142746535 makalah kesehatan kerja

(1)

“ KESEHATAN KERJA”

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Ilmu Kesehatan Masyarakat dan

Kependudukan

Program Studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Disusun oleh :

Cecep Fadli Dermawan (11303188) Amanda Intan Sari (11303150)

Dian Sariani (11303200) Farida Aryany (11303187) Irin Irna Ningtias (11303193)

Teni Suryani (11303189) Teni Tresnawati (11303202)

Tia Paramudita (11303195)

POLITEKNIK

PIKSI GANESHA BANDUNG 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayahNya kepada kita semua, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kesehatan Kerja” untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan dan Kependudukan yang diberikan oleh ibu Herlina Hamid, SGz.

Makalah ini disusun berdasarkan sub pokok bahasannya. Dan dilengkapi oleh artikel yang berkenaan dengan judul makalah ini. Walaupun sudah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami senantiasa terbuka untuk menerima masukan demi penyempurnaan makalah berikutnya.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak baik yang membantu kami secara langsung maupun tidak langsung. Dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun cara penyampaiannya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa.

Bandung, November 2011 Kelompok 2


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA

PENGANTAR………

i

DAFTAR ISI………..

ii

BAB I

PENDAHULUAN………

1

1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Tujuan Penulisan……….. 1

1.3 Manfaat penulisan……….... 1

BAB II

KESEHATAN KERJA………..

2

A. Pengertian kesehatan kerja……..……… 2

B. Tujuan kesehatan kerja……… 3

C. Usaha-usaha kesehatan kerja……….. 3

D. Penyakit akibat kerja……….. 4

E. Usaha-usaha pencegahan penyakit……… 9

BAB III

PENUTUP………

10

A. Kesimpulan……… 10

B. Saran-saran……… 10


(4)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan kerja merupakan upaya untuk menyerasikan kapasitas kerja. Sehingga beban kerja yang diberikan kepada setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan orang-orang yang ada disekitarnya maupun dirinya sendiri. Kesehatan kerja ini perlu dibahas bersama dan disampaikan Karena terkadang terlalu banyaknya pekerjaan kerja itu sendiri, sehingga kita melupakan kesehatan kerja itu sendiri. Padahal ini sangat penting untuk diperhatikan.

1.2 Tujuan Penulisan

Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kependudukan, kami juga berusaha untuk membagi ilmu yang kami dapatkan dengan pembaca khususnya mengenai masalah kesehatan kerja.

1.3 Manfaat Penulisan

Pembaca lebih memahami arti kesehatan kerja, tujuan kesehatan Kerja, usaha-usaha kesehatan kerja, dan penyakit yang ditimbulkan akibat kerja, bahkan pembaca mengetahui usaha-usaha pencegahan penyakit akibat kerja.


(5)

KESEHATAN KERJA

A. PENGERTIAN

Sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Menurut Suma’mur (1976)

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya.

Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).


(6)

3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi.

4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

“pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja

yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”. B. Tujuan Kesehatan Kerja

Tujuan adalah untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya sehingga dapat meningkatkan produksi.

C. Usaha-Usaha Kesehatan Kerja

Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan diatas antara lain :

 Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

 Pemeliharaan dan penigkatan kesehatan tenaga kerja.

 Perawatan dan peningkatan daya produksitivitas tenaga manusia.

 Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya yang mungkin ditimbulkan dari hasil produksi perusahaan.

D. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja dapat timbul selama dan setelah bekerja di suatu perusahaan/industri. Faktor penyebab penyakit ini ada 5 macam, yakni: fisik, khemis, infeksi,


(7)

fisiologis, dan mental-psikologis. Akibat yang ditimbulkan dari faktor penyebab ini adalah penyakit akibat kerja antara lain: pneumokoniosis, kelainan pendengaran, dermatosis, kanker kulit, infeksi, dan lain-lain. Sedangkan upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja ada bermacam-macam, yakni: substitusi, ventilasi umum, ventilasi keluar setempat, isolasi, pakaian pelindung, pemeriksaan kesehatan, penerangan, dan pendidikan kesehatan. Disini kami akan menyajikan sebuah artikel yang berkenaan dengan penyakit akibat kerja.

