PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA

PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2015

Disusun Oleh : NEDYA ULFADHINA

20120310251

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA

PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2015

Disusun Oleh : NEDYA ULFADHINA

20120310251

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA

PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2015

Disusun oleh Nedya Ulfadhina

20120310251

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr.Budi Pratiti, Sp.Kj NIP : 195707031990032001

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Hj. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes NIK : 19711028199709 173 027


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah, menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, makan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta,

Yang membuat pernyataan, Tanda tangan


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmaanirrohim Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah rabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa yang tinggal di pondokan (kos) dan yang tinggal dengan orangtua pada mahasiswa semester VI fakultas kedokteran di universitas

muhammadiyah yogyakarta tahun 2015”

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dengan ketulusan hati dan rasa syukur yang mendalam, perkenankan penulis pada kesempatan ini menghaturkan rasa hormat dan rasa terima kasih sebanyak-benyaknya kepada :

1. dr.Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr.Budi Pratiti, Sp.Kj., selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang sepenuh hati dan kesabaran mengarahkan serta membimbing penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr.Vista Nursanti Pradanita, Sp.Kj., selaku dosen penguji Karya Tulis Ilmiah yang sudah banyak membantu memberikan kritik dan saran yang membangun. 4. Ayahanda Bambang Purwadhi,SE dan Ibunda Herlinawati, atas do’a dan

dukungan yang sangat besar dan tak tergantikan selama ini. Serta Kakak’ku Dian Febrianti,SE dan Adik’ku M.Garry Ridhwana.

5. Teman satu kelompok dan bimbingan Karya Tulis Ilmiah yang sudah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Kumalatus Sadhea, Achmad Yasin, Ray Ramadhan.

6. Teman yang memberi dukungan dan bantuan, Renato Nauval Zakaryya, Isna Nabilla, Fiqih A, dan Arum Pelangi.


(6)

v

7. Seluruh teman-teman di Fakultas Kedokteran UMY angkatan 2012, sukses terus untuk kita semua.

8. Seluruh staff dan karyawan di Fakultas Kedokteran UMY dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Yogyakarta, 2015


(7)

vi MOTTO

: , :

“Orang yang menuntut ilmu bearti menuntut rahmat ; orang yang menuntut ilmu bearti menjalankan rukun Islam dan Pahala yang diberikan kepada sama dengan

para Nabi”.


(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

MOTTO... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA... 7

1. Kecemasan ... 7

2. Remaja... 18

3. Mahasiswa yang Tinggal di Kos ... 28

B. Kerangka Teori... 30

C. Kerangka Konsep ... 31

D. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Definisi Operasional... 34

F. Instrumen Penelitian... 35

G. Cara Pengambilan Data ... 36

H. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian penelitian ... 6 Tabel 2. Distribusi frekuensi umur pada kelompok mahasiswa fakultas

kedokteran yang tinggal di kos dan yang tinggal bersama

orang tua ... 39 Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada kelompok

mahasiswa fakultas kedokteran yang tinggal di kos dan yang


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ... 30 Gambar 2. Kerangka Konsep ... 31


(11)

x

DAFTAR SINGKATAN

FK : Fakultas Kedokteran SMA : Sekolah Menengah Atas


(12)

xi INTISARI

Latar Belakang : Kecemasan dapat dialami oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Dalam kehidupan sehari-hari, tiap individu pasti pernah dihadapkan pada rasa takut dan dalam batas-batas tertentu pernah merasa ketakutan atau kecemasan. Kecemasan adalah suatu antisipasi terhadap hal yang dianggap mengancam bagi seseorang dan menyadarkan untuk segera mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya tersebut.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa yang tinggal dikos dan yang tinggal dengan orang tua.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian Cross Sectional

dengan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakart sebanyak 100 orang.Dalam penelitian ini digunakan tempat tinggal untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi.Kuesioner yang digunakan adalah T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Setelah didapatkan data masing-masing variabel,kemudian dilakukan uji analitik dengan Chi-Square.

Hasil dan Kesimpulan : Diperoleh hasil dengan uji analitik nilai P=0,728 untuk perbedaan tingkat depresi berdasarkan tempat tinggal.Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap terjadinya kecemasan antara mahasiswa yang tinggal dikos dengan yang tinggal dengan orangtua (P=0,005). Kata kunci : kecemasan, mahasiswa fakultas kedokteran, rumah pondokan/kos


(13)

xii

ABSTRACT

Background : Anxiety can be experienced by everyone, whoever and whanever. Everyday, each person must have faced fear and sometime feel afraid or anxiety. Anxiety is anticipation the stressors that threats someone and realizes him to prevent.

Objective : To know a difference anxiety level student who living at kos with student who living at home.

Method : This study was Cross Sectional research using research subject namely 100 student of Medical Univercity of Muhammadiyah.This research used living stay and student report to know a difference level of anxiety.The questionnaire used T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). After each variable data gained, then statistically test was conducted using Chi-Square

Result and conclusion : The obtained research result using analytical test of P value=0,728 for difference level based at home.This research conclusion was no defference and correlation between living stay with anxiety level (P>0,005).


(14)

(15)

xi INTISARI

Latar Belakang : Kecemasan dapat dialami oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Dalam kehidupan sehari-hari, tiap individu pasti pernah dihadapkan pada rasa takut dan dalam batas-batas tertentu pernah merasa ketakutan atau kecemasan. Kecemasan adalah suatu antisipasi terhadap hal yang dianggap mengancam bagi seseorang dan menyadarkan untuk segera mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya tersebut.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa yang tinggal dikos dan yang tinggal dengan orang tua.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian Cross Sectional

dengan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakart sebanyak 100 orang.Dalam penelitian ini digunakan tempat tinggal untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi.Kuesioner yang digunakan adalah T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Setelah didapatkan data masing-masing variabel,kemudian dilakukan uji analitik dengan Chi-Square.

Hasil dan Kesimpulan : Diperoleh hasil dengan uji analitik nilai P=0,728 untuk perbedaan tingkat depresi berdasarkan tempat tinggal.Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap terjadinya kecemasan antara mahasiswa yang tinggal dikos dengan yang tinggal dengan orangtua (P=0,005). Kata kunci : kecemasan, mahasiswa fakultas kedokteran, rumah pondokan/kos


(16)

xii

ABSTRACT

Background : Anxiety can be experienced by everyone, whoever and whanever. Everyday, each person must have faced fear and sometime feel afraid or anxiety. Anxiety is anticipation the stressors that threats someone and realizes him to prevent.

Objective : To know a difference anxiety level student who living at kos with student who living at home.

Method : This study was Cross Sectional research using research subject namely 100 student of Medical Univercity of Muhammadiyah.This research used living stay and student report to know a difference level of anxiety.The questionnaire used T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). After each variable data gained, then statistically test was conducted using Chi-Square

Result and conclusion : The obtained research result using analytical test of P value=0,728 for difference level based at home.This research conclusion was no defference and correlation between living stay with anxiety level (P>0,005).


