PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA CATUR TUNGGAL BANDAR LAMPUNG DAN SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA AMOR JUNIOR METRO

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA PADA SISWA SEKOLAH

SEPAKBOLA CATUR TUNGGAL BANDAR LAMPUNG DAN SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA

AMOR JUNIOR METRO Oleh

M. Habib Albab

Tujuan penelitian perbandingan tingkat kebugaran jasmani dan faktor lingkungan sosial budaya pada siswa sekolah sepakbola Catur Tunggal dan siswa sekolah sepakbola Amor Junior di bawah usia 12 tahun adalah untuk mengetahui perbedaan kebugaran jasmani dan faktor lingkungan sosial budaya siswa di Sekolah Sepakbola Amor Junior Metro dan siswa di Sekolah Sepakbola Catur Tunggal.

Metodologi penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia usia 10-12 tahun, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukan perbedaan kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Amor Junior termasuk kategori bagus (18,5) dan siswa sekolah sepakbola Catur Tunggal termasuk kategori kurang (15,1). Kondisi lingkungan sosial budaya siswa Sekolah Sepakbola Amor Junior Metro mayoritas berada di daerah pedesaan dan kondisi lingkungan sosial budaya siswa Sekolah Sepakbola Catur Tunggal Bandar Lampung mayoritas daerah perkotaan

Kesimpulan penelitian ini lingkungan sosial budaya para siswa sekolah sepakbola Amor Junior di pedesaan dengan aktivitas fisik yang tinggi memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik dibandingkan dengan siswa sekolah sepakbola Catur Tunggal di daerah perkotaan memiliki aktivitas fisik rendah yang dipengaruhi oleh budaya gerak.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap M. Habib Albab, lahir di Jabung pada tanggal 19 Maret 1992, anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Drs. Lukman dan Ibu Nastain.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Karang Endah Terbanggi Besar Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2004. Kemudian masuk SMP Negeri 05 Terbanggi Besar pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan melalui jalur PKAB. Selama menyelesaikan studinya, penulis juga aktif di UKM Himpunan Mahasiswa Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) FKIP Unila dan pada bulan Juli tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata dan Program Pengalaman Lapangan Di SMP Negeri 1 Pesisir Barat. Demikianlah riwayat hidup penulis, yang telah dijalani selama perjalanan hidupnya,semoga apa yang disampaikan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.


(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku ucapakan ke hadirat Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan kepadaku

Karya ini kupersembahkan kepada Ayahanda dan Ibundaku tercinta Yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang

Begitu besar sampai sepanjang masa...

Untuk Adikku Hanifiyah, seluruh keluarga besarku, serta teman-teman ku yang juga telah memberikan

Motivasi dan dukungan yang begitu besar...

Terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian kalian Sehingga membuat aku semakin dewasa, kuat dalam menjalani hidup

serta bertanggung jawab...


(8)

MOTO

“Target hanya akan membuat hidup gelisah, jalani yang terbaik setiap detik, menit, jam, hari yang anda lewati. Karena setiap waktu yang anda lewati tak kan

pernah kembali” (M. Habib Albab)


(9)

xi

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Jika ada permulaan, maka pasti ada akhir dan

akhirnya penantian panjang itu berakhir dengan selesainya tugas akhir ini.

Syukurku yang tak terhingga ku ucapkan kepada-Mu pemilikku, yang memberiku segala-galanya. Dari yang tidak punya dan tidak bisa apa-apa hingga memiliki pemikiran yang amat kaya dan luar biasa dan bisa melakukan aktivitas yang tak terhingga. Allah ku yang Mulia. Tak lupa sholawat serta salam penulis haturkan pada Rosululloh, nabi akhir zaman, yang syafaatnya dinantikan kaum muslimin di hari akhir, yang perilakunya menuntunku dan semua manusia yang mau berubah kearah yang lebih baik, Nabiku Muhammad SAW.

Di akhir penantian ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pribadi-pribadi yang luar biasa antara lain:

1. Ayahanda Lukman dan Ibunda Nastain yang tercinta yang selalu memberikan dorongan, motivasi, dan do`a yang tak pernah henti-hentinya diberikan kepada saya hingga akhirnya dapat menyelesaikan studi di program studi Penjaskesrek FKIP Universitas Lampung. Demikian pula adikku yang kusayangi Hanifiyah Syamhah yang selalu memberikan semangat kepada saya 2. Dr. Riswanti Rini, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap


(10)

xii

4. Heru Sulistyanta, S.Pd, M.Or. selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku pembahas yang telah memberikan pengarahan, saran dan keritik kepada penulis demi perbaikan skripsi.

6. Kepala Pelatih Sekolah Sepakbola Amor Junior Metro dan kepala pelatih Sekolah Sepakbola Catur Tunggal Bandar Lampung beserta staff kepelatihan yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses perkuliahan, bimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan ibu staff Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 21 Januari 2015 Penulis


(11)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sepakbola ... 8

1.Pengertian Sepakbola ... 8

2. Teknik Dasar Permainan Sepakbola. ... 9

B. Kebugaran Jasmani ... 14

1. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 14

2. Komponen Kebugaran Jasmani ... 15

3. Jenis Kebugaran Jasmani ... 17

4. Hakekat Kebugaran Jasmani ... 17

5. Prinsip-prinsip Latihan Kebugaran Jasmani ... 18

6. Kebugaran Jasmani VO2 MAX ... 19

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani………… 20

8. Tujuan Tes Kebugaran Jasmani ………... ... 22

C. Sosial Budaya Dalam Olahraga ………... ... 22

D. Penelitian yang Relevan ………... ... 28

E. Kerangka Berfikir ... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 32


(12)

xiv

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Deskripsi Data ... 40

C. Hasil Temuan Penelitian ... 45

D. Hasil Wawancara dan Pengamatan ... 46

E. Pembahasan ... 54

F. Hasil Temuan ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik tinggi badan siswa ... 42

2. Krakteristik berat badan siswa ... 43

3. Kategori umur siswa ... 44

4. Hasil Klasifikasi Tingkat Kebugaran Jasmani Pemain SSB Catur Tunggal Kategori Laki-Laki ... 45

5. Hasil Klasifikasi Tingkat Kebugaran Jasmani Pemain SSB Amor Junior Kategori Laki-Laki ... 46

6. Data pekerjaan orangtua siswa ... 49

7. Data lingkungan tempat tinggal siswa ... 50

8. Data aktivitas fisik siswa ... 51

9. Data fasilitas dari orangtua... 52


(14)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Pemain SSB Catur Tunggal Bandar Lampung ... 71

2. Daftar Pemain SSB Amor Junior Metro ... 71

3. Nilai Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (Untuk Putra Usia 10-12 Tahun 72 4. Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (Untuk Putra dan Putri) ... 72

5. Hasil TKJI SSB Catur Tunggal Bandar Lampung ... 73

6. Hasil TKJI SSB Ammor Yunior Metro ... 74

7. Wawancara ... 75


(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Lingkungan sosial adalah suatu daerah atau tempat dimana seseorang tinggal untuk bermasyarakat atau berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Lingkungan sosial terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat yang paling awal adalah keluarga, tetangga, lingkungan sekolah dan yang terakhir lingkungan masyarakat. Budaya adalah suatu kebiasaan yang turun temurun di lakukan oleh masyarakat. Linkungan dapat mempengaruhi kondisi kebugaran fisik maupun pola perilaku seseorang Ada berbagai macam hal yang terdapat dalam sebuah lingkungan dimana manusia bertempat tinggal. Lingkungan sosial budaya yang berada di daerah perkotaan dan daerah pedesaan.

Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan memiliki ciri dan corak tersendiri, sehingga manusia yang menempati wilayah tersebut juga akan mempunyai corak budaya tersendiri. Sehingga budaya tersebut mempengaruhi pola hidup masyrakat nya. Menurut Koentjaradiningrat (2004:9) menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, seperti pengetahuan, ide dan hasil karya cipta masyarakat. Adapun budaya aktivitas fisik merupakan budaya gerak dan budaya diam.


