Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli Serdang, Provisi Sumatera Utara)
1
PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO
DI SUMATERA UTARA
(Studi Kasus :Kabupaten Deli Serdang, Provisi Sumatera Utara)
SKRIPSI
HANNA LIAS ATENA TARIGAN
030304053
SEP/AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
2
PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO
DI SUMATERA UTARA
(Studi Kasus : Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)
SKRIPSI
HANNA LIAS ATENA TARIGAN
030304053
SEP/AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat
Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DISETUJUI OLEH,
KOMISI PEMBIMBING
(Dr. Ir. Tavi Supriana, Ms)
Ketua
( Ir. Hasudungan Butar-Butar, MSi)
Anggota
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
3
ABSTRAK
HANNA LIAS ATENA TARIGAN (030304053), dengan judul skripsi
“PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO DI SUMATERA UTARA”.
Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Bapak Ir.
Sinar Indra Kesuma, MSi.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2007, penentuan daerah
penelitian didasarkan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra produksi
penghasil wortel di Kabupaten Karo.
Pengambilan sampel petani dilakukan secara Stratified Random Sampling
yakni dengan mempertimbangkan tingkat populasi, biaya, waktu dan tenaga,
dimana pada Desa Sukadame terdapat populasi penanam wortel 200 KK, dan
diambil sampel sebanyak 30 KK untuk dijadikan sampel dalam penelitian.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan wawancara langsung dengan petani,
sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti Dinas
Pertanian Kabupaten Karo, Kantor Kepala Desa Sukadame.
Dari penelitian diperoleh hasil :
1. Faktor-faktor produksi (saprodi, tenaga kerja dan pupuk) tersedia di daerah
penelitian.
2. Penerapan teknologi budidaya wortel di daerah penelitian masih secara
tradisional, dimana saprodi yang digunakan masih tradisional.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
4
3. Usahatani wortel di daerah penelitian mampu memberikan kesempatan kerja,
yang ditunjukkan oleh besarnya total rataan HKP yang digunakan untuk
seluruh tahap kegiatan sebesar 61.46 HKP/Ha.
4. Usahatani wortel secara ekonomi layak dikembangkan oleh karena nilai rataan
BEP pendapatan, produksi, dan harga masing-masing sebesar Rp.118,116.82
/Ha produksi, 168.74 Kg/Ha, Rp.372.92/Kg/Ha. Rataan nilai R/C ratio dan
ROI masing-masing adalah 1,88 dan 88.13 %.
5. Rataan pendapatan petani wortel sebesar Rp.3,975,879.30 /Ha/musim tanam
dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga.
6. Permintaan untuk konsumsi wortel di daerah penelitian tinggi dan harga relatif
stabil.
7. Masalah-masalah yang dihadapi oleh petani wortel di daerah penelitian adalah
musim kemarau, saprodi masih tradisional, tidak adanya penyuluhan dan
adanya persaingan.
8. Usahatani wortel di daerah penelitian mempunyai prospek yang cukup baik
untuk dikembangkan.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
5
RIWAYAT HIDUP
Hanna Lias Atena Tarigan, lahir di Medan pada tanggal 25 Maret 1985.
Anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak L. Tarigan dan Ibu S.
Galingging.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah :
1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri I B.Purba dan tamat tahun
1997.
2. Tahun 1997 masuk sekolah lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri I B.
Purba dan tamat tahun 2000.
3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Cahaya Medan dan
tamat tahun 2003.
4. Tahun 2003 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
5. Bulan Juni-Juli 2007 mengikuti PKL di Desa Pegagan Julu I, Kecamatan
Sumbul, Kabupaten Dairi.
6. Bulan Agustus 2007 malakukan penelitian skripsi di Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
6
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan
karuniaNya sehingga penulis dapat memulai menjalani dan mengakhiri masa
perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO DI
SUMATERA UTARA” dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, MSi selaku Anggota Komisi
Pembimbing.
3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, serta seluruh Staff Pengajar, Pegawai Tata Usaha di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut berperan dalam dalam
studi penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MS dan Ibu Dr. Ir. Diana Chalil,
MS selaku dosen penguji.
5. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua instansi terkait
dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan
dan bimbingannya.
Secara khusus penulis mengucapkan kepada Ayahanda L.
Tarigan dan Ibunda S. Galingging atas kasih sayang, dan doanya.
Penulis
menyadari
bahwa
skripsi
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan, untuk itu penulis terbuka dalam menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan,
Juni 2008
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
7
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN.......................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Identifikasi Masalah................................................................................. 4
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
Kegunaan Penelitian ................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6
Landasan Teori ........................................................................................ 8
Kerangka Pemikiran ...............................................................................13
Hipotesis.................................................................................................... 15
METODA PENELITIAN
Metoda Penentuan Daerah Penelitian ......................................................16
Metoda Pengumpulan Data .....................................................................16
Metoda Analasis Data .............................................................................17
Defenisi dan Batasan Operasional ...........................................................19
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Luas dan Topografi Kabupaten Deli Serdang ..........................................21
Tata Guna Tanah ....................................................................................24
Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja .....................................................25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ........................................................................30
Perkembangan Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian dan Perindustria
di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...............................35
Pengaruh Jumlah Penduduk dan Konversi Lahan Pertanian Terhadap
Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...42
Hubungan Antara Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah
Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ........................................................................43
Hubungan Antara Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah
Tenaga Kerja Sektor Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
8
Tahun 1998-2006 ........................................................................44
Pengaruh Luas Lahan Pertanian Terhadap Jumlah Produksi Padi di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 .................................45
Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konversi Lahan Pertanian
Terhadap di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ..............46
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
9
DAFTAR TABEL
No
Hal
1. Neraca Lahan Sawah di Indonesia Tahun 199-2002 ................................ 2
2. Luas Lahan Pertanian dan Total Tenaga Kerja dalam Bidang
Petanian di Indonesia............................................................................... 3
3. Hubungan Anara Rataan Konversi Lahan Sawah dengan Pertumbuhan
PDRB di Jawa, Selama Periode 1978-2000................................................10
4. Rasio Land Rent yang Diperoleh dengan Mengusahakan Lahan
Untuk Sawah dan Penggunaan Lain di Jawa Pada Tahun 1990-199..........11
5. Perubahan Struktur dan Komposisi Tenaga Kerja Pertanian Tahun
1986-1997...................................................................................................12
6. Sumber dan Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian di
Kabupaten Deli Serdang.............................................................................16
7. Nama Kecamaan dan Jumlah Desa Yang Terdapat di Kabupaten
Deli Serdang................................................................................................22
8. Penggunaan Lahan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006 .....................24
9. Jumlah Penduduk Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2001-2005 ..................................................................................... 25
10. Penduduk Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Usia Tahun 2006....... . 26
11. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Berbagai Sektor di Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2006 .............................................................................. 27
12. Luas Areal Pertanian Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2001-2005. .................................................................................. 33
13. Luas Pengurangan Areal Pertanian dan Konversi Lahan Pertanian
Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara ........................................... 37
14. Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 .............. 30
15. Perkembangan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian dan
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
10
Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006. .................. 36
16. Perkembangan Industri Kecil, Menengah, dan Besar di Kabupaten
Deli Serdang pada Tahun 2000-2005 .................................................... 39
17. Jumlah Unit Bangunan Rumah yang Dibangun di Kabupaten Deli
Serdang Tahun 1999-2006 .................................................................. 40
18. Jumlah Penganguran di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1999-2006 .... 41
19. Jumlah Penduduk, Luas Konversi Lahan Pertanian dan LMR Seluruh
Wilayah di Kabupaten Deli Serdang.................................................... 42
20. Pengaruh Luas Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi di Kabupaten
Deli Serdang Tahun 1998-2006 ........................................................... 45
21. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Luas Konversi Lahan Pertanian
di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ..................................... 46
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
11
DAFTAR GAMBAR
No
Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran ................................................................. 14
2. Grafik Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun
1998-2006...........................................................................................32
3. Grafik Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ................................................................................32
4. Grafik Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ................................................................................32
5. Diagram Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ................................................................................33
6. Diagram Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian
dan Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006..........37
7. Grafik Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian
dan Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.........38
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
12
DAFTAR LAMPIRAN
No
Hal
1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 .................1
.
2. Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006............2
3. Luas Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006............................................................................................3
4. Total Produksi Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-20063.....4
5. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian dan Perindustrian di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006....................................................5
6. Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.....................6
7. Data Jumlah Penduduk, Konversi, Land Man Ratio, Produksi,
Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Perindustrian Grafik Perkembangan
Jumlah Tenaga Kerja ddi Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...........7
8. Hubungan Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah Tenaga Kerja
Sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...................8
9. Hubungan Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah Tenaga Kerja
Sektor Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006..............9
10. Pengaruh Luas Lahan Sawah Terhadap Jumlah Produksi Tanaman
Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.....................................10
11. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Luas Konversi Lahan
Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.............................11
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan pendududuk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan
menjadikan lahan-lahan pertanian semakin sempit di berbagai daerah. Lahan
pertanian yang sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan
lahan industri. Perkembangan kehidupan telah membuat alih fungsi lahan
pertanian sulit dihindarkan. Selain peningkatan jumlah penduduk, tuntutan
peningkatan kualitas kehidupan, serta orientasi kebijakan yang diambil
pemerintah juga mendorong terjadinya konversi lahan. Tahun 1983 persentase
petani yang menguasai (memiliki atau menyewa tanah dari pihak lain) yang
luasnya kurang dari 0,5 hektar (petani gurem) mencapai 40,8 persen. Sepuluh
tahun kemudian, persentase ini meningkat menjadi 48,5 persen. Sensus pertanian
tahun 2003 mencatat jumlah petani gurem meningkat menjadi 56,5 persen dari
seluruh keluarga petani di Indonesia. Sementara rumah tangga petani dalam
sepuluh tahun terakhir meningkat dari 20,8 juta keluarga menjadi 25,6 juta
keluarga. Hal ini menunjukkan elastisitas demand tenaga kerja di sektor pertanian
semakin inelastis. Keadaan itu diperburuk dengan ketimpangan distribusi
penguasaan lahan. Sekitar 70 persen petani hanya menguasai 13 persen lahan,
sementara yang 30 persen justru menguasai 87 persen lahan yang ada
(Ashari, 2003 : 6).