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yogyakarta sebagai kota pelajar banyak didatangi oleh pelajar-pelajar lulusan SMA yang ingin meneruskan pendidikan di Perguruan Tinggi. Mereka tersebar di banyak Universitas yang ada di Yogyakarta sebagai mahasiswa, baik negeri maupun swasta.

Mahasiswa merupakan suatu golongan peralihan dari masa remaja ke masa dewasa. Dalam perkembangan jasmani dan fungsi jiwanya, tentu ada penyaringan-penyaringan seperti kesehatan umum yang cukup baik. Namun keadaan yang tersaring itu tidak menjamin bebas dari persoalan mental. Mereka sangat memerlukan bimbingan dan latihan sebagai persiapan menyempurnakan perkembangan pribadinya (Meichati, 1983).

Dan terdapat sebagian dari mereka ikut menetap bersama keluarga, namun sebagian besar adalah mondok atau kost. Menurut bagian Pengajaran FK UMY lebih dari 50% mahasiswa FK UMY angkatan tahun 2012-2013 adalah mondok. Jumlah mahasiswa yang mondok adalah lebih besar dari yang tidak mondok, mereka sepintas terlihat mempunyai problem atau permasalahan yang lebih kompleks daripada mahasiswa yang tinggal dengan orangtua atau tidak mondok.

Mahasiswa yang tinggal dipondokan memiliki tanggung jawab yang besar atas dirinya sendiri. Mereka harus mengatur kehidupannya sendiri dan juga belajar untuk studinya. Mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta berasal


(18)

dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, sebagian dari mereka harus meninggalkan keluarga dan saudara mereka untuk menimba ilmu.Dalam pondokan mahasiswa selalu menghadapi berbagai perubahan dalam kehidupannya, baik tata cara bergaul, pola dan jenis makanan, bahasa untuk komunikasi serta tata cara kehidupan secara menyeluruh. Berbagai perubahan itu sering menimbulkan frustasi, konflik dan situasi krisis yang tidak dapat dihindari (Sudarjo, dkk cit Soewadi 1982). Mahasiswa yang tinggal di pondokan lebih sering mengalami masalah, diantaranya perasaan kesepian jauh dari keluarga, harus cermat dalam mengelola keuangan bulanan, hidup mandiri, dll.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan dihadapkan pada bermacam-macam tantangan hidup yang kadang-kadang dapat juga mengganggu keseimbangan jiwanya. Semua hal yang membebani individu tadi disebut faktor stres (Asdie, 1985).

Manusia merupakan suatu sistem terbuka yang sangat rentan terhadap stimulus internal (dari dalam tubuh) dan stimulus eksternal (dari luar tubuh). Stimulus tersebut dapat berupa stressor spesifik baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis, kecemasan merupakan salah satu respon psikologis individu terhadap stressor (Kozier, 1995).Stressor adalah suatu situasi, kejadian, atau objek apapun yang menimbulkan tuntutan dalam tubuh dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial seperti interaksi sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor (Berry, 1998).


(19)

3

Hal tersebut akan menimbulkan ketegangan emosional yang menyebabkan kecemasan dan akan mengganggu kreativitas dan produktivitas manusia. Apabila keadaan stres ini berlanjut sampai periode tertentu, dan melewati suatu intensitas tertentu akan menimbulkan gangguan afektif dan perilaku seperti anxietas atau depresi (Prawirohardjo, 1989).

Kecemasan sebagai bagian penting dari sistem kepribadian, hal yang merupakan suatu landasan dan pusat dari perkembangan perilaku nerurosis dan psikosis (Freud, 1890).Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan (PPDGJ – III).

Berperasangka baik atau sering kita sebut dengan istilah khusnozhon

adalah suatu kajian aqida akhlak Islam yang selalu dianjurkan bahkan diwajibkan kepada kita sebagai seorang muslim sebagaimana firman Allah :

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu

merupakan dosa.”[Q.S Al-Hujurat: 12]

Berperasangka baik bertitik berat pada hati dan pikiran kita, memerlukan kesabaran dan keimanan yang baik. Seseorang yang ditimpa musibah, sedang berada dalam kesedihan atau sebagainya yang bersifat melukai hatinya sering kali mencari kambing hitam dari semua masalah yang dialaminya.


(20)

B. Perumusan Masalah

Mahasiswa, terutama yang tidak tinggal bersama orang tuanya terpaksa harus mondok di tempat yang baru. Mereka akan menghadapi masalah yang lebih banyak dari pada mahasiswa yang masih tinggal bersama orang tuanya. Banyaknya masalah merupakan stresor yang dapat menimbulkan berbagai gangguan jiwa seperti gangguan kecemasan. Rumusan masalah yang akan di bahas adalah sebagai berikut : Adakah perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa yang tinggal di pondokan dengan yang tinggal bersama orangtua? C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah melihat perbedaan tingkat kecemasan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran semester VI di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang tinggal di pondokan selama minimal 1 tahun dengan yang tinggal bersama orangtua selama menjalani perkuliahan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Bagi peneliti Selanjutnya

Data penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal dalam penelitian selanjutnya untuk meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan pada mahasiswa.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti bagi perkembangan ilmu kedokteran khususnya bidang Psikiatri,


(21)

5

yang berkaitan dengan kecemasan mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi.

3. Bagi Mahasiswa

Mendapatkan gambaran mengenai tingkat kecemasan dan sumber kecemasan pada saat menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, sehingga dapat mengantisipasi dan mengelola kecemasan dengan baik.


(22)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang kecemasan telah banyak dilakukan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Nama Judul Tahun Persamaan Perbedaan Sumber Yustisiana Hidayati Perbedaan tingkat kecemasan mengalami pubertas dini pada remaja awal ditinjau dari tingkat dukungan sosial

2012 Mengukur perbedaan tingkat kecemasan Analisa dengan mengguna-kan teknik Mann Whitney U-test dan mengguna-kan kuesioner yang dibuat sendiri oleh penulis http://journal .unair.ac.id/ Agung Wijaya K Perbandingan tingkat kecemasan antara mahasiswa kedokteran sistem konvensional dengan sistem PBL Fakultas Kedokteran UMY

2006 Desain penelitian Cross Sectional Random sampling dan Analisa Chi Square Mengguna-kan 2 kelompok sampel yang memiliki jarak usia berbeda jauh Perpustakaan UMY Michael Wijaya Prayoga Pengaruh ujian Osce terhadap tingkat kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY angkatan 2009

2009 Mengguna-kan kuesioner T-MAS Analisa dengan uji Wilcoxon Perpustakaan FK UMY


(23)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dang ango berarti mencekik. Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa jerman angst

kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan suatu kata yangdigunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek negatif danketerangsangan (Jatman, 2000).

Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan memiliki arti keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah, dimana seseorang mengantisipasi datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku dan respons-respons fisiologis dan sangat sulit diteliti. Kecemasan bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala. Kebanyakan orang mengalami kecemasan pada waktu-waktu tertentu dalam


(24)

kehidupannya. Biasanya, kecemasan muncul sebagai reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan dan karena itu berlangsung sebentar saja. Kecemasan bisa berupa perasaan gelisah yang bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir, resah dan gelisah), atau respons fisiologis yang bersumber di otak dan tercermin dalam bentuk denyut jantung yang meningkat dan otot yang menegang (Dadang Hawari, 2001).

