Formulasi Granul Effervescent Berbahan Baku Yogurt Probiotik Bubuk dengan Metode Granulasi Basah

FORMULASI GRANUL EFFERVESCENT BERBAHAN
BAKU YOGURT PROBIOTIK BUBUK DENGAN
METODE GRANULASI BASAH

SKRIPSI
FITRIA HASANAH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
FITRIA HASANAH. D14201016. 2005. Formulasi Granul Effervescent Berbahan
Baku Yogurt Probiotik Bubuk dengan Metode Granulasi Basah. Skripsi.
Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rarah. R. A. Maheswari, DEA.
Pembimbing Anggota : Sutriyo, M.Si, Apt.
Yogurt probiotik merupakan salah satu produk fermentasi yang dihasilkan
dari kombinasi antara yogurt dengan susu yang difermentasi dengan probiotik.

Yogurt probiotik bubuk merupakan produk yogurt probiotik yang telah mengalami
proses pengeringan dengan penambahan bahan pengisi. Tujuan dari pembuatan
yogurt bubuk adalah untuk menurunkan kadar air sehingga dapat memperpanjang
umur simpannya. Selain itu juga untuk memperkecil volume produk sehingga
memudahkan dalam penanganan, pengemasan, dan distribusi. Bahan pengisi yogurt
probiotik bubuk yang digunakan adalah susu skim bubuk.
Pengembangan produk berupa minuman effervescent khususnya dalam
bentuk granul effervescent berbasis yogurt probiotik bubuk yang siap konsumsi
sangat menarik untuk dilakukan karena beberapa sifat yang menguntungkan. Efek
effervescent yang dihasilkan sebagai akibat reaksi antara senyawa karbonat dengan
senyawa asam. Senyawa karbonat yang digunakan adalah natrium bikarbonat,
sedangkan senyawa asam yang digunakan terdiri atas asam sitrat dan asam tartarat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari formulasi dari granul effervescent
yogurt probiotik bubuk. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan perlakuan yang te rdiri atas
empat formula. Perbandingan yogurt probiotik bubuk: PVP: sukrosa: effervescent
mix, berturut-turut untuk formula A yaitu 71%: 4%: 10%: 15%; formula B yaitu
61%: 4%: 10%: 25%; formula C yaitu 51%: 4%: 10%: 35%; dan formula D yaitu
41%: 4%: 10%: 45%. Tiap formula perlakuan mendapat tiga kali ulangan. Penelitian
ini berlangsung dari bulan Juni hingga September 2005 bertempat di Laboratorium

Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor dan Laboratoriu m Tablet
Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Depok.
Perbedaan formula tidak berpengaruh terhadap nilai laju alir, kompresibilitas,
waktu larut, dan kadar air granul effervescent yang dihasilkan. Formulasi tersebut
berpengaruh nyata menurunkan kadar protein dan kadar lemak, tetapi meningkatkan
kadar abu. Atribut mutu yaitu warna, aroma dan tekstur granul dipengaruhi oleh
formulasi yang digunakan.
Kata kata Kunci : yogurt probiotik, granulasi basah, granul effervescent.

ABSTRACT
Formulation of Effe rvescent’s Granule from Probiotic Yoghurt Powder by
using Wet Granulation Methode
Hasanah, F, R. R. A. Maheswari, and Sutriyo
Probiotic yoghurt is one of fermentation product’s from yoghurt and probiotic
fermented milk combination. Probiotic yoghurt powder is probiotic yoghurt product
that has frying process with fill added. Probiotic yoghurt powder is very potential to
be developed as effervescent product, especially effervescent granule consumable.
The aim this research was to evaluate formulation from effervescent granule of
probiotic yoghurt powder. Experimental design used in this research was Completely
Randomized Design with three repetitions. The formulation of fourth treatments last

significant difference on protein level, fat level, ash level, and difference on
organoleptic properties such as color, flavour and granule texture. But, it had no
significant effect on flow rate, compressibility, soluable time, and moisture of
effervescent granule produced.
Keywords : probiotic yoghurt, wet granulation, effervescent granule.

FORMULASI GRANUL EFFERVESCENT BERBAHAN
BAKU YOGURT PROBIOTIK BUBUK DENGAN
METODE GRANULASI BASAH

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Fitria Hasanah
D14201016


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Agustus 1983 di Lampung. Penulis adalah
putri ketujuh dari sebelas bersaudara pasangan Bapak Odang Hidayat dan Ibu
Sukaesih.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tunas Harapan pada tahun 1989.
Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1995 di SD YPP Bandar Harapan. Pendidikan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan Penulis di SLTP YPP
Bandar Harapan pada tahun 1998 dan pendidikan SMU pada tahun 2001 di SMUN 1
Terbanggi Besar. Tahun 2001 Penulis mendapat Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada program studi Teknologi Hasil Ternak, Jurusan Ilmu Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan. Selama menempuh pendidikan di IPB penulis pernah mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa.

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Rabb semesta alam atas limpahan nikmat yang

telah diberikan, yang telah menciptakan manusia di dunia ini dalam sebaik-baik
bentuk dan dilengkapi dengan kebutuhan hidup, naluri, akal, dan cara
pemenuhannya. Atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, penulisan skripsi yang
berjudul “Formulasi Granul Effervescent Berbahan Baku Yogurt Probiotik Bubuk
dengan Metode Granulasi Basah” dapat diselesaikan.
Skripsi ini berisikan tentang pengolahan lebih lanjut yogurt probiotik bubuk
menjadi minuman granul effervescent dalam rangka memperbaiki daya terimanya.
Pelarutan granul effervescent yogurt probiotik dapat memberikan efek sparkle yaitu
rasa seperti soda. Produk ini sangat praktis dan mudah disajikan, sehingga sangat
diharapkan lebih diterima dan disukai konsumen terlebih produk yogurt ini telah
diperkaya dengan probiotik.
Penulis berharap skripsi ini memberi nilai tambah dan manfaat kepada
masyarakat, khususnya bagi penulis sendiri. Penulis berharap skripsi ini dapat
dijadikan sumber inspirasi yang menggugah kreativitas pihak-pihak yang terkait
khususnya mahasiswa THT untuk menciptaka n berbagai dive rsifikasi produk-produk
dari bahan baku hasil ternak perah. Ketersediaan berbagai diversfikasi produk olahan
susu memberikan pilihan kepada masyarakat luas untuk dapat terus mengkonsumsi
susu, sehingga akan mendongkrak konsumsi susu nasional yang masih rendah
sekaligus memacu produksi susu nasional.


Bogor, Januari 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................

i

ABSTRACT ....................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP .........................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................


v

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

ix

PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................
Perumusan Masalah ...........................................................................

Tujuan ................................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

3

Yogurt ................................................................................................
Kultur Yogurt .....................................................................................
Probiotik ...............................................................................................
Yogurt Bubuk.......................................................................................
Granul...................................................................................................
Bahan Pengisi (Filler/Diluent) .................................................
Bahan Pengikat (Binder) ..........................................................
Bahan Pemanis .........................................................................
Granul Effervescent..............................................................................
Bahan Baku Granul Effervescent .............................................

Pembuatan Granul Effervescent...............................................

3
4
4
5
6
7
7
8
8
8
9

METODE .........................................................................................................

12

Lokasi dan Waktu ..............................................................................
Materi .................................................................................................

Rancangan ..........................................................................................
Perlakuan .................................................................................
Model .....................................................................................
Peubah ....................................................................................
Analisis Data ..........................................................................
Prosedur ..............................................................................................

12
12
12
12
13
13
18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................

20


Penelitian Pendahuluan ......................................................................
Sifat Fisik dan Kimia Yogurt Probiotik Segar.........................
Pembuatan Yogurt Probiotik Bubuk........................................
Penelitian Utama .................................................................................
Sifat Fisik Granul Effervescent Yogurt Probiotik ....................

20
20
21
23
23

Sifat Kimia Granul Effervescent Yogurt Probiotik ..................
Penilaian Organoleptik Granul Effervescent Yogurt Probiotik ...........
Uji Mutu Hedonik ..................................................................

25
28
28

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

31

Kesimpulan ........................................................................................
Saran ...................................................................................................

31
31

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

33

LAMPIRAN ....................................................................................................

35

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Formulasi Granul Effervescent Yogurt Probiotik ..................................

13

2. Kualitas Fisik dan Kimia Yogurt Probiotik Segar .................................

20

3. Kualitas Fisik dan kimia Yogurt Probiotik Bubuk ................................

21

4. Rata-rata Sifat Fisik Granul Effervescent Yogurt Probiotik
dengan Formula yang Berbeda ..............................................................

24

5. Rata-rata Sifat Kimia Granul Effervescent Yogurt Probiotik
dengan Formula yang Berbeda ..............................................................

25

6. Rata-rata Hasil penilaian Mutu Hedonik Granul Effervescent
Yogurt Probiotik dengan Formulasi Bahan yang Berbeda ....................

28

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Format Uji Mutu Hedonik Granul Effervescent Yogurt Probiotik ........

36

2. Sidik Ragam Nilai Laju Alir Granul Effervescent Yogurt Probiotik .....

37

3. Sidik Ragam Nilai Kompresibilitas Granul Effervescent Yogurt
Probiotik.................................................................................................

37

4. Sidik Ragam Nilai Kadar Air Granul Effervescent Yogurt Probiotik ...

37

5. Sidik Ragam Nilai Kadar Protein Granul Effervescent Yogurt
Probiotik .................................................................................................

37

6. Sidik Ragam Nilai Kadar Lemak Granul Effervescent Yogurt
Probiotik
..............................................

37

7. Sidik Ragam Nilai Kadar Abu Granul Effervescent Yogurt
Probiotik .................................................................................................

38

8. Sidik Ragam Nilai Uji Mutu Hedonik terhadap Warna Granul
Effervescent Yogurt Probiotik ................................................................

38

9. Sidik Ragam Nilai Uji Mutu Hedonik terhadap Aroma Granul
Effervescent Yogurt Probiotik .................................................................

39

10. Sidik Ragam Nilai Uji Mutu Hedonik terhadap Tekstur Granul
Effervescent Yogurt Probiotik .................................................................

39

11. Sidik Ragam Nilai Uji Mutu Hedonik terhadap Rasa Minuman
Effervescent Yogurt Probiotik .................................................................

39

12. Foto Granul dan Bahan Effervescent Yogurt Probiotik .........................

40

13. Foto Alat-alat Evaluasi Granul Effervescent Yogurt Probiotik ..............

41

14. Foto Alat yang Digunakan pada Pembuatan Granul Effervescent
Yogurt Probiotik ..................................................................................... 42

FORMULASI GRANUL EFFERVESCENT BERBAHAN
BAKU YOGURT PROBIOTIK BUBUK DENGAN
METODE GRANULASI BASAH

SKRIPSI
FITRIA HASANAH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
FITRIA HASANAH. D14201016. 2005. Formulasi Granul Effervescent Berbahan
Baku Yogurt Probiotik Bubuk dengan Metode Granulasi Basah. Skripsi.
Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rarah. R. A. Maheswari, DEA.
Pembimbing Anggota : Sutriyo, M.Si, Apt.
Yogurt probiotik merupakan salah satu produk fermentasi yang dihasilkan
dari kombinasi antara yogurt dengan susu yang difermentasi dengan probiotik.
Yogurt probiotik bubuk merupakan produk yogurt probiotik yang telah mengalami
proses pengeringan dengan penambahan bahan pengisi. Tujuan dari pembuatan
yogurt bubuk adalah untuk menurunkan kadar air sehingga dapat memperpanjang
umur simpannya. Selain itu juga untuk memperkecil volume produk sehingga
memudahkan dalam penanganan, pengemasan, dan distribusi. Bahan pengisi yogurt
probiotik bubuk yang digunakan adalah susu skim bubuk.
Pengembangan produk berupa minuman effervescent khususnya dalam
bentuk granul effervescent berbasis yogurt probiotik bubuk yang siap konsumsi
sangat menarik untuk dilakukan karena beberapa sifat yang menguntungkan. Efek
effervescent yang dihasilkan sebagai akibat reaksi antara senyawa karbonat dengan
senyawa asam. Senyawa karbonat yang digunakan adalah natrium bikarbonat,
sedangkan senyawa asam yang digunakan terdiri atas asam sitrat dan asam tartarat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari formulasi dari granul effervescent
yogurt probiotik bubuk. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan perlakuan yang te rdiri atas
empat formula. Perbandingan yogurt probiotik bubuk: PVP: sukrosa: effervescent
mix, berturut-turut untuk formula A yaitu 71%: 4%: 10%: 15%; formula B yaitu
61%: 4%: 10%: 25%; formula C yaitu 51%: 4%: 10%: 35%; dan formula D yaitu
41%: 4%: 10%: 45%. Tiap formula perlakuan mendapat tiga kali ulangan. Penelitian
ini berlangsung dari bulan Juni hingga September 2005 bertempat di Laboratorium
Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor dan Laboratoriu m Tablet
Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Depok.
Perbedaan formula tidak berpengaruh terhadap nilai laju alir, kompresibilitas,
waktu larut, dan kadar air granul effervescent yang dihasilkan. Formulasi tersebut
berpengaruh nyata menurunkan kadar protein dan kadar lemak, tetapi meningkatkan
kadar abu. Atribut mutu yaitu warna, aroma dan tekstur granul dipengaruhi oleh
formulasi yang digunakan.
Kata kata Kunci : yogurt probiotik, granulasi basah, granul effervescent.

ABSTRACT
Formulation of Effe rvescent’s Granule from Probiotic Yoghurt Powder by
using Wet Granulation Methode
Hasanah, F, R. R. A. Maheswari, and Sutriyo
Probiotic yoghurt is one of fermentation product’s from yoghurt and probiotic
fermented milk combination. Probiotic yoghurt powder is probiotic yoghurt product
that has frying process with fill added. Probiotic yoghurt powder is very potential to
be developed as effervescent product, especially effervescent granule consumable.
The aim this research was to evaluate formulation from effervescent granule of
probiotic yoghurt powder. Experimental design used in this research was Completely
Randomized Design with three repetitions. The formulation of fourth treatments last
significant difference on protein level, fat level, ash level, and difference on
organoleptic properties such as color, flavour and granule texture. But, it had no
significant effect on flow rate, compressibility, soluable time, and moisture of
effervescent granule produced.
Keywords : probiotic yoghurt, wet granulation, effervescent granule.

FORMULASI GRANUL EFFERVESCENT BERBAHAN
BAKU YOGURT PROBIOTIK BUBUK DENGAN
METODE GRANULASI BASAH

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Fitria Hasanah
D14201016

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Agustus 1983 di Lampung. Penulis adalah
putri ketujuh dari sebelas bersaudara pasangan Bapak Odang Hidayat dan Ibu
Sukaesih.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tunas Harapan pada tahun 1989.
Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1995 di SD YPP Bandar Harapan. Pendidikan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan Penulis di SLTP YPP
Bandar Harapan pada tahun 1998 dan pendidikan SMU pada tahun 2001 di SMUN 1
Terbanggi Besar. Tahun 2001 Penulis mendapat Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada program studi Teknologi Hasil Ternak, Jurusan Ilmu Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan. Selama menempuh pendidikan di IPB penulis pernah mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa.

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Rabb semesta alam atas limpahan nikmat yang
telah diberikan, yang telah menciptakan manusia di dunia ini dalam sebaik-baik
bentuk dan dilengkapi dengan kebutuhan hidup, naluri, akal, dan cara
pemenuhannya. Atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, penulisan skripsi yang
berjudul “Formulasi Granul Effervescent Berbahan Baku Yogurt Probiotik Bubuk
dengan Metode Granulasi Basah” dapat diselesaikan.
Skripsi ini berisikan tentang pengolahan lebih lanjut yogurt probiotik bubuk
menjadi minuman granul effervescent dalam rangka memperbaiki daya terimanya.
Pelarutan granul effervescent yogurt probiotik dapat memberikan efek sparkle yaitu
rasa seperti soda. Produk ini sangat praktis dan mudah disajikan, sehingga sangat
diharapkan lebih diterima dan disukai konsumen terlebih produk yogurt ini telah
diperkaya dengan probiotik.
Penulis berharap skripsi ini memberi nilai tambah dan manfaat kepada
masyarakat, khususnya bagi penulis sendiri. Penulis berharap skripsi ini dapat
dijadikan sumber inspirasi yang menggugah kreativitas pihak-pihak yang terkait
khususnya mahasiswa THT untuk menciptaka n berbagai dive rsifikasi produk-produk
dari bahan baku hasil ternak perah. Ketersediaan berbagai diversfikasi produk olahan
susu memberikan pilihan kepada masyarakat luas untuk dapat terus mengkonsumsi
susu, sehingga akan mendongkrak konsumsi susu nasional yang masih rendah
sekaligus memacu produksi susu nasional.

Bogor, Januari 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................

i

ABSTRACT ....................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP .........................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................

v

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

ix

PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................
Perumusan Masalah ...........................................................................
Tujuan ................................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

3

Yogurt ................................................................................................
Kultur Yogurt .....................................................................................
Probiotik ...............................................................................................
Yogurt Bubuk.......................................................................................
Granul...................................................................................................
Bahan Pengisi (Filler/Diluent) .................................................
Bahan Pengikat (Binder) ..........................................................
Bahan Pemanis .........................................................................
Granul Effervescent..............................................................................
Bahan Baku Granul Effervescent .............................................
Pembuatan Granul Effervescent...............................................

3
4
4
5
6
7
7
8
8
8
9

METODE .........................................................................................................

12

Lokasi dan Waktu ..............................................................................
Materi .................................................................................................
Rancangan ..........................................................................................
Perlakuan .................................................................................
Model .....................................................................................
Peubah ....................................................................................
Analisis Data ..........................................................................
Prosedur ..............................................................................................

12
12
12
12
13
13
18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................

20

Penelitian Pendahuluan ......................................................................
Sifat Fisik dan Kimia Yogurt Probiotik Segar.........................
Pembuatan Yogurt Probiotik Bubuk........................................
Penelitian Utama .................................................................................
Sifat Fisik Granul Effervescent Yogurt Probiotik ....................

20
20
21
23
23

Sifat Kimia Granul Effervescent Yogurt Probiotik ..................
Penilaian Organoleptik Granul Effervescent Yogurt Probiotik ...........
Uji Mutu Hedonik ..................................................................

25
28
28

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

31

Kesimpulan ........................................................................................
Saran ...................................................................................................

31
31

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

33

LAMPIRAN ....................................................................................................

35

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Formulasi Granul Effervescent Yogurt Probiotik ..................................

13

2. Kualitas Fisik dan Kimia Yogurt Probiotik Segar .................................

20

3. Kualitas Fisik dan kimia Yogurt Probiotik Bubuk ................................

21

4. Rata-rata Sifat Fisik Granul Effervescent Yogurt Probiotik
dengan Formula yang Berbeda ..............................................................

24

5. Rata-rata Sifat Kimia Granul Effervescent Yogurt Probiotik
dengan Formula yang Berbeda ..............................................................

25

6. Rata-rata Hasil penilaian Mutu Hedonik Granul Effervescent
Yogurt Probiotik dengan Formulasi Bahan yang Berbeda ....................

28

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Format Uji Mutu Hedonik Granul Effervescent Yogurt Probiotik ........

36

2. Sidik Ragam Nilai Laju Alir Granul Effervescent Yogurt Probiotik .....

37

3. Sidik Ragam Nilai Kompresibilitas Granul Effervescent Yogurt
Probiotik.................................................................................................

37

4. Sidik Ragam Nilai Kadar Air Granul Effervescent Yogurt Probiotik ...

37

5. Sidik Ragam Nilai Kadar Protein Granul Effervescent Yogurt
Probiotik .................................................................................................

37

6. Sidik Ragam Nilai Kadar Lemak Granul Effervescent Yogurt
Probiotik
..............................................

37

7. Sidik Ragam Nilai Kadar Abu Granul Effervescent Yogurt
Probiotik .................................................................................................

38

8. Sidik Ragam Nilai Uji Mutu Hedonik terhadap Warna Granul
Effervescent Yogurt Probiotik ................................................................

38

9. Sidik Ragam Nilai Uji Mutu Hedonik terhadap Aroma Granul
Effervescent Yogurt Probiotik .................................................................

39

10. Sidik Ragam Nilai Uji Mutu Hedonik terhadap Tekstur Granul
Effervescent Yogurt Probiotik .................................................................

39

11. Sidik Ragam Nilai Uji Mutu Hedonik terhadap Rasa Minuman
Effervescent Yogurt Probiotik .................................................................

39

12. Foto Granul dan Bahan Effervescent Yogurt Probiotik .........................

40

13. Foto Alat-alat Evaluasi Granul Effervescent Yogurt Probiotik ..............

41

14. Foto Alat yang Digunakan pada Pembuatan Granul Effervescent
Yogurt Probiotik ..................................................................................... 42

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Yogurt probiotik merupakan salah satu produk fermentasi yang dihasilkan
dari kombinasi antara yogurt dengan susu yang difermentasi dengan probiotik.
Yogurt adalah produk fermentasi dari susu dengan menggunakan starter
Streptococcus thermophilus

dan Lactobacillus

bulgaricus, sedangkan susu

fermentasi probiotik yang digunakan merupakan hasil fermentasi susu dengan starter
L. acidophilus (acidophilus milk) dan hasil fermentasi susu dengan starter
Bifidobacterium bifidum (bifidus milk ). Yogurt probiotik merupakan kombinasi
antara yogurt : acidophilus milk : bifidus milk dengan perbandingan 2:1:1
(Puspitasari, 2003). Produk yogurt atau yogurt probiotik dalam bentuk segar
mempunyai keterbatasan umur simpan yaitu kurang lebih tujuh hari.
Yogurt probiotik bubuk merupakan produk yogurt probiotik yang telah
mengalami proses pengeringan. Pengeringan pada yogurt probiotik bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan serta memperkecil volume produk, sehingga akan
memudahkan dalam penanganan, penge masan, dan distribusi. Penelitian terdahulu
(Puspitasari, 2003) menunjukkan bahwa dalam bentuk yogurt bubuk umur simpan
dapat dipertahankan hingga lebih dari 30 hari, namun masih mempunyai kendala
pada daya terimanya yang rendah disebabkan tekstur dan kela rutannya yang kurang
baik. Yogurt probiotik bubuk selain dapat digunakan sebagai produk akhir juga dapat
digunakan sebagai produk antara. Jenis dan cara penanganan atau pengolahan lebih
lanjut sangat menarik untuk dipelajari karena akan menghasilkan bentuk produk
dengan penyajian berbeda, sehingga memungkinkan pilihan produk yang lebih
beragam oleh konsumen.
Kebutuhan manusia akan bahan pangan fungsional menjadi sebuah
pertimbangan dalam mengembangkan produk yogurt probiotik, terutama dalam
kaitannya denga n bentuk penyajian produk yogurt probiotik agar lebih bervariatif
sehingga dapat memberikan pilihan kepada masyarakat dalam mengkonsumsi produk
tersebut. Pengembangan produk berupa minuman effervescent yang berbahan baku
yogurt probiotik bubuk yang siap konsumsi belum dicoba untuk dikembangkan
hingga saat ini. Granul effervescent merupakan produk granul yang mudah melarut
karena terjadi reaksi kimia antara asam sitrat, asam tartarat dan bikarbonat dengan

menghasilkan CO2. Berbagai produk berupa granul effervescent yang telah
dipasarkan diantaranya produk bermerk Adem Sari, Naturade, Extra Joss, dan lainlain.
Granul effervescent dari yogurt probiotik merupakan alternatif baru dalam
meningkatkan konsumsi produk yogurt probiotik. Produk dalam bentuk granul
effervescent memiliki banyak keunggulan antara lain : 1) dikembangkan dalam
bentuk campuran dengan senyawa asam, bahan pengisi, bahan pengikat, dan bahan
pemanis sehingga memungkinkan tingkat konsumsi yang meluas, 2) dilengkapi
dengan soda sehingga dapat mengaduk sendiri (effervescent), 3) dikembangkan
dalam bentuk granul yang praktis, siap saji dan siap santap. Produk dalam bentuk ini
baik untuk dikembangkan dan akan sangat bermanfaat khususnya bagi mereka yang
tidak ingin membuang waktu terlalu banyak untuk mengkonsumsi suatu produk
pangan dan bagi mereka yang sering bepergian.
Penelitian ini mencoba memanfaatkan yogurt probiotik bubuk untuk diolah
lebih lanjut menghasilkan granul effervescent. Diharapkan dari produk granul
effervescent yogurt probiotik tersebut dihasilkan karakteristik yang sama atau
mendekati karakteristik yogurt probiotik bubuk.
Perumusan Masalah
Produk susu fermentasi seperti yogurt probiotik dalam bentuk segar
mempunyai umur simpan yang relatif singkat. Pengolahan lebih lanjut terhadap
yogurt probiotik segar telah dilakukan yaitu dengan mengeringkannya menjadi
bentuk bubuk. Yogurt probiotik dalam bentuk bubuk telah mampu memperpanjang
umur simpan produk. Berdasarkan penelitian sebelumnya, yogurt probiotik bubuk
masih mempunyai kendala karena daya terima konsumen terhadap yogurt probiotik
bubuk masih rendah. Pemanfaatan yogurt probiotik khususnya dalam bentuk bubuk
belum maksimal sehingga perlu dipertimbangkan suatu metode pengolahan lanjutan
sehingga menghasilkan produk akhir yang lebih dapat diterima, salah satunya dengan
membuatnya menjadi minuman granul effervescent.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan granul
effervescent yang diformulasikan berbahan baku utama yogurt probiotik bubuk,
sebagai upaya diversif ikasi produk yogurt probiotik bubuk.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Yogurt
Menurut Buckle et al. (1987), yogurt merupakan produk susu yang telah
mengalami fermentasi. Pembuatan yogurt dimulai dengan pemanasan susu yang akan
difermentasi pada suhu 90 oC selama 15-30 menit, kemudian didinginkan sampai
suhu 43°C. Inokulasi dilakukan dengan menambahkan 2% kultur campuran
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dan diinkubasi pada suhu
yang sama (43°C) selama kurang lebih tiga jam hingga tercapai keasaman yang
dikehendaki yaitu 0,85-0,90% asam laktat atau mencapai pH 4,0-4,5.
Yogurt dapat digunakan sebagai minuman diet dan pengobatan. Orang-orang
yang menderita lactose intolerance sangat baik mengkonsumsi produk susu
fermentasi seperti yogurt, karena kandungan laktosanya yang rendah (Tamime dan
Robinson, 1999).
Tahap pemanasan pada pembuatan yogurt merupakan salah satu tahap yang
penting. Menurut Robinson dan Tamime (1981), pada pemanasan akan terjadi halhal yang menguntungkan. Pemanasan mengakibatkan terjadinya denaturasi protein
whey dan perubahan pada kasein yaitu perubahan konsistensi yang lebih seragam
pada produk akhirnya. Pemanasan juga akan mengurangi jumlah oksigen yang
terlarut pada susu, sehingga starter yang bersifat mikroaerofilik dapat tumbuh lebih
baik.
Komposisi, flavor, dan tekstur dari yogurt sangat tergantung pada proses
biokimia yang ditimbulkan oleh mutu kultur, bahan dasar yang digunakan dan proses
pembuatannya (Sellar, 1981). Flavor dan mutu yogurt banyak berhubungan dengan
fermentasi (Buc kle et al., 1987). Streptococcus thermophilus memulai fermentasi
laktosa menjadi asam laktat, mengurangi potensial redoks produk dengan
menghilangkan oksigen dan menyebabkan penguraian protein susu melalui kerja
enzim proteolitik. Hal ini menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk
pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus yang mulai berkembang bila pH telah
menurun sampai 4,5. Flavor akhir terbentuk oleh asam laktat dan sisa asetaldehida,
diasetil, asam asetat dan bahan-bahan mudah menguap lainnya yang dihasil kan
selama

fermentasi.

Lactobacillus bulgaricus berperan

dalam

pembentukan

asetaldehida.

