5
BAB II TINJAUAN TEORETIS
Bab ini akan didahului dengan penelusuran pustaka terhadap hasil-hasil penelitian dengan topik yang terkait dengan penelitian ini. Penelusuran ini
diperlukan untuk mengetahui pendekatan teori dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut. Pengetahuan itu perlu untuk
mendapatkan inspirasi dalam menyusun kerangka teori dan metode penelitian ini atau memperkuat pilihan teori dan metode yang ditetapkan oleh penulis. Sesudah
penelusuran pustaka, akan disajikan kerangka teori untuk penelitian ini dan dilanjutkan dengan pengertian dari konsep-konsep yang digunakan.
2.1. Penelusuran Pustaka Tentang Penelitian Yang Terkait
Penelitian dalam perspekti ilmu komunikasi terhadap karya-karya komunikasi massa yang bertemakan lesbian telah dilakukan oleh banyak sarjana.
Beberapa dari antaranya akan diuraikan dibawah ini.
1 Lesbianisme dalam Novel Studi Semiotika tentang Makna
Lesbianisme dalam Novel
Gerhana Kembar
Karya Clara Ng Oleh : Ayu Abriyani Kusuma Pertiwi Pertiwi, 2010
Novel Gerhana Kembar mengisahkan kisah percintaan lesbianisme yang berasal dari ketulusan hati. Lewat simbol-simbol, penulis penelitian
ini ingin memaknai bagaimana makna lesbianisme direpresentasikan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
kajian semiotika komunikasi dan memberikan pengetahuan bahwa lesbian juga mempunyai sisi lain yang baik dan tidak selalu identik dengan
kelakuan yang buruk. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan,
gejala, atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui buku-
buku dan studi pustaka. Analisa data dilakukan dengan metode semiotika
6
komunikasi melalui tahap proses pemaknaan Pierce untuk mengetahui apa saja makna yang terkandung dalam Novel Gerhana Kembar yang terkait
dengan makna
lesbianisme berdasarkan
kategori percintaannya,
perasaannya, dan perilakunya. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel ini lesbian digambarkan sebagai manusia biasa yang mempunyai impian dan
harapan. Percintaan yang terjadi pada pasangan lesbian terlihat dari rasa ketertarikan, kekaguman dan ungkapan perasaan cinta pada pasangannya.
Perasaan lesbian sama halnya dengan perasaan orang biasa, dalam novel ini terlihat dari rasa bahagia, rasa kecewa, dan rasa takut. Terkadang
mereka juga mempunyai perasaan bersalah karena telah menyalahi kodrat dan mencintai sesama jenis. Perilaku lesbian yang terlihat dalam novel ini
antara lain saling mencium, merangkul, berdekapan, jalan bergandengan, duduk bersanding, saling membelai, dan saling menghibur.
2 Krisis Identitas Seorang Lesbian Analisis Semiotika Film Boy’s Don’t
Cry Oleh: Miranti Saputri Saputri, 2011
Film Boys Don’t Cry merupakan salah satu film yang salah satu bagian didalamnya menceritakan tentang cinta Lesbian dan konfliknya
serta optimismenya dalam hidupnya. Krisis identitas Lesbian yang akhirnya digolongkan menjadi Transeksual dalam tokoh utama film ini
serta banyaknya sorotan media dewasa ini tentang Lesbian dan Transeksual tidak hanya menjadi subjek, namun juga sebagai objek
komoditi atau marjinalisasi Lesbian serta Transeksual dalam film, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini
berupaya untuk mengetahui krisis identitas seorang Lesbian dimaknai melalui tanda-
tanda dalam film Boys Don’t Cry. Penelitian ini berorientasi pada komunkasi sebagai produksi dan pembangkitan makna. Pencarian
makna pada film harus menggunakan metode yang tepat, yang nantinya
7
akan membantu peneliti mengungkap makna yang tersembunyi di balik tanda-tanda dalam sebuah film. Karena film dikonstruksi oleh tandatanda,
maka pemaknaan ini dirasa tepat dengan menggunakan metode semiotik. Penelitian ini menggunakan metode semiotik Roland Barthes karena peta
tanda Roland Barthes mengenai tanda konotatif dan denotatif juga mitos sebagai modus pertandaan, dirasa lengkap dan tepat untuk meneliti audio
visual dalam film Boys Don’t Cry. Proses pemaknaan pada tanda melalui tanda konotatif dan denotatif sebagai proses semiosis. Analisis tanda
nantinya akan mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh bagaimana subJek dan obJek bisa dimaknai secara bersamaan dan
memberikan kesan atau pesan. Menggunakan metode semiotik dalam penelitian pada dasarnya adalah sebuah metodologi kualitatif-intrepetatif.
