Tujuan Kesehatan Kerja Usaha-Usaha Kesehatan Kerja

3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi. 4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia. “pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.

B. Tujuan Kesehatan Kerja

Tujuan adalah untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya sehingga dapat meningkatkan produksi.

C. Usaha-Usaha Kesehatan Kerja

Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan diatas antara lain :  Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.  Pemeliharaan dan penigkatan kesehatan tenaga kerja.  Perawatan dan peningkatan daya produksitivitas tenaga manusia.  Perlindungan masyarakat luas konsumen dari bahaya yang mungkin ditimbulkan dari hasil produksi perusahaan. D. Penyakit Akibat Kerja Penyakit akibat kerja dapat timbul selama dan setelah bekerja di suatu perusahaanindustri. Faktor penyebab penyakit ini ada 5 macam, yakni: fisik, khemis, infeksi, fisiologis, dan mental-psikologis. Akibat yang ditimbulkan dari faktor penyebab ini adalah penyakit akibat kerja antara lain: pneumokoniosis, kelainan pendengaran, dermatosis, kanker kulit, infeksi, dan lain-lain. Sedangkan upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja ada bermacam-macam, yakni: substitusi, ventilasi umum, ventilasi keluar setempat, isolasi, pakaian pelindung, pemeriksaan kesehatan, penerangan, dan pendidikan kesehatan. Disini kami akan menyajikan sebuah artikel yang berkenaan dengan penyakit akibat kerja. Judul : Sejuta Tenaga Kerja Asia Derita Penyakit Akibat kerja Sumber : http:kampungtki.combaca20472 Sekitar satu juta tenaga kerja di Asia, termasuk Tenaga Kerja Indonesia TKI tercatat meninggal dunia tiap tahunnya karena penyakit akibat kerja atau penyakit yang diderita setelah bekerja tanpa disadari sebelumnya. “Ini data yang ditemukan International Labour Organization ILO, tercatat ada sekitar satu juta pekerja yang tiap tahunnya meninggal dunia karena penyakit kerja yang tidak pernah kita sadari,” jelas Sanjiv Pandita, Executive Director Asia Monitor Resource Center AMRC, yang ditemui beberapa waktu yang lalu. Dari survei yang dilakukan ILO, tercatat mereka yang meninggal ini memang tidak menyadari penyakit akibat kerja, mereka biasanya bekerja di industri, pertambangan hingga garmen. Ironisnya, mereka justru tidak dapat kompensasi atau ganti rugi oleh perusahaan. “Memang selama ini tak banyak tenaga kerja tersebut yang menuntut, akibatnya perusahaan juga tidak memberikan kompensasi kepada pegawai yang terkena penyakit akibat kerja. Sekali lagi ini terjadi karena memang para tenaga kerja tersebut tidak menyadari kalau dirinya tak memiliki penyakit,” tegasnya lagi. Sementara itu, Activist and Medical Doctor Working With Victim, dr Kong, menuturkan, salah satu contoh kasus penyakit akibat kerja atau yang diderita setelah bekerja tanpa disadari, ialah kejadian yang menimpa sekitar 100 karyawan perusahaan Samsung di Korea. dr Kong mengatakan, sedikitnya 100 karyawan perusahaan Samsung menderita kanker karena penyakit akibat kerja.“Awalnya para pekerja tersebut diam saja, namun ahirnya mela wan Pemerintah Korea dan meminta ganti rugi kepada perusahaan tersebut,” jelasnya. Contoh lain dari penyakit akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja ialah penyakit asbestosis dan Silitosis.Sebanyak 150 delegasi dari 20 negara mengadakan pertemuan tahunan organisasi jaringan untuk korban kesehatan dan keselamatan kerja K3 atau The Asian Network for the Rights of Occupational Accident Victims ANROAV di Hotel Horizon Bandung, pada tanggal 18 hingga 20 Oktober 2010.  Asbestosis Asbestosis ditunjukkan dengan plak di atas diafragma pencitraan dengan sinar-x, Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat menghirup serat- serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura selaput yang melapisi paru-paru. 1. Penyebab Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut fibrosis di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang terhirup. Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam pakaian pekerja. 2. Gejala Gejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya. Gejala pertama adalah sesak napas ringan dan berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan. Sekitar 15 penderita, akan mengalami sesak napas yang berat dan mengalami kegagalan pernapasan. Perokok berat dengan bronkitis kronis dan asbestosis, akan menderita batuk-batuk dan bengek. Menghirup serat asbes kadang-kadang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan pada ruang antara kedua selaput yang melapisi paru-paru. Meskipun jarang, asbes juga bisa menyebabkan tumo pada pleura yang disebut mesotelioma atau pada selaput perut yang disebut mesotelioma peritoneal. Mesotelioma yang disebabkan oleh asbes bersifat ganas dan tidak dapat disembuhkan. Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar krokidolit, satu dari 4 jenis asbes. Amosit, jenis yang lainnya, juga menyebabkan mesotelioma.Krisotil mungkin tidak menyebabkan mesotelioma tetapi kadang tercemar oleh tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma. Mesotelioma biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun. Kanker paru-paru akan terjadi pada penderita asbestosis yang juga merokok, terutama mereka yang merokok lebih dari satu bungkus sehari.  Silikosis Silicosis Silikosis Silicosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru. Terdapat 3 jenis silikosis: Silikosis Kronis Simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang lebih dari 20 tahun. Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada. Silikosis Akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih pendek 4-8 tahun. Peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat. Silikosis Akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah. Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif. Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal. 1. Penyebab Silikosis terjadi pada orang-orang yang telah menghirup debu silika selama beberapa tahun. Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada: buruh tambang logam, pekerja pemotong batu dan granit, pekerja pengecoran logam, dan pembuat tembikar. Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Tetapi pada peledakan pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat pengampelas sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi, gejala dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun. Bila terhirup, serbuk silika masuk ke paru-paru dan sel pembersih misalnya makrofag akan mencernanya. Enzim yang dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada paru-paru. Pada awalnya, daerah parut ini hanya merupakan bungkahan bulat yang tipis silikosis noduler simplek. Akhirnya, mereka bergabung menjadi massa yang besar silikosis konglomerata. Daerah parut ini tidak dapat mengalirkan oksigen ke dalam darah secara normal. Paru-paru menjadi kurang lentur dan penderita mengalami gangguan pernafasan. 2. Gejala Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi bronkitis. Silikosis konglomerata bisa menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas. Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat. Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja. Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung. Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis Mycobacterium Tuberculosis, penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.

E. Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit