Pengaruh Variasi Volume Hcl 0,5 N Dan Waktu Hidrolisa Terhadap Mutu Sirup Pada Pembuatan Sirup Glukosa Dari Pati Ubi Jalar (Ipomoea babatas L, Sin babatas edulis choisy)

Analisis logam transisi dalam limbah cair
(Tini Sembiring)

PENGARUH VARIASI VOLUME HCl 0,5 N DAN WAKTU
HIDROLISA TERHADAP MUTU SIRUP PADA PEMBUATAN
SIRUP GLUKOSA
DARI PATI UBI JALAR (Ipomoea babatas L, Sin babatas edulis
choisy)
Yuniarti Yusak
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155

Abstrak
Pati ubi jalar dihidrolisis dengan menggunakan HCl 0,5 N dan waktu hidrolisis terhadap sirup yang dibuat
dari pati ubi jalar. Pati ubi jalar dihidrolisis dengan menggunakan HCl 0,5 N dengan variasi volume 5, 10,
20, 15, 25 ml dan waktu hidrolisa selama 2, 4, 6, 8 jam sampai diperoleh glukosa dan kadar gula dari
pembuatan sirup tersebut dianalisa dengan metode Luff Schoorl. Kadar abu dengan metode tanur dan nilai
organoleptik ditentukkan dengan beberapa finalis. Dari penelitian ini diperoleh hasil yang paling baik
adalah 25 ml HCl 0,5 N dan waktu hidrolisa selama 2 jam dan dari organoleptik rasa manisnya lebih
manis.

Kata kunci: Hidrolisa, Sirup, Ubi Jalar, glikosida.

PENDAHULUAN
Ubi jalar (Ipomoea babatas L.sin,
babatas edulis choisy) banyak tumbuh di
berbagai daerah di tanah air kita, umbinya
dapat dimakan segar, direbus atau
digoreng, banyak disukai oleh penduduk,
selain harganya murah tanaman ini mudah
penanamannya.
Karena
mudah
menanamnya dan cepat menghasilkan
umbi (umur 4-5 bulan telah dapat
dipanen)
banyak
petani
yang
mengembangkan tanaman ini dengan
penanaman dan pengolahan yang lebih

baik hasilnya akan banyak meningkatkan
pendapatan petani (kartasapoetra, 1991).
Jenis umbi-umbian baik ubi jalar
maupun ubi kayu merupakan sumber
pangan kedua terbesar setelah padi
sehingga berpotensi sebagai sumber
karbohidrat yang penting untuk bahan

pangan manusia dan ternak serta bahan
baku industri.
Untuk meningkatkan nilai tambah
hasil-hasil pertanian maka perlu dilakukan
pengolahan untuk memperoleh bahan
setengan jadi atau bahan jadi. Selama ini
ubi jalar telah banyak diolah menjadi
bahan baku makanan ringan dapat pula
diolah menjadi tepung, kerupuk dan sirup
glukosa sehingga dapat meningkatkan
nilai
tambahnya

(Tjokroadikusumo,
1990).
Ubi jalar merupakkan sumber
karbohidrat dan sumber kalori yang cukup
tinggi. Ubi jalar juga merupakan sumber
vitamin dan mineral sehingga cukup baik
untuk memenuhi kebutuhan gizi dan
kesehatan masyarakat.
Proses
hidrolisis
pati
dapat
berlangsung dengan bantuan asam atau
dengan enzim. Hidrolisis secara kimia
23

Jurnal Sains Kimia
Vol.8, No.1, 2004: 22-25

dalam suasana asam adalah penting dan

merupakkan reaksi degradasi yang paling
khas terhadap glikosida-glikosida yang
terikat secara glikosidik di-, oligo- dan
poliskarida.
Sirup glukosida adalah nama dagang
dari larutan hidrolisis pati. Sirup ini
merupakan cairan kental dengan derajat
kemanisan yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan sukrosa. Sirup
glukosa bukan merupakan produk yang
murni tetapi masih mengandung dekstrin
dan maltosa. Hidrolisis pati dalam
pembuatan sirup glukosa dikenal dengan
tiga cara yaitu hidrolisis asam, hidrolisis
enzim dan hidrolisis asam-enzim (Habson
Umar, 1992, dan Tjokroaadikusumo, 990).
Berdasarkan uraian di atas penulis
mencoba melakukan penelitian tentang
pembuatan sirup dari pati ubi jalar secara
hirolisis asam dengan memperhatikan

