajarkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA meliputi kebahasaan dan kesastraan. Materi tentang kebahasaan meliputi pembelajaran pidato, ceramah/khotbah, wawancara, diskusi, dialog, penyampaian berita, presentasi laporan, deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi dan argumentasi,

ringkasan/rangkuman, laporan, karya ilmiah, makalah, serta surat lamaran. Materi tentang pembelajaran sastra meliputi cerpen, novel, dan puisi. Kedua materi tersebut dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus meliputi beberapa aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

Pembelajaran sastra di sekolah sangatlah penting. Novel merupakan karya sastra yang dibelajarkan di jenjang pendidikan tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) agar siswa dapat menghargai karya orang lain. Dalam novel terdapat nilai-nilai positif dapat dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan terutama pada alur dan penokohan yang disajikan oleh pengarang. Selain itu, novel dapat melatih intelegen dan perasaan siswa agar lebih peka terhadap kehidupan di sekitarnya. Novel-novel yang bermutu dan rumit pun, penyajian tentang „apa yang terjadi‟ dan „mengapa terjadi‟ merupakan unsur yang penting. Akan tetapi tidak selalu mudah bagi para siswa untuk merunut peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu novel. Para siswa perlu dipersiapkan untuk mengamati masalah-masalah yang berkenaan dengan pamrih pribadi dan motifnya, baik sadar maupun tidak. Tentu saja harus diingat bahwa dalam peristiwa-peristiwa sebuah novel

dipengaruhi sebuah pranata sosial, kekuatan sejarah yang berskala besar (berbagai macam revolusi), dan bukan kekuatan di luar kemampuan kontrol manusia


(27)

Saat ini, pendidikan karakter mulai diberlakukan untuk setiap mata pelajaran di SMA. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Pendidikan karakter utuh dan menyeluruh merupakan sebuah proses pembentukan individu menjadi seorang pribadi yang dapat menumbuhkan dimensi interioritas-nya sebagai manusia, serta eksterioritas mereka yang menjangkau orang lain, masyarakat, dan harapan bersama yang lebih baik (Albertus, 2012: 59).

Kementrian Pendidikan Nasional memberikan prioritas pada 20 nilai-nilai yang ingin diterapkan dalam lembaga pendidikan. Nilai-nilai bagi pembentukan karakter dibagi berdasarkan lima bidang pengelompokan. Pertama, nilai karakter dalam hubungan dengan Tuhan yaitu regionalitas. Kedua, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri meliputi jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, ingin tahu, dan cinta ilmu. Ketiga, nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama meliputi sadar akan hak dan kewajiban, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, dan demokratis. Keempat, nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan meliputi cinta lingkungan. Kelima, nilai kebangsaan meliputi nasionalis dan menghargai keragaman.


(28)

Tabel 2.1 Nilai-Nilai Pembentuk Karakter

No. Nilai Karakter Deskripsi

1. Regionalitas Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/ajaran agama.

2. Jujur Perilaku yang berdasarkan upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri maupun pihak lain.

3. Bertanggung jawab Sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya, negar, dan Tuhan Yang Maha Esa).

4. Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

5. Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 6. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

7. Percaya diri Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

8. Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

9. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata dan logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari apa yang telah dimiliki. 10. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

11. Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 12. Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. 13. sadar akan hak dan

kewajiban diri dan orang lain

Tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

14. Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenan dengan masyarakat dan kepentingan umum.


(29)

15. Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

16. Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa ataupun tata perilakunya ke semua orang.

17. Demokratis Cara berpikir, sikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

18. Cinta lingkungan Sikap dan tidakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi, serta selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 19. Nasionalis Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

20. Menghargai keragaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, adat, budaya, suku, dan agama.


(30)

III.METODE PENELITIAN

3.1 Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dan lain-lain. Deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2006: 6-11),.

Selain itu, penulis menggunakan pendekatan sastra objektif. Pendekatan objektif yaitu pendekatan yang memberikan perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom dengan kohesi intrinsik (Jabrohim, 2012: 67). Pendekatan ini digunakan karena yang dikaji merupakan bagian dari unsur-unsur intrinsik yaitu pengaluran dan penokohan.

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan berupa kutipan peristiwa-peristiwa atau teks yang terdapat di dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. Sumber data dalam penelitian ini berupa novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dan bahan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Novel ini diterbitkat pada bulan Mei 2012. Novel tersebut terdiri dari 392 halaman, tebal buku 14 × 21 cm, dan


(31)

diterbitkan oleh Noura Books (PT Mizan Publika) Bandung. Novel ini merupakan buku ke-14 yang ditulis oleh Khrisna Pabichara. Novel tersebut merupakan novel kisah trilogi dari Mentri BUMN Indonesia yaitu Dahlan Iskhan.

3.3Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Tenik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi. Analisis dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis teks, langkah-langkah analisis data yaitu sebagai berikut.

