bersama dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder publik yaitu pemerintah dan komunitas. Kelompok stakeholder sekunder
didefinisikan sebagai pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi perusahaan namun mereka tidak berhubungan dengan transaksi dengan
perusahaan. Dari kedua jenis stakeholder tersebut, stakeholder primer merupakan stakeholder yang paling berpengaruh bagi kelangsungan
perusahaan karena mempunyai power yang cukup tinggi terhadap ketersediaan sumber daya perusahaan. Oleh karena itu, “ketika
stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang
memuaskan keinginan stakeholder” Chariri dan Ghozali, 2007. Untuk menjaga hubungan dengan stakeholder adalah dengan melaksanakan
CSR agar keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga dapat menghasilkan hubungan yang baik antar perusahaan dengan para
stakeholder. Hubungan yang baik antar keduanya dapat berpengaruh baik pula untuk mencapai keberlanjutan atau kelestarian pada perusahaan.
2.1.2 Teori Agensi
Teori agensi menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang prinsipal yaitu investor dengan pihak yang
menerima wewenang agensi yaitu manajer. Jensen dan Meckling 1986 menyatakan bahwa “hubungan keagenen adalah suatu kontrak di mana
satu atau lebih orang prinsipal melibatkan orang lain agen untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada
agen”. Teori ini mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Sehingga terjadi konflik kepentingan antara
pemilik dengan agen karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan
agency cost. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di
dalam perusahaan. Sedangkan para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai
dalam hubungan tersebut. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pengungkapan
pertanggungjawaban sosial perusahaan yaitu : biaya pengawasan, biaya kontrak, dan visibilitas politis. Perusahaan yang melakukan
pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial bertujuan untuk membangun citra pada perusahaan dan mendapatkan perhatian dari
masyarakat. Perusahaan memerlukan biaya untuk memberikan informasi pertanggungjawaban sosial, sehingga laba yang dilaporkan dalam tahun
berjalan menjadi lebih rendah. Perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah serta visibilitas politis yang
tinggi akan cenderung untuk mengungkapkan informasi pertanggungjawaban sosial. Jadi “pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial berhubungan positif dengan kinerja sosial,
Universitas Sumatera Utara
kinerja ekonomi, dan visibilitas politis serta berhubungan negatif dengan biaya kontrak dan pengawasan biaya keagenen” Anggraini, 2006.
Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung melaporkan laba
bersih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen salah satunya biaya yang dapat
meningkatkan reputasi perusahaan bagi masyarakat. Manajer yang bertanggung jawab sebagai agen akan berusaha memenuhi seluruh
keinginan pihak prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan.
2.1.3 Corporate Social Responsibility CSR