Definisi kecemasan sebagai ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu menghadapinya. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum terjadi (Hanna Djumhana).

Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan (Freud, 2005)

Pada tahun 1926, diterbitkannya Inhibitions, Symptoms, and Axiety. Freud menciptakan suatu teori tentang kecemasan yaitu


(25)

9

kecemasan eksternal yang nyata dan kecemasan internal yang neurotik sebagai respons terhadap suatu situasi yang berbahaya. Freud mengidentifikasi dua jenis situasi yang dapat menimbulkan kecemasan. Satu situasi melibatkan situasi instinktual yang melanda, prototip dari ini adalah pengalaman kelahiran. Dalam suatu varietas tersebut, jumlah tekanan dorongan yang berlebihan menembus barier pelindung dari ego, menyebabkan keadaan putus asa dan trauma. Situasi kedua dan yang lebih sering melibatkan kecemasan yang berkembang dalam menghadapi bahaya, ketimbang akibat dari bahaya.Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan seseorang bahwa adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Ketakutan, suatu sinyal serupa yang menyadarkan, tetapi berbeda dari kecemasan (Kaplan-Sadock, 2010)

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang tidak jelas penyebabnya, yang dialami dalam tingkatan yang berbeda atas situasi yang dianggap mengancam diri.

b. Etiologi Kecemasan

Kecemasan merupakan salah satu gangguan emosional yang paling umum, yang ditandai dengan beberapa gejala emosional yang


(26)

paling umum, yang ditandai dengan beberapa gejala emosional dan fisik seperti rasa takut, panik, mimpi buruk, pikiran obsesif tak terkendali, terganggu terus menerus dengan pengalaman traumatis, gangguan tidur, ketegangan otot, detak jantung meningkat, keringat dingin, dan gangguan pencernaan.

Menurut Savitri R, ada beberapa faktor yang menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

1) Pertama, lingkungan. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya. 2) Kedua, emosi yang ditekan. Kecemasan bisa terjadi jika individu

tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

3) Ketiga, sebab-sebab fisik. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.


(27)

11

Menurut Musfir Az-Zahrani, menyebutkan faktor yang mempengaruhi adanya kecemasan yaitu :

1) Pertama, lingkungan keluarga. Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalah pahaman serta adanya ketidakpedulian orang tua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada di dalam rumah.

2) Kedua, lingkungan sosial. Lingkungan sosial salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk di mata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan.

c. Tingkat Kecemasan 1) Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang presepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2) Kecemasan Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang presepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami perhatian yang tidak selektif namun dapat


(28)

berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3) Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lapang presepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4) Tingkat Panik dari Kecemasan

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, presepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.


(29)

13

Para ahli membagi kecemasan dalam dua tingkat (Bucklew, 1980) , yaitu:

1) Tingkat psikologis : Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.

2) b. Tingkat fisiologis : Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.

d. Gejala – Gejala Kecemasan

Simtom-simtom somatis yang dapat menunjukkan ciri-ciri kecemasan menurut Stern (1964) adalah muntah-muntah, diare, denyut jantung yang bertambah keras, seringkali buang air, nafas sesak disertai tremor pada otot. Kartono (1981) menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, sering dalam keadaan excited atau gempar gelisah.

Sue, dkk (dalam Kartikasari, 1995) menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini :

1) Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.


(30)

2) Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar.

3) Perubahan somatik, muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah.

4) Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang berlebihan.

James (dalam Smith, 1968) mengatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata (Cattel, dalam Smith, 1968). Lebih jauh lagi, dalam berbagai studi kecemasan secara umum, menyatakan bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki (Maccoby dan Jacklin, 1974).

e. Terapi Kecemasan 1) Farmakologi

Obat-obatan yang biasanya diberikan pada penderita kecemasan adalah benzodiazepine (Fracchione, 2004). Dan yang lazim digunakan adalah Derivat diazepam, Alprazolam, Propanolol, dan Amitriptilin.


(31)

15

a) Diazepam adalah obat penenang di kelas benzodiazepin dan diperkenalkan pada tahun 1963. Diazepam termasuk dalam golongan psikotropika, nama dagangnya antara lain Valium. Indikasinya sebagai obat anti-ansietas, sedatif-hipnotic, dan obat anti-kejang.

Efek sampingnya antara lain : menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya daya konsentrasi dan waktu reaksi. Diazepam

mempunyai waktu paruh yang panjang (24 s/d 200 jam). b) Alprazolam adalah sekelompok obat yang disebut

benzodiazepines yang bekerja memperlambat pergerakan zat kimia otak yang menjadi tidak seimbang. Akibat ketidakseimbangan ini adalah gangguan kecemasan .

Efek samping yaitu :Gatal dengan bintik merah, sulit bernapas, pembengkakan pada wajah, bibir, lidah atau tenggorokan. Hentikan penggunaan alprazolam dan hubungi dokter anda jika anda memiliki efek samping serius berikut:Tidak memiliki rasa takut, Depresi, ingin menyakiti diri sendiri atau bunuh diri, Hiperaktif, mudah marah, berhalusinasi, Kepala terasa ringan, pingsan, Kejang, Kulit dan mata menguning.

Efek samping lain adalah: Mengantuk, pusing, mudah marah, Amnesia atau pelupa, sulit berkonsentrasi, Sulit tidur, Otot lemah, hilang keseimbangan atau kordinasi, bicara


(32)

ngawur, Pandangan kabur, Mual, muntah, konstipasi, perubahan berat badan atau nafsu makan, Mulut kering atau basah, berkeringat banyak, Hilang minat pada aktifitas seksual. c) Propanolol adalah tipe beta-blocker non-selektif yang

umumnya digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Obat ini adalah beta-blocker pertama yang sukses dikembangkan.

Indikasi: Digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan yang meliputi migrain,arrhythmias, angina pectoris, hipertensi, menopause, dan gangguan kecemasan.

Efek sampingnya adalah : Efek CNS (kelelahan, depresi, pusing, kebingungan, gangguan tidur), Efek CV (gagal jantung, sumbatan jantung, kedinginan, impotensi pada laki-laki), Efek berturut-turut (bronchospasma pada pasien yang rentan & obat-obatan dengan beta1 harus digunakan secara selektif pada pasien ini), Efek GI (N/V, diare, konstipasi), Efek metabolik (bisa memproduksi hiper atau hipoglikemia, perubahan dalam serum kolesterol & trigliserid.

d) Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga lebih resposif terhadap depresi akibat kekuranganserotonin. Senyawa ini juga mempunyai


(33)

17

aktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat. Dengan indikasi gejala-gejala utama depresi terutama bila berkaitan dengan kecemasan, tegang, atau kegelisahan. Depresi neurotik.

Efek sampingnya adalah efek antikolinergik seperti mulut kering, retensi urinaria, konstipasi, palpitasi, takikardi, gingivitis, Berat badan turun atau bertambah., Tinitus (telinga berdenging), mengantuk, cemas, insomnia. , hipotensi, pusing, gangguan kulit, bingung, aritmia, mania., gangguan pencernaan., efek endokrin seperti perubahan libido, impotensi, gynecomastia, galactorrhea.

2) Non Farmakologi a) Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005).

Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin


(34)

alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.

e) Relaksasi

Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs, 2005).

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, sepertiDeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja(adolescent ) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada


(35)

19

umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia & Olds, 2001).

Menurut Adams & Gullota masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlockkarena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990). Masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa (Papaplia & Olds, 2001). Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan yag berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita merekna, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan ( Anna Freud, 1990)

b. Ciri-Ciri Remaja

Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usiaremaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masaremaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

1) Periode Masa Puber usia 12-18 tahun

a) Masa Pra Pubertas usia 12-13 tahun, peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas, cirinya: Anak tidak suka


(36)

diperlakukan seperti anak kecil lagi dan anak mulai bersikap kritis.

b) Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal, cirinya : Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya, memperhatikan penampilan, sikapnya tidak menentu, suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib.

c) Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen, cirinya: Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya, proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.

2) Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun

Merupakan masa akhir remaja, beberapa sifat penting pada masa ini adalah:Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis, mulai menyadari akan realitas, sikapnya mulai jelas tentang hidup, mulai nampak bakat dan minatnya.

c. Perkembangan Fisik Remaja

Pesatnya pertumbuhan fisik pada masa remaja seringkali menimbulkan kejutan pada diri remaja.Pakaian yang dimilikinya seringkali menjadi cepat tidak muat dan harus membeli lagi.Terkadang remaja dikejutkan dengan perasaan bahwa tangan dan kakinya terlalu panjangsehingga tidak seimbang dengan besar tubuhnya. Pada remaja putri ada perasaan seolah bahwatanpa dibayangkan sebelumnya kini buah dadanya membesar.


(37)

21

Oleh karena itu, seringkali gerak-gerik remaja menjadi canggung dan tidak bebas.

Pada remaja pria, pertumbuhan jakun menyebabkan suara remaja menjadi parau atau membesaruntuk beberapa waktu. Pertumbuhan kelenjar yang mencapai kematangan mulai berproduksi menghasilkan hormon. Akibatnya, remaja mulai merasa tertarik kepada lawan jenisnya. Ketertarikannya yang disebabkan oleh berkembangnya hormon menyebabkan remaja pria mengalami mimpi basah. Pada remaja putri, perkembangan hormon menyebabkan mereka mulaimengalami menstruasi yang seringkali pada pertama kali mengalaminya, menimbulkan kegelisahan.

Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memhami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut, yaitu :

d. Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan


(38)

yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan 2) Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormontestosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

e. Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period


(39)

23

of formaloperations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara – negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar – mengajar satu arah (ceramah) dan


(40)

kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

f. Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama


(41)

25

ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap pemberontakan remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja.

Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa


(42)

kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika lingkungan baru member ijawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orang tua. Konflik dengan orang tua mungkin akan mulai menajam.

g. Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood senang luar biasa ke sedih luar biasa, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau


(43)

27

kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik.

Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.


(44)

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu berjawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai seseorang yang baru, berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.

3. Mahasiswa yang Tinggal di Kos

Melihat pentingnya peran remaja sebagai generasi muda, maka banyak orangtua menginginkan anaknya yang sudah menyelesaikan pendidikan tingkat SMA untuk melanjutkan kuliah ke jenjang perguruan tinggi. Ketersediaan perguruan tinggi berkualitas yang sebagian besar terdapat di kota-kota besar menyebabkan remaja yang berasal dari daerah harus menginggalkan orangtuanya untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi, sekalipun harus hidup mandiri di tempat kos.


(45)

29

Hidup ditempat kos, khususnya bagi mahasiswa yang sebelumnya belum pernah berpisah dengan orangtuanya, bukanlah persoalan yang mudah untuk dijalani. Mahasiswa yang berasal dari luar kota Yogyakarta dan dari itu mereka harus tinggal di kos, berarti secara fisik mahasiswa tidak lagi tinggal dengan bersama orangtua atau keluarga terdekat. Secara emosional berarti mahasiswa tidak lagi bisa mencurahkan perasaan, bila ada masalah mendesak yang harus diselesaikan maka harus bertumpu kepada diri sendiri. Mahasiswa harus mampu menghadapi dan mengatur hidupnya mulai dari hal yang kecil sampai hal yang besar, misalnya urusan makan, teman, belajar, termasuk jika harus menyelesaikan masalah.

Pada mahasiswa menunjukkan banyak “youth” (19-21tahun) mengalami transisi dalam perkembangan kemandirian ketika mereka meninggalkan rumah dan mulai kuliah. Transisi dari sekolah lanjutan atas ke perguruan tinggi melibatkan peningkatan kemandirian bagi kebanyakan remaja (Mantemayor & Flannery, 1991).

Masalah yang sering di alami oleh anak yang tinggal di pondokan a. Ketidakcocokan dengan teman kos atau pemilik kos

b. Barang pribadi dipakai teman kos atau hilang c. Uang bulanan habis sebelum waktunya d. Terlambatnya kiriman uang bulanan e. Antri kamar mandi

f. Kamar kos selalu berantakan g. Dan lain-lain


(46)

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Fase Perkembangan Remaja

- Masa praremaja - Masa remaja - Masa remaja akhir

Mahasiswa FK UMY semester VI

Kecemasan

Tingkat Kecemasan

- Kecemasan ringan

- Kecemasan sedang

- Kecemasan berat

Gejala Kecemasan

- Manifestasi kognitif

- Perilaku motorik

- Perubahan somatik

- Afektif

Terapi Kecemasan

- Farmakologi

-


(47)

31

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Atas dasar tinjauan pustaka diatas, maka disusun hipotesis sebagai berikut: Mahasiswa yang tinggal di pondokan mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal bersama orang tua.

Mahasiswa Semester VI

Pengukuran tingkat kecemasan dengan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) Yang tinggal di kos

(pondokan)

Yang tinggal dengan orang tua (keluarga)


(48)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah yang digunakan adalah penelitian Cross Sectional. Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2008). Dalam penelitian ini populasinya adalah semua Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2012 yang perkirakan mencapai 250 mahasiswa.

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (Suharsimi A, 1998). Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi (Sugiyono, 1997).


(49)

33

1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa program studi pendidikan dokter yang tinggal di pondokan (kos) selama perkuliahan (semester VI)

b. Mahasiswa program studi pendidikan dokter yang tinggal dengan orang tua selama perkuliahan (semester VI)

c. Mahasiswa usia 20-22 tahun

Pengambilan sampel dilakukan secara random (Random Sampling). Sampel yang diambil sebanyak 100 kuesioner.

2. Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa yang tinggal di panti asuhan

Rumus untuk mencari jumlah subjek menggunakan Independent sample t-test. Digunakan untuk membandingkan mean dari dua sampel yang berbeda (independent). Prinsipnya mengetahui apakah ada mean antara dua populasi, dengan membandingkan dua mean sampel-nya, sebagai berikut:

n1 = n2 = (Zα √ √ ) 2 ( P1 . P2 ) 2

n1 = n2 = (1,96 √ 0,84 √ ) 2 (0,4 . 0,6) 2

n1 = n2 = ( 1,96 . 0,7 + 0,84√ ) 2 (0,4 . 0,6) 2

n1 = n2 = ( 1,96 . 0,7 + 0,84 . 0,7 ) 2 (0,4 . 0,6) 2

n1 = n2 = ( 1,372 + 0,588 ) 2 = ( 1,96 ) 2 = 3,8 = 95 (0,4 . 0,6) 2 (0,4 . 0,6) 2 0,04


(50)

Karena hasil yang di dapat 95 maka jumlah sample minimal yang harus di dapatkan dalam satu perlakuan 95 subjek.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini berlokasi di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Pengambilan data akan dilaksanakan selama bulan Mei 2015 hingga September 2015.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel terikat adalah mahasiswa yang tinggal di kos dan yang tinggal bersama orang tua (keluarga) sedangkan variabel bebas adalah lingkungan.

E. Definisi Operasional

Pada penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional, skala ordinal karena hasil kecemasan bertingkat rendah, sedang, tinggi. Derajat kecemasan adalah skor kecemasan yang diperoleh responden dalam menjawab kuisoner

Taylor Manifest Anxiety Scale.

Mahasiswa mondok adalah mahasiswa yang bertempat tinggal tidak serumah dengan orang tua, sedangkan mahasiswa yang tinggal bersama orang tua adalah mahasiswa yang bertempat tinggal serumah bersama orang tua atau keluarganya.


(51)

35

Stresor psikososial adalah berbagai hal atau stresor yang dialami mahasiswa baik yang tinggal di pondokan maupun yang tinggal bersama orang tuanya. Stresor psikososial ini dapat menimbulkan gangguan jiwa berupa kecemasan jika individu yang mengalaminya tidak dapat melakukan penyesuaian dengan baik.

F. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner data diri

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, keterangan tempat tinggal sekarang kos atau dirumah, tinggal sendiri atau bersama keluarga.

2. Kuesioner T-MAS

Alat ukur atau alat pengumpulan data (instrumen) pada penelitian ini menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS). TMAS merupakan salah satu psikologis yang sangat terkenal untuk mengungkap anxiety yang dikembangkan pertama kali oleh Taylor pada tahun 1953. Di Indonesia TMAS diadaptasi oleh Djuni Utari dan telah digunakan secara luas baik untuk penelitian dan pelaksanaan praktis. Skala ini terdiri dari 50 buah pernyataan dengan dua alternatif jawaban, yaitu “ya” dan “tidak” yang ditulis dalam bentuk favourable dan unfavourable. Kemudian jawaban yang sesuai diberi nilai 1 sehingga skor berkisar antara 0 sampai 50.

Contoh penyataan favourable pada skala penelitian ini beberapa diantaranya: (1) Hidup ini merupakan beban bagi saya. (2) Saya sering merasa bahwa saya dihadapkan pada banyak kesulitan yang tiak dapat


(52)

saya selesaikan. Sementara contoh butir item untuk pernyataan

unfavourable sebagai berikut: (1) Biasanya saya bersikap tenang dan tidak mudah marah. Untuk nilai masing-masing item dalam TMAS tergantung pada jenis pernyataannya. Pernyataan dengan item favourable diberi skor 1 jika subjek menjawab “ya” dan skor 0 jika “tidak”, demikian

sebaliknya. Taraf kecemasan subjek bisa dilihat berdasarkan skor total. Semakin tinggi skor total, semakin besar taraf kecemasannya. Makin tinggi skornya makin tinggi pula tingkat kecemasannya. Skor yang diperoleh kemudian digolongkan dalam tiga kelompok.

<7: kecemasan rendah 7-19: kecemasan sedang>19: kecemasan tinggi Ketentuan penggolongan ini dibuat oleh Spielberger pada tahun 1971.Instrumen TMAS telah dipakai di Yogyakarta dan mempunyai validitas dan reabilitas yang tinggi. Utari (1978), Sutarmanto (1980), dan Wicaksono (1991) mendapat validitas TMAS rata-rata sebagai berikut : sensitivitas 90%, spesifitas 90,4%, nilai ramal positif 94,7%, nilai ramal negatif 90,4%, efektifitas 92,5%, Youden indeks 0,85%. Sedangkan uji reabilitasnya terhadap gangguan cemas penyeluruh menurut DSM II-R dengan metode analisis KU 20, didapatkan hasil r=0,86%.

G. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah menggunakan angket atau kuesioner. Angket adalah suatu alat pengumpul data untuk suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angket ini dilakukan dengan


(53)

37

mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

1. Menurut sifatnya tergolong angket khusus, hanya berusaha untuk mendapatkan data-data mengenai sifat khusus dari pribadi seseorang. 2. Menurut cara penyampaiannya tergolong angket langsung, disampaikan

langsung kepada orang yang dimintai informasinya tentang dirinya sendiri. 3. Menurut bentuk strukturnya tergolong angket berstruktur, angket ini disusun sedemikian rupa, tegas, definitif, terbatas, dan konkret, sehingga responden dapat dengan mudah mengisi atau menjawabnya.

4. Berdasarkan bentuk pertanyaan atau menurut jenis penyusunan item yang diwujudkan, angket berbentuk pilihan dimana jawabannya telah disediakan (closed ended item), responden tinggal memilih jawaban yang telah tersedia.

H. Analisis Data

Hubungan perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa yang tinggal di kos dan dan yang tinggal dengan orangtua pada mahasiswa semester VI pada fakultas kedokteran. Dalam perkembangan jasmani dan fungsi jiwanya, tentu ada penyaringan-penyaringan seperti kesehatan umum yang cukup baik dan sebagainya. Namun keadaan yang tersaring itu tidak menjamin bebas dari persoalan mental. Mereka sangat memerlukan bimbingan dan latihan sebagai persiapan menyempurnakan perkembangan pribadinya. Hasil pengukuran dengan kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 1.5


(54)

for windows untuk melihat hubungan antara keduanya, uji yang dipakai untuk melihat hubungan antara keduanya. Uji yang dipakai untuk melihat tingkat kecemasan mahasiswa yang tinggal di kos dan dan yang tinggal dengan orang tua pada mahasiswa semester VI pada fakultas kedokteran yang di alami subjek adalah uji Chi Square.


(55)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tingkat kecemasan pada mahasiswa yang tinggal di kos dan pada mahasiswa yang tinggal bersama orang tua. Penelitian dilaksanakan bulan September. Dari 100 responden yang diberikan kuesioner mahasiswa kedokteran universitas muhammadiyah di yogyakarta semester VI Angkatan 2012/2013 memenuhi syarat untuk diteliti. Dari 100 orang responden tersebut, terdiri dari 61 orang jenis kelamin perempuan dan 39 orang jenis kelamin laki-laki.