pengaruh penambahan variasi volume HCl
0,5 N (5, 10, 15, 20 dan 25 ml) dan
perbedaan waktu hidrolisis yaitu 2, 4, 6
dan 8 jam.
BAHAN DAN METODA
Pembuatan Sirup Glukosa.
− Pati ditimbang sebanyak 50 gram dan
dimasukkkan ke dalam gelas beaker.
− Ditambahkan 50 ml aquades
− Selanjutnya ditambahkan 100 ml
aquades mendidih sehingga terbentuk
kanji kental.
− Tambahkan HCl 0,5 N dengan variasi
volume sesuai perlakuan
− Gelas erlenmeyer ditutup dengan
kapas penyumbat dan dihidrolisis pada
suhu 115oC dengan tekanaan 15-20 psi
selama waktu sesuai perlakuan.
Penentuan % kadar Gula
Penentuan kadar gula dilakukan dengan

metode Luff Schoorl:
− Ke dalam labu ukur 250 ml 10 gram
bahan
sirup
(sirup
glukosa)
24

ditambahkan 10 ml Pb asetat netral
kurang lebih 15 ml Na2HPO4 10%
hingga cukup untuk mengendapkan
kelebihan Pb asetat netral.

% Kadar Abu =

Kehilangan bobot
x 100 %
bobot awal

− Sebanyak 10 ml filtrat bening hasil

penyaringan dimasukkkan dalam gelas
erlenmeyer, lalu ditambahkan 15 ml
aquades dan 25 ml larutan Luff serta
beberapa batu didih.
− Dipanaskan sampai mendidih dan
dibiarkan terus selama 10 menit.
− Gelas erlenmeyer segera diangkat dan
segera didinginkkan dengan air.
Setelah dingin tambahkan 25 ml
H2SO4 25% (penambahan harus hatihati karena terbentuk CO2) dan 15 ml
KI 20%.
− Setelah itu dititer dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N dengan menggunakkan
larutan kanji sebagai indikator.
Volume titrasi blanko disimbolkan =
b ml.
− Dengan menggunakan daftar maka
selisih volume penitrasi [(Vb-Vaa) ml]
dapat dihitung mg sakkar yang setara
dengan volume Na2S2O3 0,1 N yang

digunakan.
− Perhitungan kadar gula reduksi (X%)
adalah :

Penentuan % Kadar Air
− Penentuan kadar air dari sirup glukosa
dilakukan dengan metode oven.
− Ditimbang 2 gram bahan dimasukkkan
ke dalam cawan petri yang terlebih
dahulu
telah
ditentukan
berat
kosongnya, kemudian ditempatkan di
dalam oven pada temperatur 100 –
150oC selama 5 jam.
− Didinginkan dalam desikator selama
15 menit dan ditimbang beratnya.

Pengaruh variasi volume HCl 0,5 N

(Yuniarti Yusak)

− Perlakuan tersebut diulang sampai
berat cawan beseta isinya konstan
− Perhitungan jumlah padatan adalah :
% KadarAir =

bobot ker ing
x 100 %
bobot sampel

Penentuan % Kadar Abu
− Analisa kadar abu sirup glukosa
ditentukan dengan menggunakan tanur

− Ditimbang 2 gram bahan ke dalam
cawan yang telah diketahui berat
kosongnya
− Bahan dikeringkan dalam tanur pada
suhu 600oC selama 2 jam. Kemudian

didinginkan dalam desikator selama
15 menit, lalu ditimbang beratnya
hingga konstan
− Perhitungan % kadar air adalah:
Uji Organoleptik
Dilakukan uji organoleptik meliputi
rasa dan warna. Adapaun kriteria
pengujian secara organoleptik didasarkan
atas skala numerik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar gula maksimum diperoleh pada
penambahan 25 ml HCl 0,5 N dan lama
hidrolisis 6 jam yaitu 48,73 %.
Peningkatan kadar gula ini disebabkan
karena semakin lama waktu hidrolisis
akan semakin sempurna pemecahan pati
menjadi glukosa sehingga diperoleh
rendemen glukosa yang lebih tinggi. Dan
setelah 6 jam kadar gula menurun karena
adanya reaksi browning atau dehidrasi