(17)

2

Pedesaan adalah salah satu bentuk kuno dari kehidupan bersama, tinggal bersama sebanyak-banyak beberapa hidup dari pertanian, perikanan dan sebagainya. Usaha-usaha yang dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim, sebagai syarat penting bagi pola kehidupan agraris.Sedangkan perkotan menurut adalah masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan atau tingkatan hidup, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain. Mayoritas penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non agraris. Maksut dari kota di sini dalah tempat bermukim dan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi dan budaya.

Desa sebagai tempat tinggal penduduk yang relatif kecil atau sedikit, organisasi desa relatif sederhana, dan hubungan antar anggota masyarakatnya relatif sederhana, dan hubungan antar masyarakatnya memiliki ciri keakraban, persaudaraan atau gotong royong yang masih tampak kuat. Ekologi atau lingkungan hidup desa tentu berbeda sekali dengan ekologi kota, desa-desapun bervariasi sesuai dengan letak alaminya, ada desa-desa di sepanjang laut, ada yang didaerah padang ilalang atau bahkan padang pasir atau di hutan belantara. Besar kecilnya suatu desa sangat bervariasi tergantung dari sejarah masing-masing desa, yakni tergantung pada pendiri. Sebagai tempat pemukiman dan kesatuan wilayah hukum.

Daerah perkotaan dipandang sebagai pusat kemajuan dan pembangunan, pusat pemasaran untuk berbagai barang dan ide, tempat perkembangannya suatu masyarakat yang didasarkan pada perjanjian timbal balik, cermin untuk


(18)

dijadikan teladan, tempat bertemunya aneka ragam paham dan aliran, serta pusat peradaban dan kebudayaan.

Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal danefisien. Disadari atau tidak, sebernarnya kebugaran jasmani itu merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia karena kebugaran jasmani bersenyawad engan hidup manusia .Permasalahan utama yang dihadapi kebugaran jasmani di perkotaan, adalah terjadinya perubahan nilai sosial budaya, dari budaya aktif bergerak menjadi menjadi budaya diam.

Perihal ini menurut Bart Crum (1994) menyatakan a change in movement culturePerson. Menganalisis pendapatnya Bart Crum tersebut bahwa pergeseran budaya ini dipicu oleh dampak globalisasi ekonomi, teknologi komunikasi dan transportasi serba otomatis sehingga anak-anak cenderung menghilangkan aktivitas fisik dalam berbagai kegiatannya. Salah satu

penyebab rendahnya kebugaran jasmani adalah lingkungan sosial anak-anak di daerah perkotaan atau di daerah pedesaan yang merupakan tempat tinggal dimana mereka tumbuh dan berkembang.Itulah sebabnya kebugaran jasmani bukanlah semata-mata masalah pedagogi, rendahnya kebugaran jasmani anak, infrastruktur, dan fakor lingkungan sosial serta geografis, yakni aspek fisik-biologis dan psikologis serta dari aspek lingkungan sosial budaya (socio-cultural). Persoalan ini tak kunjung habis, bahkan memunculkan masalah baru yang menyebabkan kualitas pendidikan jasmani semakin menurun.


(19)

4

Kasus ini merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi “pada tahun 2020 sebanyak 73 persen kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular, atau sebanyak 60 persen kematian disebabkan akibat rendahnya kebugaran jasmani. Apabila disimak lebih mendalam inti permasalahannya, lebih tepat dikatakan terjadinya kelemahan kebugaran jasmani di sekolah sepakbola dilihat dari Lingkungan sosial dan budaya tempat tinggal nya.

Dari tinjauan pertandingan terakhir yang dijalankan SSB Catur Tunggal dan Amor Junior adanya penurunan kebugaran jasmani dan daya tahan pemain ketika bertanding.Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan kebugaran jasmani siswa sepakbola Amor Junior Metro dan siswa sepakbola Catur Tunggal serta pengaruh faktor linkungan sosial budaya terhadap kebugaran jasmani pemain.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas,maka permasalahan yangdapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Adanya pergeseran sosial budaya akibat globalisasi ekonomi komunikasi dan transportasi yang serba otomatis dan cenderung menghilangkan aktivitas fisik siswa SSB Catur Tunggal Bandar Lampung dan siswaSSB Amor Junior Metro dalam berbagai kegiatan sehari-hari pemain.


(20)

2. Rendahnya kebugaran jasmani siswa SSB Catur Tunggal Bandar Lampung dan SSB Amor Junior Metro yang berpengaruh terhadap penampilan bermain sepakbola.

C.Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini dibatasihanya pada “PerbandinganTingkat Kebugaran Jasmani Dan Faktor Lingkungan Sosial Budaya Pada SiswaSekolah Sepakbola Catur Tunggal Kota Bandar Lampung DanSiswa Sekolah Sepakbola Amor Junior MetroDi Bawah Usia 12 Tahun”

D.Rumusan Masalah

Berdasarkanperihal tersebut di atas penelitian ini terfokus mempelajari bagaimana lingkungan sosial, budaya terhadap kebugaran jasmani pemain sepakbola Amor Junior Metro dan Catur Tunggal Bandar Lampung. (Studi perbandingan pemain sepakbola di daerah Yosomulyo Metro dan pemain sepakbola di daerah Bandar Lampung dibawah usia 12 tahun). Masalah penelitian ini dapat dirumuskan dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakondisilingkungan sosial budayapemain sepakbola Ammor Junior Mero dan pemain sepakbola Catur Tunggal Bandar lampung di bawah usia 12 tahun?


(21)

6

2. Bagaimanakondisi kebugaran jasmani pemain sepakbola Ammor Junior Mero dan pemain sepakbola Catur Tunggal Bandar lampung di bawah usia 12 tahun?

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahuikondisilingkungan sosial budayapemain sepakbola

Ammor Junior Mero dan pemain sepakbola Catur Tunggal Bandar lampung di bawah usia 12 tahun.

2. Untuk mengetahuikondisi kebugaran jasmani pemain sepakbola Ammor Junior Mero dan pemain sepakbola Catur Tunggal Bandar lampung di bawah usia 12 tahun.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis digunakan sebagai:

a. Salah satu bahan acuan penelitian di bidang pendidikan jasmani dan kesehatan.

b. Salah satu kajian untuk penelitian ilmiah berkenaan dengan kebugaran jasmani pemain sepakbola khususnya anak-anak.

2. Secara Praktis


(22)

Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan tentang dampak kurangnya beraktivitas fisik terhadap kebugaran jasmani.

2. Bagi Pelatih

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pedoman untuk melatih di sekolah sepakbola, agar memperhatikan lingkungan sosial, budaya masyarakat di sekitar sekolah sepakbola yang dapat berpangaruh terhadap kebugaran jasmani pemain.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang penting nya faktor lingkungan sosial budaya terhadap perubahan kebugaran jasmani seorang pemain.


(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Sepakbola

1. Pengertian Sepakbola

Sepakbola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain (Hasan Alwi dalam KBBI 2003:918). Menurut Soedjono (1985:16) pada dasarnya sepakbola adalah suatu permainan beregu, oleh karena itu

kerjasama regu merupakan tututan permaian sepakbola yang harus dipenuhi oleh setiap kesebelasan yang menginginkan kemenangan. Seperti yang dikemukakan oleh Alan Gibbon dan John Cartwright dalam bukunya Soedjono,sepakbola adalah suatu permainan passing dan running dari pola yang sukar diramalkan dan selalu berubah – ubah,menuntut kesadaran yang tinggi dari pemain dan menuntut suatu kemampuan untuk membuat

keputusan yang cepat dan bertindak cepat tanpa menunda – nunda.

Sepakbola adalah permainan sederhana dan tujuannya untuk memasukkan bola ke dalamgawanglawan tanpa menggunakan tangan atau

lengan.Menurut buku yang ditulis oleh Danny Mielke permainan sepakbola adalah suatu cabang olahraga yang masing – masing tim berjumlah 11


(24)

pemain dengan tujuan permainan menciptakan goal sebanyak - banyaknya.Dan dapat disimpulkan bahwa sepak bola adalah suatu

permainan olahraga yang bertujuan memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan.