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
14
Dikaitkan dengan nilai lahan atau land rent, konversi juga terjadi karena
perbedaan nilai lahan. Rent yang kecil dari penggunaan pertanian mengakibatkan
sulit dicegahnya para pemilik lahan mengkonversikan lahannya kepenggunaan
yang lain. Selain itu konversi juga terjadi karena besarnya tingkat urbanisasi yang
disebabkan oleh lambannya proses pembangunan di wilayah pedesaan.
Peningkatan jumlah anggota kelompok berpendapatan menengah dan atas di
wilayah perkotaan mengakibatkan permintaan terhadap sarana pemukiman
semakin besar (Effendi, 2005 : 9).
Sementara itu pola pewarisan tanah dalam masyarakat cenderung semakin
mendorong fragmentasi lahan, sehingga rata-rata penguasaan lahan oleh petani
terus menurun dari waktu kewaktu (Jamal, 2000: 17).
Menurut hasil sensus pertanian tahun 2003, luas sawah yang dimiliki oleh
Indonesia saat ini hanya 8,11 juta hektar. Empat puluh lima persen diantaranya
ada di Jawa dan Bali. Dari tahun ketahun bukan perluasan yang terjadi, tetapi
justru luas sawah semakin menyusut. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.
Tabel 1. Neraca Lahan Sawah di Indonesia Tahun 1999-2002.
Wilayah
Jawa
Luar
Jawa
Indonesia
Neraca Lahan Sawah di Indonesia, 1999-2002
Luas
Luas
PersenLuas
Persen
Lahan
Pengutase
Penam- tase
Baku
rangan
Pengubahan
Penam
1999
(ribu ha) rangan
(ribu ha) bahan
(juta ha)
(%)
(%)
3,38
167,2
4,94
18,0
0.53
4,73
396,0
8,37
121,3
2,56
8,11
563,2
6,94
139,3
1,71
Luas
Konversi
(ribu ha)
-149,1
-274,7
Persen
tase
Kon
versi
(%)
-4,42
-5,81
-423,9
-5,23
Sumber : Dari Data BPS, Potensi Desa Hasil Sensus Pertanian 2003 (diolah).
(Roosita, 1999: 3).
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
15
Sebenarnya program reformasi tanah sudah lama berjalan, tetapi sangat
lambat walaupun sudah ada undang-undang yang mengaturnya, yaitu UU
peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Data menunjukkan
tahun 1960 hingga 2002, melalui reformasi tanah telah didistribusikan 885.000 Ha
dan nilai tersebut tidak lebih dari 2 persen total luas tanah pertanian. Tanah seluas
885.000 Ha dibagikan kepada 1,3 juta keluarga petani atau 7 persen dari total
rumah tangga pertanian. Sedangkan yang diretribusikan rata-rata 25.000 bidang
tanah/tahun. (Kompas,2003 : 2)
Secara agregat telah terjadi perubahan struktural penyerapan tenaga kerja
sebelum krisis ekonomi, dimana secara absolut penyerapan tenaga kerja pertanian
telah menurun setelah tahun 1990. Tahun 1986, jumlah tenaga kerja pertanian
adalah 37,6 juta orang. Pada tahun 1991 naik menjadi 41,2 juta orang dan pada
tahun 1997 turun menjadi 35,8 juta orang. Luas lahan pertanian per tenaga kerja
pertanian juga memperlihatkan kecenderungan menurun. Hal tersebut dapat kita
lihat pada pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Lahan Pertanian dan Total Tenaga Kerja dalam Bidang
Pertanian di Indonesia.
Tahun
1980
Luas Lahan Pertanian
(juta Ha)
28,8
Jumlah Tenaga Kerja
(juta orang)
28,04
1986
38,9
37.72
(Kasryno, 2000: 27).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumut, produksi padi periode
1998-2006 di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan 23 persen per tahun.
Penurunan itu terjadi akibat berkurangnya lahan pertanian padi sebesar 1,13
persen per tahun. Produksi padi sawah dan padi ladang pada tahun 2005 mencapai
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
16
3,447 juta ton dan kemudian menurun menjadi 3,006 juta ton pada tahun 2006.
Pada tahun 2007, produksi padi Sumut naik sedikit menjadi 3,2 juta ton. Pada
tahun 2004, luas areal tanaman padi mencapai 826.091 ha. Tahun 2005, angka itu
turun sampai 822.073 ha dan menjadi 705.023 ha pada 2006. Sebaliknya, areal
perkebunan kelapa sawit dari semula 844.882 ha (2004) bertambah menjadi
894.911 ha (2005) dan pada tahun 2006 menjadi 1.044.230 ha (Kompas, 2008 :3)
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana perkembangan land man ratio di daerah penelitin.
2.
Bagaimana perkembangan kesempatan kerja pada sektor pertanian dan
perindustrian di daerah penelitian.
3.
Bagaimana pengaruh pertumbuhan jumlah penduduk dan luas konversi
lahan pertanian terhadap land man ratio di daerah penelitian.
4.
Bagaimana hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga
kerja sektor pertanian di daerah penelitian.
5.
Bagaimana hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga
kerja sektor perindustrian di daerah penelitian
6.
Bagaimana pengaruh luas lahan sawah terhadap jumlah produksi padi di
daerah penelitian.
7.
Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap luas konversi lahan
pertanian di daerah penelitian.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
17
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan land man ratio di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui perkembangan kesempatan kerja pada sektor pertanian
dan perindustrian di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan jumlah penduduk dan luas
konversi lahan pertanian terhadap land man ratio di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah
tenaga kerja sektor pertanian di daerah penelitian.
5. Untuk mengetahui hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah
tenaga kerja sektor perindustrian di daerah penelitian.
6. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan sawah terhadap jumlah produksi
padi di daerah penelitian.
7. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap luas konversi
lahan pertanian di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1.
Sebagai bahan informasi mengenai luas konversi lahan pertanian,
perkembangan land man ratio dan perkembangan kesempatan kerja di
Kabupaten Deli Serdang.
2.
Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan penelitian ini
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
18
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Pada negara-negara maju di dunia, ada kecenderungan menurunnya
jumlah petani dan bertambahnya luas daerah-daerah pertanian, sehingga lahan
garapannya semakin luas. Berbeda dengan Indonesia, walaupun secara persentase
jumlah petani menurun, tetapi secara absolut meningkat, sementara itu luas lahan
pertanian justru berkurang (Yodohusodo, 1999: 1).
Sebagai bangsa berpenduduk sekitar 215 juta orang di tahun 2004, kita
kurang menyadari bahwa kita bergantung pada lahan pertanian seluas 7,8 juta
hektar. Tanah seluas ini dialokasikan untuk bahan pangan pokok seperti beras,
jagung, kacang-kacangan, gula, tembakau, sebagian sayuran, dan buah-buahan.
Ketersediaan lahan per kapita atau land man ratio menjadi kriteria penting tingkat
ketahanan pangan nasional. Tahun 2004, Indonesia memiliki land man ratio 362
m2/kapita, Thailand memiliki land
man ratio 1870 m2/kapita, dan Vietnam
sekitar 1300 m2/kapita. Indonesia ternyata memiliki lahan pertanian per kapita
terkecil di antara negara agraris di dunia (Kompas,02/04: 1).
Pada tahun 90-an lahan pertanian masih tersedia seluas 25 juta hektar,
namun terus menyusut, hingga tahun 2004 hanya tersisa 14,2 juta hektar yang
terdiri dari lahan basah 7,7 juta hektar dan lahan kering 6,5 juta hektar.
Penyusutan atau konversi lahan pertanian sangat intensif terjadi di Jawa,
berhubung lebih dari 60 persen penduduk tinggal di Jawa sedangkan luasnya tidak
lebih dari 7 persen daratan Indonesia. Dari tahun 1999 hingga tahun 2002 lebih
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
19
dari 149 ribu hektar sawah berubah fungsi menjadi lahan permukiman dan
industri dengan tingkat konversi tertinggi terjadi di Jawa Barat. Penyusutan lahan
tersebut menyebabkan jumlah petani gurem dan petani tidak bertanah bertambah
besar. Berdasarkan ketersediaan, Indonesia tergolong negara agraris yang miskin,
karena hanya memiliki rasio lahan penduduk sebesar 354 m2/kapita, sedangkan
dengan negara Thailand mencapai 5.230 m2/kapita. Sementara itu rata-rata
penguasaan lahan sawah di Indonesia hanya 0,3 hektar/keluarga petani
(Suryaman, 2006: 3).
Pertumbuhan penduduk, ekonomi, maupun industri telah menyebabkan
terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap daerah pemukiman dan perindustrian.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan fungsi penggunaan lahan,
khususnya alih fungsi lahan pertanian dan kehutanan (Winarsono, 2002: 7).
Konversi lahan petanian dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, jumlah
rumah tangga nonpertanian, pengaruh dekat tidaknya jarak lokasi lahan ke
kawasan industri (Fauzi, 1992: 85).
Lahan yang terbatas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi
mengakibatkan sedikitnya lahan yang tersedia bagi setiap orang petani (land/man
ratio yang rendah). Harga lahan yang tinggi dan skala usaha yang kecil
mengakibatkan efisiensi usahatani rendah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
dan lambatnya pengembangan lapangan kerja di sektor yang lain, mengakibatkan
rendahnya pendapatan di sektor pertanian dan timbulnya disquised unemployment
(Simanjuntak, 2004: 23).
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
20
Dampak
negatif dari konversi
lahan
adalah
hilangnya peluang
memproduksi hasil pertanian di lahan sawah yang terkonversi, yang besarnya
berbanding lurus dengan luas lahannya. Jenis kerugian tersebut mencakup
pertanian dan nilainya, pendapatan usaha tani, dan kesempatan kerja pada
usahatani. Selain itu juga hilangnya pendapatan dan kesempatan kerja pada
kegiatan ekonomi yang tercipta secara langsung maupun tidak langsung dari
kaitan ke depan (forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage) dari
kegiatan usaha tani tersebut, misalnya usaha traktor dan penggilingan padi
(Sumaryanto,dkk,1994: 89).
Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi
tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang
dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan
fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan
dipengaruhi oleh pola produksi pertanian, produksi dan jasa nonpertanian
pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja, dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di
sektor pertanian besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian
(Kasryno, 2000: 28).