Judul : Sejuta Tenaga Kerja Asia Derita Penyakit Akibat kerja Sumber : http://kampungtki.com/baca/20472

Sekitar satu juta tenaga kerja di Asia, termasuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tercatat meninggal dunia tiap tahunnya karena penyakit akibat kerja atau penyakit yang diderita setelah bekerja tanpa disadari sebelumnya.

“Ini data yang ditemukan International Labour Organization (ILO), tercatat ada sekitar satu juta pekerja yang tiap tahunnya meninggal dunia karena penyakit kerja yang tidak pernah kita sadari,” jelas Sanjiv Pandita, Executive Director Asia Monitor Resource Center (AMRC), yang ditemui beberapa waktu yang lalu.

Dari survei yang dilakukan ILO, tercatat mereka yang meninggal ini memang tidak menyadari penyakit akibat kerja, mereka biasanya bekerja di industri, pertambangan hingga garmen. Ironisnya, mereka justru tidak dapat kompensasi atau ganti rugi oleh perusahaan.

“Memang selama ini tak banyak tenaga kerja tersebut yang menuntut, akibatnya perusahaan juga tidak memberikan kompensasi kepada pegawai yang terkena penyakit akibat kerja. Sekali lagi ini terjadi karena memang para tenaga kerja tersebut tidak menyadari kalau dirinya tak memiliki penyakit,” tegasnya lagi.


(8)

Sementara itu, Activist and Medical Doctor Working With Victim, dr Kong, menuturkan, salah satu contoh kasus penyakit akibat kerja atau yang diderita setelah bekerja tanpa disadari, ialah kejadian yang menimpa sekitar 100 karyawan perusahaan Samsung di Korea.

dr Kong mengatakan, sedikitnya 100 karyawan perusahaan Samsung menderita kanker karena penyakit akibat kerja.“Awalnya para pekerja tersebut diam saja, namun ahirnya melawan Pemerintah Korea dan meminta ganti rugi kepada perusahaan tersebut,” jelasnya.

Contoh lain dari penyakit akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja ialah penyakit asbestosis dan Silitosis.Sebanyak 150 delegasi dari 20 negara mengadakan pertemuan tahunan organisasi jaringan untuk korban kesehatan dan keselamatan kerja (K3) atau The Asian Network for the Rights of Occupational Accident Victims (ANROAV) di Hotel Horizon Bandung, pada tanggal 18 hingga 20 Oktober 2010.

Asbestosis

Asbestosis ditunjukkan dengan plak di atas diafragma (pencitraan dengan sinar-x), Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-paru).

1. Penyebab

Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis) di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat mengembang dan


(9)

mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang terhirup. Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam pakaian pekerja.

2. Gejala

Gejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya. Gejala pertama adalah sesak napas ringan dan berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan. Sekitar 15% penderita, akan mengalami sesak napas yang berat dan mengalami kegagalan pernapasan.

Perokok berat dengan bronkitis kronis dan asbestosis, akan menderita batuk-batuk dan bengek. Menghirup serat asbes kadang-kadang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan pada ruang antara kedua selaput yang melapisi paru-paru. Meskipun jarang, asbes juga bisa menyebabkan tumo pada pleura yang disebut mesotelioma atau pada selaput perut yang disebut mesotelioma peritoneal. Mesotelioma yang disebabkan oleh asbes bersifat ganas dan tidak dapat disembuhkan. Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar krokidolit, satu dari 4 jenis asbes. Amosit, jenis yang lainnya, juga menyebabkan mesotelioma.Krisotil mungkin tidak menyebabkan mesotelioma tetapi kadang tercemar oleh tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma. Mesotelioma biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun.

Kanker paru-paru akan terjadi pada penderita asbestosis yang juga merokok, terutama mereka yang merokok lebih dari satu bungkus sehari.


(10)

Silikosis (Silicosis)

Silikosis (Silicosis) adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru. Terdapat 3 jenis silikosis: Silikosis Kronis Simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun). Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada.

Silikosis Akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun). Peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat. Silikosis Akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah. Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif. Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal.

1. Penyebab

Silikosis terjadi pada orang-orang yang telah menghirup debu silika selama beberapa tahun. Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada: buruh tambang logam, pekerja pemotong batu dan granit, pekerja pengecoran logam, dan pembuat tembikar.

Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Tetapi pada peledakan pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat pengampelas sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi, gejala dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun. Bila terhirup, serbuk silika masuk ke paru-paru dan sel pembersih (misalnya makrofag) akan


(11)

mencernanya. Enzim yang dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada paru-paru. Pada awalnya, daerah parut ini hanya merupakan bungkahan bulat yang tipis (silikosis noduler simplek). Akhirnya, mereka bergabung menjadi massa yang besar (silikosis konglomerata). Daerah parut ini tidak dapat mengalirkan oksigen ke dalam darah secara normal. Paru-paru menjadi kurang lentur dan penderita mengalami gangguan pernafasan.

2. Gejala

Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis). Silikosis konglomerata bisa menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas. Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat. Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja. Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung. Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis, penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.

E. Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit

 Substitusi yaitu mengganti bahan berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.

 Ventilasi umum yang mengalirkan udara bersih sesuai dengan ruangan kerja agar bahan berbahaya lebih rendah dari nilai ambang batas. Nilai ambang batas (NAB) adalah kadar dari suatu zat dimana pada kadar tersebut bila orang menghirupnya selama 8 jam sehari atau 5 hari seminggu tidak akan menimbulkan penyakit atau kelainan.


(12)

 Ventilasi keluar setempat, yaitu menghisap keluar udara dari suatu ruangan kerja agar bahan berbahaya dihisap dan dikeluarkan.

 Isolasi yaitu dengan mengisolasi proses berbahaya.

 Pekerja menggunakan pelindung sesuai dengan jenis pekerjaannya seperti masker, tutup kepala, sarung tangan, kacamata, sepatu dan sebagainya.

 Pemeriksaan kesehatan, pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja serta penerangan sebelum kerja pada para pekerja.


(13)

PENUTUP

KESIMPULAN

Jadi kesehatan kerja merupakan bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, sekitar perusahaan dan umum yang menjadi konsumen hasil produksi. Selain itu memiliki tujuan untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya sehingga dapat meningkatkan produksi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja salah satu nya karena golongan fisik, kimiawi, penyakit infeksi, fisiologi, dan golongan mental/psychology. Namun ada beberapa usaha-usaha untuk mengatasinya bahkan sebelum itu terjadi (pencegahan penyakit).

SARAN

Dari artikel yang kami dapatkan, kami memiliki atau menyarankan solusi untuk penanganan penyakit asbestosis dan silokosis. Diantaranya adalah :

Absetosis

Diagnosa, Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki. Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan berikut: Rontgen dada, tes fungsi paru-paru, dan CT scan paru.

Penyembuhan nya bisa dilakukan dengan cara Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak menyembuhkan kanker.


(14)

Selain itu ada Pencegahan penyakit asbestosis, Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja. Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan kontrol debu, sekarang ini lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun lalu. Untuk mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok. Sementara itu guna menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang, dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali kerumah masing-masing.

Silikosis

Diagnosa Biasanya akan ditanyakan secara terperinci mengenai jenis pekerjaan, hobi dan aktivitas lainnya yang kemungkinan besar merupakan sumber pemaparan silika. Pemeriksaan yang dilakukan: Rontgen dada (terlihat gambaran pola nodul dan jaringan parut), tes fungsi paru dan tes PPD (untuk TBC).

Untuk Pengobatan Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis. Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan sumber pemaparan. Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator dan oksigen. Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah: membatasi pemaparan terhadap silica, berhenti merokok, dan menjalani tes kulit untuk TBC secara rutin. Penderita silikosis memiliki resiko tinggi menderita Tuberkulosis (TBC), sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun. Silika diduga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab TBC. Jika hasilnya positif, diberikan obat anti TBC.


(15)

Selain itu dapa dilakukan Pencegahan dengan cara, Pengawasan terhadap di lingkungan kerja dapat membantu mencegah terjadinya silikosis. Jika debu tidak dapat dikontrol, (seperti halnya dalam industri peledakan), maka pekerja harus memakai peralatan yang memberikan udara bersih atau sungkup. Pekerja yang terpapar silika, harus menjalani foto rontgen dada secara rutin. Untuk pekerja peledak pasir setiap 6 bulan dan untuk pekerja lainnya setiap 2-5 tahun, sehingga penyakit ini dapat diketahui secara dini. Jika foto rontgen menunjukkan silikosis, dianjurkan untuk menghindari pemaparan dari silika.