1. Membaca dengan cermat novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara untuk meninjau tokoh dan penokohan, serta alur.

2. Mencatat peristiwa-peristiwa penting pada novel Dahlan karya Khrisna Pabichara.

3. Melakukan analisis alur terhadap peristiwa-peristiwa dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

4. Melakukan analisis terhadap penokohan pada novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

5. Menyimpulkan penokohan dan alur dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

6. Menganalisis implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).


(32)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Pengaluran dan penokohan ini memiliki hubungan yang erat, yaitu pengarang menyampaikan penokohan melalui peristiwa-peristiwa yang ada di dalam cerita. Pada novel Sepatu Dahlan, pengarang menggambarkan watak melalui peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh. Reaksi tokoh terhadap konflik atau permasalahan ini yang membentuk watak/karakter tokoh dalam cerita. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Hasil analisis pengaluran pada novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara diketahui memiliki alur gabungan.

2. Hasil analisis penokohan diketahui pengarang menggunakan kedua metode, yaitu telling dan metode showing. Berdasarkan jumlah data pengarang cenderung menggunakan metode showing untukmenggambarkan watak/karakter tokoh di dalam cerita.

3. Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dapat dijadikan bahan alternatif pembelajaran novel di SMA. Pengaluran dan penokohan (unsur intrinsik) pada novel dibelajarkan pada siswa tingkat SMA kelas XI semester I berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang kurikulum KTSP dengan Standar Kompetensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi Dasar (KD) menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel


(33)

Indonesia/terjemahan. Indikator pembelajaran, yaitu siswa mampu menjelaskan dan menganalisis unsur intrinsik dalam novel, pada hal ini khususnya pengaluran dan penokohan. Nilai-nilai karakter yang terdapat dalam penelitian ini meliputi regionalitas, bertanggung jawab, berhidup sehat, disiplin, kerja keras, dan santun.

5.2Saran

Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran antara lain: 1. Bagi penulis novel disarankan agar menggunakan alur gabungan dalam

menulis novel agar menjadi karya sastra yang menarik.

2. Bagi penulis novel disarankan agar menggunakan metode telling dan showing dalam menggambarakan watak tokoh agar cerita semakin hidup di mata pembaca.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Albertus, Doni Koesoema. 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius.

Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer: Teori & Metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, Evrida.2011. Tokoh Beauty Ayu Pangestu dalam Novel Ms. B: “Panggil Aku B” dan Novel Ms. B: Will You Merry Me?” Karya Fira Basuki serta Ditinjau dari Aspek Pendidikan (Skripsi tidak diterbitkan).

Bandarlampung: Universitas Lampung

Esten, Mursal.1984. Kritik Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya. Jabrohim. 2012. Teori Penelitian Sastra. Teori Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Khoirot, Dika Umul.2007. Kemampuan Mengidentifikasi Struktur Alur Cerpen Gadis Berjaket Merah Karya Donatus A. Nogroho pada Siswa Kelas X SMA Tri Sukses Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 (Skripsi tidak diterbitkan). Bandarlampung: Universitas Lampung.

Lubis, Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan sastra. Bandung: Angkasa. Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi.Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Posdakarya.

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan: Sebuah Panduan Praktis. Bandung: Remaja Posdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan.2012. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pabichara, Khrisna. 2012. Sepatu Dahlan. Jakarta Selatan: Noura Books (PT Mizan Publika).


(35)

Rahmanto, B. 2005. Metode Pembelajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Surana.2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT Tiga serangkai Pustaka

Mandiri.

Suroto.1993. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo. Suyanto, Edi.2012. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia (Kajian

Sosio-Psikosastra terhadap Cerpen Agus Noor & Joni Ariadinata). Bandarlampung:Universitas Lampung.

Tarigan, Hendry Guntur.1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Lampung: Universitas Lampung.


(1)

III.METODE PENELITIAN

3.1 Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dan lain-lain. Deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2006: 6-11),.

Selain itu, penulis menggunakan pendekatan sastra objektif. Pendekatan objektif yaitu pendekatan yang memberikan perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom dengan kohesi intrinsik (Jabrohim, 2012: 67). Pendekatan ini digunakan karena yang dikaji merupakan bagian dari unsur-unsur intrinsik yaitu pengaluran dan penokohan.

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan berupa kutipan peristiwa-peristiwa atau teks yang terdapat di dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. Sumber data dalam penelitian ini berupa novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dan bahan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Novel ini diterbitkat pada bulan Mei 2012. Novel tersebut terdiri dari 392 halaman, tebal buku 14 × 21 cm, dan


(2)

diterbitkan oleh Noura Books (PT Mizan Publika) Bandung. Novel ini merupakan buku ke-14 yang ditulis oleh Khrisna Pabichara. Novel tersebut merupakan novel kisah trilogi dari Mentri BUMN Indonesia yaitu Dahlan Iskhan.

