yang dilakukan oleh pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes genital   meningkat   sepuluh   kali   lipat   mulai   dari   16.986   pasien   di   tahun   1970
menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien yang berkunjung.
2,3
Disamping   itu   lebih   banyaknya   golongan   wanita   dibandingkan   pria disebabkan oleh anatomi alat genital permukaan mukosa lebih luas pada wanita,
seringnya rekurensi pada pria dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun demikian,   dari   jumlah   tersebut   di   atas   hanya   9   yang   menyadari   akan
penyakitnya. Studi   pada   tahun   1960   menunjukkan   bahwa   HSV-1   lebih   sering   berhubungan
dengan   kelainan   oral   dan   HSV-2   berhubungan   dengan   kelainan   genital.  Atau dikatakan   HSV-1   menyebabkan   kelainan   di   atas   pinggang   dan   VHS-2
menyebabkan   kelainan   di   bawah   pinggang.   Tetapi   didapatkan   juga   jumlah signifikan genital herpes 30-40 disebabkan HSV-1.
2
HSV-2   juga   kadang-kadang   menyebabkan   kelainan   oral,   diduga   karena meningkatnya kasus hubungan seks oral. Jarang didapatkan kelainan oral karena
VHS-2 tanpa infeksi genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang pasti,   akan   tetapi   dari   13   RS   pendidikan   Herpes   genitalis   merupakan   PMS
Penyakit   Menular   Seksual   dengan   gejala   ulkus   genital   yang   paling   sering dijumpai.
2,4
2.3 Etiologi
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis HVH, yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :
Herpes simplex  virus tipe  I : pada  umunya menyebabkan  lesi atau  luka  pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
5
Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya bokong, daerah anal dan paha. Herpes simplex virus tergolong
dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr mono dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster
dan   varicella.   Sebagian   besar   kasus   herpes   genitalis   disebabkan   oleh   HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan yang sama.
5
Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga
menyebabkan   herpes   genital.   HSV-1   genital   menyebar   lewat   oral   seks   yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari
vaginal atau anal seks.
4
Gambar 2. Virus Herpes Simpleks
3
2.4 Patogenesis
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada
infeksi   manusia.   Kedua   serotipe   HSV   dan   virus   varicella   zoster   mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae.
5
Alfa   herpes   virus   menginfeksi   tipe   sel   multiple,   bertumbuh   cepat   dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada
natural   host   ditandai   oleh   lesi   epidermis,   seringkali   melibatkan   permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi
laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV   seringkali   berlangsung   lewat   kontak   erat   dengan   pasien   yang   dapat
menularkan virus lewat permukaan mukosa.
6
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi.
HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi
serta menimbulkan kelainan pada kulit.
5
Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat   mengakibatkan   timbulnya   lesi   pada   daerah   yang   luas   dengan   gejala
konstitusi   berat.   Selanjutnya   virus   menjalar   melalui   serabut   saraf   sensorik   ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring
HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral.
5,6
Bila   pada   suatu   waktu   ada   faktor   pencetus   trigger   factor,   virus   akan mengalami   reaktivasi   dan   multiplikasi   kembali   sehingga   terjadilah   infeksi
rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi
primer. Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik
atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa   kasus   tidak   diketahui   dengan   jelas   penyebabnya.   Penularan   hampir
selalu   melalui   hubungan   seksul   baik   genito   genital,   ano   genital   maupun   oro genital.
3,5
Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai
dari kontak virus dengan mukosa orofaring, serviks, konjungtiva atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis daan dermis menyebabkan destruksi
seluler dan keradangan.
5,6
2.5 Gejala Klinis