(16)

DAFTAR PUSAKA

• Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) jilid I cetakan kedua;Jakarta;2006

• Website :

www.google.com www.wikipedia.com


(1)

mencernanya. Enzim yang dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada paru-paru. Pada awalnya, daerah parut ini hanya merupakan bungkahan bulat yang tipis (silikosis noduler simplek). Akhirnya, mereka bergabung menjadi massa yang besar (silikosis konglomerata). Daerah parut ini tidak dapat mengalirkan oksigen ke dalam darah secara normal. Paru-paru menjadi kurang lentur dan penderita mengalami gangguan pernafasan.

2. Gejala

Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis). Silikosis konglomerata bisa menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas. Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat. Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja. Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung. Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis, penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.

E. Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit

 Substitusi yaitu mengganti bahan berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.

 Ventilasi umum yang mengalirkan udara bersih sesuai dengan ruangan kerja agar bahan berbahaya lebih rendah dari nilai ambang batas. Nilai ambang batas (NAB) adalah kadar dari suatu zat dimana pada kadar tersebut bila orang menghirupnya selama 8 jam sehari atau 5 hari seminggu tidak akan menimbulkan penyakit atau kelainan.


(2)

 Ventilasi keluar setempat, yaitu menghisap keluar udara dari suatu ruangan kerja agar bahan berbahaya dihisap dan dikeluarkan.

 Isolasi yaitu dengan mengisolasi proses berbahaya.

 Pekerja menggunakan pelindung sesuai dengan jenis pekerjaannya seperti masker, tutup kepala, sarung tangan, kacamata, sepatu dan sebagainya.

 Pemeriksaan kesehatan, pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja serta penerangan sebelum kerja pada para pekerja.


(3)

PENUTUP

KESIMPULAN

Jadi kesehatan kerja merupakan bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, sekitar perusahaan dan umum yang menjadi konsumen hasil produksi. Selain itu memiliki tujuan untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya sehingga dapat meningkatkan produksi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja salah satu nya karena golongan fisik, kimiawi, penyakit infeksi, fisiologi, dan golongan mental/psychology. Namun ada beberapa usaha-usaha untuk mengatasinya bahkan sebelum itu terjadi (pencegahan penyakit).

SARAN

Dari artikel yang kami dapatkan, kami memiliki atau menyarankan solusi untuk penanganan penyakit asbestosis dan silokosis. Diantaranya adalah :

Absetosis

Diagnosa, Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki. Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan berikut: Rontgen dada, tes fungsi paru-paru, dan CT scan paru.

Penyembuhan nya bisa dilakukan dengan cara Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak menyembuhkan kanker.


(4)

Selain itu ada Pencegahan penyakit asbestosis, Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja. Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan kontrol debu, sekarang ini lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun lalu. Untuk mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok. Sementara itu guna menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang, dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali kerumah masing-masing.

Silikosis

Diagnosa Biasanya akan ditanyakan secara terperinci mengenai jenis pekerjaan, hobi dan aktivitas lainnya yang kemungkinan besar merupakan sumber pemaparan silika. Pemeriksaan yang dilakukan: Rontgen dada (terlihat gambaran pola nodul dan jaringan parut), tes fungsi paru dan tes PPD (untuk TBC).

Untuk Pengobatan Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis. Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan sumber pemaparan. Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator dan oksigen. Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah: membatasi pemaparan terhadap silica, berhenti merokok, dan menjalani tes kulit untuk TBC secara rutin.

Penderita silikosis memiliki resiko tinggi menderita Tuberkulosis (TBC), sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun. Silika diduga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab TBC. Jika hasilnya positif, diberikan obat anti TBC.


(5)

Selain itu dapa dilakukan Pencegahan dengan cara, Pengawasan terhadap di lingkungan kerja dapat membantu mencegah terjadinya silikosis. Jika debu tidak dapat dikontrol, (seperti halnya dalam industri peledakan), maka pekerja harus memakai peralatan yang memberikan udara bersih atau sungkup. Pekerja yang terpapar silika, harus menjalani foto rontgen dada secara rutin. Untuk pekerja peledak pasir setiap 6 bulan dan untuk pekerja lainnya setiap 2-5 tahun, sehingga penyakit ini dapat diketahui secara dini. Jika foto rontgen menunjukkan silikosis, dianjurkan untuk menghindari pemaparan dari silika.


(6)

DAFTAR PUSAKA

• Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) jilid I cetakan kedua;Jakarta;2006 • Website :

www.google.com www.wikipedia.com