3.3Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Tenik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi. Analisis dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis teks, langkah-langkah analisis data yaitu sebagai berikut.

1. Membaca dengan cermat novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara untuk meninjau tokoh dan penokohan, serta alur.

2. Mencatat peristiwa-peristiwa penting pada novel Dahlan karya Khrisna Pabichara.

3. Melakukan analisis alur terhadap peristiwa-peristiwa dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

4. Melakukan analisis terhadap penokohan pada novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

5. Menyimpulkan penokohan dan alur dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

6. Menganalisis implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Pengaluran dan penokohan ini memiliki hubungan yang erat, yaitu pengarang menyampaikan penokohan melalui peristiwa-peristiwa yang ada di dalam cerita. Pada novel Sepatu Dahlan, pengarang menggambarkan watak melalui peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh. Reaksi tokoh terhadap konflik atau permasalahan ini yang membentuk watak/karakter tokoh dalam cerita. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Hasil analisis pengaluran pada novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara diketahui memiliki alur gabungan.

2. Hasil analisis penokohan diketahui pengarang menggunakan kedua metode, yaitu telling dan metode showing. Berdasarkan jumlah data pengarang cenderung menggunakan metode showing untuk menggambarkan watak/karakter tokoh di dalam cerita.

3. Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dapat dijadikan bahan alternatif pembelajaran novel di SMA. Pengaluran dan penokohan (unsur intrinsik) pada novel dibelajarkan pada siswa tingkat SMA kelas XI semester I berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang kurikulum KTSP dengan Standar Kompetensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi Dasar


(4)

Indonesia/terjemahan. Indikator pembelajaran, yaitu siswa mampu menjelaskan dan menganalisis unsur intrinsik dalam novel, pada hal ini khususnya pengaluran dan penokohan. Nilai-nilai karakter yang terdapat dalam penelitian ini meliputi regionalitas, bertanggung jawab, berhidup sehat, disiplin, kerja keras, dan santun.

5.2Saran

Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran antara lain: 1. Bagi penulis novel disarankan agar menggunakan alur gabungan dalam

menulis novel agar menjadi karya sastra yang menarik.

2. Bagi penulis novel disarankan agar menggunakan metode telling dan showing dalam menggambarakan watak tokoh agar cerita semakin hidup di mata pembaca.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Albertus, Doni Koesoema. 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius.

Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer: Teori & Metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, Evrida.2011. Tokoh Beauty Ayu Pangestu dalam Novel Ms. B: “Panggil Aku B” dan Novel Ms. B: Will You Merry Me?” Karya Fira Basuki serta Ditinjau dari Aspek Pendidikan (Skripsi tidak diterbitkan).

Bandarlampung: Universitas Lampung

Esten, Mursal.1984. Kritik Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya. Jabrohim. 2012. Teori Penelitian Sastra. Teori Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Khoirot, Dika Umul.2007. Kemampuan Mengidentifikasi Struktur Alur Cerpen Gadis Berjaket Merah Karya Donatus A. Nogroho pada Siswa Kelas X SMA Tri Sukses Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 (Skripsi tidak diterbitkan). Bandarlampung: Universitas Lampung.

Lubis, Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan sastra. Bandung: Angkasa. Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi.Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Posdakarya.

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan: Sebuah Panduan Praktis. Bandung: Remaja Posdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan.2012. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pabichara, Khrisna. 2012. Sepatu Dahlan. Jakarta Selatan: Noura Books (PT Mizan Publika).


(6)

Rahmanto, B. 2005. Metode Pembelajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Surana.2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT Tiga serangkai Pustaka

Mandiri.

Suroto.1993. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo. Suyanto, Edi.2012. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia (Kajian

Sosio-Psikosastra terhadap Cerpen Agus Noor & Joni Ariadinata). Bandarlampung:Universitas Lampung.

Tarigan, Hendry Guntur.1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Lampung: Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA

1 8 1

Pencitraan Dalam Novel Sepatu Dahlan (Studi Analisis Wacana Kritis Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara)

1 24 119

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

4 52 64

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Sosial Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 3 12

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Sosial Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

3 7 24

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA Analisis Penggunaan Kata Ulang Bahasa Indonesia Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara Dan Kaitannya Dengan Pembelajaran Bahasa Di SMA.

0 0 15

PENDAHULUAN Analisis Penggunaan Kata Ulang Bahasa Indonesia Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara Dan Kaitannya Dengan Pembelajaran Bahasa Di SMA.

0 1 5

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA Analisis Penggunaan Kata Ulang Bahasa Indonesia Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara Dan Kaitannya Dengan Pembelajaran Bahasa Di SMA.

0 2 14

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SARAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

0 8 13

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA - Repository UNRAM

0 0 13