Tugas Karya Tulis Ilmiah Badrun Ishak .p

MATERI QURAN
Karya Tulis Ilmiah
Hubungan Antara al-Quran dengan Sains

Badrun Ishak
(160301021)

Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon
2018

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Al-Qur’an dan Hadits merupakan dua pedoman umat muslim yang saling
berhubungan satu sama lain. Al-Qur’an tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya Hadits
sebagai penjelas al-Qur’an yang masih bersifat global. Al-Qur'an dan Hadits sebagi
petunjuk bagi manusia yang membawa berita gembira berupa pemecahan masalah
yang dihadapi manusia untuk masa lalu, keadaan saat ini maupun keadaan pada masa
yang akan datang, juga sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan
oleh umat manusia. Sehingga al-Qur'an sering disebut sebagai sumber segala ilmu

pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al-Qur'an ada yang mudah dipahami ada
juga yang memerlukan pemikiran dan pengembangan serta perenungan lebih lanjut
untuk dapat dipahami. Pemahaman tentang al-Qur'an seseorang tergantung pada
kecerdasan, tingkat pendidikan ilmu yang digelutinya, kemajuan ilmu pengetahuan
serta kondisi sosial lingkungan sekitarnya, sehingga dari ayat yang sama mungkin saja
akan memberikan tafsiran yang berbeda.
Oleh karena itu, dalam penulisan karya ilmiah ini saya akan membahas
hubungan antara al-Qur’an dengan sains.

1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan al Quran?
b. Apa saja Keutamaan al Quran?
c. Apa yang dimaksud dengan Sains?
d. Bagaimanakah hubungan antara al Quran dan Sain?

1.3. Tujuan

1


a. Memahami Makna al Quran
b. Mengetahui Keutamaan al Quran
c. Memahami maksud dari Sains
d. Mengetahui Hubungan antara al Quran dengan Sains

2. Pembahasan
2.1. Pengertian Al-Qur’an
Kata al-Qur`an dalam bahasa Arab merupakan mashdar dari kata qara`a (yang
secara etimologis berarti bacaan, dan atau apa yang tertulis padanya. Subjek dari kata
qara`a (berupa isim fa’il yaitu maqru`), seperti terdapat dalam firman Allah surat alQiyamah ayat 17-18:

َ
َ َ ۡ ۡ َ َٰ َ ۡ َ َ َ َ
َۡ َ
َّ ‫ََّّفإِذاَّقرأنه‬١٧َّ‫إِنََّّ َعل ۡي َناََّج َعهَّۥَّ َوق ۡر َءانهَّۥ‬
َّ ١٨َّ‫َّفٱتب ِ َّعَّقرءانهَّۥ‬

Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya itu.” (Q.S. Al-Qiyamah: 17-18)1

Dari segi terminologi, al-Qur`an adalah kalam Allah berbahasa Arab yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan Malaikat Jibril serta
diriwayatkan secara mutawatir dan tertulis dalam mushaf.2
Al Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu perkataan
Nabi Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia.
Al Qur'an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam
al Qur'an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al

1 Chairul Uman, Ushul Fiqih 1, Bandung: Pustaka Setia, 1998, hlm. 32-33
2 Ibid, hlm. 35

2

Qur'an merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
jalan yang terang

2.2. Keutamaan Al-Qur’an
Allah swt. akan memuliakan orang yang menjadi Ahlulqur’an dengan membaca,
menghafal, dan mengamalkannya dengan berbagai macam keistimewaan di dunia dan
akhirat. Rasulullah SAW. memberikan keistimewaan terhadap para penghafal AlQur’an melalui sabda beliau:

