MAKALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (2)

MAKALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KECELAKAAN AKIBAT KERJA DAN PENCEGAHANNYA DI
PERUSAHAAN INDUSTRI RADIOGRAFI

DISUSUN OLEH
NAMA

: WIJANARKO

NIM

: 021400415

PRODI

: ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI

JURUSAN : TEKNOFISIKA NUKLIR
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT makalah ini telah selesai di buat.
Makalah ini saya buat merupakan upaya pemenuhan tugas perkuliahan dengan mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) oleh Bapak Toto Trikasjono,ST,M.Kes di kampus
STTN-BATAN Yogyakarta.
Makalah ini diperuntukkan untuk semua kalangan masyarakat pada umumnya, mahasiswa
teknik dan para pekerja perusahaan di bidang industri radiografi pada khususnya karena
makalah ini membahas tentang Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di
Perusahaan Industri Radiografi yang dimana didalamnya telah dijelaskan secara mendetail
seputar K3 di perusahaan industri radiografi beserta cara pencegahan kecelakaan akibat
kerja pada industri tersebut.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat, agar
mereka lebih peduli akan keselamatan dalam bekerja.
saya selalu berdoa agar orang yang mau membaca dan mengamalkan isi dari makalah ini
bisa menguasai materi-materi didalamnya dan melaksanakan peraturan yang diatur dalam
tempat kerja guna menjaga kesehatan dan keselamatan para pekerja.
“berbuat kecil untuk orang banyak itu lebih berarti, daripada berbuat besar untuk diri

sendiri”

Yogyakarta, September 2014

Penulis

2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................2
Daftar isi..........................................................................................3
Bab I : Pendahuluan
A. Latar belakang...............................................................5
B.Rumusan masalah...........................................................6
C.Tujuan.............................................................................6
Bab II : Tinjauan Pustaka
A. Pengertian kecelakaan kerja akibat kerja................7
B. Pengertian industri radiografi....................................8
Bab III : Isi
A. Sejarah ilmu radiologi.................................................10

B. Perkembangan radiologi di bidang industri.............11
 Sumber sinar X......................................................12
 Sumber sinar gamma............................................13
 Sumber radiasi neutron........................................14
C. Prosedur kerja aplikasi industri radiografi..............14
 Penerapan aplikasi NDT.......................................15
 Metode NDT...........................................................16
D. Penyebab terjadinya kecelakaan kerja......................16
E. Kasus-kasus kecelakaan kerja....................................18
F. Penanggulangan hazard control.................................21
 Eliminasi.................................................................21
 Substitusi................................................................21
 Rekayasa teknis.....................................................21
 Rekayasa administrasi..........................................21

3

 Alat pelindung diri................................................22
G. Cara pencegahan kecelakaan....................................24
 Kasus.....................................................................24

 Dosimetri...............................................................25
 Penyebab...............................................................25
 Akibat....................................................................25
 Pencegahan...........................................................26
H. Manajemen K3 dan pencegahan kecelakaan...........26
 Planning.................................................................26
 Organizing.............................................................27
 Actuating...............................................................28
 Controlling............................................................28
Bab IV : Penutup
A. Kesimpulan..................................................................29
B. Saran.............................................................................29
Daftar Pustaka...............................................................................30

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG


Di era globalisasi yang berkembang pesat dewasa ini, bidang industri
merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kemajuan suatu
negara sangat bergantung pada perkembangan industrinya, baik industri dalam
skala besar (nasional) maupun industri dalam skala kecil (regional). Salah satu
industri yang sedang gencar-gencarnya di kembangkan sekarang adalah industri
radiografi. Penerapan industri radiografi sangat penting bagi suatu perusahaan
industri lainnya, sebab dengan adanya industri radiografi ini segala kerusakan
sistem yang terjadi dapat dengan mudah di deteksi. Hal ini tentunya akan
memberikan efisiensi waktu dan biaya dalam suatu perbaikan sistem yang rusak
pada perusahaan industri yang bersangkutan.
Industri radiografi merupakan industri yang menggunakan aplikasi
teknologi nuklir. Aplikasi teknologi nuklir dalam bidang industri radiografi
sebenarnya hampir mirip dengan pemakaian pesawat sinar-X pada bidang
kedokteran, yaitu untuk melihat keadaan dalam tubuh manusia dengan cara di foto
dengan sinar – X . Sedangkan dalam teknik radiografi yang di foto adalah benda
atau obyek yang akan dilihat keadaan bagian dalamnya. Pada akhirnya industri
radiografi ini lebih sering di kenal dengan uji tak merusak (non destructive testing).
Prinsip dasar dalam uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi akan menembus benda
yang diperiksa, namun karena adanya cacat dalam bahan maka banyaknya radiasi
yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan tidak sama. Dengan memanfaatkan

sifat interaksi antara radiasi foton dengan bahan seperti ini, maka radiasi dapat
dimanfaatkan untuk memeriksa cacat yang ada di dalam bahan. Rongga maupun
retak sekecil apapun dapat dideteksi dengan teknik radiografi ini.

