2. Bacillus thuringiensis
Ciri khas yang terdapat pada B. thuringiensis adalah kemampuannya membentuk kristal protein bersamaan dengan pembentukan spora yaitu pada
waktu sel mengalami sporulasi. Kristal tersebut merupakan komplek protein yang mengandung toksin yang terbentuk di dalam sel 2-3 jam setelah akhir fase
eksponensial dan baru keluar dari sel pada waktu sel mengalami autolysis setelah sporulasi sempurna Bajwa dan Kogan, 2001.
Gambar 6 : Bacillus thuringiensis
Sumber : www.people.uleth.ca.
Bila larva muda atau larva tua terkena B. thuringiensis dapat kita lihat adanya reaksi pertama yang cepat seperti kesakitan, kemudian dalam beberapa
waktu larva tidak mau makan dan tidak aktif. Tubuh kemudian menjadi lunak dan lembek. Kematian larva dapat terjadi dalam kurun waktu beberapa jam sampai 2-5
hari setelah infeksi pertama Novizan, 2002. Tahap selanjutnya tubuh ulat akan tampak mulai menghitam, lembek,
berair mengeluarkan cairan dan berbau busuk karena terjadi paralisis di saluran makanan. Gejala ini terjadi akibat dari telah masuk dan bekerjanya toksin
B. thuringiensis di dalam tubuh ulat saluran pencernaan, spora – spora bakteri
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari satu atau lebih protein insektisida dalam bentuk Kristal yang dikenal dengan delta endotoksin Bajwa dan Kogan, 2001.
Insektisida biologi ini memiliki spora yang hidup dari B. thuringiensis yang menyebabkan penyakit pada serangga sehingga dapat dipakai untuk
mengendalikan serangga hama. Insektisida biologi ini bekerja sebagai racun lambung yang menginfeksi melalui mulut dan tidak melalui pernapasan ataupun
kulit, warnanya kuning kecoklatan, dan bersifat selektif untuk mengendalikan hama Sastroutomo, 1992.
B. thuringiensis merupakan salah satu bakteri pathogen pada serangga entomopatogen. Dalam klasifikasi, bakteri ini tergolong ke dalam kelas
Schizomycetes, ordo Eubacteriales, family Bacillaceae. B. thuringiensis adalah bakteri yang mempunyai sel vegetatif berbentuk batang dengan ukuran panjang
3- 5 μm dan lebar 1,0-1,2 μm, mempunyai flagel dan membentuk spora. Sel-sel
vegetatif dapat membentuk suatu rantai yang terdiri dari lima sampai enam sel. Sifat-sifat bakteri ini adalah gram positif, aerob tetapi umumnya anaerob
fakultatif, dapat tumbuh pada media buatan dan suhu untuk pertumbuhan antara 15-40°C Tarumingkeng, 2001.
Menurut Huffaker dan Messenger 1989, apabila biakan – biakan B. thuringiensis yang telah mengalami sporulasi diberikan kepada serangga, satu di
antara tiga akibat utamanya akan terjadi, tergantung terserang dan tergantung juga kepada besarnya dosis.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan Ketinggian tempat
+25 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah larva ulat tritip P. xylostella , B. thuringiensis, B. bassiana sebagai bahan yang diuji, daun kubis sebagai pakan.
Adapun alat yang digunakan adalah stoples, kain kasa,karet gelang, timbangan, beaker glass, handsprayer, label nama, pinset, alat tulis dan alat-alat
pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap RAL non factorial dengan 7 perlakuan yaitu:
B0 : Kontrol tanpa perlakuan
B1 : B. thuringiensis dengan konsentrasi 5 gL
B2 : B. thuringiensis dengan konsentrasi 10 gL
B3 : B. thuringiensis dengan konsentrasi15gL
B4 : B. bassiana dengan konsentrasi 5 gL
B5 : B. bassiana dengan konsentrasi 10 gL
B6 : B. bassiana dengan konsentrasi 15 gL
Universitas Sumatera Utara
Banyaknya ulangan yang dilakukan adalah : t-1 r
≥ 15 7 – 1 r
≥ 15 6 r
≥ 15 r
≥ 156 r
≥ 2,5 r = 3 dibulatkan
Jumlah perlakuan : 7
Jumlah ulangan : 3
Jumlah unit percobaan : 7 x 3= 21 percobaan
Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = μ + αi + Eij
Yij = data yang disebabkan pengaruh perlakuan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j
μ = rataan atau nilai tengah
αi = pengaruh perlakuan pada taraf ke-i
Eij = efek error dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan dengan menyediakan bahan dan alat yang dibutuhkan selama pelaksanaan penelitian. Survei dilakukan pada lokasi
pengambilan larva P. xylostella dilapangan.
2. Penyediaan larva serangga uji