3

Kultur Yogurt
Pembuatan yogurt menggunakan dua spesies bakteri yang tumbuh secara
simbiotik yaitu L. bulgaricus dan S. thermophillus. Kedua spesies bakteri ini jika
ditumbuhkan bersama-sama akan memproduksi asam lebih banyak dibandingkan
jika tumbuh secara terpisah. S. thermophillus memfermentasikan laktosa menjadi
asam laktat, sehingga menyebabkan penguraian protein susu. Kondisi tersebut
menciptakan suasana yang sesuai untuk pertumbuhan L. bulgaricus yang mulai
berkembang bila pH telah turun sampai kira-kira 4,5. Proses fermentasi tersebut
menghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan rasa asam. Perbandingan yang
baik antara kedua bakteri sebagai starter untuk memproduksi yogurt yaitu 1:1
(Rahman et al., 1992).
S. thermophilus merupakan bakteri asam laktat berbentuk bulat atau kokus,
Gram positif, anaerob fakultatif (masih toleran terhadap lingkungan dengan
kandungan oksigen dalam jumlah terbatas), homofermentatif, membutuhkan nutrisi
yang lengkap untuk pertumbuhan dengan suhu optimal sekitar 45ºC. L. bulgaricus
adalah bakteri berbentuk batang, homofermentatif, Gram positif, kebutuhan nutrisi
untuk pertumbuhan lengkap dengan suhu pertumbuhan optimal sekitar 45ºC
(Tamime dan Robinson, 1999).
Selain kedua bakteri starter S. thermophilus dan L. bulgaricus, untuk
memproduksi yogurt dapat pula dikombinasikan dengan bakteri asam laktat lain
seperti L. acidophilus dan Bifidobacteria sp. Kedua bakteri ini dikelompokkan ke
dala m kelompok bakteri probiotik dan telah dibuktikan mampu bertahan di dalam
saluran pencernaan manusia, sekaligus menekan pertumbuhan bakteri pembusuk
yang ada. Penambahan kultur bakteri seperti

Bifidobacteria sp dan L. acidophilus

bertujuan untuk menghasilkan sifat dan flavor khas yang diinginkan (Tamime dan
Robinson, 1999).
Menurut Rahman et al. (1992), kultur campuran bakteri asam laktat akan
menghasilkan peningkatan cita rasa. Sumber komponen cita rasa utama yaitu diasetil
dan asam-asam volatile berasa l dari asam sitrat yang terdapat di dalam susu.
Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan keseimbangan populasi mikroba di dalam usus. Probiotik dapat

4

diperoleh dengan cara mengkonsumsi produk olahan susu fermentasi yang
mengandung bakteri dari kelompok Lactobacilli dan Bifidobacterium (Fuller, 1989).
Kelompok Lactobacilli seperti Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus,
dan dari kelompok Bifidobacterium seperti B. bifidum, B. longum merupakan strain
yang biasa digunakan sebagai sumber probiotik dalam pengolahan susu fermentasi.
L. acidophilus mempunyai sifat homofermentatif, non motil, menghasilkan
DL-asam laktat. Produksi asam laktat sebesar 0,3-1,9%, mempunyai suhu
pertumbuhan optimal 35-45ºC, tetapi pada suhu kurang lebih 15ºC tidak terjadi
pertumbuhan. Nilai pH optimal untuk pertumbuhannya adalah 5,5-6,0 (Tamime dan
Robinson, 1999).
Menurut Nakazawa dan Hosono (1988), Bifidobacterium pertama kali
diisolasi dari feses bayi. Bifidobacterium berbentuk batang, bersifat anaerob strict,
Gram positif, tidak berspora, heterofermentatif, dan mempunyai suhu optimal
pertumbuhan 36-37ºC. Bifidobacterium memproduksi asam asetat dan asam laktat.
Menurut Hoier (1992), beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk
menentukan strain mikroba probiotik, yaitu: (1) mampu melakukan aktivitas dalam
memfermentasikan susu dalam waktu yang relatif cepat, (2) mampu menggandakan
diri, (3) tahan terhadap suasana asam sehingga mampu hidup dan bertahan dalam
saluran pencernaan, (4) menghasilkan produk akhir yang dapat diterima konsumen,
dan (5) mempunyai stabilitas yang tinggi selama proses fermentasi, penyimpanan
dan distribusi.
Vinderola et al. (2002) menyatakan, bahwa probiotik mempunyai manfaat
yang sangat besar bagi kesehatan, karena enzim yang dimiliki bakteri probiotik
seperti laktase mampu mengatasi intoleransi gula susu (laktosa), bile salt hidrolase
membantu menurunkan kadar kolesterol. Selain itu, senyawa dinding sel probiotik
(peptidoglikan) mampu menyerap senyawa karsinogenik (penyebab kanker). Asam
laktat yang dihasilkan probiotik merangsang gerak peristaltik usus sehingga
mencegah sembelit, serta meningkatkan penyerapan kalsium yang diperlukan untuk
mencegah osteoporosis.
Yogurt Bubuk
Pengeringan yogurt bertujuan untuk menyimpan yogurt dalam bentuk yang
stabil dan siap digunakan, serta untuk memperpanjang umur simpan yogurt (Tamime

5

dan Robinson, 1989). Secara umum, yogurt dalam bentuk kering terbagi dalam dua
jenis yang berbeda. Jenis yang pertama, yogurt yang akan dibuat diinkubasikan
selama beberapa jam untuk membiarkan proses koagulasi berlangsung, sementara
jenis yang kedua, pembentukan gel terjadi dalam waktu yang sangat pendek sehingga
disebut instan yogurt (Tamime dan Robinson, 1999).
Dua metode penger ingan yang digunakan dalam industri pengolahan yogurt
yaitu

pengeringan

semprot

dan

pengeringan

beku.