2.Teknik Dasar Permainan Sepakbola

Sepakbola merupakan olahraga permainan, untuk itu supaya dapatbermain dengan baik dan benar maka keterampilan gerak dasar mengenaipermainan sepakbola harus diketahui, dimengerti dan dipelajari terlebih dahulu. Danny Mielke (2007;29) menjelaskan teknik-teknik dasarpermainan sepakbola, yaitu meliputi :Teknik menendang bola, teknik menghentikan bola teknik menggiring bola, teknik memasukkan bola dan teknik menyundul bola.

Menurut Sukatamsi (1997:34) teknik-teknik sepakbola dibagi menjadi dua golongan, yaitu teknik dasar dengan bola dan teknik dasar tanpa

bola.Penerapan dan penguasaan gerak dasar merupakan salah satu landasan yang sangat penting agar dapat meningkatkan prestasi dalam bermain sepakbola.Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang.Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan denganmenggunakan tungkai kecuali penjaga gawang yang diperbolehkan menggunakan lengannya didaerah tendangan hukumannya.

Dalam perkembangannya permainan ini dapat dimainkan di luar lapangan (outdoor) dan di dalam ruangan tertutup (indoor).Lebih lanjut dikatakan


(25)

10

bahwa sepakbola adalah aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerakan lari, lompat, loncat, menendang,menghentakkan dan menangkap bola bagi penjaga gawang.Semua gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan pemain dalam menjalankan tugasnya bermain sepakbola. Pengertian sepakbola dalam penelitian ini adalah sepakbola outdoor atau sepakbola yang dimainkan di luar ruangan.

Menurut Sardjono (1982:16) mengatakan bahwa teknik-teknik umum secara teoritis dapat dikategorikan menjadi dua golongan, ialah teknik-teknik gerakan tanpa bola dan teknik-teknik gerakan dengan bola.

a. Tanpa Bola

1) Lari

Teknik lari seorang pemain ditandai lari dalam memperoleh posisi serangan dan lari dalam bertahan. Dalam melakukan lari untuk

memenuhi kebutuhan tadi, pemain harus dapat lari cepat berbelok atau merubah arah, berhenti lari mundur dan mendadak start lagi. Menurut Komarudin (2011:43) cara berlari dalam permainan sepakbola

mempunyai teknik tersendiri, teknik lari dalam sepakbola adalah dengan langkah-langkah pendek dan cepat, lari dengan bagian depan telapak kaki memungkinkan hal itu.


(26)

Menurut Suwarno K. R. (2001:6) berdasarkam tolakan yang digunakan dalam suatu gerakan dibedakan menjadi dua yaitu tolakan dua kaki atau meloncat dan tolakan satu kaki atau melompat. Lompatan dapat

dilakukan dengan atau tanpa awalan, tolakan satu kaki akan lebih menguntungkan karena memungkinkan pemain melompat lebih tinggi, walaupun demikian didalam situasi dan sesungguhnya tolakan

menggunakan dua kaki juga digunakan.

3) Gerak tipu tanpa bola atau tipu badan

Gerak tipu badan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Gerak tipu badan bagian atas dengan kaki, mungkin juga dengan bahu. Pemain dapat menipu lawan dengan jalan tiba-tiba berhenti lari atau merubah arah yang dikombinasikan dengan gerak tipu badan bagian atas. Menurut Sardjono (1982:18) pemain sepakbola yang tidak dapat melakukan gerakan tipu, apabila pada waktu pemain melakukan gerakan pura-pura tetapi oleh lawan dianggap gerakan sebenarnya sehingga lawan akan mengikuti gerakan pura-pura itu.

b. Dengan bola

1) Menendang bola

Menurut Sucipto, dkk (2000:17) menendang bola merupakan salah satu karakteristik pemain sepakbola yang paling dominan. Menendang bola paling banyak dilakukan dalam permainan sepakbola bila dibandingkan dengan teknik lain. Dilihat dari perkenaan kaki k e bola, menendang


(27)

12

dibedakan beberapa macam yaitu: Menendang dengan kaki bagian dalam, menendang dengan kaki bagian luar, menendang dengan punggung kaki dan menendang dengan punggung kaki bagian luar.

2) Menghentikan bola

Menurut sardjono (1982:50) menerima atau mengontrol bpla dapat diartikan sebagai seni menangkap bola dengan kaki atau menguasai gerakan bola, atau dengan kata lain membawa bola dengan penguasaan sepenuhnya.

3) Menyundul bola

Menurut Komarudin (2011:62) salah satu teknik dasar yang dapat digunakan disemua posisi dan sudut pandang lapangan yaitu menyundul bola yang umumnya dilakukan kepala. Teknik ini dapat dilakukan untuk mengoper dan mengarahkan bola ke teman, menghalau bola di daerah pertahanan, mengontrol atau mengendalikan bola dan melakukan sundulan untuk mencetak gol.

4) Merebut bola

Menurut Komarudin (2011:64) merebut bola dalam permainan sepakbola selama pemain yang akan merebut bola betul-betul mengenai bola yang dikuasai pemain lawan.


(28)

Menurut Danny Mielke (2003:1) dribbling adalah keterampilan dasar dalam sepakbola, karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan. Beberapa teknik menggiring bola diantaranya : Menggiring bola dengan kaki bagian dalam, menggiring bola dengan kaki bagian luar.

6) Lemparan ke dalam

Menurut Sucipto, dkk (2000:36) lemparan ke dalam merupakan satu-satunya teknik dalam permainan sepakbola yang dimainkan dengan tangan dari bagian luar lapangan.

7) Gerak Tipu Tanpa Bola

Menurut Anna Abdoelah, (1981) gerak tipu dengan bola yang diartikan gerak tipu membawa bola dicampur dengan gerak tipu badan.

Kemungkinan lawan mati langkah melalui gerak tipu. Gerakan demikian juga dipergunakan untuk dapat menguasai bola atau menyebabkan lawan yang sedang menguasai bola terganggu keseimbangannya.

8) Teknik Penjaga Gawang

Menurut Komarudin (2011:68-69) seorang penjaga gawang harus berjuang keras untuk mempertahankan gawangnya menahan serangan dari tim lawan. Seorang pemain yang memiliki teknik dasar yang baik


(29)

14

cenderung dapat bermain sepakbola dengan baik dan benar serta akan tersusun rapi dalam kerjasama tim.

B. Kebugaran Jasmani

1. Pengertian Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan efisien.Disadari atau tidak, sebernarnya kebugaran jasmani itu

merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia karena kebugaran jasmani bersenyawa dengan hidup manusia (PPKJI, 2010:5).Kebugaran jasmani adalah kemampuan jantung, pembuluh darah, dan otot untuk berfungsi dengan efisien yang optimal. Efisien yang optimal berarti kesehatan yang menguntungkan yang dibutuhkan dalam tugas sehari - hari dan aktivitas rekreasi (Getchell dalam Suharjana, 2004:7).

Sedangkan menurut Soedjatmo dalam Ismaryanti (2006:9) seorang ahli fisiologi berpendapat bahwa kebugaran jasmani lebih dititik beratkan pada physiological fitness, yaitu kemampuan tubuh untuk meyesesuaikan fungsi alat-alat tubuh dalam batas-batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan atau kerja fisik dengan cara yang cukup efisien tanpa lelah secara

berlebihan, sehingga masih dapat melakukan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat reaktif dan telah mengalami pemulihan yang sempurna sebelum datangnya tugas yang sama esok harinya.Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebugaran sangat diperlukan dalam kehidupan


(30)

sehari-hari, karena dengan hidup bugar segala aktivitas yang akan dilakukan bisa terselesaikan dengan baik. Kebugaran dapat menggambarkan

kehidupan seseorang secara harmonis, penuh semangat dan kreatif. Dengan kata lain orang yang bugar adalah orang yang berpandangan sehat, cerah terhadap kehidupanya baik untuk masa kini maupun masa depan, menjaga harga diri dan memiliki pergaulan dengan sesama manusia..