“Ahlulqur’an adalah keluarga dan orang-orang khusus di sisi Allah”(H.R. Nasai dan
Ibnu Majah)
Ahlulqur’an adalah orang-orang terdekat dari Allah swt. karena keagungan atas
apa yang mereka miliki. Bagaimana tidak? Mereka mempelajari ilmu yang agung, ilmu
yang paling mulia dan paling terhormat kedudukannya.
Demikian pula para sahabat yang memiliki hasrat yang kuat untuk membaca dan
menghafal Al-Qur’an. Bahkan Rasulullah saw. memberikan tempat yang lebih tinggi
kepada seorang di antar mereka dengan hafalan Qur’annya. Rasulullah bersabda:
“Yang menjadi imam sholat di antara sekelompok kaum muslimin adalah yang paling
qori’(paling banyak hafalannya) terhadap Kitabullah” (H.R. Muslim)

2.3. Pengertian Sains
Ilmu pengetahuan alam atau Sains merupakan terjemahan kata-kata inggris
yaitu natural science artinya ilmu yang mempelajari tentang alam. Sehubungan dengan
itu Darmojo, menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah
pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya3

3 Usman Samatowa, Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Nasional, (2006). hlm. 2


3

2.4. Hubungan Al-Qur’an Dengan Sains
Al-Qur’an adalah mu’jizat Islam yang kekal dan mu’jizatnya selalu diperkuat
dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. kepada
Rasulullah Muhammad SAW. untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
jalan yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.4
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lain adalah penekanannya
terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan Hadits mengajak kaum muslim untuk
mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang
berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Dalam al-Qur’an kata al-‘ilm dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780
kali. Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW., menyebutkan
pentingnya membaca, pena, dan ajaran untuk manusia.5 Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5:

              
          

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.6
Tidak hanya dalam al-Qur’an saja yang membahas pentingnya ilmu pengetahuan,

bahkan banyak di dalam Hadits Rasulullah SAW. juga ada pernyataan-pernyataan yang
memuji ilmu dan orang yang terdidik. Sejumlah Hadits mengenai hal ini dinisbatkan
kepada Nabi SAW. yang beberapa di antaranya: “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap

4 Mudakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera antarNusa, cet. 10, 2007), hlm. 1
5 Mehdi Golshani, Filsafat Sains menurut Al-Qur’an, terj. oleh: Agus Effendi, (Bandung: Mizan, 2003),
hlm. 1.
6 Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta; PT. Cahya Intan Cemerlang, 2006), hlm. 604

4

muslim”, “Carilah ilmu sampai ke negeri Cina”, “Para Ulama itu adalah pewaris
Nabi”.7
Hal di atas menunjukkan bahwa betapa ajaran Islam sudah memperhatikan
tentang pentingnya IPTEK dan menyuruh kepada kaum muslimin untuk berusaha

mengembangkannya. Tentunya perkembangan IPTEK juga harus diimbangi dengan
Iman dan Taqwa. Karena IPTEK yang tidak diiringi dengan Iman dan taqwa, hanya
akan menyebabkan kerusakan.
Sebelum al-Qur’an turun, yang menguasai ilmu itu hanyalah tokoh-tokoh agama,
pemuka masyarakat, ahli hikmah dan filosof. Ilmu itu pun diwarnai khurafat yang
digunakan untuk maksud-maksud tertentu, seperti untuk mengeksploitasi sesama
manusia atau menipu yang bodoh.8
Ketika al-Qur’an datang, ilmu mempunyai tujuan mulia yaitu untuk kebaikan dan
kemaslahatan manusia. Karena itu, setiap muslim diwajibkan menuntutnya. Sebagai
disebutkan dalam hadits:

ِ َ‫طَل‬
‫ضةٌ َعلَى ُك ِل ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة‬
َ ْ‫ب الْع ْل ِم فَ ِري‬
ُ
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan.”
Dari al-Qur’an lahir berbagai cabang imu pengetahuan seperti tajwid, nahwu,
sejarah, tafsir, dan sebagainya. Karena itu, dapat disebutkan bahwa al-Qur’an
merupakan induk segala ilmu. Kemudian melalui orang-orang Islam, ilmu pun
berkembang dan menyebar.[5]