5

Di dalam sebuah perusahaan industri tentunya tak lepas dari sistem
keselamatan dan kesehatan kerja yang di terapkan oleh manajemen perusahaan
yang bersangkutan. Tak terkecuali pada perusahaan industri radiografi yang telah
kita ketahui aplikasi teknologi nuklir sangat memerlukan pengawasan dan
pengelolaan yang memadai agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sejumlah kecelakaan radiasi telah terjadi di berbagai belahan dunia ini sehubungan
dengan pemanfaatan teknologi nuklir dalam industri radiografi.Terlebih lagi
kecelakaan radiasi dalam penggunaan kamera radiografi industri portabel yang
digunakan di lapangan. Kecelakaan radiasi tersebut tidak hanya menimpa para
pekerja tetapi juga pernah suatu kejadian yang membawa maut bagi seorang petani
di Yango, Peru tahun 1999. Hal ini tentunya menimbulkan kekhawatiran bagi para
pekerja perusahaan industri radiografi. Oleh karena itu, perlu di cari sumber
penyebab kecelakaan akibat kerja sehingga kita dapat mempelajari cara
pencegahannya agar kejadian dan resiko kecelakaan tersebut dapat di tekan

seminimal mungkin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prinsip kerja dari aplikasi industri radiografi ?
2. Apa faktor penyebab terjadinya kecelakaan pada perusahaan industri
radiografi ?
3. Bagaimana cara pencegahan terjadinya kecelakaan akibat kerja pada
perusahaan industri radiografi ?

C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan wawasan dan pengetahuan terhadap penulis seputar industri
radiografi yang berbasis iptek nuklir.

6

2. Memberikan kesadaran terhadap penulis akan pentingnya peran K3 dalam
penggunaan alat-alat yang berbasis teknologi nuklir, khususnya pada
industri radiografi.
3. Mengetahui cara pencegahan kecelakaan akibat kerja pada perusahaan
industri radiografi sehingga dapat meminimalisir kerugian yang ada.


BAB II
ISI
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kecelakaan Akibat Kerja
Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak
dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda
(Rachman, 1990). Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan, artinya bahwa
kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh
berbagai faktor, dimana faktor yang satu mempengaruhi faktor yang lainnya.
Berdasarkan pendekatan epidemiologi ( US. Office of Technology Assesment
Washington DC, 1975), faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan akibat
kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut.
-Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan.
-Agent, yaitu pekerjaan.
-Environment, yaitu lingkungan kerja.
7


Dari ILCI, dengan memodifikasi teori dari Heinrich yang terkenal dengan nama
teori domino yaitu tentang terjadinya kecelakaan kerja sebagai berikut:
1. Kurangnya terhadap pengendalian oleh manajemen (Lack of Control
Management) meliputi :


Perencanaan



Pengorganisasian



Kepemim[pinan



Pengendalian


2. Penyebab-penyebab dasar murni ( Basic Couse (s) Origin (s) ):


Faktor personal



Faktor Pekerja

3. Penyebab yang merupakan gejala-gejala ( Immediate: Cause (s) Simptoms )


Unsafe Act adalah pelanggaran terhadap prosedur yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan.



Unsafe

Condition


atau

keadaan

yang

secara

langsung

dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan.
4. Keterkaitan terjadinya kecelakaan ( Incident Contact ).
5. Kehilangan orang atau harta ( People Proverty Loss ).

B. Pengertian Industri Radiografi

8

Pemeriksaan tak merusak dalam menentukan kualitas suatu sistem dapat
dilakukan baik dengan metode teknik nuklir maupun non-nuklir. Radiasi
berdaya tembus tinggi dapat dipakai untuk melakukan pemeriksaan bahan
tanpa merusak bahan yang diperiksa (non destructive testing). Teknik
pemeriksaan dengan radiasi ini disebut juga radiografi industri. Uji tak
merusak ini biasanya memanfaatkan radiasi jenis foton berdaya tembus tinggi,
baik berupa sinar gamma yang dipancarkan oleh radioisotop maupun sinar-X
dari suatu pesawat. Sifat dari radiasi itu sendiri adalah sebagian diserap dan
sebagian diteruskan oleh bahan yang diperiksa. Oleh sebab itu, radiasi akan
mengalami pelemahan di dalam bahan. Tingkat pelemahannya bergantung pada
tebal bagian bahan yang menyerap radiasi.
Prinsip dasar dalam uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi akan menembus
benda yang diperiksa, namun karena adanya cacat dalam bahan maka
banyaknya radiasi yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan tidak sama.
Dengan memanfaatkan sifat interaksi antara radiasi foton dengan bahan seperti
ini, maka radiasi dapat dimanfaatkan untuk memeriksa cacat yang ada di dalam
bahan. Rongga maupun retak sekecil apapun dapat dideteksi dengan teknik
radiografi ini.
Apabila radiasi yang diteruskan dan keluar dari bahan ditangkap oleh film
fotografi yang dipasang di belakang bahan tersebut, maka perbedaan intensitas
radiasi akan menimbulkan kehitaman yang berbeda pada film, sehingga cacat
dalam bahan yang diperiksa akan tergambar pada film. Dengan teknik ini dapat
diketahui mutu sambungan las, kualitas logam cor dan juga keadaan dalam diri
suatu sistem. Untuk mendapatkan ketelitian pemeriksaan yang lebih tinggi,
maka teknik radiografi dapat dikombinasikan dengan teknik pemeriksaan
lainnya. Karena tiap cacat pada benda menimbulkan gambar yang berlainan,
maka untuk membaca gambar pada film diperlukan pengalaman dan keahlian
tersendiri, sehingga kemungkinan terjadinya salah interpretasi dapat dihindari
atau dikurangi.