2. Komponen Kebugaran Jasmani

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh orang yang

beraktivitas (olahraga) kita terlebih dahulu mengetahui struktur dan fungsi tiap alat dari susunan tubuh manusia dalam kehidupan sehari – hari.

Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia merupakan dasar yang penting dalam melaksanakan pembinaan gerak.Dari sejumlah ilmu pengetahuan yang dikemukakan di atas salah satu yang paling erat hubunganya dengan pembinaan olahraga atau latihan terutama untuk mengetahui tingkat kemampuan fisik seseorang terhadap aktivitas kerja yang dilakukan, yaitu ilmu faal (fisiologi).Tujuan dari ilmu faal itu sendiri adalah meningkatkan pemahaman bagaimana fungsi tubuh dan

hubungannya dengan aktivitas jasmani, dan mengembangkan komponen fisik, seperti: kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, keseimbangan, ketepatan, dan power.

Komponen-komponen atau elemen-elemen dari kebugaran jasmani menurut M. Sajoto (1995 : 8) diantaranya:


(31)

16

a) Kekuatan (strength), adalah kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban suaktu bekerja.

b) Daya tahan (endurance), adalah kemampuan seseorang untuk bekerja dalam jangka waktu yang relative lama dengan kelelahan yang tidak berarti.

c) Daya otot (muscular power), kemampuan seseorang dalam

mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.

d) Kecepatan (speed), kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu

sesingkatsingkatnya.

e) Daya Lentur (flexibility), efektifitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.

f) Kelincahan (agility), kemampuan seseorang mengubah posisi diarea tertentu.

g) Koordinasi (coordination), kemampuan seseorang untuk

mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda dalam pola gerakan tunggal secara efektif.

h) Keseimbangan (balance), kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot.

i) Ketepatan (accuracy), kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.


(32)

j) Reaksi (reaction) kemampuan seseorang untuk bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf atau feeling lainnya.

3.Jenis Kebugaran Jasmani

Dilihat dari pengertian sehat menurut Undang-undang kesehatan RI No 23 tahun 1992. Dan dari pengertian total finess, maka perlu dijelaskan pula beberapa pengertian yang terkait sebagai berikut:

a) Mental fitness adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi permasalahan pada dirinya sendiri maupun orang lain dengan

mengunakan pandangan, pengetahuan, kecerdasan moral dan semangat kerja yang baik.

b) Emosional fitness adalah adanya rasa tenang dan bebas dari tekanan keluarga maupun lingkungan masyarakat serta mampu menghadapi dan mengatasi permasalahan yang ada.

c) Social fitness adalah kemampuan untuk menyesuaikan, menempatkan dan mengabdikan diri dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

4.Hakekat Latihan Kebugaran Jasmani

Suatu latihan apapun bentuknya, jika dilakukan dengan benar akan memberikan suatu perubahan pada sistem tubuh, baik itu sistem aerobic, hormon maupun sistem otot. Menurut Suharno HP (1983: 70) latihan adalah penyempurnaan fisik dan mental organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi dengan diberi beban, beban fisik, beban mental


(33)

18

secara terarah dan meningkat.Menurut Bompa dalam (Suharjana, 2004: 13) latihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada cirri-ciri fungsi psikologis dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Demikian pula Harsono (1988 :101) menjelaskan bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjannya.

5. Prinsip – Prinsip Latihan Kebugaran Jasmani

1. Prinsip Beban Lebih (overload)

Harsono (2004: 45) menyebutkan bahwa beban yang diberikan kepada anak harus lah ditingkatkan. Kalau beban latihan tidak pernah ditambah maka berapa lamapun dan berapa seringpun anak berlatih, prestasi tak mungkin akan meningkat. Namun demikian, kalau beban latihan terus menerus bertambah tanpa ada peluang-peluang untuk istirahat performanya pun mungkin tidak akan meningkat secara progresif.

2. Prinsip Peningkatan Beban Terus Menerus (progresif)

Menurut Harsono (2004: 55) prinsip progresif adalah penambahan beban dengan memanipulatif intensitas, repetisi dan lama latihan. Penambahan beban dilakukan dengan meningkatkan beban secara bertahap dalam pogram latihan. Progresif artinya adalah apabila otot lelah menunjukkan gejala kemampuannya meningkat, maka beban ditambah untuk memberi stress baru bagi otot yang bersangkutan.


(34)

3. Prinsip Reversibility (kembali asal)

Menurut Harsono (2004: 60) prinsip ini mengatakan bahwa kalau kita berhenti berlatih, tubuh kita akan kembali kekeadaan semula atau

kondisinya tidak akan meningkat. Ini berarti jika beban latihan yang sama terus menerus kepada anak maka terjadi penambahan awal dalam kesegaran kesuatu tingkat dan kemudian akan tetap pada tingkat itu. Sekali tubuh telah menyesuaikan terhadap beban latihan tertentu, proses penyesuaian ini terhenti. Sama halnya apabila beban latihan jauh terpisah maka tingkat kesegaran si anak selalu cenderung kembali ketingkat semula. Hanya perbaikan sedikit atau tidak sama sekali.

4. Prinsip kekhususan

Harsono (2004: 65) menyebutkan bahwa manfaat maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi manakala rangsangan tersebut mirip atau merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut. Termasuk dalam hal ini metode dan bentuk latihan kondisi fisiknya

6. Kebugaran Jasmani VO2 max.

VO2 max adalah jumlah terbesar oksigen yang dapat digunakan selama latihan fisik dan mencerminkan kemampuan mengirim oksigen ke jaringan tubuh. Kemampuan paru-paru untuk menghirup oksigen yang dimiliki antara orang satu dengan yang lainya pasti berbeda. Sebagai contoh kemampuan orang yang berolah raga secara rutin pasti beda kemampuan


(35)

20

paru-paru untuk menghirup oksigen, dengan orang yang tidak aktif dalam berolahraga begitu juga kebugaranya.VO2 max sangat erat kaitannya dengan kemampuan menggunakan oksigen scara efisien, artinya seberapa besar volume oksigen yang mampu diangkut oleh hemoglobin keseluruh jaringan-jaringan aktif seperti otot aktif. Pertukaran udara terjadi di alveolus, dengan dinding yangsangat tipis terdiri dari sel-sel epitel. Pembuluh kapiler mengelilingi alviolus memperoleh darah dari arteri pulmonary, oksigen dialviolus berdifusi melewati sel epithelium ke plasma darah pembuluh darah kapiler. Di dalam plasma darah terdapat hemoglobin yang cendrung mengikat oksigen apabila lingkungannya penuh dengan oksigen dan melepaskan oksigen dalam lingkungan yang relatif rendah oksigen, ini berarti hemoglobin mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskanya kejaringan-jaringan diseluruh tubuh. Pada jaringan yang lambat menyerap oksigen yang dilepaskan sel darah merah relatif kecil, begitu juga sebaliknya.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Banyak faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani manusia. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004; 7-10), faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani terdiri tiga faktor, yaitu faktor makan, faktor istirahat, dan faktor olahraga. Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Faktor Makan

Makan merupakan suatu proses mengkonsumsi makanan. Makanan diperlukan tubuh sebagai sumbertenaga. Tanpa makanan tubuh akan


(36)

merasa lemas dan tidak bertenaga. Selain sebagai sumber tenaga, makanan juga sangat diperlukan sebagai sarana pertumbuhan serta perkembangan organ-organ tubuh. Makanan yang di konsumsi pun harus sehat dan bergizi agar tubuh dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal. Djoko Pekik Irianto (2004: 7) menjelaskan syarat makanan sehat berimbang adalah makanan yang terdapat unsur-unsur seperti

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air di dalamnya.