Landasan Teori
Menurut Kustiawan (1997: 5) dalam perspektif makro, fenomena konversi
lahan pertanian di negara-negara sedang berkembang terjadi akibat transformasi
struktural perekonomian dan demografis. Transformasi struktural dalam
perekonomian berlangsung dari yang semula bertumpu pada pertanian ke arah
yang lebih bersifat industri. Sementara dari sisi demografis, pertumbuhan
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
21
penduduk perkotaan yang pesat mengakibatkan konversi dari penggunaan
pertanian ke penggunaan non pertanian yang luar biasa.
Terjadinya konversi lahan sawah ke nonsawah di Provinsi Jawa Timur
sebagaimana dikemukakan Ashari (1995:7) disebabkan oleh kepadatan penduduk,
nilai tukar petani, dan PDRB per kapita. Kepadatan penduduk disuatu tempat
(terutama di perkotaan) yang juga mencerminkan land man ratio akan mendorong
penduduk mencari tempat lain untuk membangun pemukiman di luar kota
(pedesaan). Akibatnya banyak lahan yang semula digunakan untuk kegiatan
pertanian mengalami alih fungsi menjadi pemukiman. Sedangkan nilai tukar
petani yang rendah menyebabkan tidak ada insentif bagi petani untuk terus hidup
dari usaha pertaniannya, sehingga mereka cenderung mengkonversi lahan
sawahnya.
Keterbatasan lahan di Jawa dan keberadaan lahan sawah yang sebagian
besar pada daerah yang mudah diakses, menyebabkan banyak lahan sawah yang
digunakan untuk mendukung aktivitas ekonomi seperti perindustrian, transportasi
dan perdagangan, hotel dan restoran, pembangunan prasarana jalan dan
pembangunan sarana pasar dan turisme. Dari Tabel 3 dapat dilihat hubungan
antara rataan konversi lahan sawah dengan pertumbuhan PDRB di Jawa, selama
periode 1978-2000.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
22
Tabel 3.Hubungan Antara Rataan Konversi Lahan Sawah dengan
Pertumbuhan PDRB di Jawa, Selama Periode 1978-2000.
Periode
Konversi
(Ha/tahun)
PDRBTotal
(%th)
PDRBIndustri
(%th)
PDRBTransportasi&
Komunikasi
(%th)
PDRBPerdagangan,
hotel, dan
restoran(%th)
1979-1984
-6956
27,71
36,43
28,77
23,91
1985-1990
-6272
15,33
20,54
14,12
17,23
1991-1996
-23771
19,31
26,17
20,35
16,81
1997-2000
-46703
22,58
17,05
21,86
24,72
Sumber : BPS, berbagai terbitan (diolah)
( Ilham, dkk, 2003 : 9).
Menurut Ilham,dkk (2003: 9) dampak konversi lahan sawah dapat
dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya lahan sawah diperuntukkan untuk
memproduksi padi. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah ke fungsi lain
akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan
sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimplikasi
besarnya kerugian akibat sudah diinfestasikannya dana untuk mencetak sawah,
membangun waduk, dan sistem irigasi. Sementara itu volume produksi yang
hilang akibat konversi lahan sawah ditentukan oleh: pola tanam yang diterapkan
di lahan sawah yang belum dikonversi, produktivitas usahatani dari masingmasing komoditi dari pola tanam yang diterapkan, dan luas lahan sawah yang
terkonversi.
Dari data Sensus Pertanian 1983 dan 1993, ternyata jumlah luas lahan
pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga pertanian menurun dari 18,3 juta
hektar menjadi 17,7 juta hektar. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
23
konversi lahan pertanian seperti untuk pemukiman, pengembangan kawasan
industri, dan pembangunan prasarana perekonomian (BPS, 1993: 34).
Jumlah rumah tangga pertanian meningkat dari 19,5 juta pada tahun 1983,
menjadi 21,5 juta pada tahun 1993. Karena total lahan pertanian menurun, berarti
luas penguasaan lahan pertanian per petani menurun (BPS, 1994: 34).
Penelitian Sumaryanto, Hermanto, dan Pasandaran pada tahun 1996 di
Jawa dalam Ilham (2003 :8) menunjukkan bahwa alih fungsi lahan sawah ke non
pertanian (63%) lebih tinggi dibandingkan dengan ke pertanian non sawah (37 %).
Dari 63% tersebut, 33% untuk pemukiman, 6% untuk industri, 11% untuk
prasarana, dan 13% untuk lainnya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
kedekatan lokasi sawah dengan pusat ekonomi sangat nyata mempengaruhi laju
konversi lahan.
Tabel 4. Rasio Land Rent yang Diperoleh dengan Mengusahakan Lahan
untuk Sawah dan Penggunaan lain di Jawa Pada Tahun 1990-1992.
No
1
Perbandingan Penggunaan
Lahan
Sawah : Industri
Rasio Land Rent
Peneliti
1 : 500
Iriadi (1990)
2
Sawah : Perumahan
1 : 622
Riyani (1992)
3
Sawah : Pariwisata
1 : 14
Kartika (1990)
4
Sawah : Hutan Produksi
1 : 2,6
Lubis (1991)
Sumber : Nasoetion dan Winito, 1996
Konversi lahan sawah ke pertanian lain dan ke pemukiman dapat terjadi
tanpa melalui transaksi. Namun kasus di Jawa menunjukkan bahwa kasusu
konversi seperti itu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang melalui
transaksi.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
24
Hasil temuan Rusastra et al (1997) dalam Ilham dkk (2003 : 9)
menunjukkan di daerah Kalimantan Selatan, alasan utama petani melakukan
konversi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang tinggi. Pada tahun
yang sama penelitian Syafa’at et al (1995) di Jawa menemukan bahwa alasan
utama petani melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan, lahannya
berada dalam kawasan industri, serta harga lahan. Pajak lahan yang tinggi
cenderung mendorong petani untuk melakukan konversi.
Peningkatan jumlah petani gurem dan buruh tani di Jawa antara lain
disebabkan oleh penyusutan lahan pertanian yang cukup pesat, dan sebagian
petani digusur dari lahan yang mereka miliki guna pembangunan kawasan
industri, perumahan, dan prasarana ekonomi. Disisi lain konsolidasi penguasaan
lahan tersebut juga berarti menurunkan status petani menjadi buruh. Karena
kesempatan kerja bagi mereka di sektor nonpertanian tidak sesuai dengan sumber
daya manusia yang mereka miliki, maka statusnya menurun menjadi patani gurem
dan buruh tani. Pada Tabel 5 disajikan perubahan struktur dan komposisi tenaga
kerja pertanian dari tahun 1986-1997.
Tabel 5. Perubahan Struktur dan Komposisi Tenaga Kerja Pertanian Tahun
1986-1997
No
Status Pekerjaan
1
Berusahatani sendiri
2
Berusahatani dengan
tenaga kerja keluarga
dan buruh
Berusahatani dengan
tenaga buruh tetap
Buruh tani/karyawan
3
4
5
Tenaga kerja keluarga
tidak dibayar
1986
(Orang &%)
5880598
(15,62%)
12136423
(32,24%)
112517
(0,30%)
3531262
(9,38%)
15932545
(42,32%)
Penyerapan Tenaga Kerja
1991
1996
(Orang &%) (Orang &%)
6157961
6226472
(14,94%)
(16,51%)
13412142
14483416
(32,55%)
(38,39%)
201402
(0,49%)
4657550
(11,30%)
16775766
(40,72%)
314811
(0,83%)
4942282
(13,10%)
11753270
(31,17%)
1997
(Orang &%)
6771200
(18,89%)
11644980
(32,42%)
435780
(1,22%)
4812505
(13,42%)
12184166
(33,99%)
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
25
Jumlah tenaga kerja pertanian
37644472
41205791
(100,00%)
(100,00%)
Total tenaga kerja pangsa
68338187
76423179
tenaga pertanian
(5,09%)
(53,92%)
Sumber data: Sakernas BPS 1986,1993,1996, dan 1997
37720251
(100,00%)
85701813
(44,01%)
35848631
(100,00%)
87049765
(41,18%)
Kerangka Pemikiran
Kegiatan pertanian merupakan mata pencarian utama bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia, karena itu ketersediaan lahan pertanian bagi masyarakat
petani merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan kegiatan pertanian,
sekaligus sebagai lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk di Indonesia.
Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan
juga semakin bertambah. Lahan-lahan tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan
ekonomi, areal pemukiman, dan untuk pelaksanaan program pembangunan oleh
pemerintah. Selain pertumbuhan penduduk, transformasi struktural perekonomian
dan demografis, nilai tukar petani, serta PDRB per kapita juga menyebabkan
terjadinya konversi lahan pertanian.
Konversi lahan pertanian memberikan dampak negatif bagi masyarakat
baik petani maupun non petani. Karena selain mengurangi pendapatan usaha tani,
konversi lahan pertanian juga mengurangi kesempatan kerja di sektor pertanian.
Selain itu konversi pertanian juga berdampak terhadap volume produksi pertanian
itu sendiri. Secara skematis kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan
sebagai berikut:
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
26
-
Transformasi Struktural
Perekonomian
Demografis
Nilai Tukar Petani
PDRB per Kapita
Pertumbuhan Penduduk
Kebutuhan Lahan Untuk :
- Pemukiman
- Industri
- dll
Konversi Lahan Pertanian
- Land Man Ratio
- Kesempatan
Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
di Sektor Pertanian
dan Perindustrian
Konversi
Lahan
Sawah
Volume
Produksi
Padi
Keterangan:
: Berhubungan
: Mempengaruhi
: Tidak diteliti
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
27
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
1. Luas konversi lahan pertanian memiliki hubungan dengan jumlah tenaga kerja
sektor pertanian di daerah penelitian
2. Luas konversi lahan pertanian memiliki hubungan dengan jumlah tenaga kerja
sektor perindustrian di daerah penelitian
3. Luas lahan sawah berpengaruh terhadap jumlah produksi padi di daerah
penelitian.
4. Jumlah penduduk berpengaruh terhadap luas konversi lahan pertanian di
daerah penelitian.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
28
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu di
Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan bahwa daerah kabupaten Deli
Serdang letaknya dekat dengan kota Medan, sehingga banyak lahan pertanian
beralih fungsi menjadi non pertanian. Dengan bertambahnya luas konversi (alih
fungsi) lahan pertanian tersebut, produksi dalam bidang pertanian juga semakin
berkurang.
Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan untuk memenuhi lampiran pada penelitian ini
berasal dari data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber yang mendukung
penelitian ini seperti yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sumber dan Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian di
Kebupaten Deli Serdang.
No
1
Sumber
BPS Provinsi Sumatera Utara
Jenis Data Sekunder
-
2
Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang
-
Data Jumlah Penduduk Kab. Deli
Serdang.
Data Luas Wilayah Kab. Deli
Serdang.
Data Jumlah Tenaga Kerja di
Sektor
Pertanian
dan
Perindustrian
Data Luas Lahan Pertanian
Data Jumlah Produksi Pertanian
Sedangkan data yang bukan digunakan sebagai lampiran berasal dari koran,
internet, dan jurnal-jurnal pertanian.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
29
Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data dianalisis sesuai dengan
hipotesis yang akan diuji.
Identifikasi masalah 1, 2, dan 3, diuji dengan menggunakan analisis deskriptif
berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data primer.
Hipotesis 1, diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana (bivariate)
Analisisi ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai korelasi (r) yang didapat
dari variabel luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian. Nilai r tersebut kemudian dimodifikasi ke dalam rumus uji t, yaitu :
t=
r n−2
1− r2
( dengan dk = n-2)
Hipotesis:
H0 : Þ = 0 (hubungan tidak berarti)
H0 : Þ # 0 (hubungan mempunyai arti)
Angka pada uji t akan dibandingkan dengan angka t-tabel pada taraf kepercayaan
95 % (0,05), dengan ketentuan:
Jika t-hitung > t-tabel 0,05, maka H0 : ditolak
Jika t-hitung < t-tabel 0,05, maka H0 : diterima
Hipotesis 2, diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana (bivariate)
Analisisi ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai korelasi (r) yang didapat
dari variabel luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga kerja di sektor
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
30
perindustriann. Nilai r tersebut kemudian dimodifikasi ke dalam rumus uji t, yaitu:
t=
r n−2
1− r2
( dengan dk = n-2)
Hipotesis:
H0 : Þ = 0 (hubungan tidak berarti)
H0 : Þ # 0 (hubungan mempunyai arti)
Angka pada uji t akan dibandingkan dengan angka t-tabel pada taraf kepercayaan
95 % (0,05), dengan ketentuan:
Jika t-hitung > t-tabel 0,05, maka H0 : ditolak
Jika t-hitung < t-tabel 0,05, maka H0 : diterima
Hipotesis 3, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Data
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis 3 ini adalah data luas lahan sawah dan
data produksi tanaman padi. Rumus yang digunakan adalah :
Pr = a0 + a1Ls
Dimana :
Pr
= Total Produksi Tanaman Padi (Ton)
Ls
= Luas Lahan Sawah (Ha)
a0
= Konstanta
a1
= Koefisien Ls
Pengukuran pengaruh variabel Ls (luas lahan sawah) terhadap variabel Pr
( produksi tanaman padi) diuji dengan uji t, dengan ketentuan :
Jika th ≤ t tabel, tolak H 1;terima H0
Jika th > t tabel, tolak H0;terima H1
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
31
.Hipotesis 4, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Data
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis 4 ini adalah data luas konversi lahan
pertanian dan data jumlah penduduk. Rumus yang digunakan adalah :
Kv = a0 + a1Pd
Dimana :
Kv
= Luas Konversi Lahan Pertanian (Ha)
a0
= Konstanta
a1
= Koefisien Pd
Pd
= Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pengukuran pengaruh jumlah penduduk terhadap luas konversi lahan
pertanian diuji dengan uji t, dengan ketentuan :
Jika th ≤ t tabel, tolak H1;terima H0
Jika th > t tabel, tolak H0;terima H1
Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi Operasional
1. Pertumbuhan penduduk adalah suatu perubahan jumlah penduduk kearah
keadaan yang lebih maju.
2. Konversi lahan pertanian adalah perubahan radikal fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian. Nilai konversi lahan pertanian dalam penelitian ini
adalah nilai luas pengurangan lahan pertanian.
3. Kesempatan kerja dalam penelitian ini adalah lowongan pekerjaan yang
terdapat dalam bidang pertanian dan perindustrian. Kesempatan tersebut
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
32
diukur dengan melihat besar perubahan jumlah tenaga kerja setiap tahun
dalam bidang pertanian dan perindustrian.
4. Land man ratio adalah rasio antara luas tanah dengan jumlah manusia. Pada
penelitian ini, luas lahan pertanian Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan
jumlah manusia yang diteliti adalah total jumlah penduduk per tahun di
Kabupaten Deli Serdang.
5. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan sumberdaya
alam hayati. Pada penelitian ini, lahan pertanian yang diteliti adalah lahan
sawah, pekarangan, tegal/kebun, ladang/huma, dan perkebunan.
6. Total produksi padi dan palawija adalah total volume produksi tanaman padi
dan palawija per hektar per tahun di Kabupaten Deli Serdang.
Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang.
2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2007, dengan menggunakan data
sekunder selama 9 tahun mulai dari tahun 1998-2006 .
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
33
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Deskripsi Daerah Penelitian
Luas dan Topografi Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’’ - 3°16’’
Lintang Utara dan antara 98°33’’ - 99°27’’ Bujur Timur. Wilayah ini merupakan
bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat. Luas
wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah 2.497,72 Km2. Curah hujan rata-rata
pertahun 1.936,3 mm, sedangkan temperatur rata-rata 26,7° dan kelembaban 84
%. Sesuai dengan perbedaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan
laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu iklim sub tropis dan iklim
peralihan antara sub tropis dan tropis. Ketinggian 0 – 500 meter dari permukaan
laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis,
sedangkan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut beriklim sub
tropis.
Kabupaten Deli Serdang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat
Kabupaten Deli Serdang terdiri atas 22 kecamatan dengan total jumlah
desa ada sebanya 403 desa. Nama dari tiap kecamatan dan jumlah desa yang
terdapat di dalam kecamatan masing- masing apat dilihat dari Tabel 7.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
34
Tabel 7. Nama Kecamatan dan Jumlah Desa yang Terdapat di Kabupaten
Deli Serdang.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kecamatan
Gunung Meriah
STM Hulu
Kutalimbaru
Sibolangit
Pancur Batu
Namorambe
Sibiru-Biru
STM Hilir
Bangun Purba
Galang
Tj. Morawa
Patumbak
Deli Tua
Sunggal
Hamparan Perak
Labuhan Deli
Percut Sei Tuan
Batang Kuis
Pantai Labu
Beringin
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Total
Jumlah Desa
12
20
30
14
25
36
17
15
33
29
26
8
6
17
20
5
20
11
19
11
13
16
403
Jumlah Penduduk (Jiwa)
3,199
11,617
34,216
24,351
77,207
25,701
31,526
28,961
34,926
77,229
166,728
68,552
54,127
208,134
133,348
51,691
280,004
46,159
41,264
49,172
87,428
32,576
1,568,116
Sumber : BPS, Deli Serdang dalam Angaka 2005.
Sementara itu, dilihat dari kemiringan lahan, Kabupaten Deli Serdang
dibedakan atas : dataran pantai, dataran rendah, dan dataran pegunungan.
Dataran Pantai memiliki luas ± 63.002 Ha ( 26,30 %). Daerah ini terdiri
dari 4 kecamatan yaitu Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, dan
Pantai Labu. Jumlah desa sebanyak 64 desa/kelurahan dengan panjang pantai 65
km. Potensi Utama adalah: Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan
Besar, Perikanan Laut, Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.
Dataran Rendah memiliki luas ± 68,965 Ha ( 28.80 % ). Daerah ini terdiri
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
35
dari 11 kecamatan yaitu Sunggal, Pancur Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang
Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan
Galang. Jumlah desa sebanyak 197 desa/kelurahan. Potensi Utama adalah :
Pertanian Pangan, Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Industri,
Perdagangan, dan Perikanan Darat.
Dataran Pegunungan memiliki luas ± 111.970 Ha ( 44.90 %). Daerah ini
terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kutalimbaru, Sibolangit, Biru-biru, STM Hilir,
STM Hulu, Gunung Meriah, dan Bangun Purba. Jumlah desa sebanyak 133 desa.
Potensi Utama adalah : Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.
Sementara itu, luas jenis tanah di Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas
tanah Alluvial, Regosol, dan Organosol seluas 25.176 Ha, Hidromorfik Kelabu,
dan Gleihumus seluas 45.873 Ha, Andosol Coklat seluas 44.488 Ha, Latosol
Coklat seluas 9.306 Ha, Podsolik Coklat Kekuningan seluas 51.174 Ha, Podsolik
Merah Kekuningan seluas 51.982 Ha, Litosol, Podsolik, dan Regosol seluas
10.624 Ha, dengan luas tanah keseluruhan seluas 240.796 Ha.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
36
Tata Guna Tanah
Penggunaan lahan secara rinci pada tahun 2006 di Kabupaten Deli
Serdang dapat dibedakan seperti yang terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Penggunaan Lahan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006.
No
1
Jenis Penggunaan
Luas
Perkampungan / Pemukiman
: 12.907 Ha ( 5,39 % )
2
Persawahan
: 44.444 Ha ( 18.56 % )
3
Tegalan / Kebun Campuran
: 52.897 Ha ( 22.09 % )
4
Perkebunan Besar
: 54.286 Ha ( 22.67 % )
5
Perkebunan Rakyat
: 29.908 Ha ( 12,49 % )
6
Hutan
: 40.157 Ha ( 16.77 % )
7
Semak / Alang-Alang
: 670 Ha ( 3.28 % )
8
Kolam / Tambak
: 1.317 Ha ( 0,55 % )
9
Rawa – Rawa
: 792 Ha ( 0,33 % )
10
Peternakan
: 49 Ha ( 0,02 % )
11
Lain – Lain
: 2,035 Ha ( 0,85 % )
Total
: 239.462 Ha
Sumber : www.deliserdang.go.id
Data pada Tabel 8 sudah termasuk lokasi Bandara Udara Kuala Namu di
Kecamatan Pantai Labu sebagai pengganti Bandara Udara Polonia Medan ( ±
seluas 1.564 Ha ), dan kawasan industri ± seluas 356 Ha.