Sifat ilmu pengetahuan adalah dapat diterima oleh rasio atau akal. Al-Qur’an
memberikan penghargaan yang amat tinggi terhadap akal. Tidak sedikit ayat al-Qur’an
yang menganjurkan dan mendorong manusia agar mempergunakan pikiran dan

7 Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 176
8 Muhammad Faiz Al-Math, Keistimewaan-keistimewaan Islam, terj. oleh: Masykur Halim, Ubaidillah, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1994), hlm. 52

5

akalnya. Dengan penggunaan akal dan pikiran tersebut ilmu pengetahuan dapat
diperoleh dan dikembangkan. Allah SWT. berfirman dalam surat ar-Rum: 8

             
          
“Dan

mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak

menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan

(tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di
antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya”.
Al-Qur’an sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agama Islam dengan
ilmu umum. Yang ada dalam al-Qur’an adalah ilmu. Pembagian adanya ilmu agama
Islam dan ilmu umum merupakan hasil kesimpulan manusia yang mengidentifikasi
ilmu berdasarkan sumber objek kajiannya. Ilmu-ilmu tersebut seluruhnya pada
hakikatnya berasal dari Allah, karena sumber-sumber ilmu tersebut berupa wahyu,
alam jagat raya, manusia dengan perilakunya, akal pikiran dan intuisi batin seluruhnya
ciptaan dan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia.
Terdapat perselisihan pendapat antara para ulama yang telah lama berlangsung
mengenai hubungan al-Qur’an dan sains. Dalam kitab Jawahir al-Qur’an, Imam alGhazali pada bab “Munculnya Ilmu-ilmu Klasik dan Modern dari al-Qur’an”
menerangkan bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang
kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari al-Qur’an.
Imam al-Suyuthi juga memiliki pandangan yang sama dengan Imam alGhazali.9 Dalam bukunya al-Ithqan fi ‘Ulum al-Qur’an, beliau berpendapat bahwa alQur’an mencakup seluruh ilmu klasik dan modern.

9 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Pustaka, 1992), hlm. 58

6

Dalam hal ini, perlu untuk menyebutkan bahwa motif para ulama terdahulu

dalam memandang al-Qur’an sebagai sumber seluruh ilmu itu lahir dari keyakinan
terhadap komprehensifnya al-Qur’an. Akan tetapi, para ulama sekarang, di samping
meyakini hal ini, mereka lebih menekankan pembuktian akan keajaiban al-Qur’an
dalam bidang keilmuaan. Oleh karena itu, mereka mencoba mencocokkan al-Qur’an
dengan penemuan-penemuan sains kontemporer.
Al-Qur’an semakin laris dikaji oleh para ilmuwan terutama masyarakat
nonmuslim. Terbukti, al-Qur’an banyak memberikan informasi tentang IPTEK yang
semakin hari semakin nyata lewat kajian dan percobaan yang mengagumkan. Sebagai
contoh, hasil percobaan pemotretan atas pegunungan di Nejed (Arab Saudi) oleh
Telster (Satelit Amerika Serikat) ternyata diketahui bahwa gunung-gunung yang
tampak di mata kita seolah tetap, sesungguhnya gunung-gunung itu berarak
sebagaimana mega. Firman Allah SWT dalam surat an-Naml: 88.