9

BAB III
HASIL PEMBAHASAN
A. Sejarah Ilmu Radiologi
Perkembangan ilmu radiologi dimulai sejak ditemukannya sinar-x oleh
Prof William Conrad Rontgen pada bulan November tahun 1895 dengan
demikian disiplin ilmu radiologi merupakan ilmu yang relatif masih muda
dibandingan dengan ilmu-ilmu lainnya khususnya ilmu kedokteran.
Sedangkan di Indonesia radiologi baru berkembang pada tahun 1950, dengan
dibukanya bagian radiologi di rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo yang
pada waktu masih bernama CBZ dan di pimpin oleh Prof. Dr. Vanderplats dan
Prof. Knoch radiology dari Belanda, Bersama-sama dengan beberapa dokter
dari Indonesia diantaranya Prof Yohannes, Prof Siwabessy, Prof H.B.Syahrial
Rasyad, dan Prof. Dr. H. Gani Ilyas yang semuanya sudah almarhum.
Sedangkan tenaga operator pada saat itu direkrut dari tenaga-tenaga perawat
10

senior yang di latih untuk mengoperasikan pesawat dan atau sumber radiasi
lainnya. Didalam perkembangannya ternyata bahwa ilmu radiology dan
teknologi radiologi berkembang sangat pesat sehingga perlu untuk mendidik
tenaga

radiografer

secara

formal.

Perkembangan ilmu dan teknologi terus berkembang termasuk juga
penelitian-penelitian dalam bidang radiology yang dilaksanakan oleh
International Atomatic Energy Assosiation (IAEA) tentang akibat negative
yang di timbulkan oleh radiasi pengion, maka muncullah rekomendasirekomendasi. Salah satu diantaranya adalah pekerja radiasi harus berumur
sekurang- kurangnya 18 tahun. Tahun 1964 terbit pula U.U No 60 Tentang
pokok –pokok Tenaga Atom yang juga mengatur tentang pemakaian radiasi
sinar –x baik yang di gunakan untuk industri maupun untuk kepentingan
pelayanan kesehatan.

B. Perkembangan Radiologi di bidang Industri
Aplikasi teknologi nuklir dalam bidang industri merupakan salah satu
bentuk pemanfaatan radiasi yang ada pada zat radioaktif atau radioisotop.
Radioisotop dapat diperoleh dari reaktor nuklir yang khusus memproduksi
radioisotop ataupun reaktor riset, seperti terdapat di reaktor nuklir Bandung
dan reaktor nuklir Serba Guna Serpong walaupun Reaktor Kartini Yogya
tidak diberi fasilitas untuk memproduksi radioisotop. Radioisotop yang
menguntungkan

tersebut

radiasinya

mempunyai

kemampuan

untuk

menembus bahan, pendeteksiannya yang sangat peka, dan radioisotop bersifat
selektif, banyak digunakan dalam bidang industri.
Pemanfaatan radiasi nuklir dalam bidang industri antara lain dalam :
1. Teknik radiografi

11

2. Teknik gauging
3. Teknik perunut atau teknik tracing
4. Teknik analisis aktivasi neutron
Di dalam makalah ini hanya dibahas pemanfaatan radiasi nuklir dengan
teknik radiografi yang digunakan pada perusahaan industri radiografi.
Aplikasi teknologi nuklir dalam bidang industri radiografi sebenarnya hampir
mirip dengan pemakaian pesawat sinar-X pada bidang kedokteran, yaitu
untuk melihat keadaan dalam tubuh manusia dengan cara di foto dengan sinar
– X . Sedangkan dalam teknik radiografi yang di foto adalah benda atau
obyek

yang

akan

dilihat

keadaan

bagian

dalamnya.

Sumber radiasi dalam teknik radiografi pada umumnya adalah :
1. Sumber radiasi sinar-X
2. Sumber radiasi sinar gamma
3. Sumber radiasi neutron

Ketiga sumber radiasi tersebut digunakan dalam teknik radiografi karena
mempunyai daya tembus yang sangat tinggi dan memiliki sifat-sifat khusus
yang diperlukan dalam teknik radiografi.
Sifat masing – masing sumber radiasi tersebut adalah sebagai berikut
A. Sumber Sinar – X
Sinar – X atau yang lebih dikenal sinar Rountgen adalah gelombang
elektromagnet yang berasal dari kulit elektron. Sumber sinar X berasal dari
mesin pembangkit sinar X yang energi dan intensitasnya dapat diatur sesuai
keperluan.
Mesin pembangkit sinar – X ada 2 macam, yaitu :
a. Tabung sinar – X berkatoda dingin ( Gas )

12

b. Tabung sinar-X berkatoda panas ( Vakum )
Mengingat bahwa mesin pembangkit sinar – X bisa diatur energi dan
intensitasnya maka secara umum kualitas sinar – X dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu :
1. Sinar – X yang kuat
2. Sinar – X yang lemah
Kualitas sinar – X menentukan daya tembusnya. Semakin besar tegangan
tabung sinar – X, semakin besar daya tembusnya dan makin pendek panjang
gelombangnya. Dalam teknik radiografi, batas kualitas sinar X yang perlu
diketahui adalah :
a. Sinar – X takbermuatan dan tak bermassa
b. Sinar – X termasuk gelombang elektromagnetik yang tak tampak
c. Sinar – X bergerak lurus, berkecepatan tinggi mendekati kece-patan
cahaya.
d. Sinar – X tidak dapat dibelokkan oleh prisma maupun oleh len-sa, akan
tetapi bisa disefraksi oleh kristal.
e. Sinar – X, walaupun tak bermuatan, tetapi dapat mengionisasi-kan medium
yang dikenainnya, sehingga dapat merusak sel-sel manusia.
f. Sinar – X dapat menembus bahan.
g. Sinar – X bersifat polikromatis dengan spektrum yang sinam-bung
( Continue ).
B. Sumber Radiasi Sinar – Gamma (ɤ )
Dalam teknik radiografi, radiasi sinar gamma banyak digunakan karena daya
tembusnya sangat kuat dan radioisotopnya relatif mudah dibuat dan umur
paronya relatif cukup panjang, sehingga bisa dipakai dalam waktu cukup
lama. Beberapa sumber radiasi sinar gamma ( ɤ ) yang banyak digunakan
dalam teknik radiografi adalah sebagai berikut :
Tabel : Sumber radioisotop yang banyak digunakan dalam radiografi