glukosa serta berkurangnya kadar air.
Analisa Data Kadar Abu (%)
Hasil
analisa
sidik
ragam
menunjukkan bahwa lama hidrolisis dan
penambahan volume HCl memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata
terhadap kadar abu. Semakin lama waktu
hidrolisis dan semakin banyak volume
HCl maka semakin sempurna pemecahan
pati menjadi glukosa sehingga kadar abu

semakin tinggi hingga lama hidrolisis 8
jam. Terjadinya peningkatan kadar abu
juga dipengaruhi oleh terlarutnya garamgaram mineral yang terkandung dalam
pati ubi sumber sirup glukosa yang
diamati sangat nyata terhadap kadar air.
Semakin lama waktu hidrolisis akan
semakin mengurangi kadar air sirup dalam
sirup glukosa meskipun telah mendapat
penambahan sejumlah tertentu larutan
HCl 0,5 N sebagai penghidrolisa. Hal ini
disebabkan oleh tinggi dan kurang
stabilnya temperatur selama proses
hidrolisa berlangsung yaitu antara 115140oC. Meskipun Standar Nasinal
Indonesia (SNI) kadar air yang
terkandung di dalam sirup
glukosa
adalah maksimum 20%. Semakin sedikit
kadar air maka semakin baik mutu sirup
glukosa. Kadar air terbaik diperoleh pada
penambahan 5 ml HCl dan waktu
hidrolisis 8 jam.
Analisa Organoleptik
Penambahan HCl akan memberi rasa
yang meningkat tetapi pada penambahan
20 – 25 ml dengan dengan waktu hidrolisa
6 jam trjadi penurunan rasa dan warna
sirup. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya
browning.
KESIMPULAN
Secara umum mutu sirup glukosa yang
terbaik diperoleh dengan penambahan 25 ml
HCl 0,5 N dan waktu hidrolisa 2 jam dengan
hasil kadar gula yang mencapai 44,5% kadar
abu, 0,73% kadar air, 19,38 dan rasa manisnya
sanag manis yang berwarna bening.
DAFTAR PUSTAKA
Habson Umar, dkk, 1992, “Pemanfaatan Limbah
Padat Industri Sagu Menjadi Sirup
Glukosa”, Buletin hasil penelitian industri
No. 2 Vol. V, Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri , Banda Aceh

25

Jurnal Sains Kimia
Vol.8, No.1, 2004: 22-25
Jacobs, M.B., 1993, “The Chemical Analysis of
Food and Food Product”, 4th edition, Van
Nornstrand co. Inc. New York
Juanda. J. S., Cahyono, Bambang, 2000, “Ubi
Jalar: Budi Daya dan Analisis Usaha
Tani”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Kadri. A., 1992, “Volumetri (Titrasi)”, Bagian
Kimia Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Kartasaputra.
A.
G.,
1991,
“Teknologi
Penanganan Pasca Panen”, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. H., 1997, “Ubi Jalar:
Budidaya dan Pasca Panen”, Penenrbit
Kanisius, Yogyakarta.
Saragih, Djasulaiman, dkk, 1989, “Pengaruh
Waktu Hidrolisa dan Konsentrasi HCl pada
Pembuatan Sirup Glukosa dari Ubi Kayu”,
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Sulaiman. A.H., 1994, “Dasar-Dasar Biokimia”,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sudarmaji, Slamet, 1994, “Prosedur untuk Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian”, edisi
keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Sudarmaji, Slamet, 1990,
“Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian”, edisi keempat,
Penerbit Liberty, Yogyakarta dengan Pusat
gizi antar Universitas dan Pusat Gizi
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tjokroadikusumo, Soebiyanto. P., 1990, “HFS dan
Industri Ubi Kayu Lainnya”, Penerbit
Gramedia, Jakarta.

26