STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL TEKNIS PRODUKSI MEDIA

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Cibaduyut adalah salah satu ikon Kota Bandung dalam urusan kerajinan sepatu dan kerajinan kulit lainnya. Mendengar kata Cibaduyut untuk masyarakat luas dan khususnya untuk masyarakat daerah Cibaduyut sudah tidak asing lagi, adalah sebuah daerah di Kota Bandung yang terkenal sebagai sentra pengrajin sepatu, sudah menjadi ikon industri sepatu di Indonesia. Cibaduyut pun terkenal sebagai kawasan dengan deretan toko terpanjang di Asia, dimana di lokasi tersebut merupakan sentra penjualan sepatu hasil kreasi para pengrajin yang ilmu pembuatannya didapat secara turun menurun. Pada tahun 1989 pemerintah R.I meresmikan Cibaduyut ini sebagai daerah tujuan wisata. Hasil industri sepatu di kawasan Cibaduyut Kota Bandung, memiliki potensi besar untuk berkembang di pasar internasional. Oleh karena itu, pemerintah bertekad mendorong perkembangan industri sepatu milik warga Cibaduyut Bandung Jabar, sehingga kawasan itu berubah menjadi wisata sepatu. Namun pada saat ini setelah berkembang dan majunya sentra pengrajin sepatu Cibaduyut dari dahulu sampai sekarang, pada saat sekarang ini sedang mengalami masalah atau krisis dalam persepatuannya. Saat ini sepatu impor yang masuk ke Indonesia dan dipasarkan dengan harga yang murah, mau tak mau berakibat pada sepatu buatan Cibaduyut. Meski perajin telah berekspresi dengan membuat model sepatu terbaru khususnya sepatu kasual pria, tapi produk luar negeri yang dijual dengan harga yang sangat murah, terus menurunkan industri sepatu di Cibaduyut. Menurut salah satu pemilik usaha sepatu kulit, Gungun Runiadi Heze dalam media Kompas.com, menjelaskan, mental dan kualitas sumber daya manusia menjadi masalah di Cibaduyut sehingga sulit bangkit kembali ke masa keemasannya tahun 1990-an. Para pemilik usaha atau pengrajin pun kebanyakan enggan berinovasi dan menggantungkan diri pada 2 pesanan dari toko. Bahwa Cibaduyut pada saat ini memang sedang melemah dalam kerajinan sepatunya mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah pada saat ini para pengrajin sepatu telah berkurangnya rasa berkeinginan untuk berinovasi dalam merancang atau menciptakan sepatu khususnya pada sepatu kasual pria. Itu dikarenakan kurang adanya ilmu pengetahuan tentang sepatu ditambah kurang adanya informasi yang menyangkut dalam perkembangan industri sepatu di Cibaduyut terutama pada perkembangan sepatu kasual pria pada tahun 2011-2013, sehingga para pengrajin kesulitan mendapatkan referensi.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah yang didapat adalah: 1. Adanya sepatu impor yang masuk ke Indonesia dan berpengaruh pada industri sepatu di Cibaduyut menjadi mengalami penurunan. 2. Para pengrajin sepatu Cibaduyut sendiri minim akan tren tentang perkembangan model dan desain sepatu. 3. Pentingnya ada informasi terkait tentang perkembangan sepatu terutama pada sepatu kasual pria untuk para pengrajin sepatu Cibaduyut dan umumnya untuk masyarakat kota Bandung.

I.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendokumentasian tentang perkembangan sepatu kasual pria di Cibaduyut? 2. Bagaimana menambah khasanah pengetahuan tentang sepatu kasual pria untuk masyarakat Cibaduyut dan masyarakat kota Bandung pada umumnya? 3. Bagaimana menumbuhkan kembali rasa kreativitas akan berinovasi dalam mengembangkan model-model dan desain sepatu kepada para pengrajin sepatu di Cibaduyut? 3

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian masalah yang ada diatas maka peneliti membatasi permasalahannya, yaitu di Kota Bandung sekitar daerah Cibaduyut dan hasil penelitian ini ditujukan kepada masyarakat Cibaduyut khususnya untuk para pengrajin sepatunya dalam mengatasi permasalahan yaitu untuk mengetahui perkembangan alas kaki di Cibaduyut pada tahun 2011 -2013 berdasarkan fungsi sebagai sepatu kasual pria.

I.5 Tujuan Perancangan

1. Untuk mengetahui perkembangan alas kaki sepatu pria agar masyarakat memiliki khasanah tentang perkembangan sepatu kasual pria. 2. Untuk melakukan pemetaan terhadap desain sepatu kasual pria agar menambah khasanah dan memudahkan pengembangan desain sepatu kasual pria di Cibaduyut. 3. Untuk pengumpulan data dan pendokumentasian sebagai bahan pelajaran pada generasi selanjutnya. 4

BAB II PERKEMBANGAN ALAS KAKI SEPATU KASUAL PRIA

II.1 Pengenalan Sepatu

Sepatu adalah alat untuk menutupi atau sebagai alas kaki yang terbuat dari kulit maupun kain. Dalam Perkembangannya alas kaki terbagi dalam 2 jenis, yaitu tipe mokasin dan sandal. Mokasin adalah sepatu bersol rata pertama yang dibuat oleh penduduk asli Amerika. Dibuat dari kulit rusa dan kulit samak yang lembut dan lentur, mokasin sering dipercantik dengan manik-manik. Mokasin telah lama menjadi model sepatu umumnya dan tak pernah terlihat ketinggalan. Mokasin biasanya dipakai oleh masyarakat di kawasan subtropis dengan desain tertutup. Istilah mokasin ini sekarang lazim disebut dengan sepatu. Dan sandal biasanya dipakai oleh masyarakat di kawasan tropis. Dari 2 jenis itu, mucul beberapa dasar tipe alas kaki. Menurut Saryoto dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Barang Kulit Karet dan Plastik BBPPKP, Depperindag, ada lima bentuk pola dasar dalam merancang alas kaki, yaitu model pump, derby, oxford, pantofel, dan mokasin. Model pump merupakan bentuk dasar sepatu wanita. Alas kaki yang dulunya begitu sederhana, telah mengalami beberapa perubahan, seperti terdapatnya hiasan dengan beragam aksesoris untuk memperindahnya. Hal itu dimulai saat kekuasaan Dinasti Tudor di Inggris, pada abad ke-15, yang menandakan status sosial. Kemudian pada abad 10-15, munculah jenis sepatu runcing sabot yang dikombinasi kaus rajutan knitted house dari Spanyol yang disukai Ratu Elizabeth, Inggris. Bentuk sepatu kemudian semakin baik dan indah saja, yaitu dengan menambahkan hak. Pada abad ke-19, fungsi mempengaruhi bentuk alas kaki, dimana dibuat mendekati bentuk kaki dan disesuaikan dengan aktivitas pemakai. Aspek kesederhanaan menjadi pertimbangan sehingga terjadi reduksi pernik dan dibuat massal. Pada abad 20 merupakan jaman keemasan bagi alas kaki, terutama untuk para wanita. Pertama kali dalam sejarah busana, alas kaki menjadi pusat