Dari Tabel 8 dapat dilih
PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO
DI SUMATERA UTARA
(Studi Kasus :Kabupaten Deli Serdang, Provisi Sumatera Utara)
SKRIPSI
HANNA LIAS ATENA TARIGAN
030304053
SEP/AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
2
PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO
DI SUMATERA UTARA
(Studi Kasus : Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)
SKRIPSI
HANNA LIAS ATENA TARIGAN
030304053
SEP/AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat
Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DISETUJUI OLEH,
KOMISI PEMBIMBING
(Dr. Ir. Tavi Supriana, Ms)
Ketua
( Ir. Hasudungan Butar-Butar, MSi)
Anggota
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
3
ABSTRAK
HANNA LIAS ATENA TARIGAN (030304053), dengan judul skripsi
“PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO DI SUMATERA UTARA”.
Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Bapak Ir.
Sinar Indra Kesuma, MSi.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2007, penentuan daerah
penelitian didasarkan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra produksi
penghasil wortel di Kabupaten Karo.
Pengambilan sampel petani dilakukan secara Stratified Random Sampling
yakni dengan mempertimbangkan tingkat populasi, biaya, waktu dan tenaga,
dimana pada Desa Sukadame terdapat populasi penanam wortel 200 KK, dan
diambil sampel sebanyak 30 KK untuk dijadikan sampel dalam penelitian.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan wawancara langsung dengan petani,
sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti Dinas
Pertanian Kabupaten Karo, Kantor Kepala Desa Sukadame.
Dari penelitian diperoleh hasil :
1. Faktor-faktor produksi (saprodi, tenaga kerja dan pupuk) tersedia di daerah
penelitian.
2. Penerapan teknologi budidaya wortel di daerah penelitian masih secara
tradisional, dimana saprodi yang digunakan masih tradisional.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
4
3. Usahatani wortel di daerah penelitian mampu memberikan kesempatan kerja,
yang ditunjukkan oleh besarnya total rataan HKP yang digunakan untuk
seluruh tahap kegiatan sebesar 61.46 HKP/Ha.
4. Usahatani wortel secara ekonomi layak dikembangkan oleh karena nilai rataan
BEP pendapatan, produksi, dan harga masing-masing sebesar Rp.118,116.82
/Ha produksi, 168.74 Kg/Ha, Rp.372.92/Kg/Ha. Rataan nilai R/C ratio dan
ROI masing-masing adalah 1,88 dan 88.13 %.
5. Rataan pendapatan petani wortel sebesar Rp.3,975,879.30 /Ha/musim tanam
dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga.
6. Permintaan untuk konsumsi wortel di daerah penelitian tinggi dan harga relatif
stabil.
7. Masalah-masalah yang dihadapi oleh petani wortel di daerah penelitian adalah
musim kemarau, saprodi masih tradisional, tidak adanya penyuluhan dan
adanya persaingan.
8. Usahatani wortel di daerah penelitian mempunyai prospek yang cukup baik
untuk dikembangkan.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
5
RIWAYAT HIDUP
Hanna Lias Atena Tarigan, lahir di Medan pada tanggal 25 Maret 1985.
Anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak L. Tarigan dan Ibu S.
Galingging.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah :
1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri I B.Purba dan tamat tahun
1997.
2. Tahun 1997 masuk sekolah lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri I B.
Purba dan tamat tahun 2000.
3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Cahaya Medan dan
tamat tahun 2003.
4. Tahun 2003 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
5. Bulan Juni-Juli 2007 mengikuti PKL di Desa Pegagan Julu I, Kecamatan
Sumbul, Kabupaten Dairi.
6. Bulan Agustus 2007 malakukan penelitian skripsi di Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
6
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan
karuniaNya sehingga penulis dapat memulai menjalani dan mengakhiri masa
perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO DI
SUMATERA UTARA” dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, MSi selaku Anggota Komisi
Pembimbing.
3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, serta seluruh Staff Pengajar, Pegawai Tata Usaha di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut berperan dalam dalam
studi penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MS dan Ibu Dr. Ir. Diana Chalil,
MS selaku dosen penguji.
5. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua instansi terkait
dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan
dan bimbingannya.
Secara khusus penulis mengucapkan kepada Ayahanda L.
Tarigan dan Ibunda S. Galingging atas kasih sayang, dan doanya.
Penulis
menyadari
bahwa
skripsi
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan, untuk itu penulis terbuka dalam menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan,
Juni 2008
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
7
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN.......................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Identifikasi Masalah................................................................................. 4
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
Kegunaan Penelitian ................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6
Landasan Teori ........................................................................................ 8
Kerangka Pemikiran ...............................................................................13
Hipotesis.................................................................................................... 15
METODA PENELITIAN
Metoda Penentuan Daerah Penelitian ......................................................16
Metoda Pengumpulan Data .....................................................................16
Metoda Analasis Data .............................................................................17
Defenisi dan Batasan Operasional ...........................................................19
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Luas dan Topografi Kabupaten Deli Serdang ..........................................21
Tata Guna Tanah ....................................................................................24
Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja .....................................................25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ........................................................................30
Perkembangan Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian dan Perindustria
di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...............................35
Pengaruh Jumlah Penduduk dan Konversi Lahan Pertanian Terhadap
Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...42
Hubungan Antara Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah
Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ........................................................................43
Hubungan Antara Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah
Tenaga Kerja Sektor Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
8
Tahun 1998-2006 ........................................................................44
Pengaruh Luas Lahan Pertanian Terhadap Jumlah Produksi Padi di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 .................................45
Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konversi Lahan Pertanian
Terhadap di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ..............46
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
9
DAFTAR TABEL
No
Hal
1. Neraca Lahan Sawah di Indonesia Tahun 199-2002 ................................ 2
2. Luas Lahan Pertanian dan Total Tenaga Kerja dalam Bidang
Petanian di Indonesia............................................................................... 3
3. Hubungan Anara Rataan Konversi Lahan Sawah dengan Pertumbuhan
PDRB di Jawa, Selama Periode 1978-2000................................................10
4. Rasio Land Rent yang Diperoleh dengan Mengusahakan Lahan
Untuk Sawah dan Penggunaan Lain di Jawa Pada Tahun 1990-199..........11
5. Perubahan Struktur dan Komposisi Tenaga Kerja Pertanian Tahun
1986-1997...................................................................................................12
6. Sumber dan Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian di
Kabupaten Deli Serdang.............................................................................16
7. Nama Kecamaan dan Jumlah Desa Yang Terdapat di Kabupaten
Deli Serdang................................................................................................22
8. Penggunaan Lahan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006 .....................24
9. Jumlah Penduduk Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2001-2005 ..................................................................................... 25
10. Penduduk Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Usia Tahun 2006....... . 26
11. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Berbagai Sektor di Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2006 .............................................................................. 27
12. Luas Areal Pertanian Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2001-2005. .................................................................................. 33
13. Luas Pengurangan Areal Pertanian dan Konversi Lahan Pertanian
Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara ........................................... 37
14. Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 .............. 30
15. Perkembangan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian dan
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
10
Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006. .................. 36
16. Perkembangan Industri Kecil, Menengah, dan Besar di Kabupaten
Deli Serdang pada Tahun 2000-2005 .................................................... 39
17. Jumlah Unit Bangunan Rumah yang Dibangun di Kabupaten Deli
Serdang Tahun 1999-2006 .................................................................. 40
18. Jumlah Penganguran di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1999-2006 .... 41
19. Jumlah Penduduk, Luas Konversi Lahan Pertanian dan LMR Seluruh
Wilayah di Kabupaten Deli Serdang.................................................... 42
20. Pengaruh Luas Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi di Kabupaten
Deli Serdang Tahun 1998-2006 ........................................................... 45
21. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Luas Konversi Lahan Pertanian
di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ..................................... 46
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
11
DAFTAR GAMBAR
No
Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran ................................................................. 14
2. Grafik Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun
1998-2006...........................................................................................32
3. Grafik Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ................................................................................32
4. Grafik Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ................................................................................32
5. Diagram Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006 ................................................................................33
6. Diagram Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian
dan Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006..........37
7. Grafik Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian
dan Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.........38
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
12
DAFTAR LAMPIRAN
No
Hal
1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 .................1
.
2. Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006............2
3. Luas Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 1998-2006............................................................................................3
4. Total Produksi Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-20063.....4
5. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian dan Perindustrian di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006....................................................5
6. Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.....................6
7. Data Jumlah Penduduk, Konversi, Land Man Ratio, Produksi,
Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Perindustrian Grafik Perkembangan
Jumlah Tenaga Kerja ddi Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...........7
8. Hubungan Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah Tenaga Kerja
Sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...................8
9. Hubungan Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah Tenaga Kerja
Sektor Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006..............9
10. Pengaruh Luas Lahan Sawah Terhadap Jumlah Produksi Tanaman
Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.....................................10
11. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Luas Konversi Lahan
Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.............................11
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan pendududuk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan
menjadikan lahan-lahan pertanian semakin sempit di berbagai daerah. Lahan
pertanian yang sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan
lahan industri. Perkembangan kehidupan telah membuat alih fungsi lahan
pertanian sulit dihindarkan. Selain peningkatan jumlah penduduk, tuntutan
peningkatan kualitas kehidupan, serta orientasi kebijakan yang diambil
pemerintah juga mendorong terjadinya konversi lahan. Tahun 1983 persentase
petani yang menguasai (memiliki atau menyewa tanah dari pihak lain) yang
luasnya kurang dari 0,5 hektar (petani gurem) mencapai 40,8 persen. Sepuluh
tahun kemudian, persentase ini meningkat menjadi 48,5 persen. Sensus pertanian
tahun 2003 mencatat jumlah petani gurem meningkat menjadi 56,5 persen dari
seluruh keluarga petani di Indonesia. Sementara rumah tangga petani dalam
sepuluh tahun terakhir meningkat dari 20,8 juta keluarga menjadi 25,6 juta
keluarga. Hal ini menunjukkan elastisitas demand tenaga kerja di sektor pertanian
semakin inelastis. Keadaan itu diperburuk dengan ketimpangan distribusi
penguasaan lahan. Sekitar 70 persen petani hanya menguasai 13 persen lahan,
sementara yang 30 persen justru menguasai 87 persen lahan yang ada
(Ashari, 2003 : 6).