Dengan tujuan untuk mengetahui representasi krisis identitas Lesbian, maka plot-plot yang dipilih adalah yang memunculkan tandatanda yang
mengandung krisis identitas Lesbian. Pemaknaan dua elemen penting dalam film, yaitu audio meliputi dialogmonologvoice over, ilustrasi
musik,sound effect
dan visual
meliputi teknik
pengambilan gambar,lighting, visualisasi, warna akan dijadikan sebagai unit analisis
data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa krisis identitas
Lesbian yang dikonstruksikan dalam film Boys Don’t Cry ditampilkan melalui representasi tokoh utama yaitu Teena Brandon. Kriris identitas
lesbian dalam film Boys Don’t Cry dikonstruksikan secara dinamis melalui dua struktur yang membentuk film yaitu audio dan visual.
Sedangkan makna krisis identitas lesbian, diidentifikasikan menjadi tiga, yaitu merujuk pada identifikasi melalui elemen konsep diri yaitu proses
pengembangan kesadaran diri. Proses pengembangan kesadaran diri diperoleh melalui tiga cara, yaitu cermin diri, pribadi sosial dan
perwujudan diri. Tokoh Brandon mempressentasikan cermin diri sebagai sikap optimis tentang krisis identitasnya. Dimana ia menjadi subyek dan
objek dimana ia merupakan subyek sebagai pelaku utama dan obyek
8
pengembangan dirinya. Pribadi sosial ditampilkan melalui penolakan, hinaan, permaluan, pemerkosaan, pukulan serta pembunuhan yang di
alami Brandon oleh Tom dan John. Yaitu juga diperlihatkan relasinya kepada Lana yang mencintainya apa adanya serta Candance, ibu Lana.
Perwujudan diri Brandon ditampilkan dari keseharian yang dilakukan Brandon. Perwujudan diri ini bukan terjadi secara drastis, namun karena
kebiasaan seseorang.
3 Representasi Lesbianisme dalam Film
Detik Terakhir
Oleh: Vony Maria Maria, 2008
Film ini menawarkan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan merupakanrepresentatif dari realitas yang terjadi di
masyarakat. Hal yang tabu untuk dipertontonkan, kini sudah bebas diperlihatkan di depan umum, mulai dari menggunakan obat-obatan
terlarang di tempat umum sampai memperlihatkan adegan mesra dengan sesama jenis.
Dunia lesbian dalam film “Detik Terakhir” merupakan realitas yangfenomenal, bahkan tak dipungkiri menimbulkan p r o d a n
k o n t r a . F i l m i n i sangat menarik untuk diangkat karena merupakan hal yang tabu dan bertolak belakang dengan budaya timur masyarakat
Indonesia. Para kaum lesbian yang tertutup, kini sudah berani lebih terbuka memperkenalkan identitas dirinya sebagai lesbian kepada
masyarakat umum. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah penulis adalah untuk melihat realitas mengenai kaum lesbian dan untuk
mengetahui gejala pada kaum lesbian. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa seserang dapat menjadi
seorang lesbian adalah kaena pengaruh lingkungan, dalam film ini digambarkan melalui kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, lesbian
dalam film ini juga diceritakan sebagai pintu yang membawa pelakunya untuk lebih dekat dengan kehidupan malam, narkoba, dan minum-
minuman keras.
9
Dari penelitian-penelitian yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian tersebut lebih menekankan kepada representasi realitas sosial
mengenai kaum lesbian yang ada dalam masyarakat. Dalam penelitian yang pertama menggambarkan sisi humanisme dimana kaum lesbian menjalani kisah
cintanya sama seperti kaum heteroseksual meskipun ada konflik batin dalam diri pelaku. Penelitian kedua lebih menekankan dari aspek psikologis tokoh utama
yang mengalami krisis identitas dan bagaimana diskriminasi yang didapat oleh tokoh utama sebagai seorang transgender. Penelitian ketiga lebih melihat realitas
kehidupan kaum lesbian yang digambarkan dalam film tersebut dekat dengan kehidupan malam, minuman keras, dan narkoba. Dengan demikian, maka dapat
ditarik kesimpulan sementara bahwa tujuan dari penelitian yang akan penulis lakukan adalah lebih mengarah kepada analisis konstruksi pesan melalui tanda-
tanda verbal dan non verbal yang diwakili oleh judul film, tokoh-tokoh utama dan pembantu utama,
setting
dan isi cerita, serta
soundtrack
film, untuk melihat bagaimana film yang mengangkat tema yang tabu dalam masyarakat ini dapat
diterima oleh masyarakat, tidak hanya di Thailand, tapi juga di negara lain seperti Taiwan, Filipina, China, Hongkong, dan bahkan di Indonesia sendiri.
2.2. Kerangka Teori 1