Metode

pengeringan

menggunakan pengeringan beku lebih baik karena suhu pengeringan yang digunakan
(20-35°C) lebih rendah daripada pengering semprot (55-60°C) sehingga pada
akhirnya hanya menyebabkan sedikit kerusakan pada komponen susu, ataupun
kehilangan flavor. Pengeringan dengan menggunakan pengering beku jauh lebih
mahal bila dipertimbangkan secara komersial (Tamime dan Robinson, 1989).
Pengering semprot merupakan salah satu alat yang dapat mengubah bentuk
suatu produk dari bentuk cair, bubur, atau pasta ke bentuk kering berupa tepung,
butiran atau gumpalan (Master, 1979). Penggunaan pengering semprot mempunyai
beberapa keuntungan diantaranya akan menghasilkan produk dengan kondisi yang
seragam dan proses pengeringan berjalan lebih cepat. Keuntungan lain yang dapat
diperoleh adalah produk akan menjadi kering tanpa bersentuhan dengan permukaan
logam panas. Persediaan udara pada pengering semprot mengurangi kelembaban
dengan cara mendinginkan air, kemudian dipanaskan dengan uap air bertekanan
tinggi dan elemen listrik (Modler et al., 1987).
Granul
Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel- partikel yang lebih kecil,
umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih
besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan 4 – 12 mesh. Umumnya granul dibuat
dengan cara melembabkan serbuk yang diinginkan atau campuran serbuk yang
digiling. Selain itu, juga dapat diolah tanpa melembabkan serbuk, dengan cara
menyalurkan adonan dari bahan serbuk yang ditekan melalui mesin pembuat granul.
Penggunaan bahan asal yang sama akan menghasilkan bentuk granul lebih stabil
secara fisik dan kimia daripada serbuk saja. Setelah dibuat dan dibiarkan beberapa
waktu, granula tidak segera mengering/mengeras seperti balok bila dibandingkan

6

dengan serbuknya. Hal ini karena luas permukaan granul lebih kecil dibandingkan
serbuknya (Ansel, 1989).
Menurut Voight (1995), granul sebaiknya memiliki bentuk dan warna teratur
dan memiliki distribusi butir yang sempit serta mengandung bagian berbentuk serbuk
lebih dari 10%. Granul sebaiknya juga memiliki daya luncur yang baik, tidak
terlampau kering (kelembaban 3 – 5%), dan hancur dengan baik di dalam air.
Hampir semua granul memerlukan bahan tambahan untuk memperoleh sifat
fisik dan mekanik, sehingga mempermudah proses pembuatan granul dengan kualitas
yang baik. Pemilihan bahan tambahan yang akan digunakan harus memperhatikan
sifat-sifat bahan tambahan. Bahan tambahan tersebut terdiri atas bahan pengisi,
bahan pengikat dan bahan pemanis.
Bahan Pengisi (Filler/Diluent)
Bahan pengisi adalah bahan yang ditambahkan agar diperoleh suatu bentuk,
ukuran dan volume yang sesuai. Bahan pengisi merupakan komponen penting
terutama untuk zat berkhasiat yang jumlahnya sangat kecil. Bahan pengisi harus
bahan yang netral terhadap bahan berkhasiat, harus inert secara farmakologi, juga
tidak berbahaya (Lachman et al., 1994).
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena
tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk
hidrat atau anhidrat. Contoh bahan pengisi lain adalah selulosa mikrokristal, kalsium
fosfat dibasa, kalsium sulfat, manitol, sorbitol, dekstrosa dan maltodekstrin
(Lachman et al., 1994).
Bahan Pengikat (Binder)
Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan untuk mengikat bahan-bahan
yang lainnya agar granul yang dihasilkan bisa bertekstur kompak (Lachman et al.,
1994). Pemakaian bahan pengikat disesuaikan dengan bahan aktif, pada pembuatan
granul

effervescent bahan

pengikat

yang

biasa

digunakan

adalah

PVP

(Polivinilpirolidone). Contoh lain bahan pengikat yang dapat digunakan adalah
gelatin, pasta amylum, sukrosa, dan lain-lain.

7

Bahan Pemanis
Bahan pemanis yang paling sering dipakai adalah sukrosa. Sukrosa adalah
oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan makanan dan
banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan kelapa kopyor. Industri-industri
makanan biasa menggunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar, bila
dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa atau sirup
(Winarno, 1997).
Granul Effervescent
Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Campuran effervescent sangat
populer dalam ilmu kedokteran (Lieberman et al., 1992). Pelarutan effervescent akan
menghasilkan gas yaitu karbondioksida sehingga dapat memberikan efek sparkle
(rasa seperti soda).
Reaksi yang terjadi pada pelarutan effervescent adalah reaksi antara senyawa
asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan gas karbondioksida. Reaksi ini
dikehendaki terjadi secara spontan ketika effervescent dilarutkan di dalam air.
Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam
tartarat daripada hanya satu macam asam saja, karena penggunaan bahan asam
tunggal akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartarat sebagai asam tunggal,
granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal.
Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul
(Ansel, 1989). Reaksinya adalah sebagai berikut :
H3C6H 5O7.H2 O + 3NaHCO 3

Na3C6H5O7 + 4H2 O + 3CO2

Asam Sitrat

Na-sitrat

Na-bikarbonat

air

karbondioksida

H2C4H 4O6 + 2NaHCO 3

Na2C4H4 O6 + 2H2O + 2CO2

Asam tartarat

Na-tartarat

Na- bikarbonat

air

karbondioksida

Kelarutan dari bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam
pembuatan granul effervescent. Jika komponen pembentuk effervescent kelarutannya
rendah, maka reaksi tidak akan terjadi dan granul tidak larut dengan cepat
(Lieberman et al., 1992).
Bahan Baku Granul Effervescent
Senyawa asam yang diperlukan dalam reaksi effervescent dapat diperoleh dari
tiga sumber utama yaitu asam makanan, asam anhidrat dan garam asam. Asam