2. Banyaknya aktifitas fisik yang dilakukan akan menimbulkan kelelahan. Kelelahan adalah salah satu indikator keterbatasan fungsi tubuh (Djoko Pekik Irianto,2004 :8). Istirahat diperlukan oleh tubuh untuk

mengembalikan tenaga saat terjadi lelah.

3. Faktor Olahraga dan Latihan

Berolahraga merupakan salah satu cara paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran jasmani (Djoko Pekik Irianto, 2004:9). Tentu saja latihan dan olahraga harus terpola dan teratur. Latihan yang terpola adalah latihan yang memenuhi prinsip-prinsip latihan sebagai berikut. Adapun menurut Perry dalam (Astrianto, 2011: 22-23). Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani antara lain faktor umur, faktor jenis kelamin, faktor bentuk tubuh, faktor keadaan kesehatan, faktor asupan gizi, faktor berat badan, faktor tidur dan istirahat, dan faktor aktivitas fisik.


(37)

22

8.Tujuan Tes Kebugaran Jasmani

Adapun tujuan tes kebugaran jasmani adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi, untuk menmpatkan orang ke dalam grup yang homogen sehingga mereka yang memiliki skor tertinggi dapat memulai latihan dengan intensitas tinggi. Demikian pula bagi mereka yang memiliki skor rendah dapat meulai latihan dengan intensitas rendah.

2. Diagnosis, untuk mengetahui tingkat kekuatan, kesegaran dan daya tahan. Data ini dapat dijadikan dasar untuk menyusun program individual.

3. Penampilan, untuk mengetahui pengaruh program latihan dengan melakukan tes sepanjang menjalankan program.

4. Motivasi, mendorong peserta untuk meningatkan tingkat kesegaran jasmaninya.

5. Program evaluasisebagai pegangan guru untuk memperlihatkan hasil program kesegaran jasmaninya ke siswa, orangtua dan administrasi sekolah. Selanjutnya hasil ini pula dipergunakan untuk membandingkan dengan sekolah lain atau kota bahkan negara lain.

C.Sosial Budaya Dalam Olahraga

1.Sosial

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Sapto Adi dan Mu’arifin (2007) sosiologi diartikan sebagai ilmu masyrakat yang


(38)

Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah sosial (norma) lembaga sosial, kelompok serta lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik antara kemampuan ekonomi yang tinggi dengan stabilitas politik dan hukum, stabilitas politik dengan budaya, dan sebagainya.

2. Nilai Sosial

Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memilik fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat meyumbangkan

seperangkat alat untuk mengarahkan dalam berfikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untukmewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu angota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berperilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya (http//id.wikipwdia.org/wiki/Nilai sosial.

3. Budaya

Menurut Koentjoro Diningrat (1998:5) budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan


(39)

24

atau kebudayaan seperti sebuah piramida berlapis tiga. Lapisan di atas adalah hal-hal yang dilihat kasat mata seperti bentuk bangunan, pakaian, tarian, musik, teknologi dan barang-barang lain. Lapisan tengah adalah perilaku, gerak-gerik dan adat istiadat yang sering kali dapat juga dilihat. Lapisan bawah adalah kepercayaan-kepercayaan, asumsi, dan nilai-nilai yang mendasari lapisan di atasnya.

4.Lingkungan Sosial Budaya

Lingkungan sosial adalah suatu daerah atau tempat dimana seseorang tinggal untuk bermasyarakat atau berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Lingkungan sosial terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat yang paling awal adalah keluarga, tetangga, lingkungan sekolah dan yang terakhir lingkungan masyarakat. Budaya adalah suatu kebiasaan yang turun temurun di lakukan oleh masyarakat. Budaya terbentuk dari beberapa sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan dan karya seni khas daerah. Adapun faktor lingkungan sosial dan budaya yaitu suatu keadaan yang di pengaruhi oleh lingkungan masyarakat di sekitarnya yang sudah membudaya atau yang sedang terjadi sekarang di lingkungan

masyarakat.

1. Lingkungan perkotaan

Pengertian Kota Menurut UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi Daerah Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat


(40)

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Menurut Max Weber (dalam Daldjoedini 2003:37) memandang suatu tempat itu kota jika penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat. Adapun barang-barangnya dibuat setempat pula ditambah yang dari pedesaan. Ini dasar sifat cosmopolitan kota yang menjadi hakikat kota; sehubungan itu ciri khas kota adalah pasarnya.

Sjoberg (dalam Daldjoedini 2003:37) melihat lahirnya kota lebih dari timbulnya suatu golongan spesialis non-agraris, dimana yang

berpendidikan merupakan bagian penduduk yang terpenting. Mereka itu adalah literatur yakni golongan pujangga, sastrawan dan ahli keagamaan, itulah titik awal kota. Baru berikutnya muncul pembagian kerja tertentu dalam kehidupan kota..

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kota

merupakan kawasan pusat pelayanan pemerintahan, sosial, dan ekonomi yang masyarakatnya bekerja bukan dalam bidang pertanian (agraris).

2. Ciri-ciri Lingkungan Perkotaan

Dalam memberikan definisi dari kota para ahli mengajukan beberapa aspek yang akan mendasarinya menurut perhatian mereka masing-masing. Misalnya aspek morfologi, jumlah penduduk, social, ekonomi dan hukum. Hoekveld geograf Belanda sehubungan itu memberikan bahasan sebagai berikut (Daldjoedini 2003:40) :


(41)

26

a. Morfologi (bentuk)

Masalah pokok adalah perbandingan bentuk fisik kota dengan fisik pedesaan; dikota kita lihar gedung-gedung besar tinggi serba

berdekatan sedangkan didesa rumah tersebar dalam lingkungan alam. Tetapi perkembangan jaman juga memperlihatkan menjadi kaburnya perbedaan bentuk fisik kota bagian pinggiran mirip desa dan

didesapun muncul bangunan-bangunan meniru gaya kota. b. Jumlah Penduduk

Kota diukur berdasarkan jumlah penduduknya. Kini untuk sementara di Indonesia dipakai kriteria kota demikian: kota kecil berpenduduk 20.000-50.000 jiwa; kota sedang 50.000-100.000 jiwa; kota besar 100.000-1.000.000 jiwa; dan kota metropolitan 1.000.000-10.000.000 jiwa.

c. Hukum

Pengertian kota di sini dikaitkan dengan adanya hak-hak hukum tersendiri bagi penghuni kota.

d. Ekonomi

Ciri kota disini adalah hidup non-agraris; kota fungsi khasnya lebih cultural, industry, perdagangan. Dari itu semua yang nyatanya menonjol adalah yang ekonomi perniagaan.

e. Sosial

Hubungan-hubungan antarpenduduk secara social disebut impersonal; orang bergaul serba lugas, sepintas lalu. Maka hidup seperti terkontak-kontak oleh kepentingan yang berbeda-beda.


(42)

3. Lingkungan Pedesaan

Pengertian Desa secara umum adalah permukiman manusia yang

letaknya diluar kota dan penduduknya berpangupajiwa agraris. Menurut UU No 22 Tahun 1999, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usuk dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistim pemerintahan naisional dan berada didalam daerah kabupaten.

Dalam bahasa Indonesia sehari-hari disebut juga kampung. Bintarto dalam bukunya Pengantar Goegrafi Desa (1977) (Dalam Daldjoedini 2003:57)menulis bahwa memang sulit menyusun dari definisi desa yang tepat, tetapi sebagai geograf ia mendefinisikan desa sebagai perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsure-unsur geografis, social, ekonomi, politis dan kultural yang ada disitu, dalam hubungannya dan pengaruh timbale balik dengan daerah-daerah lainnya.

Adapun desa dalam arti administratif oleh Sutardjo Kartohadikusumo (Dalam Daldjoedini 2003:57) dijelaskan sebagi suatu satu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa

mengadakan pemerintahan sendiri. Menurut UU No 22 Tahun 1999, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan


(43)

28

asal usuk dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistim pemerintahan naisional dan berada didalam daerah kabupaten.