13

No

Radioisotop

Energi; MeV

Waktu paro

Keterangan

1
2
3
4

Gamma (ɤ)
Co60
Cs137
Ir192
Tl170

1,17 dan 1,33
0,66
0,1 ~ 0,6
0,084

5,24 tahun
30 Tahun
75 Hari
127 Hari

Aktivitas jenis tinggi
Aktivitas jenis agak rendah
Aktivitas jenis agak tinggi
Aktivitas jenis tinggi

C. Sumber Radiasi Neutron (on1)
Sumber radiasi neutron seringkali juga digunakan dalam teknik radiografi
karena daya tembusnya kuat. Pemakaian sumber radiasi neutron perlu kehatihatian karena neutron walaupun tidak bermuatan tetapi neutron punya massa
yang berdampak pada obyek benda yang akan diperiksa dengan teknik
radiografi. Sumber radiasi neutron ada tiga macam, yaitu :
1. Reaktor Nuklir
2. Akselerator
3. Radioisotop yang dapat bereaksi menghasilkan neutron
Sumber neutron yang berasal dari reaktor nuklir dan akselerator pada
umumnya bersifat stasioner sehingga pekerjaan radiografi harus dilakukan di
tempat. Sedangkan sumber neutron yang berasal dari radioisotop bisa bersifat
mobil, sehingga dapat dibawa keluar sesuai keperluan radiografi.

C. Prosedur Kerja Dari Aplikasi Industri Radiografi
Salah satu aplikasi dari radiologi adalah uji tak merusak atau lebih sering
kita dengar dengan istilah NDT (Non Destructive Test). Pengujian tak merusak
(NDT) adalah aktivitas pengujian atau inspeksi terhadap suatu benda/material
untuk mengetahui adanya cacat, retak atau discontinuity lain tanpa merusak
benda yang kita uji. Karena NDT secara permanen mengubah material yang
sedang diperiksa. Teknik yang dapat menghemat uang dan waktu dalam
evaluasi produk, pemecahan masalah, dan penelitian. NDT umumnya memiliki
metode termasuk ultrasonik, magnetik-partikel, penetran cair, radiografi, dan
pengujian eddy. Saat ini NDT adalah alat yang sering digunakan dalam

14

rekayasa forensik, teknik mesin, teknik elektro, teknik sipil, teknik sistem,
teknik aeronautika, obat-obatan, dan seni.

Metode

NDT

dapat

mengandalkan

pada

penggunaan

radiasi

elektromagnetik, suara, dan sifat bahan untuk memeriksa sampel. Ini mencakup
beberapa jenis mikroskop untuk memeriksa permukaan eksternal dalam detail,
meskipun teknik persiapan sampel untuk metalografi, mikroskopi optik dan
mikroskop elektron umumnya destruktif sebagai permukaan harus dibuat halus
melalui polesan atau sampel. Bagian dalam sampel dapat diperiksa dengan
penetrasi radiasi elektromagnetik, seperti X-ray, atau dengan gelombang suara
dalam kasus pengujian ultrasonik. Kontras antara cacat dan sebagian besar
sampel dapat ditingkatkan untuk pemeriksaan visual oleh mata telanjang dengan
menggunakan cairan untuk menembus retakan kelelahan. Salah satu metode
(pengujian penetran cair) melibatkan menggunakan pewarna, fluorescent atau
non-fluorescing, dalam cairan untuk bahan-bahan non-magnetik, biasanya
logam. Metode lain yang umum digunakan untuk bahan magnetik melibatkan
menggunakan suspensi cair dari besi halus partikel diterapkan pada bagian
ketika ia di dalam medan magnet.

15

 Penerapan Aplikasi NDT
NDT digunakan dalam berbagai kegiatan yang meliputi berbagai kegiatan
industri Otomotif, Bagian mesin, Penerbangan, Turbin gas mesin, Peroketan,
Konstruksi, Struktur, Jembatan, Cover Meter, Pemeliharaan, perbaikan dan operasi,
Jembatan, Pabrik, Bagian mesin, Tuang dan tempa, Industri tanaman seperti Nuklir,
Petrokimia, Power, Pulp dan Kertas, Fabrikasi toko, Tambang pengolahan dan
Risiko

mereka

Berdasarkan

program

Inspeksi,

Tekanan

kapal,

Tangki

penyimpanan, Las, Boiler, Penukar panas, Pemipaan, Bermacam-macam Pipa,
Pipeline integritas manajemen, Leak Deteksi,

Kereta Api, Inspeksi Rel,

Pemeriksaan roda, Tubular NDT, untuk sistem pipa-pipa bahan, Korosi Dalam
Isolasi (Cui), Kapal selam dan kapal perang Angkatan Laut lainnya, aplikasi bidang
Medis.

