Model Kurikulum Paket A dan B-2007
4 6.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. 7.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C.
8. Instruksi Presiden No.5 Tahun 2006, tanggal 9 Juni 2006 Gerakan Nasional
Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
B. Landasan Teoritis 1. Konsep Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
b. Pendekatan Studi Kurikulum
Studi tentang kurikulum sering mempertanyakan tentang jenis pendekatan apa yang dipergunakan dalam pembahasan atau dalam penyusunan kurikulum
tersebut. Penggunaan sesuatu jenis pendekatan approach atau orientasi pada umumnya menentukan bentuk dan pola yang dipergunakan oleh kurikulum
tersebut. Secara teoritis, menurut perkembangannya, dapat dikembalikan ke dalam empat teori pendekatan, yakni:
1. Pendekatan Mata Pelajaran
Pendekatan ini bertitik tolak dari matapelajaran subject matter. Setiap ma- tapelajaran masing-masing berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu,
tersimpan di dalam kotak-kotak mata pelajaran. Mata-mata-pelajaran itu terlepas satu sama lain, tidak ada hubungannya dan tidak ada kaitannya satu
sama lain. Bahkan terdapat kecenderungan di mana setiap mata pelajaran itu menganggap dirinya yang paling penting. Itu sebabnya pola
kurikulumnya merupakan kurikulum yang terpisah-pisah. Sistem pembagian tanggungjawab guru adalah “guru mata pelajaran”.
2. Pendekatan Inter Disipliner
Gejala-gejala sosial dan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan ternyata tidak mungkin ditinjau hanya dari satu segi saja. Sesuatu gejala
sosial saling tali-temali, baik dari segi sosial, politik, ekonomi, budaya dan sebagai-nya. Sesuatu peristiwa dalam masyarakat akan mempengaruhi segi-
segi kehidupan lainnya. Itu sebabnya kita tidak mungkin meninjaunya hanya dari segi Sejarah saja atau dari segi Ilmu Bumi saja. Juga tidak
mungkin dibahas hanya dengan menggunakan kemampuan berhitung atau
Model Kurikulum Paket A dan B-2007
5 pengetahuan Ilmu Kealaman saja, melainkan hams dan sebaiknya ditinjau
dari berbagai segi. Dibalik itu untuk mempelajari sesuatu disiplin ilmu yang telah tersusun
secara sistematis dan logis itu, diperlukan kematangan intelektuil tertentu, di mana murid-murid Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Atas
nampaknya belum sepenuhnya memiliki kematangan tersebut. Lagi dengan pendekatan mata-pelajaran ternyata para siswa disekolah tidak memiliki
kesempatan membahas masalah-masalah sosial dari masyarakat lingkungannya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka para ahli berpendapat, bahwa sebaiknya kurikulum sekolah tidak disusun
berdasarkan mata-mata pelajaran yang terpisah, melainkan sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama dipadukan menjadi suatu
bidang studi broad field. Pendekatan demikian dewasa ini disebut dengan pendekatan inter-disipliner. Dengan demikian kurikulum terdiri dari
sejumlah bidang studi yakni: Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Moral Pancasila, dan
sebagainya. Bahkan di sekolah-sekolah Amerika, ada yang disebut Pendidikan Kesehatan Health Education, Aesthetic seni dan musik dan
bidang-bidang studi lainnya.
Pendekatan inter-disipliner terdiri dari tiga jenis pendekatan, yaitu pendekatan struktural, pendekatan fungsional dan pendekatan daerah
interfiled, masing-masing mempunyai penekanannya sendiri-sendiri kendatipun antara ketiganya hanya bebeda secara gradual belaka.
3. Pendekatan Integratif