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa desa merupakan kawasan yang sebagian besar masyarakatnya bekerja di bidang pertanian (agraris) yang diatur dalam adat istiadat yang diakui pemerintah dan berada didalam daerah kabupaten.

4. Ciri-ciri Lingkungan Pedesaan

Menurut dirjen Bangdes (pembangunan desa) (dalam Daldjoedini 2003:60) ciri-ciri wilayah desa antara lain :

a. Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar, lahan dipedesaan relative lebih luas ketimbang jumlah penduduk, sehingga kepadatan penduduk masih rendah,

b. Lapangan kerja yang dominan agraris, c. Hubungan antar warga desa sangat akrab, d. Tradisi lama masih berlaku.

D. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Danny Pramadya (2014) “Perbandingan Perilaku Sosial Antara Siswa yang Mengikuti Ekstrakulikuler Cabang Olahraga Individu Beregu dan Ekstrakulikuler Non Olahraga di SMA Negeri 5 Cirebon”.


(44)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Cucu Suanda (2014) “Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMA pada Lembaga Pendidikan Berbasis Pondok Pesantren Terpadu dengan Siswa Reguler”

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurhayati (2008) “Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani dan Kemampuan Motorik Anak Usia 10-12 Tahun di Pedesaan dan Perkotaan”.

E.Kerangka Berfikir

Kebugaran Jasmani adalah Kemampuan sesorang melaksanakan aktifitas sehari-hari secara efisien, dan tidak menimbulkan kelelahan yang berlebihan, sehingga masih ada tenaga untuk melaksanakan aktifitas yang lainnya. Usia pemain 10-12 adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang akan menentukan perkembangan dan pertumbuhan untuk masa yang akan datang.

Lingkungan sosial budaya di daerah perkotaan siswa SSB Catur Tunggal kurang dalam aktifitas fisik karena terbatasnya ruang dan pengaruh kemajuan iptek, sedangkan siswa SSB Amor Junior di daerah pedesaan setiap hari melakukan hal yang berkaitan dengan aktivitas fisik hal tersebut dikarenakan keadaan alam, serta aktivitas sehari-hari yang menuntut untuk banyak

beraktivitas. Perbedaan lingkungan sosial budaya tersebut di duga

mengakibatkan berbedanya aktivitas fisik mereka, sedangkan aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap kebugaran jasmani seseorang.

Untuk mengetahui dan menilai tingkat kebugaran jasmani seseorang dilakukan dengan pengukuran. Pengukuran kesegaran jasmani ini dilakukan dengan tes


(45)

30

kebugaran jasmani. Instrumen tes yang dilakukan menggunakan Tes

Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI). Sedangkan untuk melihat data lingkugan sosial budaya di daerah perkotaan dan pedesaan menggunakan metode

pengumpulan data wawancara

1.Skema Kerangka Berpikir

Kebugaran

(fitness)

Kekuatan

(strengh)

Kecepatan

(speed)

Kelentukan

(fleksibillity)

Daya Tahan

(endurance)

Sosial Budaya

Budaya


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Sugiyono (2012:2) mengemukakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dari kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian untuk menjawab masalah penelitian dengan menggunakan metode dan alat tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (qualitative researche). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor (L.J. Maleong, 2011:4). Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang dapat diamati. Selain itu, metode penelitian kualitatif menurut Syaodih Nana (2007:60) adalah cara untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual atau kelompok. Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah tujuan yang dicapai maka, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif analitis.


(47)

32

Menurut Sugiyono (2008:15) bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti kondisi yang objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:7) mendefinisikan keadaan yang objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimna mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lapangan Desa Yosomulyo 21C Metro untuk penelitian siswa SSB Amor Junior Metro dan di Lapangan Kalpataru Kemiling Bandar Lampung. Tempat Penelitian ini dipilih dengan alasan Lapangan Desa Yosomulyo dan Lapangan Kalpataru merupakan tempat dimana siswa SSB Amor Junior dan siswa SSB Catur Tunggal berlatih sepakbola.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 16 September 2014 s/d 15 November 2014, pada setiap hari rabu sore dan minggu pagi.

C.Populasi dan Sampel


(48)

Riduan(2004:55)memberikan pengertian bahwa, populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Menurut Arikunto (1997:108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini adalah pemain sepakbola Catur Tunggal 18 pemain dan pemain sepakbola Amor Junior 16pemain. Maka populasi pemain sepakbola Catur Tunggal Bandar Lampung dan Ammor Junior Metro di bawah usia 12 tahun adalah 34 pemain.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 1997:109). Akan tetapi dalam penelitian ini semua populasi dijadikan sample Arikunto ( 1997:108 ) apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi. Sample dalam penelitian ini menggunakan sample total atau populasi sample.

D.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dari sisi setting maka data dikumpulkan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Sementara dari sisi sumber maka, data dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutnya jika dilihat dari sisi cara atau teknik pengumpulan data lebih banyak dilakukan dengan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia, angket (kuisioner) dan dokumentasi.


(49)

34

1. Tes Kebugaran Jasmani indonesia (TKJI),digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat kebugaran jasmani pemain dengan menggunakan tes. 2. Dokumentasi, untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai referensi

seperti buku literatur, surat kabar, arsip dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa cacatan buku, surat, transkip, majalah, agenda dan sebagainya.Teknik atau studi dokumentasi adalah cara

pengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum, baik mendukung maupun menolak hipotesis tersebut.

3. Wawancara, wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan secara langsung. Selain itu wawancara merupakan cara untuk mengetahui deskriptif lingkungan sosial budaya dari ke dua sekolah sepakbola dan perbedaan dari masing- masing sekolah sepakbola. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada pemilik sekolah sepakbola, pelatih dan pemain.


(50)

E.Instrumen Penelitian

Tes merupakan suatu alat (instrument) pengumpulan data atau informasi

tentang atau status sesuatu yang digunakan dengan setandar tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998:138). Dengan demikian, instrumen yang digunakan berbentuk tes terstandar (standardized test) yakni tes yang telah tersedia dan teruji keandalanya yakni Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI).

Rangkaian tes kebugaran jasmani indonesia usia 10-12 tahun terdiri dari: a. Lari cepat 60 meter

b. Gantung siku tekuk (tahan pull up) c. Baring duduk 30 detik (shit up) d. Loncat tegak (vertical jump) e. Lari 600 meter

Kesahihan rangkaian tes :

Rangkaian tes untuk anak umur 10-12 tahun mempunyai nilai reliabelitas : a. Untuk putra 0,911

b. Untuk putri 0,942

Rangkaian tes untuk anak umur 10–12 tahun mempunyai nilai validitas : a. Untuk putra 0,884

b. Untuk putri 0,897

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif proses analisis data berlangsung sebelum peneliti ke lapangan, kemudian selama dilapangan dan sesudah dilapangan sebagaimana


(51)

36

yang diungkapkan Sugiyono (2008:90) bahwa analisis telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlanjut sampai penulisan hasil penelitian. Sementara itu, analisis data menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong L. J (2011:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang apat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Oleh karena iu, analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni proses mengumpulkan data yang didapatkan melalui Tes kebugaran jasmani indonesia, wawancara, dan dokumentasi serta berbagai bahan lain yang tentunya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.

G.Verifikasi Data

Verifikasi data dalam peneltian kualitatif sangat diperlukan untuk menguji ataupun memeriksa akurasi data yang telah dikumpulkan dari proses penelitian ini berlangsung. Verifikasi data bisa dilakukan selama proses penelitian

berlangsung. Menurut Creswell (2010:285) bahwa verifikasi dalam penelitian kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur terentu. Lebih lanjut Creswell (1998:201-203) membagi prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Perpanjangan waktu kerja dan observasi yang gigih (prolonged engagement dan persisten observation) di lapangan termasuk mebangun kepercayaan dengan para partisipan, mempelajari budaya, dan mencek informasi yang saling berasal dari distorsi yang dibuat oleh peneliti atau informan. Di


(52)

lapangan si peneliti membuat keputusan-keputusan apa yang

penting/menonjol untuk dikaji, relevan dengan maksut kajian, dan perhatian untuk difokuskan.