 Metode NDT
Metode yang digunakan pada NDT memiliki berbagai macam teknik,
diantaranya Visual testing, Liquid Penetrant Testing, Magnetic Particle Testing,

16

Ultrasonic Testing, Radiographic (X-Ray) Testing, Eddy Current Testing, Thermal
Infrared Testing, Accoustic Emision Testing, Leak Testing, dan sebagainya.

D. Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang
salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan
nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan
tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu
yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik
selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran
mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.
Penyebab dasar kecelakaan kerja :
Faktor Personil
a.

Kelemahan Pengetahuan dan Skill

b.

Kurang Motivasi

c.

Problem Fisik

Faktor Pekerjaan
a.

Standar kerja tidak cukup Memadai

b.

Pemeliharaan tidak memadai

c.

Pemakaian alat tidak benar

d.

Kontrol pembelian tidak ketat

Penyebab Langsung kecelakaan kerja
Tindakan Tidak Aman
a. Mengoperasikan alat bukan wewenangnya
b. Mengoperasikan alat dengan kecepatan tinggi
c. Posisi kerja yang salah
d. Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
Kondisi Tidak Aman
a. Tidak cukup pengaman alat

17

b. Tidak cukup tanda peringatan bahaya
c. Kebisingan/debu/gas di atas NAB
d. Housekeeping tidak baik

Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian
Berdasarkan Prosentasenya:
a.

Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)

b.

Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)

c.

Diluar kemampuan manusia (2%)

E. Kasus-kasus Kecelakaan Kerja di Industri Radiografi
Ada 2 (dua) negara maju, yaitu Kanada dan Amerika yang mengalami
sejumlah kasus kecelakaan radiasi yang didokumentasikan secara baik sehingga
dapat diketahui dan dipelajari setiap kejadian. Pemerintah Kanada memuat secara
terang-benderang semua kecelakaan radiasi yang terkait dengan radiografi industri,
yang dipublikasi melalui Badan Pengawas di negara tersebut, yaitu AECB dalam
AECB Notices dan oleh the Alberta Radiation Health Branch in Occupational
Health & Safety Radiation Health Bulletins. Hal yang sama juga dilakukan oleh
pemerintah Amerika, setiap kecelakaan radiasi didokumentasi dan dipublikasi oleh
Badan Pengawas di negara tersebut, yaitu US. Nuclear Regulatory Comission

18

dalam Working Safely in Radiography (NUREC/BR-0024) dan Case Histories of
Radiography Events (NUREG/BR-0001, Vol.1).
Peristiwa

Kecelakaan

Radiasi

di

Kanada

hingga

Tahun

1989

Ada 17 (tujuh belas) peristiwa hingga tahun 1989, sebagai berikut:
Note : QO dan PO sebagai inisial dari korban
1. Penahan radiasi uranium susut kadar (depleted uranium) dipisahkan
akibatnya source capsule assembly tersangkut di kamera radiografi;
2. Sumber Ir-192 bocor akibatnya kamera radiografi dan QO terkontaminasi;
3. Source guide tube tidak tersambung dan sumber Ir-192 dioperasikan secara
pneumatik;
4. Petugas pengamanan (security) terpapar radiasi akibat memasuki daerah
radiasi;
5. Sumber yang tidak sesuai dimasukkan ke kamera radiografi menyebabkan
paparan radiasi tinggi;
6. QO terpapar radiasi karena sumber tidak tersambung dengan baik;
7. Tiga QO terpapar radiasi ketika sedang mengerjakan pergantian sumber;
8. Kapsul

sumber

bocor

tetapi

tidak

mengakibatkan

daerah

kerja

terkontaminasi;
9. Kapsul sumber bocor akibatnya daerah kerja terkontaminasi;
10. Penahan radiasi depleted uranium dipisahkan akibatnya paparan radiasi
menjadi lebih besar;
11. Jari tangan mengalami luka bakar (burns) akibat kecelakaan kamera
radiografi;
12. Kamera radiografi hilang selama pengangkutan;

19

13. QO terpapar radiasi akibat gagal menjadikan sumber berada dalam posisi
tersimpan;
14. Kendaraan yang bermuatan kamera radiografi dicuri;
15. PO memperoleh luka bakar pada jari tangan;
16. QO memperoleh dosis berlebihan akibat sumber tidak tersambung dengan
kabel pendorong sumber; dan
17. Tangan QO terpapar radiasi tinggi akibat kesalahan penanggulangan ketika
sumber macet.

Peristiwa

Kecelakaan

Radiasi

di

Amerika

hingga

Tahun

1989

Ada 29 (dua puluh sembilan) peristiwa, sebagai berikut:
1. QO dan PO terpapar radiasi akibat tidak tahu apakah sumber berada dalam
posisi tersimpan atau tidak;
2. PO terpapar radiasi;
3. Anggota masyarakat dan QO terpapar radiasi;
4. QO terpapar radiasi selama perbaikan sebab sumber tidak tersambung;
5. Tangan QO terpapar radiasi akibat surveymeter tidak akurat;
6. QO terpapar radiasi ketika mengganti film sebab sumber belum dalam
posisi tersimpan secara penuh pada pekerjaan selanjutnya;
7. QO terpapar radiasi akibat kapsul sumber tidak tersambung, dan OB
tersebut tidak melakukan survey radiasi sesuai ketentuan;
8. QO terpapar radiasi sebab kesalahan komunikasi dengan PO;
9. QO terpapar radiasi sebab kegagalan mengembalikan sumber ke dalam
kamera/ kontainer/projektor/wadahnya sesudah selesai pekerjaan radiografi;
20