8

makanan merupakan asam yang umum digunakan pada makanan dan secara alami
terdapat pada makanan, contohnya adalah asam sitrat, asam tartarat, asam malat,
asam fumarat, asam adipat dan asam suksinat (Liebermen et al., 1992).
Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam makanan.
Selain harganya relatif murah, asam ini memiliki: (a) kelarutan yang tinggi, (b)
kekuatan asam yang tinggi dan (c) tersedia dalam bentuk granul, anhidrous,
monohidrat, juga tersedia dalam bentuk serbuk. Asam ini sangat higroskopis, oleh
karena itu penanganan dan penyimpanannya memerlukan perhatian khusus
(Liebermen et al., 1992).
Asam tartarat merupakan asam yang biasa digunakan sebagai sumber asam
dalam produk effervescent. Kelarutan asam tartarat lebih baik dan mempunyai sifat
lebih higroskopis dibandingkan asam sitrat. Kekuatan asamnya sama besar dengan
asam sitrat (Liebermen et al., 1992).
Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam formulasi
effervescent adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan
karbondioksida.

Sodium

bikarbonat

merupakan

sumber

utama

penghasil

karbondioksida dalam sistem effervescent. Sodium bikarbonat larut sempurna dalam
air, nonhigroskopis dan harganya murah (Liebermen et al., 1992).
Pembuatan Granul Effervescent
Suhu dan kelembaban atau relative humidity (RH) merupakan faktor -faktor
yang sangat penting pada pembuatan granul effervescent (Wells et al., 1997) . Suhu
dan RH yang rendah sangat penting untuk mencegah proses granulasi. Ruangan berRH maksimal 25% dan bersuhu maksimal 25°C, merupakan kondisi yang baik untuk
proses pembuatan granul effervescent (Liebermen et al., 1992).
Proses pembuatan granul disebut granulasi. Granulasi dapat dibedakan
menjadi dua golongan atas dasar digunakan atau tidaknya cairan untuk melarutkan
atau mengembangkan bahan pengikat granul, yaitu granulasi basah bila digunakan
cairan pengikat, dan granulasi kering bila seluruh bahan dicampur dan dibuat granul
dalam keadaan kering (Krismayadi, 1996).
Metode granulasi basah adalah metode yang paling tua dan masih banyak
dipakai. Metode ini digunakan bila bahan aktif tidak dapat dicetak langsung,
misalnya karena sifat kompresibilitas dan sifat aliran yang kurang baik, sementara

9

dosisnya besar. Metode ini meliputi beberapa tahap, yaitu : penimbangan bahan
baku, pencampuran, penambahan cairan pengikat, pengayakan I, pengeringan dan
pengayakan II.
Penimbangan. Bahan aktif dan bahan tambahan yang diperlukan dalam formula
granul effervescent ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan menggunakan
timbangan analitik untuk mencapai dosis yang tepat pada saat dicampur dan
diproduksi. Penimbangan bahan-bahan dilakukan di ruangan bersuhu maksima l 25ºC
dan RH maksimal 25%, karena akan sangat mempengaruhi daya effervescing granul
yang dihasilkan. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan bahan-bahan yang
ditimbang menjadi lembab dan tidak dapat digunakan dalam pembuatan granul
effervescent.
Pencampuran Awal (Premixing). Bahan-bahan (bahan baku, bahan pengisi, bahan
pengikat, sumber asam dan sumber karbonat) yang telah ditimbang dimasukkan ke
dalam wadah lalu diaduk sampai homogen. Pencampuran awal dalam skala industri
menggunakan mixer untuk mendapatkan hasil yang lebih homogen.
Pembuatan Larutan Pengikat.

Granul dibentuk dengan cara mengikat serbuk

dengan suatu perekat sampai massa kompak. Teknik ini membutuhkan larutan,
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang ditambahkan ke campuran
serbuk. Cairan digunakan untuk melarutkan sampai massa yang dibutuhkan hanya
lembab bukan basah atau pasta.
Penambahan Larutan Pengikat. Teori granulasi menurut Newitt dan ConwayJones yang dikutip oleh Sutriyo (2002) meliputi beberapa keadaan yaitu pendular
atau funicular, capillary dan droplet. Campuran pengikat akan membasahi partikel
serbuk, keadaan ini disebut keadaan pendular atau funicular. Setelah fase awal,
granul mulai terbentuk karena cairan yang terdistribusi lebih seragam melewati
partikel-partikel serbuk (keadaan kapiler/capillary). Pada keadaan ini granul yang
dihasilkan tepat dan massa yang basah jika dikempa dengan telapak tangan dapat
diremukkan dengan mudah menjadi serbuk. Campuran pengikat yang dibasahi secara
berlebihan biasanya menghasilkan granul yang terlalu keras yang berada dalam
keadaan droplet yaitu keadaan seluruh cairan mengelilingi granul sampai
menghasilkan suatu padatan.

10

Pengayakan (Sieving I). Granul yang telah homogen ditekan melalui ayakan 12
mesh agar menghasilkan granul yang lebih besar setelah massanya dibasahi. Semua
bahan yang telah menjadi granul kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu
40ºC selama 3 jam.
Pengeringan (Drying).

Proses pengeringan diperlukan dalam proses granulasi

basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalangumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum.
Proses pengeringan ini mempengaruhi daya alir dan kompresibilitas granul yang
dihasilkan. Cairan yang tertinggal dalam granulasi menyebabkan daya alir granul
rendah dan kompres ibilitas granul menjadi jelek.
Pengayakan II (Sieving II). Granul yang telah dikeringkan diayak kembali dengan
ayakan 20 mesh agar granul-granul yang dihasilkan halus/kecil.

11

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga September 2005, atau
selama empat bulan. Lokasi peneli