2. Triangulasi (triangulation) menggunakan seluas-luasnya sumber-sumber yang banyak dan berbeda, metode-metode, dari para peneliti, dan teori-teori untuk menyediakan bukti-bukti yang benar (corroborative evidence). 3. Review sejawat, (Perr review) atau briefing menyiapkan suatu cek eksternal

dari proses penelitian, teman sejawat itu menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang metode, makna dan interpretasi penelitian dari peneliti.

4. Klarifikasi bias peneliti(clarifying researcher bias) sejak awal dari

penelitian adalah penting sehingga pembaca memahami posisi peneliti dan setiap biasa atau asumsi-asumsi yang berdampak pada penelitian. Dan klarifikasi ini, peneliti mengomentari pengalaman-pengalaman sebelumnya, bias-bias, prasangka-prasangka, dan orientasi-orientasi yang mungkin membentuk interpretasi-interpretasi dan pendekatan kajian.

5. Cek anggota (member checks) peneliti mengumpulkan/mencari/memohon (solicit) pandangan-pandangan para informan tentang kredibelitas dari temuan-temuan dan interpretasi-interpretasi.

Sementara itu, verifikasi data menurut Nasution (2003:105)diperlukan untuk membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai kenyataan dan memang sesuai dengan sebenarnya ada atau kejadiannya. Untuk memverifikasi data penelitian ini, maka penulis menggunakan strategi sebagai berikut :


(53)

38

Triangulasi merupakan proses pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan berbagai sumber dan teknik pengumpulan data yang sudah ada. Triangulasi menurut creswell (2010:286) adalah tehnik mengumpulkan sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk

membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Proses pengumpulan data dengan pendekatan triangulasi, peneliti selain mengumpulkan data tetapi sekaligus juga menguji data kredibilitas yang ada dari berbagai sumber yang dimaksud.

Menurut staindback Sugiyono(2007:85) bahwa teknik triangulasi dalam penelitian bertujuan bukan untuk mencari kebenaran tentang fenomena tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Kebenaran data yang dimaksut valid atau tidak maka harus dibandingkan dengan data lain yang diperoleh dari sumber lain. Oleh karena itu maka dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengecakan terhadap validitas data yang telah diperoleh dengan mengkonfirmasi antara data/informasi yang diperoleh dari sumber lain yaitu tokoh masyarakat. b) Member Checking

Memeber checking pada validasi data dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui akurasi data hasil penelitian. Prose ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi kehadapan partisipan untuk mengecek apakah laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Sejalan dengan itu member checking diungkapkan oleh Wiliam


(54)

Wiersma (Sugiyono, 2007:129) adalah proses pengecekan data yang diperoleh penulis kepada pemberi data.

Dengan demikian, proses member check dalam validasi data penelitian ini ditujuukan untuk mengungkapkan kesesuaian informasi atau data yang diperoleh peneliti dari para informan selama penelitian berlangsung, apakah sesuai dengan pendapat mereka sehingga data dimaksut dapat

dirampungkan sebagai hasil akhir dari penelitian. c) Expert Opinion

Dalam tahap ini pemantapan hasil akhir dengan cara peneliti harus

mengkonsultasikan hasil temuan di lapangan atau data lapngan kepada para ahli di bidangnya termasuk pembimbing. Proses ini di maksutkan untuk peneliti mendapatkan arahan, masukan sehingga kevalidan data yang kemudian dirampungkan dalam bentuk penelitian dapat


(55)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari uraian data diataspenulis menyimpulkan bahwa:

Ada pengaruh faktor lingkungan sosial dan budaya pada kebugaran jasmani siswa sepakbola SSB Ammor Yunior Metro yang memiliki kebugaran jasmani lebih baik dari siswa SSB Catur Tunggal Bandar Lampung.

Dari aktivitas penelitian ini penulis melakukan interaksi pada lembaga atau perseorangan yang terlibat dalam penelitian ini, adapun kesimpulan dan saran dari penulis yaitu:

1. Kebugaran jasmani siswa SSB Ammor Junior metro memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik dengan rata-rata nilai 18,5 masuk dalam kategori bagus (B) dan nilai kebugaran jasmani SSB Catur Tunggal Bandar Lampung dibawah usia 12 tahun adalah 15,111 masuk dalam kategori sedang (S). Perbedaan kebugaran jasmani tersebut disebabkan faktor pola hidup aktivitas fisik siswa yang berada di lingkungan tempat tinggal

pedesaan memiliki aktifitas fisik yang tinggi. Sedangkan aktivitas fisik yang berada di lingkungan tempat tinggal perkotaan memiliki aktivitas fisik rendah.


(56)

2. Kelebihan siswadari lingkungan sosial budaya yang berada di perkotaan yaitu gizi yang baik yang dipengaruhi pekerjaan orangtua dan kesadaran pendidikan tinggi dan kelemahan nya aktivitas fisik rendah karena dampak buruk modernisasi yang menghilangkan gerak fisik seseorang. Sedangkan kelebihan siswa dari lingkungan sosial yang berada di pedesaan yaitu aktifitas fisik yang tinggi di pengaruhi pola hidup yang masih tradisional. Kelemahannya Faktor gizi yang dipengaruhi oleh penghasilan orangtua dan pendidikan kurang diperhatikan karena umumnya masyarakat desa

berpendidikan rendah.

3..Penyebab menurunnya kebugaran jasmani di lingkungan sosial budaya daerah pedesaan yaitu kelelahan fisik karena pola istirahat dan pola makan di pedesaan yang umumnya kurang memenuhi syarat gizi yang dibutuhkan tubuh. Sedangkan penyebab menurun nya kebugaran jasmani di lingkungan sosial budaya daerah perkotaan yaitu hilangnya aktivitas fisik siswa. Karena umumnya anak-anak di perkotaan lebih cepat terkena dampak modernisasi iptek dan transportasi.

B.Saran

1. Pihak sekolah sepakbola diharapkan dapat meberikan informasi pentingnya kebugaran jasmani bagi para siswa SSB, sebab mereka termasuk dalam tahap tumbuh kembang anak baik secara fisik, pedagogi dan psikologis. Kerena itu , latihan kebugaran fisik untuk menjadi bagian dalam program pembinaan anak usia dini.


(57)

66

2. Bagi peneliti diharapkan dengan mengkaji lebih dalam tentang berbagai berbagai subyek yang terkait dengan penelitian usia remaja dengan memperhatikan jumlah sampel dan ruang lingkup cakupannya.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 1998. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Alwi Hasan. 2003.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Abdoelah, Arma. 1981. Dasar Bermain Sepakbola. Yogyakarta: Intan Permata. Astrianto. 2011. Status Kebugaran Jasmani dan Ketrampilan Bermain Sepakbola

di Klub Divisi 1 PSIM. Yogyakarta. FIK UNY

Crum, Bart. 2003. Physical education and school sport anh the multiformity of movement culture. Yogyakarta: Paper Presented In International Conference on Sport and sustainable Development.

Creswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry And Researche Design: Choosing Among Five Tradition. London : Sage Publication

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Depdiknas.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai pustaka. Depdiknas. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta .

Depkes RI. 1992. Undang-undang Kesehatan No 23 Tahun 1992. Tentang Kesehatan. Jakarta.

Daldjoeni. 2003. Geografi Desa dan Kota. Bandung: PT Alumni.

Djoko Pekik Irianto. 2004. Bugar dan Sehat Dengan Olahraga.. Yogyakarta: Adi Offset.


(59)

68

Harsono. 2004. Perencanaan Program Latihan. Bandung: UPI.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.

Harahap, Yunus. 2001. Implementasi TKJI dan ACSOFT Pada Anak Perkotaan dan Pedesaan. Yogyakarta: Depdikbud.