10. Peralatan kamera radiografi hilang sebab pengamanan yang tidak sesuai
selama pengangkutan;
11. QO terpapar radiasi karena dia tidak menarik secara penuh sumber ke dalam
kamera, dan QO tersebut tidak melakukan suvey radiasi secara benar;
12. QO terpapar radiasi karena PO tidak menarik secara penuh sumber ke
dalam kamera, dan dia tidak melakukan survey radiasi secara benar;
13. QO terpapar radiasi sebab OB tersebut tidak melakukan survey radiasi
secara benar;
14. PO terpapar radiasi ketika menurunkan peralatan kamera radiografi;
15. QO terpapar radiasi ketika sumber tidak secara penuh ditarik kembali ke
dalam kamera;
16. Tiga orang QO dan satu orang PO terpapar radiasi ketika sumber menjadi
tidak tersambung di dalam source guide tube;
17. QO terpapar radiasi karena sumber tidak dapat tersimpan secara penuh di
dalam kamera;
18. QO terpapar radiasi karena tanda alarm peralatan keselamatan rusak;
19. QO terpapar radiasi karena sumber tidak dapat masuk secara penuh kedalam
kamera;
20. QO terpapar radiasi meskipun survey meter menunjukkan tingkat radiasi
tinggi;
21. QO dan PO terpapar radiasi ketika PO lain sedang melakukan pekerjaan
radiografi kedua;
22. QO terpapar radiasi karena tidak melaksanakan prosedur keadaan darurat;

21

23. PO terpapar radiasi karena dia melalukan radiografi tanpa pengawasan
operator;
24. PO memperoleh dosis berlebihan;
25. PO dan sekretaris perusahaan memperoleh dosis berlebihan;
26. Kru pesawat dan penumpang terpapar radiasi akibat sumber tidak dalam
posisi tersimpan dengan baik pada saat kamera radiografi diangkut;
27. QO terpapar radiasi karena tidak melakukan survey radiasi ketika memasuki
tempat penyimpanan kamera radiografi;
28. QO terpapar radiasi karena source guide tube tidak tersambung dengan
baik; dan
29. Tangan QO sakit akibat radiasi.

F. Penanggulangan Hazard Control
Eliminasi
Cara ini mengharuskan penghilangan bahaya secara total. Karena tidak ada lagi
bahaya, kemungkinan kecelakaan menjadi nol.
Aplikasi : mengganti tiang pengaman fender pada jembatan yang rusak agar
bisa digunakan sementara.
Substitusi
Cara ini diambil untuk mengurangi tingkat bahaya. Sumber bahaya utama
diganti dengan sesuatu yang kurang membahayakan.

22

Aplikasi : mengganti kamera radiografi yang sudah berusia tua dengan kamera
radiografi yang baru sehingga meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja..
Rekayasa Teknis
Cara ini ditempuh dengan desain atau modifikasi hardware untuk mengurangi
potensi terjadinya kecelakaan akibat kerja
Aplikasi : Dibuatkan pakaian kerja khusus untuk menghindari bahaya radiasi.

Rekayasa Administrasi
Dicapai dengan melakukan perubahan prosedur untuk mengurangi potensi
bahaya.
Aplikasi : Memasang rambu tanda radiasi pada kamera radiografi

Alat Pelindung Diri
Melengkapi pekerja dengan alat pelindung untuk mengurangi keparahan jika
terjadi peristiwa tak diinginkan.

23

Berikut adalah alat keselamatan yang melekat pada seorang pekerja industri
radiografi :
1. Helm
Fungsi helm pengaman sudah jelas, untuk melindungi kepala dari jatuhan batu
atau benda lainnya. Helm yang digunakan di terowongan agak berbeda dengan
yang dipermukaan. Helm pekerja tambang bawah tanah memiliki tepi yang
lebih melebar dengan cantelan di bagian depan untuk mengaitkan lampu kepala.
2. Lampu kepala
Ketika pipa yang mengalami kerusakan berada pada daerah gelap, maka
penerangan yang memadai sangat diperlukan. Itu sebab, lampu kepala jadi
wajib dikenakan. Lampu ini bisa bertenaga aki (elemen basah) atau batere
(elemen kering) yang digantung di pinggang. Dibanding batere, aki memiliki
beberapa kelemahan. Selain ukuran dan bobot aki yang lebih berat, cairan asam
sulfat yang bocor dapat merusak pakaian.
3. Kacamata keselamatan
Untuk orang berkacamata minus atau plus, disediakan lensa khusus sesuai
dengan kebutuhan yang bersangkutan. Yang pasti, lensa ini tidak boleh terbuat
dari kaca, karena jika terjadi benturan dan lensa pecah, serpihan kaca malah
akan membahayakan penggunanya.
4. Respirator

24

Respirator atau masker berguna untuk melindungi jalur pernapasan para
pekerja. Respirator yang digunakan adalah respirator khusus, jadi tidak sekedar
kain kasa putih yang biasa digunakan untuk menangkal influenza. Respirator ini
mesti memiliki filter yang dapat diganti-ganti. Penggunaan filter harus
disesuaikan dengan keadaaan, apakah untuk menangkal debu atau gas
berbahaya.
5. Sabuk
Sabuk ini terutama digunakan sebagai cantelan berbagai alat keselamatan lain.
Setidaknya ada dua alat yang melekat setia pada sabuk, aki/batere untuk lampu
kepala dan self resquer. Sabuk juga dilengkapi kait di bagian belakang yang
dapat digunakan untuk cantelan alat-alat tangan (kunci inggris, palu) atau
senter.
8. Sepatu boot
Dengan kondisi terowongan yang umumnya berlumpur, sepatu boot menjadi
kebutuhan pokok. Sepatu pendek hanya akan menyebabkan kaki terbenam
dalam lumpur. Sepatu boot ini juga mesti dilengkapi dengan sol berlapis logam
dan lapisan logam untuk melindungi jari kaki.