              
    
“Dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal
ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan
kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
Jangkau pengamatan empirik dan rasio kita terlalu lemah, dan akal kita tidak

mampu mencerna bahwa gunung-gunung sedahsyat itu yang tertancap di bumi,
dikatakan dalam al-Qur’an berjalan sebagaimana awan. Tetapi ternyata hal itu kini
telah dibuktikan oleh IPTEK sebagai perpanjangan pengamatan manusia.
Memang begitulah kehendak Allah terhadap gunung-gunung, karena semua isi
alam ini milik Allah, dan tunduk di bawah perintah-Nya. Manusia wajib menerima
7

dengan penuh keimanan semua isi al-Qur’an yang menyangkut IPTEK, baik itu sudah
terbukti atau belum. Manusia dan IPTEK masih harus bekerja keras untuk
membuktikan formula-formula al-Qur’an. Kitab ini memang sungguh tidak akan ada
habisnya menyajikan ilmu Allah itu. IPTEK menjelaskan fenomena alam semesta, dan
alam semesta membuktikan kebenaran al-Qur’an.10
Sebagian dari ulama berpendapat bahwa tidak ada penemuan baru sains yang
tidak diramalkan oleh al-Qur’an. Misalnya, al-Thanthawi, dalam tafsir al-Qur’annya,
mencoba menyarikan hasil-hasil ilmu kealaman dari al-Qur’an dan ia takut tidak bisa
hidup cukup lama untuk menempatkan seluruh penemuan sains dan teknologi di dalam
al-Qur’an. Namun, beliau berbahagia karena penemuan-penemuan sains sampai
sekarang massih menunjukkan kekuatan profetis al-Qur’an.
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Banyak dalil-dalil dalam Al-Qur’an yang mengajak kaum muslim untuk mencari
dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang
berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Ajaran Islam memperhatikan tentang
pentingnya IPTEK dan menyuruh kepada kaum muslimin untuk berusaha
mengembangkannya. Tentunya perkembangan IPTEK juga harus diimbangi dengan
Iman dan Taqwa.
Al-Qur’an semakin laris dikaji oleh para ilmuwan terutama masyarakat
nonmuslim. Terbukti, al-Qur’an banyak memberikan informasi tentang IPTEK yang
semakin hari semakin nyata lewat kajian dan percobaan yang mengagumkan. Sebagai
contoh, hasil percobaan pemotretan atas pegunungan di Nejed (Arab Saudi) oleh
Telster (Satelit Amerika Serikat).

10 Abdul Majid bin Aziz al-Zindani, dkk., Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang Iptek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1997), hlm. 41

8

Hadits merupakan sumber kedua setelah al-Qur’an bagi fiqih dan hukum Islam.
Hadits juga merupakan sumber bagi da’wah dan bimbingan bagi seorang muslim, ia
juga merupakan sumber ilmu pengetahuan religius (keagamaan), dan sosial yang
dibutuhkna umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan
mereka ataupun melengkapi pengetahuan eksperimental mereka. Sebagai contoh hadits
sebagai sumber ilmu pengetahuan yaitu buah zaitun dan minyaknya.
3.2

Saran
Demikianlah karya tulis ilmiah yang dapat saya susun. Semoga bermanfaat bagi
pembaca dan saya sendiri sebagai penyusun. saya menyadari masih banyak kekurangan
dalam menyusun karya tulis ini ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak tentu kami butuhkan demi memperbaiki hasil karya yang berikutnya.
Terima kasih.

9

DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Abuddin. 1994. Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Al-Math, Muhammad Faiz. 1994. Keistimewaan-keistimewaan Islam. Terj. oleh: Masykur
Halim, Ubaidillah. Jakarta: Gema Insani Press.
Al-Qardhawy, Yusuf. 1998. As-Sunnah Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban. terj. oleh:
Setiawan Budi Utomo. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Zindani, Abdul Majid bin Aziz, dkk. 1997. Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang
Iptek. Jakarta: Gema Insani Press.
An-Najar, Zaghlul. 2011. Sains dalam Hadis Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan
Hadis Nabi. Jakarta: Amzah.
AS, Mudakir. 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor : Pustaka Litera antarNusa. cet. 10.
Golshani, Mehdi. 2003. Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an. Terj. oleh: Agus Effendi.
Bandung: Mizan.
Nata, Abuddin, dkk. 2005. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum. Jakarta: Raja Grafindo.
Shihab, M. Quraish, 1992. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Pustaka.
Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Nasional

10