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
14
Dikaitkan dengan nilai lahan atau land rent, konversi juga terjadi karena
perbedaan nilai lahan. Rent yang kecil dari penggunaan pertanian mengakibatkan
sulit dicegahnya para pemilik lahan mengkonversikan lahannya kepenggunaan
yang lain. Selain itu konversi juga terjadi karena besarnya tingkat urbanisasi yang
disebabkan oleh lambannya proses pembangunan di wilayah pedesaan.
Peningkatan jumlah anggota kelompok berpendapatan menengah dan atas di
wilayah perkotaan mengakibatkan permintaan terhadap sarana pemukiman
semakin besar (Effendi, 2005 : 9).
Sementara itu pola pewarisan tanah dalam masyarakat cenderung semakin
mendorong fragmentasi lahan, sehingga rata-rata penguasaan lahan oleh petani
terus menurun dari waktu kewaktu (Jamal, 2000: 17).
Menurut hasil sensus pertanian tahun 2003, luas sawah yang dimiliki oleh
Indonesia saat ini hanya 8,11 juta hektar. Empat puluh lima persen diantaranya
ada di Jawa dan Bali. Dari tahun ketahun bukan perluasan yang terjadi, tetapi
justru luas sawah semakin menyusut. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.
Tabel 1. Neraca Lahan Sawah di Indonesia Tahun 1999-2002.
Wilayah
Jawa
Luar
Jawa
Indonesia
Neraca Lahan Sawah di Indonesia, 1999-2002
Luas
Luas
PersenLuas
Persen
Lahan
Pengutase
Penam- tase
Baku
rangan
Pengubahan
Penam
1999
(ribu ha) rangan
(ribu ha) bahan
(juta ha)
(%)
(%)
3,38
167,2
4,94
18,0
0.53
4,73
396,0
8,37
121,3
2,56
8,11
563,2
6,94
139,3
1,71
Luas
Konversi
(ribu ha)
-149,1
-274,7
Persen
tase
Kon
versi
(%)
-4,42
-5,81
-423,9
-5,23
Sumber : Dari Data BPS, Potensi Desa Hasil Sensus Pertanian 2003 (diolah).
(Roosita, 1999: 3).
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
15
Sebenarnya program reformasi tanah sudah lama berjalan, tetapi sangat
lambat walaupun sudah ada undang-undang yang mengaturnya, yaitu UU
peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Data menunjukkan
tahun 1960 hingga 2002, melalui reformasi tanah telah didistribusikan 885.000 Ha
dan nilai tersebut tidak lebih dari 2 persen total luas tanah pertanian. Tanah seluas
885.000 Ha dibagikan kepada 1,3 juta keluarga petani atau 7 persen dari total
rumah tangga pertanian. Sedangkan yang diretribusikan rata-rata 25.000 bidang
tanah/tahun. (Kompas,2003 : 2)
Secara agregat telah terjadi perubahan struktural penyerapan tenaga kerja
sebelum krisis ekonomi, dimana secara absolut penyerapan tenaga kerja pertanian
telah menurun setelah tahun 1990. Tahun 1986, jumlah tenaga kerja pertanian
adalah 37,6 juta orang. Pada tahun 1991 naik menjadi 41,2 juta orang dan pada
tahun 1997 turun menjadi 35,8 juta orang. Luas lahan pertanian per tenaga kerja
pertanian juga memperlihatkan kecenderungan menurun. Hal tersebut dapat kita
lihat pada pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Lahan Pertanian dan Total Tenaga Kerja dalam Bidang
Pertanian di Indonesia.
Tahun
1980
Luas Lahan Pertanian
(juta Ha)
28,8
Jumlah Tenaga Kerja
(juta orang)
28,04
1986
38,9
37.72
(Kasryno, 2000: 27).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumut, produksi padi periode
1998-2006 di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan 23 persen per tahun.
Penurunan itu terjadi akibat berkurangnya lahan pertanian padi sebesar 1,13
persen per tahun. Produksi padi sawah dan padi ladang pada tahun 2005 mencapai
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
16
3,447 juta ton dan kemudian menurun menjadi 3,006 juta ton pada tahun 2006.
Pada tahun 2007, produksi padi Sumut naik sedikit menjadi 3,2 juta ton. Pada
tahun 2004, luas areal tanaman padi mencapai 826.091 ha. Tahun 2005, angka itu
turun sampai 822.073 ha dan menjadi 705.023 ha pada 2006. Sebaliknya, areal
perkebunan kelapa sawit dari semula 844.882 ha (2004) bertambah menjadi
894.911 ha (2005) dan pada tahun 2006 menjadi 1.044.230 ha (Kompas, 2008 :3)
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana perkembangan land man ratio di daerah penelitin.
2.
Bagaimana perkembangan kesempatan kerja pada sektor pertanian dan
perindustrian di daerah penelitian.
3.
Bagaimana pengaruh pertumbuhan jumlah penduduk dan luas konversi
lahan pertanian terhadap land man ratio di daerah penelitian.
4.
Bagaimana hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga
kerja sektor pertanian di daerah penelitian.
5.
Bagaimana hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga
kerja sektor perindustrian di daerah penelitian
6.
Bagaimana pengaruh luas lahan sawah terhadap jumlah produksi padi di
daerah penelitian.
7.
Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap luas konversi lahan
pertanian di daerah penelitian.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
17
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan land man ratio di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui perkembangan kesempatan kerja pada sektor pertanian
dan perindustrian di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan jumlah penduduk dan luas
konversi lahan pertanian terhadap land man ratio di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah
tenaga kerja sektor pertanian di daerah penelitian.
5. Untuk mengetahui hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah
tenaga kerja sektor perindustrian di daerah penelitian.
6. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan sawah terhadap jumlah produksi
padi di daerah penelitian.
7. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap luas konversi
lahan pertanian di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1.
Sebagai bahan informasi mengenai luas konversi lahan pertanian,
perkembangan land man ratio dan perkembangan kesempatan kerja di
Kabupaten Deli Serdang.
2.
Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan penelitian ini
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
18
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Pada negara-negara maju di dunia, ada kecenderungan menurunnya
jumlah petani dan bertambahnya luas daerah-daerah pertanian, sehingga lahan
garapannya semakin luas. Berbeda dengan Indonesia, walaupun secara persentase
jumlah petani menurun, tetapi secara absolut meningkat, sementara itu luas lahan
pertanian justru berkurang (Yodohusodo, 1999: 1).
Sebagai bangsa berpenduduk sekitar 215 juta orang di tahun 2004, kita
kurang menyadari bahwa kita bergantung pada lahan pertanian seluas 7,8 juta
hektar. Tanah seluas ini dialokasikan untuk bahan pangan pokok seperti beras,
jagung, kacang-kacangan, gula, tembakau, sebagian sayuran, dan buah-buahan.
Ketersediaan lahan per kapita atau land man ratio menjadi kriteria penting tingkat
ketahanan pangan nasional. Tahun 2004, Indonesia memiliki land man ratio 362
m2/kapita, Thailand memiliki land
man ratio 1870 m2/kapita, dan Vietnam
sekitar 1300 m2/kapita. Indonesia ternyata memiliki lahan pertanian per kapita
terkecil di antara negara agraris di dunia (Kompas,02/04: 1).
Pada tahun 90-an lahan pertanian masih tersedia seluas 25 juta hektar,
namun terus menyusut, hingga tahun 2004 hanya tersisa 14,2 juta hektar yang
terdiri dari lahan basah 7,7 juta hektar dan lahan kering 6,5 juta hektar.
Penyusutan atau konversi lahan pertanian sangat intensif terjadi di Jawa,
berhubung lebih dari 60 persen penduduk tinggal di Jawa sedangkan luasnya tidak
lebih dari 7 persen daratan Indonesia. Dari tahun 1999 hingga tahun 2002 lebih
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
19
dari 149 ribu hektar sawah berubah fungsi menjadi lahan permukiman dan
industri dengan tingkat konversi tertinggi terjadi di Jawa Barat. Penyusutan lahan
tersebut menyebabkan jumlah petani gurem dan petani tidak bertanah bertambah
besar. Berdasarkan ketersediaan, Indonesia tergolong negara agraris yang miskin,
karena hanya memiliki rasio lahan penduduk sebesar 354 m2/kapita, sedangkan
dengan negara Thailand mencapai 5.230 m2/kapita. Sementara itu rata-rata
penguasaan lahan sawah di Indonesia hanya 0,3 hektar/keluarga petani
(Suryaman, 2006: 3).
Pertumbuhan penduduk, ekonomi, maupun industri telah menyebabkan
terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap daerah pemukiman dan perindustrian.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan fungsi penggunaan lahan,
khususnya alih fungsi lahan pertanian dan kehutanan (Winarsono, 2002: 7).
Konversi lahan petanian dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, jumlah
rumah tangga nonpertanian, pengaruh dekat tidaknya jarak lokasi lahan ke
kawasan industri (Fauzi, 1992: 85).
Lahan yang terbatas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi
mengakibatkan sedikitnya lahan yang tersedia bagi setiap orang petani (land/man
ratio yang rendah). Harga lahan yang tinggi dan skala usaha yang kecil
mengakibatkan efisiensi usahatani rendah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
dan lambatnya pengembangan lapangan kerja di sektor yang lain, mengakibatkan
rendahnya pendapatan di sektor pertanian dan timbulnya disquised unemployment
(Simanjuntak, 2004: 23).
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
20
Dampak
negatif dari konversi
lahan
adalah
hilangnya peluang
memproduksi hasil pertanian di lahan sawah yang terkonversi, yang besarnya
berbanding lurus dengan luas lahannya. Jenis kerugian tersebut mencakup
pertanian dan nilainya, pendapatan usaha tani, dan kesempatan kerja pada
usahatani. Selain itu juga hilangnya pendapatan dan kesempatan kerja pada
kegiatan ekonomi yang tercipta secara langsung maupun tidak langsung dari
kaitan ke depan (forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage) dari
kegiatan usaha tani tersebut, misalnya usaha traktor dan penggilingan padi
(Sumaryanto,dkk,1994: 89).
Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi
tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang
dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan
fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan
dipengaruhi oleh pola produksi pertanian, produksi dan jasa nonpertanian
pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja, dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di
sektor pertanian besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian
(Kasryno, 2000: 28).