9. Alat tambahan
Untuk pekerja yang melakukan tugas khusus, alat pelindung ini bisa bertambah.
Untuk bekerja di ketinggian, pekerja memerlukan safety harness. Alat ini
digunakan sebagai pelindung jatuh, agar ketika terpeleset, pekerja tetap tertahan
dan tidak berdebam. Pekerja yang melakukan pengelasan, juga membutuhkan
alat pelindung mata atau muka khusus.
G. Cara Pencegahan Kecelakaan Pada Industri Radiografi
a. Kasus

25

Seorang QO yang sudah cukup berpengalaman sedang melakukan
pekerjaan uji tak rusak dengan kamera radiografi industri di lokasi
konstruksi. Sumber radioaktif yang digunakan adalah Ir-192, aktivitas
sumber 1.400 GBq. Pada saat pekerjaan radiografi, QO tersebut tidak
melakukan survey radiasi secara benar terlebih dahulu meskipun survey
meter tersedia di lapangan.
Suatu ketika QO menjadi kebingungan untuk memastikan apakah
posisi sumber Ir-192 di “dalam” atau di “luar” kamera radiografi ketika dia
melakukan suatu tindakan yang mengakibatkan sumber macet menjadi pada
posisi yang tidak terproteksi. Dalam situasi yang demikian, dia terus saja
melakukan kegiatan rutinnya, yaitu: memasuki daerah kerja, memindahkan
film yang sudah disinar, mengatur kembali posisi kabel penuntun sumber
(source guide tube), dan memasang film baru.
QO mengulang teknik radiografi hingga delapan kali dan ketika dia
melihat hasil ekspos yang kedelapan dengan gambar (citra) yang terlalu
hitam dibandingkan gambar sebelumnya maka dia menjadi sadar tentang
apa yang sesungguhnya telah terjadi. Dalam situasi yang seperti ini, ternyata
sumber Ir-192 tidak dapat kembali ke posisi tersimpan tepat di dalam
kamera radiografi. Dengan kata lain, selama pekerjaan radiografi tersebut
posisi sumber tetap berada di luar kamera, yaitu pada source guide tube,
diperkirakan sekitar bagian ujungnya (end of source guide tube atau
source stop). QO tidak segera memberitahu pihak manajemen perihal
kejadian ini hingga dia mulai merasakan sakit. Tangan QO mulai
menunjukkan tanda sakit 12 (dua belas) hari setelah terpapar radiasi tinggi
(over

exposure).

b. Dosimetri
Dosis yang tercatat pada dosimeter film sebesar 2,5 Sv yang dianggap
sebagai dosis terhadap gonad perorangan. Tidak ada efek sindrom radiasi

26

akut (seperti, mual, diare, muntah-muntah, efek darah yang signifikan)
sesuai pemeriksaan. Berdasarkan hasil evaluasi film badge yang digunakan
sebagai monitoring perorangan, maka perkiraan dosis maksimum pada jari
tangan 220 Sv hingga 300 Sv.
c. Penyebab
Kecelakaan tersebut terjadi sebab QO tidak melakukan survey radiasi
dengan benar atas setiap ekspos yang dilakukan.
d. Akibatnya
QO mulai merasakan sakit 12 (dua belas) hari setelah terpapar radiasi tinggi
dan akibat rasa sakit yang semakin tidak tertahankan maka dia pergi berobat
ke Rumah Sakit. Dari hari ke hari (hari ke14, ke19, ke-24, ke-27, ke-56, ke102 hingga kira-kira 5 tahun setelah kejadian) terlihat tangan si korban
mengalami perubahan yang semakin menderita. Jari tangan kiri dan kanan
QO tersebut hampir semuanya diamputasi. Tangan si korban sangat sensitif
terhadap panas maupun dingin dan menurut perkiraan, amputasi tambahan
terhadap bagian tangan QO mungkin akan dilakukan lagi. Tindakan medik
yang intensif sangat diperlukan selama beberapa tahun untuk maksud
pemulihan kesehatannya.

e. Pencegahan
Kecelakaan radiasi ini semestinya tidak akan terjadi apabila QO
melalukan survey radiasi sesuai prosedur. Setiap selesai satu ekspos maka
survey radiasi harus dilakukan untuk memastikan posisi sumber telah
berada di dalam kamera atau masih berada di luar kamera. Dosimeter yang
dilengkapi dengan alarm sangat baik untuk digunakan oleh QO atau PO
sebab survey meter tersebut dapat memberikan peringatan terhadap petugas
tersebut tentang tingkat radiasi.

27

H. Manajemen K3 dan Pencegahan Kecelakaan
Menurut George R Terry, manajemen merupakan sebuah proses yang
khas, terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan
dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran
yang telah ditetapkan, melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumberdaya lainnya.