Dari 100 sampel mahasiswa universitas muhammdiyah yogyakarta diperoleh hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden yang didiskripsikan berdasarkan umur.

Tabel 2. Distribusi frekuensi umur pada kelompok mahasiswa fakultas kedokteran yang tinggal di kos dan yang tinggal bersama orang tua

No Umur Laki-laki Perempuan

Mahasiswa UMY Jumlah Persentase (%)

1 19 tahun 3 7 10 10%

2 20 tahun 10 15 25 25%

3 21 tahun 18 29 47 47%

4 22 tahun 8 10 18 18%


(56)

Pada kelompok mahasiswa yang berumur 19 tahun ada 10 orang, 20 tahun ada 25 orang, 21 tahun 47 orang, 22 tahun ada 18 orang. Dari seluruh responden, responden yang terbanyak adalah berumur 21 tahun.

b. Karakteristik tingkat kecemasan responden berdasarkan kelompok. Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada kelompok

mahasiswa fakultas kedokteran yang tinggal di kos dan yang tinggal bersama orang tua

No Tingkat Kecemasan

L P Tinggal di Kos L P Tinggal bersama Orang Tua Jumlah Persentase

%

Jumlah Persentase % 1 Ringan 2 6 8 13,60% 1 3 4 9,80% 2 Sedang 13 20 33 55,90% 9 17 26 63,40% 3 Berat 10 8 18 30,50% 4 7 11 26,80%

Total 25 34 59 100% 14 27 41 100%

Keterangan L = Laki-laki P = Perempuan

Berdasarkan tabel diatas menunjukan responden pada mahasiswa yang tinggal dikos memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal bersama Orang tua. 2. Uji Analisis Data

Tabel 4. Analisis data

Value Asymp. Sig.

(2-sided) Pearson Chi Square .634 .728

Berdasarkan tabel diatas menunjukan hasil dari chi-square pada tingkat signifikasi 0,728 = H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan antara tempat tinggal dengan hasil dari skor T-MAS.


(57)

41

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan pada mahasiswa yang tingga di kos dan mahasiswa yang tinggal bersama orang tua di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta didapati bahwa semua mahasiswa mengalami cemas (ringan, sedang, berat). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari total 100 responden, diantaranya terdiri dari 61 orang jenis kelamin perempuan dan 39 orang jenis kelamin laki-laki. Dan dari segi umur, yang berumur 19 tahun ada 10 orang (10%), 20 tahun ada 25 orang (25%), 21 tahun 47 orang (47%), 22 tahun ada 18 orang (18%).

Berdasarkan frekuensi tingkat kecemasan pada mahasiswa yang tinggal di Kos, presentesi tingkat kecemasan ringan sebesar 8 orang (13,6%) laki-laki 2 orang dan perempuan 6 orang, kecemasan sedang sebesar 33 orang (55,9%) laki-laki 13 orang dan perempuan 20 orang, kecemasan berat sebesar 18 orang (30,5%) laki-laki 10 orang dan perempuan 8 orang. Dan pada mahasiswa yang tinggal bersama orang tua, presentasi tingkat kecemasan ringan sebesar 4 orang (9,8%) laki-laki 1 orang dan perempuan 3 orang, kecemasan sedang sebesar 26 orang (63,4%) laki-laki 9 orang dan perempuan 17 orang, kecemasan berat sebesar 11 orang (26,8%) laki-laki 4 orang dan perempuan 7 orang.

Dan dari hasil analisis data Chi Square didapatkan hasil pada tingkat signifikasi 0,728 = H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan antara tempat tinggal dengan hasil dari skor T-MAS. Artinya besar frekuensi tingkat kecemasan mahasiswa yang tinggal di Kos lebih tinggi dibandingkan frekuensi tingekat kecemasan mahasiswa yang tinggal bersama orang tua.


(58)

Kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada (Lazarus, 1991)

Besarnya frekuensi kecemasan pada mahasiwa Fakultas Kedokteran UMY yang cukup tinggi ini disebabkan oleh berbagai faktor terutama perasaan khawatir, gelisah karena harus bersaing untuk dapat menyelesaikan studi tepat waktu seperti mahasiswa lainnya merupakan beban tersendiri dan dapat menjadi suatu stressor yang dapat menimbulkan kecemasan apabila mahasiswa tersebut tidak dapat mengatasinya. Selain itu stress bersifat kumulatif maka terjadinya kecemasan pada mahasiswa juga bisa disebabkan oleh faktor diluar beban studi seperti kepribadian, lingkungan diluar kampus dan ketaatan beragama.

Hasil penelitian yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara tingkat kecemasan pada laki-laki dan perempuan mungkin disebabkan karena kondisi masyarakat yang selalu berubah, yang memungkinkan perilaku antara laki-laki dan perempuan sudah tidak banyak berbeda dan juga kecemasan adalah suatu gejala yang universal dapat menyerang siapa saja, dan dapat dimana saja.

Pada penelitian karya tulis ilmiah saya ini memiliki kekurangan, yaitu kurangnya penggalian lebih dalam untuk mencari penyebab mahasiswa tersebut mengalami kecemasan.


(59)

43 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi tingkat kecemasan pada mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta semester VI yang diteliti pada bulan September, diperoleh hasil tingkat kecemasan mahasiswa yang tinggal di kos (pondokan) lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tinggal bersama orang tua (keluarga).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui presentase kecemasan.

2. Penelitian ini dapat dilaksanakan kembali dengan lebih efektif dengan responden yang lebih banyak, sehingga hubungan antar variabel dapat diperoleh hasil signifikan baik secara klinis maupun secara statistik.

3. Pada dasarnya tidak seorangpun bebas dari stress dan cemas. Oleh karena itu kita yang sedang mendapat masalah atau ujian maupun cobaan agar terhindar dari kecemasan disarankan untuk lebih meningkatkan iman, percaya diri dan selalu berfikir positif. Karena sesungguhnya kecemasan dapat diatasi oleh diri kita sendiri.


(60)

4. Penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan untuk orang tua yang memiliki anak yang akan merantau dan sedang merantau, tentang hubungan kemandirian dengan penyesuaian diri di lingkungan barunya, agar orang tua dapat memotivasi dan mempersiapkan mental anak-anaknya untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.


