Gejala dan Akibat Serangan Kerusakan Akibat Serangan

yang letaknya jauh dari sumber infeksi. Imago Neotermes tectona serangga dewasa tertarik untuk kawin pada bagian kayu yang mati lapuk, bekas gerekan serangga lain atau pada bekas patahan cabang yang telah mati pada batang. Pada tempat-tempat tersebut serangga sulung dewasa mencari lubang-lubang dan celah-celah atau selanjutnya membuat lubang untuk kemudian menggerek dan memperbesar liangnya ke bagian dalam. Perkawinan sulung terjadi di dalam lubang gerekan dimana serangga sulung yang betina menarik serangga sulung jantan dengan mengeluarkan bau yang sfesifik Suharti dan Intari, 1974.

2. Gejala dan Akibat Serangan

Hama inger-inger menyerang tanaman jati dengan cara masuk lewat bekas cabang batang pohon yang matilapuk dan selanjutnya hama ini membuat lubang-lubang gerekan memanjang dan sempit pada kambium searah serat kayu yang menyebabkan batang berlubang-lubang sepanjang 10 - 30 cm. Sambil menggerek hama ini juga mengeluarkan cairan yang berasal dari sekresi dan menimbulkan bekas di dinding lubang gerekan, mengeras seperti warna coklat dan licin pada bagian dalamnya Tarumengkeng, 1973. Akibat terjadinya banyak lubang-lubang gerekan pada batang menyebabkan banyak batang atas menjadi rapuh mati dan mudah patah bila tertiup angin dan pada patahan tersebut biasanya lalu tumbuh cabang baru. Akibat patahnya batang atas, maka air hujan mudah masuk melalui pembuluh kayu sehingga batang atas mudah busuk dan mati. Kondisi kayu yang busuk ini menyebabkan kematian batang sampai batas tunas air dan akan mudah terserang infeksi hama dan penyakit lain yang akan menimbulkan kematian. Pertumbuhan abnormal gembol pada batang jati terjadi karena terbentuknya lubang-lubang gerekan. Akibatnya aktifitas biologi di dalam jaringan batang tanaman terganggu seperti aliran air dan makanan ke bagian atas tanaman menjadi terhambat sehingga menstimulir tumbuhnya tunas air. Sebagai reaksi maka kambium membentuk saluran baru dan lingkaran-lingkaran tumbuh batang yang lebih lebar, sehingga mengakibatkan terjadinya gembol. Gembol ini terjadi biasanya pada batang di atas ketinggian 4 - 5 m. Serangan hama ini biasanya terjadi pada permulaan hama ini mulai aktif yaitu pada permulaan musim penghujan terutama pada daerah-daerah yang mempunyai kelembaban tinggi Suharti dan Intari, 1974.

3. Kerusakan Akibat Serangan

Salah satu kasus kerusakan serangan inger-inger pada jati dilaporkan terjadi di Hafit, Kabupaten Kupang Pulau Timor Surata, 2000. Tingkat serangan yang ditemukan disajikan pada Tabel 1. Hasil pengamatan prosentase serangan menunjukkan bahwa tanaman jati yang terserang hama pada blok tanaman tahun 19711972-19751976 seluas 215 ha. adalah sebesar 12,96 - 31,92 persen dengan rata-rata 23,78 persen yang termasuk jenis serangan sedang. Tanaman yang terserang paling besar adalah blok tanaman tahun 19711972 dan 19721973 seluas 75 ha, sedangkan yang terendah pada blok tanaman tahun 19741975 seluas 25 ha. Akibat serangan telah terjadi kematian pohon jati sebesar 0,95 . Kematian ini disebabkan oleh inger-inger atau jenis penyakit hama lain yang terjadi setelah batang atas patah. Pada saat batang atas patah bekas patahan ini kalau tidak tumbuh cabang baru akan menyebabkan kematian. Akibat kerusakan serangan, semakin tua umur pohon kerusakannya semakin besar, kecuali data pengamatan tahun tanam 19741975 tingkat serangannya lebih kecil karena lokasi berada pada daerah lebih tinggi sehingga kelembabannya lebih rendah di musim hujan. Kejadian ini sesuai dengan Tarumengkeng 1973 yang mengatakan bahwa inger-inger mulai menyerang tanaman sampai dengan terlihat gejala serangan memerlukan waktu 3 - 4 tahun, dan serangannya semakin lama akan semakin meningkat sesuai bertambahnya umur tanaman. Serangan yang paling parah terjadi pada umur 25 - 55 tahun. Frekwensi dan siklus serangan hama ini dikawatirkan akan berputar dan bertambah terus menerus dari tahun ke tahun jika tidak ada upaya penanggulangannya dan dikhawatirkan kerugian yang ditimbulkan akan semakin besar. Oleh karena itu perlu segera dilakukan tindakan penanggulangan untuk menghindari kerusakan yang lebih parah dan juga menghindari ekplosi hama ini menyebar ke tempat lain yang belum terserang dan sekaligus untuk memanfaatkan kayu yang masih bernilai ekonomi. 39 I Komang Surata Neotermes tectonae Damm pada hutan tanaman jati di Timor 40 Tekno Hutan Tanaman Tabel Table 1. Rata-rata prosentase kerusakan tanaman jati akibat serangan hama inger-inger di Hafit, Kabuapten Kupang, Timor Average percentage of teak plantation damage caused by Neotermes tectonae pest at Hafit, Kupang District, Timor Tahun Tanam Year plant Luas Area ha Diameter Diameter cm Tinggi Total Total height m Tinggi Bebas Cabang branchless bole m Jumlah pohonha Trees number ha pohon trees Volume pohonha Trees volume ha m³ kerusakan Damage Kematian Mortality 19711972 25 26,85 12,32 7,89 486 151,9236 30,74 2,00 19721973 50 24,17 15,49 8,39 575 154,8475 31,92 0,86 19731974 25 22,85 13,51 7,83 490 110,103 21,51 0,60 19741975 25 17,93 11,25 6,18 643 70,2156 12,96 0,60 19751976 90 20,23 11,54 6,33 494 70,3456 21,79 0,70 Rata-rata mean - 22,41 12,82 7,32 537,60 111,48 23,78 0,95 Sumber Source: Surata 2000 Akibat kerusakan serangan, semakin tua umur pohon kerusakannya semakin besar, kecuali data pengamatan tahun tanam 19741975 tingkat serangannya lebih kecil karena lokasi berada pada daerah lebih tinggi sehingga kelembabannya lebih rendah di musim hujan. Kejadian ini sesuai dengan Tarumengkeng 1973 yang mengatakan bahwa inger-inger mulai menyerang tanaman sampai dengan terlihat gejala serangan memerlukan waktu 3 - 4 tahun, dan serangannya semakin lama akan semakin meningkat sesuai bertambahnya umur tanaman. Serangan yang paling parah terjadi pada umur 25 - 55 tahun. Frekwensi dan siklus serangan hama ini dikawatirkan akan berputar dan bertambah terus menerus dari tahun ke tahun jika tidak ada upaya penanggulangannya dan dikhawatirkan kerugian yang ditimbulkan akan semakin besar. Oleh karena itu perlu segera dilakukan tindakan penanggulangan untuk menghindari kerusakan yang lebih parah dan juga menghindari ekplosi hama ini menyebar ke tempat lain yang belum terserang dan sekaligus untuk memanfaatkan kayu yang masih bernilai ekonomi.

V. PENERAPAN PHT UNTUK PENGENDALIAN HAMA INGER INGER