Menurut Prajudi Atmosudirdjo fungsi manajemen

meliputi: Planning, Organizing, Directing, atau Actuating dan Controlling.
a. Planning
Fungsi perencanaan didalam manajemen hiperkes dan keselamatan kerja
diperusahaan merupakan bagian integral dari dari perencanaan manajemen
perusahaan secara menyeluruh, yang dilandasi oleh komitmen/kesepakatan
manajemen puncak. Perencanaan yang dimaksud meliputi antara lain :
1. Menyusun dan menetapkan sasaran yang hendak dicapai dan jangka waktu
yang diperlukan untuk pencapaian sasaran tersebut.
2. Menyusun jadwal kegiatan sebagai berikut:
- Kegiatan yang bersifat teknis seperti pengukuran lingkungan kerja baik faktor
fisika maupun faktor kimia untuk disesuaikan dengan NilaiAmbang Batas
(NAB), tinjauan atas laporan yang telah lalu untuk perbaikan dan pemeliharaan
mesin-mesin produksi.
- Kegiatan yang bersifat medis seperti pemeriksaan kesehatan pre karya (pre
employement medical examination), merencanakan pemeriksaan kesehatan
berkala, pemeriksaan kesehatan khusus, penyuluhan yang berkaitan dengan
kesehatan kerja misalnya manfaat penggunaan alat pelindung diri, gizi kerja
dan lain-lain.
- Kegiatan yang berkaitan dengan pemantauan lingkungan.
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan
khususnya pelatihan yang bersifat terapan.

b. Organizing

28

Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan
aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas,
fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan
terciptanya aktifitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Untuk kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja misalnya berdasarkan peraturan perundang-undangan (UU
No.1 tahun 1970) organisasinya adalah Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) yang keanggotaannya terdiri dari 2 unsur yaitu unsur
pengusaha dan
pekerja.3 Menurut D. Keith Denton (1982) mengemukakan pengorganisasian
dalam bentuk bagian (department) sebagai berikut :
1. Bagian keselamatan kerja (Safety Department) bertugas antara lain:
- Mengkaji dan menguji kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja,
- Mengkaji dan menguji sasaran keselamatan kerja dan kebijakannya,
- Berperan serta didalam penyelidikan kecelakaan kerja, mengkaji laporan
kecelakaan dan mengembangkan rekomendasi untuk upaya pencegahannya,
- Memilah-milah dan atau mengisolir baik keadaan/kondisi lingkungan kerja
yang tidak aman/tidak selamat maupun tindakan/perbuatan yang tidak selamat,
serta melakukan upaya perbaikan-perbaikan, dan lain-lain.
2. Bagian kesehatan kerja (Medical Department)
Mengacu pada program keselamatan kerja, kegiatan bagian kesehatan kerja
antara lain:
- Mengurangi kekerapan angka kehilangan jam kerja karena sakit.
- Program kesehatan pencegahan, seperti pemeriksaan kesehatan berkala.
- Menyesuaikan kemampuan fisik tenaga kerja dengan kebutuhan pekerjaan.
- Penelitian kesehatan melalui pemeriksaan kondisi lingkungan kerja tempat
tenaga kerja melakukan pekerjaannya.
3. Bagian Pemadam Kebakaran (Fire Departement)
4. Pengawas Keselamatan dan produksi (Safety and Production Supervisors)11
c. Actuating
Actuating merupakan pelaksaan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jenis kegiatan dan job description yang
telah ditetapkan.

29

d. Controlling
Fungsi pengawasan/pengendalian didalam manajemen hiperkes dan
keselamatan kerja, merupakan fungi untuk mengetahui sampai sejauh mana
pekerja dan para pengawas/penyelia mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan
oleh pimpinan perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, khususnya
yang berkaitan dengan kesehatan kerja, keselamatan kerja dan pemantauan.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Prinsip dasar dalam uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi akan
menembus benda yang diperiksa, namun karena adanya cacat dalam bahan
maka banyaknya radiasi yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan tidak
30

sama. Dengan memanfaatkan sifat interaksi antara radiasi foton dengan
bahan seperti ini, maka radiasi dapat dimanfaatkan untuk memeriksa cacat
yang ada di dalam bahan. Rongga maupun retak sekecil apapun dapat
dideteksi dengan teknik radiografi ini.
2. Manajemen K3 merupakan sebuah proses yang khas, terdiri dari tindakantindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai keselamatan dan kesehatan
para pekerja.
3. Kecelakaan radiasi kemungkinan besar tidak akan terjadi apabila pekerja
melalukan survey radiasi sesuai prosedur. Setiap selesai satu ekspos maka
survey radiasi harus dilakukan untuk memastikan posisi sumber telah
berada di dalam kamera radiografi atau masih berada di luar kamera
radiografi.

B. SARAN
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting dalam pengelolaan
aplikasi yang berbasis iptek nuklir, khususnya pada industri radiografi.
Kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi suatu perusahaan
atau negara. Oleh karena itu, keselamatan dan kesehatan kerja harus
dikelola secara maksimal bukan saja oleh manajemen perusahaan tetapi
juga dari unsur para pekerja.

31

DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.
Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung
Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung,
1985
http://www.gentook3.net/index.php/2011/12/09/pencegahan-kecelakaan-akibat-kerja-padaindustri-radiografi.t/ waktu unduh : 15.00 , 24 September 2014

32