(61)

45

DAFTAR PUSTAKA

Aldo26 (2014) Terapi 2 : Terapi Farmakologi. Diakses 25 Februari 2015, dari https://aldobendul.wordpress.com/2014/04/07/terapi-2-terapi-farmakologi/ Arikunto, Suharsimi (2006) Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Asdie, A.H. (1988) Stress, Kecemasan dan Penyakit Psikomatik. Yogyakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Chynthia N (2013) Tingkat Kecemasan Pada Santri Pondok Pesantren. Diakses 5 Maret 2015, dari http://ejournal.umm.ac.id

Dadang Hawari (2001). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Eko Budiarto (2002) Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Fitria,L (2007). Kecemasan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Dalam Mengerjakan Skripsi. Skripsi tidak diterbitkan

Gail W. Stuart, PhD, RN, CS, FAAN (2007) Buku Saku Keperawatan Jiwa, 5th ed.(Ramona P.Kapoh, S.Kp dan Egi Komara Y, S.Kp,Trans.). Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Buku asli diterbitkan 2002)

Hanna Djumhana Bustaman (2001). Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Hurlock,E.B.(1993). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, 5th ed.Jakarta: Erlangga.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J, (2010) Sinopsis Psikiatri, Jilid 2 (Dr. Widjaja Kusuma, Trans.). Ciputat - Tanggerang: Binarupa Aksara. (Buku asli diterbitkan 1991)

Khoiril (2014) Pengertian Remaja. Diakses 10 April 2015, dari https://www.academia.edu/5080143/Pengertian_Remaja

Lilly H. Setiono (2002) Beberapa permasalah remaja. Diakses 10 April 2015, dari http://www.e-psikologi.com/artikel/individual/beberapa-permasalahan-remaja


(62)

Maslim, Rusdi. (2013) Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.

Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. (2001). Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Musfir (2014) Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi Stres, Depresi, Kemarahan & Kecemasan. Yogyakarta: Araska Publisher.

Nuramin Saleh (2013) Pengertian Kecemasan Menurut Para Ahli. Diakses 24 Februari 2015, dari http://nuraminsaleh.blogspot.com/2013/01/pengertian-kecemasan-menurut-para-ahli.html

Referensi Kesehatan (2008) Psikologi dan Jiwa, Kecemasan. Diakses 25 Februari 2015, darihttps://creasoft.wordpress.com/2008/04/16/kecemasan/

Rmomandhon MK (2014) Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi Stres, Depresi, Kemarahan & Kecemasan. Yogyakarta: Araska Publisher.

Sarlito Wirawan Sarwono (2006) Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali

Sarwono, S. W (2004) Psikologi remaja. Edisi revisi 8. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka

Savitri (2014) Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi Stres, Depresi, Kemarahan & Kecemasan. Yogyakarta: Araska Publisher.

Soekidjo Notoatmodjo (2010) Metododologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono (2003) Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. Sugiyono (2014) Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Unimus pdf (2014) BAB II, Kecemasan. Diakses 26 Februari 2015, dari http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7780


(63)

(64)

IDENTITAS DIRI

Kami mohon kesediaan saudara/i untuk mengisi identitas diri sesuai dengan pertanyaan dibawah ini :

1.Umur : ………

2.Jenis kelamin : ………

3.Kelas : ………

4.Tempat tinggal

(Kos/rumah sendiri) : ……… 5.Tanggal pengisian : ………

(*) Tulis salah satu, dikos jika anda tinggal dikos, dan rumah sendiri jika anda tinggal bersama orang tua/wali.


(65)

KUESIONER T-MAS

TAYLOR MANIFEST ANXIETY SCALE (T-MAS)

Petunjuk : Berilah tanda (X) pada kolom jawaban (Ya) bila pernyataan di bawah ini sesuai dengan perasaan atau keadaan anda. Atau pada kolom jawaban (Tidak) bila pernyataan di bawah ini tidak sesuai dengan perasaan atau keadaan anda. Jawablah dengan sejujurnya dan reaksi (jawaban) anda yang pertama pada jawaban.

No

Pertanyaan

Ya

Tidak

1 Saya tidak cepat lelah

2 Saya sering kali mengalami perasaan mual 3 Saya yakin tidak lebih penggugup daripada

kebanyakan orang lain 4 Saya jarang sakit kepala

5 Saya sering merasa tegang pada waktu bekerja 6 Saya kesukaran konsentrasi terhadap suatu

permasalahan

7 Saya kawatir kalau memikirkan masalah

8 Tangan saya sering gemetar bila berbuat sesuatu 9 Dalam keadaan yang memalukan, saya tidak

mudah tersipu-sipu seperti kebanyakan orang lain 10 Saya diare (mencret) sekali atau lebih dalam satu

bulan

11 Saya kawatir akan gagal atau tertimpa kesialan 12 Saya tidak pernah tersipu malu bila terjadi

sesuatu pada diri saya

13 Saya sering takut muka saya menjadi merah karena malu

14 Saya sering mimpi buruk pada waktu tidur malam hari

15 Tangan dan kaki saya jarang terasa dingin 16 Saya mudah sekali berkeringat meskipun hari

tidak panas

17 Saya jengkel karena sering banyak keringat pada waktu malu


(66)

18 Saya sering merasa lapar berkepanjangan (ngintir-intir)

20 Saya jarang sembelit (sakit perut karena sulit berak)

21 Saya sering terganggu keluhan (sakit) perut 22 Saya sering tidak dapat tidur karena

mengkawatirkan sesuatu

23 Saya sering tidak dapat tidur karena mengkawatirkan sesuatu

24 Saya sering mimpi yang memalukan 25 Saya sering/mudah merasa segar/bugar 26 Saya merasa lebih sensitif (peka) dari pada

umumnya orang lain

27 Saya sering mengkawatirkan diri saya terhadap sesuatu hal

28 Saya merasa tidak sebahagia orang lain yang saya kenal

29 Saya mudah menangis

30 Biasanya saya tenang dan tidak mudah kecewa atau putus asa

31 Saya sering kali mencemaskan sesuatu hal atau seseorang

32 Saya selalu merasa gembira setiap waktu 33 Menunggu membuat saya gelisah

34 Saya tidak dapat jenak (tenang) duduk atau ngobrol terlalu lama

35 Kadang-kadang saya terlalu gembira sehingga sukar tidur

36 Kadang-kadang saya merasa mempunyai

kesulitan bertumpuk sehingga tidak dapat tenang 37 Kadang-kadang saya merasa kawatir tanpa sebab

yang jelas

38 Saya tidak lebih penakut dari pada orang lain 39 Saya sering takut pada benda atau manusia tanpa

sebab

40 Saya sering merasa bahwa diri saya tidak berguna

41 Pada waktu bekerja, saya sulit memusatkan perhatian


(67)

42 Biasanya, saya pemalu

43 Biasanya, saya merasa yakin atau percaya diri 44 Saya sering dalam keadaan tegang

45 Saya merasa hidup ini merupakan beban berat setiap saat

46 Kadang-kadang saya merasa diri saya tanpa arti 47 Saya benar-benar diliputi keraguan dalam banyak

hal

48 Kadang-kadang saya merasa diri saya akan kacau 49 Saya merasa takut terhadap kesukaran2 yang

saya hadapi

50 Saya jarang merasa penuh kepercayaan diri

Catatan:

Yogyakarta, 2015 Responden,


(68)

FREQUENCY TABLE

Chi Square

Umur (th)

10 10.0 10.0 10.0

25 25.0 25.0 35.0

47 47.0 47.0 82.0

18 18.0 18.0 100.0

100 100.0 100.0

19 20 21 22 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Jenis Kelami n

39 39.0 39.0 39.0

61 61.0 61.0 100.0

100 100.0 100.0

Laki-laki Perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Chi-Square Tests

.634a 2 .728

.640 2 .726

.000 1 .992

100 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

1 cells (16.7%) hav e expected count less t han 5. The minimum expected count is 4.92.