Ismaryanti.2006. Tes Dan Pengukuran Olahraga. Yogyakarta: FIK UNY. Irianto, Kus & Waluyo, Kusno. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Jakarta: CV

Yrama Widya

Koentjoroningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta

Koentjorodiningrat. 1998. Pengantar Antropologi Pokok-pokok Etnografi. Jakarta: Rineka Cipta.

Komarudin. 2011. Hubungan level kecemasan dan Akurasi Passing dalam Permainan Sepakbola. Yogyakarta. UNY.

Moloeng, L. J. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moloeng, L. J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mielke, Danny dkk. 2007. Dasar dasar sepakbola. Pakar Raya ,Klaten. Nawawi & Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University

Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Nasution, Syafrina. 2013. Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Anak Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi. Purwokerto: Unimed (Skripsi).

Pelly, Usman. 1994. Teori-Teori Sosial Budaya. Proyek pembinaan dan

peningkatan mutu tenaga kependidikan, Direktorat pendidikan tinggi dan kebudayaan.

Pemerintah RI. 1999. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta.

Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2010. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Anak Umur 10-12 Tahun. Jakarta.:Kementerian Pendidikan Nasional


(60)

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian. Bandung : Alfabeta. Soedjono. 1985. Sepakbola, taktikdankerjasama. Yogyakarta : PT.

BadanPenerbitkedaulatan Rakyat.

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. Yogyakarta: FIK UNY.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharno. 1983. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK IKIP Saryono. 2010. Metodologi Penelitian kualitatif dalam bidang kesehatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Soeryabrata, Soemadi. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosada Karya

Sajoto, Mochamad. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize.

Sugiyanto & Sudjarwo.1991. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Debdikbud.

Sucipto, dkk. 2000. Sepakbola. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suwarno K. R. 2001. Gerak Dasar dan Teknik Dasar. Yogyakarta: FPO FIK

UNY

Sapto Adi dan Muarifin .2007. Sosiologi Olahraga. Malang: UM Malang Soedjono. 1985. Sepak Bola Taktik dan Kerjasama. Yogyakarta. PT Balai

Pustaka.

Sukatamsi. 1997. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Solo: Tiga Serangkai. Sardjono. 1982. Pedoman Mengajar Permainan Sepakbola. Yogyakarta: IKIP


(61)

70

Universitas Lampung .2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Wildayati, Isna A. 2012. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang tua Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Bidang Studi PAI. Semarang: IAIN Walisongo (skripsi).


(1)

2. Kelebihan siswadari lingkungan sosial budaya yang berada di perkotaan yaitu gizi yang baik yang dipengaruhi pekerjaan orangtua dan kesadaran pendidikan tinggi dan kelemahan nya aktivitas fisik rendah karena dampak buruk modernisasi yang menghilangkan gerak fisik seseorang. Sedangkan kelebihan siswa dari lingkungan sosial yang berada di pedesaan yaitu aktifitas fisik yang tinggi di pengaruhi pola hidup yang masih tradisional. Kelemahannya Faktor gizi yang dipengaruhi oleh penghasilan orangtua dan pendidikan kurang diperhatikan karena umumnya masyarakat desa

berpendidikan rendah.

3..Penyebab menurunnya kebugaran jasmani di lingkungan sosial budaya daerah pedesaan yaitu kelelahan fisik karena pola istirahat dan pola makan di pedesaan yang umumnya kurang memenuhi syarat gizi yang dibutuhkan tubuh. Sedangkan penyebab menurun nya kebugaran jasmani di lingkungan sosial budaya daerah perkotaan yaitu hilangnya aktivitas fisik siswa. Karena umumnya anak-anak di perkotaan lebih cepat terkena dampak modernisasi iptek dan transportasi.

B.Saran

1. Pihak sekolah sepakbola diharapkan dapat meberikan informasi pentingnya kebugaran jasmani bagi para siswa SSB, sebab mereka termasuk dalam tahap tumbuh kembang anak baik secara fisik, pedagogi dan psikologis. Kerena itu , latihan kebugaran fisik untuk menjadi bagian dalam program pembinaan anak usia dini.


(2)

66

2. Bagi peneliti diharapkan dengan mengkaji lebih dalam tentang berbagai berbagai subyek yang terkait dengan penelitian usia remaja dengan memperhatikan jumlah sampel dan ruang lingkup cakupannya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 1998. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Alwi Hasan. 2003.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Abdoelah, Arma. 1981. Dasar Bermain Sepakbola. Yogyakarta: Intan Permata. Astrianto. 2011. Status Kebugaran Jasmani dan Ketrampilan Bermain Sepakbola

di Klub Divisi 1 PSIM. Yogyakarta. FIK UNY

Crum, Bart. 2003. Physical education and school sport anh the multiformity of movement culture. Yogyakarta: Paper Presented In International Conference on Sport and sustainable Development.

Creswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry And Researche Design: Choosing Among Five Tradition. London : Sage Publication

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Depdiknas.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai pustaka. Depdiknas. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta .

Depkes RI. 1992. Undang-undang Kesehatan No 23 Tahun 1992. Tentang Kesehatan. Jakarta.

Daldjoeni. 2003. Geografi Desa dan Kota. Bandung: PT Alumni.

Djoko Pekik Irianto. 2004. Bugar dan Sehat Dengan Olahraga.. Yogyakarta: Adi Offset.


(4)

68

Harsono. 2004. Perencanaan Program Latihan. Bandung: UPI.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.

Harahap, Yunus. 2001. Implementasi TKJI dan ACSOFT Pada Anak Perkotaan dan Pedesaan. Yogyakarta: Depdikbud.

Ismaryanti.2006. Tes Dan Pengukuran Olahraga. Yogyakarta: FIK UNY. Irianto, Kus & Waluyo, Kusno. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Jakarta: CV

Yrama Widya

Koentjoroningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta

Koentjorodiningrat. 1998. Pengantar Antropologi Pokok-pokok Etnografi. Jakarta: Rineka Cipta.

Komarudin. 2011. Hubungan level kecemasan dan Akurasi Passing dalam Permainan Sepakbola. Yogyakarta. UNY.

Moloeng, L. J. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moloeng, L. J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mielke, Danny dkk. 2007. Dasar dasar sepakbola. Pakar Raya ,Klaten. Nawawi & Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University

Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Nasution, Syafrina. 2013. Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Anak Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi. Purwokerto: Unimed (Skripsi).

Pelly, Usman. 1994. Teori-Teori Sosial Budaya. Proyek pembinaan dan

peningkatan mutu tenaga kependidikan, Direktorat pendidikan tinggi dan kebudayaan.

Pemerintah RI. 1999. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta.

Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2010. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Anak Umur 10-12 Tahun. Jakarta.:Kementerian Pendidikan Nasional


(5)

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian. Bandung : Alfabeta. Soedjono. 1985. Sepakbola, taktikdankerjasama. Yogyakarta : PT.

BadanPenerbitkedaulatan Rakyat.

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. Yogyakarta: FIK UNY.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharno. 1983. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK IKIP Saryono. 2010. Metodologi Penelitian kualitatif dalam bidang kesehatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Soeryabrata, Soemadi. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosada Karya

Sajoto, Mochamad. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize.

Sugiyanto & Sudjarwo.1991. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Debdikbud.

Sucipto, dkk. 2000. Sepakbola. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suwarno K. R. 2001. Gerak Dasar dan Teknik Dasar. Yogyakarta: FPO FIK

UNY

Sapto Adi dan Muarifin .2007. Sosiologi Olahraga. Malang: UM Malang Soedjono. 1985. Sepak Bola Taktik dan Kerjasama. Yogyakarta. PT Balai

Pustaka.

Sukatamsi. 1997. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Solo: Tiga Serangkai. Sardjono. 1982. Pedoman Mengajar Permainan Sepakbola. Yogyakarta: IKIP


(6)

70

Universitas Lampung .2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Wildayati, Isna A. 2012. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang tua Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Bidang Studi PAI. Semarang: IAIN Walisongo (skripsi).