Landasan Teori
Menurut Kustiawan (1997: 5) dalam perspektif makro, fenomena konversi
lahan pertanian di negara-negara sedang berkembang terjadi akibat transformasi
struktural perekonomian dan demografis. Transformasi struktural dalam
perekonomian berlangsung dari yang semula bertumpu pada pertanian ke arah
yang lebih bersifat industri. Sementara dari sisi demografis, pertumbuhan
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
21
penduduk perkotaan yang pesat mengakibatkan konversi dari penggunaan
pertanian ke penggunaan non pertanian yang luar biasa.
Terjadinya konversi lahan sawah ke nonsawah di Provinsi Jawa Timur
sebagaimana dikemukakan Ashari (1995:7) disebabkan oleh kepadatan penduduk,
nilai tukar petani, dan PDRB per kapita. Kepadatan penduduk disuatu tempat
(terutama di perkotaan) yang juga mencerminkan land man ratio akan mendorong
penduduk mencari tempat lain untuk membangun pemukiman di luar kota
(pedesaan). Akibatnya banyak lahan yang semula digunakan untuk kegiatan
pertanian mengalami alih fungsi menjadi pemukiman. Sedangkan nilai tukar
petani yang rendah menyebabkan tidak ada insentif bagi petani untuk terus hidup
dari usaha pertaniannya, sehingga mereka cenderung mengkonversi lahan
sawahnya.
Keterbatasan lahan di Jawa dan keberadaan lahan sawah yang sebagian
besar pada daerah yang mudah diakses, menyebabkan banyak lahan sawah yang
digunakan untuk mendukung aktivitas ekonomi seperti perindustrian, transportasi
dan perdagangan, hotel dan restoran, pembangunan prasarana jalan dan
pembangunan sarana pasar dan turisme. Dari Tabel 3 dapat dilihat hubungan
antara rataan konversi lahan sawah dengan pertumbuhan PDRB di Jawa, selama
periode 1978-2000.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
22
Tabel 3.Hubungan Antara Rataan Konversi Lahan Sawah dengan
Pertumbuhan PDRB di Jawa, Selama Periode 1978-2000.
Periode
Konversi
(Ha/tahun)
PDRBTotal
(%th)
PDRBIndustri
(%th)
PDRBTransportasi&
Komunikasi
(%th)
PDRBPerdagangan,
hotel, dan
restoran(%th)
1979-1984
-6956
27,71
36,43
28,77
23,91
1985-1990
-6272
15,33
20,54
14,12
17,23
1991-1996
-23771
19,31
26,17
20,35
16,81
1997-2000
-46703
22,58
17,05
21,86
24,72
Sumber : BPS, berbagai terbitan (diolah)
( Ilham, dkk, 2003 : 9).
Menurut Ilham,dkk (2003: 9) dampak konversi lahan sawah dapat
dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya lahan sawah diperuntukkan untuk
memproduksi padi. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah ke fungsi lain
akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan
sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimplikasi
besarnya kerugian akibat sudah diinfestasikannya dana untuk mencetak sawah,
membangun waduk, dan sistem irigasi. Sementara itu volume produksi yang
hilang akibat konversi lahan sawah ditentukan oleh: pola tanam yang diterapkan
di lahan sawah yang belum dikonversi, produktivitas usahatani dari masingmasing komoditi dari pola tanam yang diterapkan, dan luas lahan sawah yang
terkonversi.
Dari data Sensus Pertanian 1983 dan 1993, ternyata jumlah luas lahan
pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga pertanian menurun dari 18,3 juta
hektar menjadi 17,7 juta hektar. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
23
konversi lahan pertanian seperti untuk pemukiman, pengembangan kawasan
industri, dan pembangunan prasarana perekonomian (BPS, 1993: 34).
Jumlah rumah tangga pertanian meningkat dari 19,5 juta pada tahun 1983,
menjadi 21,5 juta pada tahun 1993. Karena total lahan pertanian menurun, berarti
luas penguasaan lahan pertanian per petani menurun (BPS, 1994: 34).
Penelitian Sumaryanto, Hermanto, dan Pasandaran pada tahun 1996 di
Jawa dalam Ilham (2003 :8) menunjukkan bahwa alih fungsi lahan sawah ke non
pertanian (63%) lebih tinggi dibandingkan dengan ke pertanian non sawah (37 %).
Dari 63% tersebut, 33% untuk pemukiman, 6% untuk industri, 11% untuk
prasarana, dan 13% untuk lainnya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
kedekatan lokasi sawah dengan pusat ekonomi sangat nyata mempengaruhi laju
konversi lahan.
Tabel 4. Rasio Land Rent yang Diperoleh dengan Mengusahakan Lahan
untuk Sawah dan Penggunaan lain di Jawa Pada Tahun 1990-1992.
No
1
Perbandingan Penggunaan
Lahan
Sawah : Industri
Rasio Land Rent
Peneliti
1 : 500
Iriadi (1990)
2
Sawah : Perumahan
1 : 622
Riyani (1992)
3
Sawah : Pariwisata
1 : 14
Kartika (1990)
4
Sawah : Hutan Produksi
1 : 2,6
Lubis (1991)
Sumber : Nasoetion dan Winito, 1996
Konversi lahan sawah ke pertanian lain dan ke pemukiman dapat terjadi
tanpa melalui transaksi. Namun kasus di Jawa menunjukkan bahwa kasusu
konversi seperti itu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang melalui
transaksi.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
24
Hasil temuan Rusastra et al (1997) dalam Ilham dkk (2003 : 9)
menunjukkan di daerah Kalimantan Selatan, alasan utama petani melakukan
konversi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang tinggi. Pada tahun
yang sama penelitian Syafa’at et al (1995) di Jawa menemukan bahwa alasan
utama petani melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan, lahannya
berada dalam kawasan industri, serta harga lahan. Pajak lahan yang tinggi
cenderung mendorong petani untuk melakukan konversi.
Peningkatan jumlah petani gurem dan buruh tani di Jawa antara lain
disebabkan oleh penyusutan lahan pertanian yang cukup pesat, dan sebagian
petani digusur dari lahan yang mereka miliki guna pembangunan kawasan
industri, perumahan, dan prasarana ekonomi. Disisi lain konsolidasi penguasaan
lahan tersebut juga berarti menurunkan status petani menjadi buruh. Karena
kesempatan kerja bagi mereka di sektor nonpertanian tidak sesuai dengan sumber
daya manusia yang mereka miliki, maka statusnya menurun menjadi patani gurem
dan buruh tani. Pada Tabel 5 disajikan perubahan struktur dan komposisi tenaga
kerja pertanian dari tahun 1986-1997.
Tabel 5. Perubahan Struktur dan Komposisi Tenaga Kerja Pertanian Tahun
1986-1997
No
Status Pekerjaan
1
Berusahatani sendiri
2
Berusahatani dengan
tenaga kerja keluarga
dan buruh
Berusahatani dengan
tenaga buruh tetap
Buruh tani/karyawan
3
4
5
Tenaga kerja keluarga
tidak dibayar
1986
(Orang &%)
5880598
(15,62%)
12136423
(32,24%)
112517
(0,30%)
3531262
(9,38%)
15932545
(42,32%)
Penyerapan Tenaga Kerja
1991
1996
(Orang &%) (Orang &%)
6157961
6226472
(14,94%)
(16,51%)
13412142
14483416
(32,55%)
(38,39%)
201402
(0,49%)
4657550
(11,30%)
16775766
(40,72%)
314811
(0,83%)
4942282
(13,10%)
11753270
(31,17%)
1997
(Orang &%)
6771200
(18,89%)
11644980
(32,42%)
435780
(1,22%)
4812505
(13,42%)
12184166
(33,99%)
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
25
Jumlah tenaga kerja pertanian
37644472
41205791
(100,00%)
(100,00%)
Total tenaga kerja pangsa
68338187
76423179
tenaga pertanian
(5,09%)
(53,92%)
Sumber data: Sakernas BPS 1986,1993,1996, dan 1997
37720251
(100,00%)
85701813
(44,01%)
35848631
(100,00%)
87049765
(41,18%)
Kerangka Pemikiran
Kegiatan pertanian merupakan mata pencarian utama bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia, karena itu ketersediaan lahan pertanian bagi masyarakat
petani merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan kegiatan pertanian,
sekaligus sebagai lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk di Indonesia.
Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan
juga semakin bertambah. Lahan-lahan tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan
ekonomi, areal pemukiman, dan untuk pelaksanaan program pembangunan oleh
pemerintah. Selain pertumbuhan penduduk, transformasi struktural perekonomian
dan demografis, nilai tukar petani, serta PDRB per kapita juga menyebabkan
terjadinya konversi lahan pertanian.
Konversi lahan pertanian memberikan dampak negatif bagi masyarakat
baik petani maupun non petani. Karena selain mengurangi pendapatan usaha tani,
konversi lahan pertanian juga mengurangi kesempatan kerja di sektor pertanian.
Selain itu konversi pertanian juga berdampak terhadap volume produksi pertanian
itu sendiri. Secara skematis kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan
sebagai berikut:
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
26
-
Transformasi Struktural
Perekonomian
Demografis
Nilai Tukar Petani
PDRB per Kapita
Pertumbuhan Penduduk
Kebutuhan Lahan Untuk :
- Pemukiman
- Industri
- dll
Konversi Lahan Pertanian
- Land Man Ratio
- Kesempatan
Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
di Sektor Pertanian
dan Perindustrian
Konversi
Lahan
Sawah
Volume
Produksi
Padi
Keterangan:
: Berhubungan
: Mempengaruhi
: Tidak diteliti
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
27
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
1. Luas konversi lahan pertanian memiliki hubungan dengan jumlah tenaga kerja
sektor pertanian di daerah penelitian
2. Luas konversi lahan pertanian memiliki hubungan dengan jumlah tenaga kerja
sektor perindustrian di daerah penelitian
3. Luas lahan sawah berpengaruh terhadap jumlah produksi padi di daerah
penelitian.
4. Jumlah penduduk berpengaruh terhadap luas konversi lahan pertanian di
daerah penelitian.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
28
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu di
Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan bahwa daerah kabupaten Deli
Serdang letaknya dekat dengan kota Medan, sehingga banyak lahan pertanian
beralih fungsi menjadi non pertanian. Dengan bertambahnya luas konversi (alih
fungsi) lahan pertanian tersebut, produksi dalam bidang pertanian juga semakin
berkurang.
Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan untuk memenuhi lampiran pada penelitian ini
berasal dari data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber yang mendukung
penelitian ini seperti yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sumber dan Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian di
Kebupaten Deli Serdang.
No
1
Sumber
BPS Provinsi Sumatera Utara
Jenis Data Sekunder
-
2
Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang
-
Data Jumlah Penduduk Kab. Deli
Serdang.
Data Luas Wilayah Kab. Deli
Serdang.
Data Jumlah Tenaga Kerja di
Sektor
Pertanian
dan
Perindustrian
Data Luas Lahan Pertanian
Data Jumlah Produksi Pertanian
Sedangkan data yang bukan digunakan sebagai lampiran berasal dari koran,
internet, dan jurnal-jurnal pertanian.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
29
Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data dianalisis sesuai dengan
hipotesis yang akan diuji.
Identifikasi masalah 1, 2, dan 3, diuji dengan menggunakan analisis deskriptif
berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data primer.
Hipotesis 1, diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana (bivariate)
Analisisi ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai korelasi (r) yang didapat
dari variabel luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian. Nilai r tersebut kemudian dimodifikasi ke dalam rumus uji t, yaitu :
t=
r n−2
1− r2
( dengan dk = n-2)
Hipotesis:
H0 : Þ = 0 (hubungan tidak berarti)
H0 : Þ # 0 (hubungan mempunyai arti)
Angka pada uji t akan dibandingkan dengan angka t-tabel pada taraf kepercayaan
95 % (0,05), dengan ketentuan:
Jika t-hitung > t-tabel 0,05, maka H0 : ditolak
Jika t-hitung < t-tabel 0,05, maka H0 : diterima
Hipotesis 2, diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana (bivariate)
Analisisi ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai korelasi (r) yang didapat
dari variabel luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga kerja di sektor
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
30
perindustriann. Nilai r tersebut kemudian dimodifikasi ke dalam rumus uji t, yaitu:
t=
r n−2
1− r2
( dengan dk = n-2)
Hipotesis:
H0 : Þ = 0 (hubungan tidak berarti)
H0 : Þ # 0 (hubungan mempunyai arti)
Angka pada uji t akan dibandingkan dengan angka t-tabel pada taraf kepercayaan
95 % (0,05), dengan ketentuan:
Jika t-hitung > t-tabel 0,05, maka H0 : ditolak
Jika t-hitung < t-tabel 0,05, maka H0 : diterima
Hipotesis 3, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Data
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis 3 ini adalah data luas lahan sawah dan
data produksi tanaman padi. Rumus yang digunakan adalah :
Pr = a0 + a1Ls
Dimana :
Pr
= Total Produksi Tanaman Padi (Ton)
Ls
= Luas Lahan Sawah (Ha)
a0
= Konstanta
a1
= Koefisien Ls
Pengukuran pengaruh variabel Ls (luas lahan sawah) terhadap variabel Pr
( produksi tanaman padi) diuji dengan uji t, dengan ketentuan :
Jika th ≤ t tabel, tolak H 1;terima H0
Jika th > t tabel, tolak H0;terima H1
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
31
.Hipotesis 4, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Data
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis 4 ini adalah data luas konversi lahan
pertanian dan data jumlah penduduk. Rumus yang digunakan adalah :
Kv = a0 + a1Pd
Dimana :
Kv
= Luas Konversi Lahan Pertanian (Ha)
a0
= Konstanta
a1
= Koefisien Pd
Pd
= Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pengukuran pengaruh jumlah penduduk terhadap luas konversi lahan
pertanian diuji dengan uji t, dengan ketentuan :
Jika th ≤ t tabel, tolak H1;terima H0
Jika th > t tabel, tolak H0;terima H1
Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi Operasional
1. Pertumbuhan penduduk adalah suatu perubahan jumlah penduduk kearah
keadaan yang lebih maju.
2. Konversi lahan pertanian adalah perubahan radikal fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian. Nilai konversi lahan pertanian dalam penelitian ini
adalah nilai luas pengurangan lahan pertanian.
3. Kesempatan kerja dalam penelitian ini adalah lowongan pekerjaan yang
terdapat dalam bidang pertanian dan perindustrian. Kesempatan tersebut
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
32
diukur dengan melihat besar perubahan jumlah tenaga kerja setiap tahun
dalam bidang pertanian dan perindustrian.
4. Land man ratio adalah rasio antara luas tanah dengan jumlah manusia. Pada
penelitian ini, luas lahan pertanian Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan
jumlah manusia yang diteliti adalah total jumlah penduduk per tahun di
Kabupaten Deli Serdang.
5. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan sumberdaya
alam hayati. Pada penelitian ini, lahan pertanian yang diteliti adalah lahan
sawah, pekarangan, tegal/kebun, ladang/huma, dan perkebunan.
6. Total produksi padi dan palawija adalah total volume produksi tanaman padi
dan palawija per hektar per tahun di Kabupaten Deli Serdang.
Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang.
2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2007, dengan menggunakan data
sekunder selama 9 tahun mulai dari tahun 1998-2006 .
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
33
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Deskripsi Daerah Penelitian
Luas dan Topografi Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’’ - 3°16’’
Lintang Utara dan antara 98°33’’ - 99°27’’ Bujur Timur. Wilayah ini merupakan
bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat. Luas
wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah 2.497,72 Km2. Curah hujan rata-rata
pertahun 1.936,3 mm, sedangkan temperatur rata-rata 26,7° dan kelembaban 84
%. Sesuai dengan perbedaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan
laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu iklim sub tropis dan iklim
peralihan antara sub tropis dan tropis. Ketinggian 0 – 500 meter dari permukaan
laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis,
sedangkan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut beriklim sub
tropis.
Kabupaten Deli Serdang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat
Kabupaten Deli Serdang terdiri atas 22 kecamatan dengan total jumlah
desa ada sebanya 403 desa. Nama dari tiap kecamatan dan jumlah desa yang
terdapat di dalam kecamatan masing- masing apat dilihat dari Tabel 7.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
34
Tabel 7. Nama Kecamatan dan Jumlah Desa yang Terdapat di Kabupaten
Deli Serdang.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kecamatan
Gunung Meriah
STM Hulu
Kutalimbaru
Sibolangit
Pancur Batu
Namorambe
Sibiru-Biru
STM Hilir
Bangun Purba
Galang
Tj. Morawa
Patumbak
Deli Tua
Sunggal
Hamparan Perak
Labuhan Deli
Percut Sei Tuan
Batang Kuis
Pantai Labu
Beringin
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Total
Jumlah Desa
12
20
30
14
25
36
17
15
33
29
26
8
6
17
20
5
20
11
19
11
13
16
403
Jumlah Penduduk (Jiwa)
3,199
11,617
34,216
24,351
77,207
25,701
31,526
28,961
34,926
77,229
166,728
68,552
54,127
208,134
133,348
51,691
280,004
46,159
41,264
49,172
87,428
32,576
1,568,116
Sumber : BPS, Deli Serdang dalam Angaka 2005.
Sementara itu, dilihat dari kemiringan lahan, Kabupaten Deli Serdang
dibedakan atas : dataran pantai, dataran rendah, dan dataran pegunungan.
Dataran Pantai memiliki luas ± 63.002 Ha ( 26,30 %). Daerah ini terdiri
dari 4 kecamatan yaitu Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, dan
Pantai Labu. Jumlah desa sebanyak 64 desa/kelurahan dengan panjang pantai 65
km. Potensi Utama adalah: Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan
Besar, Perikanan Laut, Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.
Dataran Rendah memiliki luas ± 68,965 Ha ( 28.80 % ). Daerah ini terdiri
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
35
dari 11 kecamatan yaitu Sunggal, Pancur Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang
Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan
Galang. Jumlah desa sebanyak 197 desa/kelurahan. Potensi Utama adalah :
Pertanian Pangan, Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Industri,
Perdagangan, dan Perikanan Darat.
Dataran Pegunungan memiliki luas ± 111.970 Ha ( 44.90 %). Daerah ini
terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kutalimbaru, Sibolangit, Biru-biru, STM Hilir,
STM Hulu, Gunung Meriah, dan Bangun Purba. Jumlah desa sebanyak 133 desa.
Potensi Utama adalah : Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.
Sementara itu, luas jenis tanah di Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas
tanah Alluvial, Regosol, dan Organosol seluas 25.176 Ha, Hidromorfik Kelabu,
dan Gleihumus seluas 45.873 Ha, Andosol Coklat seluas 44.488 Ha, Latosol
Coklat seluas 9.306 Ha, Podsolik Coklat Kekuningan seluas 51.174 Ha, Podsolik
Merah Kekuningan seluas 51.982 Ha, Litosol, Podsolik, dan Regosol seluas
10.624 Ha, dengan luas tanah keseluruhan seluas 240.796 Ha.
Hanna Lias Atena Tarigan : Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli
Serdang, Provisi Sumatera Utara), 2008.
USU Repository © 2009
36
Tata Guna Tanah
Penggunaan lahan secara rinci pada tahun 2006 di Kabupaten Deli
Serdang dapat dibedakan seperti yang terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Penggunaan Lahan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006.
No
1
Jenis Penggunaan
Luas
Perkampungan / Pemukiman
: 12.907 Ha ( 5,39 % )
2
Persawahan
: 44.444 Ha ( 18.56 % )
3
Tegalan / Kebun Campuran
: 52.897 Ha ( 22.09 % )
4
Perkebunan Besar
: 54.286 Ha ( 22.67 % )
5
Perkebunan Rakyat
: 29.908 Ha ( 12,49 % )
6
Hutan
: 40.157 Ha ( 16.77 % )
7
Semak / Alang-Alang
: 670 Ha ( 3.28 % )
8
Kolam / Tambak
: 1.317 Ha ( 0,55 % )
9
Rawa – Rawa
: 792 Ha ( 0,33 % )
10
Peternakan
: 49 Ha ( 0,02 % )
11
Lain – Lain
: 2,035 Ha ( 0,85 % )
Total
: 239.462 Ha
Sumber : www.deliserdang.go.id
Data pada Tabel 8 sudah termasuk lokasi Bandara Udara Kuala Namu di
Kecamatan Pantai Labu sebagai pengganti Bandara Udara Polonia Medan ( ±
seluas 1.564 Ha ), dan kawasan industri ± seluas 356 Ha.
Dari Tabel 8 dapat dilih