(69)

Crosstabs

Tinggal di Kos * Tmas Crosstabulation

4 26 11 41

9.8% 63.4% 26.8% 100.0%

33.3% 44.1% 37.9% 41.0%

4.0% 26.0% 11.0% 41.0%

8 33 18 59

13.6% 55.9% 30.5% 100.0%

66.7% 55.9% 62.1% 59.0%

8.0% 33.0% 18.0% 59.0%

12 59 29 100

12.0% 59.0% 29.0% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

12.0% 59.0% 29.0% 100.0%

Count

% wit hin Tinggal di Kos % wit hin Tmas % of Total Count

% wit hin Tinggal di Kos % wit hin Tmas % of Total Count

% wit hin Tinggal di Kos % wit hin Tmas % of Total Tidak

Y a Tinggal di Kos

Total

Ringan Sedang Berat

Tmas


(1)

IDENTITAS DIRI

Kami mohon kesediaan saudara/i untuk mengisi identitas diri sesuai dengan pertanyaan dibawah ini :

1.Umur : ………

2.Jenis kelamin : ………

3.Kelas : ………

4.Tempat tinggal

(Kos/rumah sendiri) : ………

5.Tanggal pengisian : ………

(*) Tulis salah satu, dikos jika anda tinggal dikos, dan rumah sendiri jika anda tinggal bersama orang tua/wali.


(2)

KUESIONER T-MAS

TAYLOR MANIFEST ANXIETY SCALE (T-MAS)

Petunjuk : Berilah tanda (X) pada kolom jawaban (Ya) bila pernyataan di bawah ini sesuai dengan perasaan atau keadaan anda. Atau pada kolom jawaban (Tidak) bila pernyataan di bawah ini tidak sesuai dengan perasaan atau keadaan anda. Jawablah dengan sejujurnya dan reaksi (jawaban) anda yang pertama pada jawaban.

No

Pertanyaan

Ya

Tidak

1 Saya tidak cepat lelah

2 Saya sering kali mengalami perasaan mual 3 Saya yakin tidak lebih penggugup daripada

kebanyakan orang lain 4 Saya jarang sakit kepala

5 Saya sering merasa tegang pada waktu bekerja 6 Saya kesukaran konsentrasi terhadap suatu

permasalahan

7 Saya kawatir kalau memikirkan masalah

8 Tangan saya sering gemetar bila berbuat sesuatu 9 Dalam keadaan yang memalukan, saya tidak

mudah tersipu-sipu seperti kebanyakan orang lain 10 Saya diare (mencret) sekali atau lebih dalam satu

bulan

11 Saya kawatir akan gagal atau tertimpa kesialan 12 Saya tidak pernah tersipu malu bila terjadi

sesuatu pada diri saya

13 Saya sering takut muka saya menjadi merah karena malu

14 Saya sering mimpi buruk pada waktu tidur malam hari

15 Tangan dan kaki saya jarang terasa dingin 16 Saya mudah sekali berkeringat meskipun hari

tidak panas

17 Saya jengkel karena sering banyak keringat pada waktu malu


(3)

18 Saya sering merasa lapar berkepanjangan (ngintir-intir)

20 Saya jarang sembelit (sakit perut karena sulit berak)

21 Saya sering terganggu keluhan (sakit) perut 22 Saya sering tidak dapat tidur karena

mengkawatirkan sesuatu

23 Saya sering tidak dapat tidur karena mengkawatirkan sesuatu

24 Saya sering mimpi yang memalukan 25 Saya sering/mudah merasa segar/bugar 26 Saya merasa lebih sensitif (peka) dari pada

umumnya orang lain

27 Saya sering mengkawatirkan diri saya terhadap sesuatu hal

28 Saya merasa tidak sebahagia orang lain yang saya kenal

29 Saya mudah menangis

30 Biasanya saya tenang dan tidak mudah kecewa atau putus asa

31 Saya sering kali mencemaskan sesuatu hal atau seseorang

32 Saya selalu merasa gembira setiap waktu 33 Menunggu membuat saya gelisah

34 Saya tidak dapat jenak (tenang) duduk atau ngobrol terlalu lama

35 Kadang-kadang saya terlalu gembira sehingga sukar tidur

36 Kadang-kadang saya merasa mempunyai

kesulitan bertumpuk sehingga tidak dapat tenang 37 Kadang-kadang saya merasa kawatir tanpa sebab

yang jelas

38 Saya tidak lebih penakut dari pada orang lain 39 Saya sering takut pada benda atau manusia tanpa

sebab

40 Saya sering merasa bahwa diri saya tidak berguna

41 Pada waktu bekerja, saya sulit memusatkan perhatian


(4)

42 Biasanya, saya pemalu

43 Biasanya, saya merasa yakin atau percaya diri 44 Saya sering dalam keadaan tegang

45 Saya merasa hidup ini merupakan beban berat setiap saat

46 Kadang-kadang saya merasa diri saya tanpa arti 47 Saya benar-benar diliputi keraguan dalam banyak

hal

48 Kadang-kadang saya merasa diri saya akan kacau 49 Saya merasa takut terhadap kesukaran2 yang

saya hadapi

50 Saya jarang merasa penuh kepercayaan diri

Catatan:

Yogyakarta, 2015 Responden,


(5)

FREQUENCY TABLE

Chi Square

Umur (th)

10 10.0 10.0 10.0

25 25.0 25.0 35.0

47 47.0 47.0 82.0

18 18.0 18.0 100.0

100 100.0 100.0 19

20 21 22 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Jenis Kelami n

39 39.0 39.0 39.0

61 61.0 61.0 100.0

100 100.0 100.0

Laki-laki Perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

Chi-Square Tests

.634a 2 .728

.640 2 .726

.000 1 .992

100 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

1 cells (16.7%) hav e expected count less t han 5. The minimum expected count is 4.92.


(6)

Crosstabs

Tinggal di Kos * Tmas Crosstabulation

4 26 11 41

9.8% 63.4% 26.8% 100.0%

33.3% 44.1% 37.9% 41.0%

4.0% 26.0% 11.0% 41.0%

8 33 18 59

13.6% 55.9% 30.5% 100.0%

66.7% 55.9% 62.1% 59.0%

8.0% 33.0% 18.0% 59.0%

12 59 29 100

12.0% 59.0% 29.0% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

12.0% 59.0% 29.0% 100.0%

Count

% wit hin Tinggal di Kos % wit hin Tmas % of Total Count

% wit hin Tinggal di Kos % wit hin Tmas % of Total Count

% wit hin Tinggal di Kos % wit hin Tmas % of Total Tidak

Y a Tinggal di Kos

Total

Ringan Sedang Berat

Tmas