Kerangka Teori 1 Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Pesan Lesbianisme Dalam Film “Yes Or No” dan Kaitannya dengan Penerimaan Masyarakat (Studi Semiologi Roland Barthes) T1 362009097 BAB II

9 Dari penelitian-penelitian yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian tersebut lebih menekankan kepada representasi realitas sosial mengenai kaum lesbian yang ada dalam masyarakat. Dalam penelitian yang pertama menggambarkan sisi humanisme dimana kaum lesbian menjalani kisah cintanya sama seperti kaum heteroseksual meskipun ada konflik batin dalam diri pelaku. Penelitian kedua lebih menekankan dari aspek psikologis tokoh utama yang mengalami krisis identitas dan bagaimana diskriminasi yang didapat oleh tokoh utama sebagai seorang transgender. Penelitian ketiga lebih melihat realitas kehidupan kaum lesbian yang digambarkan dalam film tersebut dekat dengan kehidupan malam, minuman keras, dan narkoba. Dengan demikian, maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa tujuan dari penelitian yang akan penulis lakukan adalah lebih mengarah kepada analisis konstruksi pesan melalui tanda- tanda verbal dan non verbal yang diwakili oleh judul film, tokoh-tokoh utama dan pembantu utama, setting dan isi cerita, serta soundtrack film, untuk melihat bagaimana film yang mengangkat tema yang tabu dalam masyarakat ini dapat diterima oleh masyarakat, tidak hanya di Thailand, tapi juga di negara lain seperti Taiwan, Filipina, China, Hongkong, dan bahkan di Indonesia sendiri.

2.2. Kerangka Teori 1

Teori Penyimpangan Sosial Teori ini digunakan untuk melihat mengapa homoseksualitas, khususnya lesbian, masih dianggap sebagai salah satu bentuk penyimpangan sosial dan menjadi hal yang tabu untuk diperbincangkan. Teori ini juga melihat bagaimana sang komunikator berusaha mengubah pandangan masyarakat dengan cara memperbesar rasa toleransi melalui film Yes Or No ini. Penyimpangan deviation adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri conformity terhadap kehendak masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sejauh mana 10 penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat. Pengertian Penyimpangan Sosial menurut James W. Van Der Zanden merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. Sedangkan Robert M. Z. Lawang berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang Kusnarto, 2010. Terdapat dua bentuk penyimpangan sosial, yaitu penyimpangan primer, yaitu penyimpangan yang bersifat sementara dan tidak dilakukan secara berulang, dan penyimpangan sekunder, yaitu penyimpangan yang secara umum sering dilakukan atau sering disebut perbuatan menyimpang dan dilakukan secara berulang. Penyimpangan sosial juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyimpangan individual , yaitu suatu perilaku pada seseorang dengan melakukan pelanggaran terhadap suatu norma pada kebudayaan yang telah mapan akibat sikap perilaku yang jahat atau terjadinya gangguan jiwa pada seseorang, dan penyimpangan kolektif, yaitu suatu perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh kelompok orang secara bersama-sama dengan melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga menimbulkan keresahan, ketidakamanan, ketidaknyamanan serta tindak kriminalitas lainnya. Bentuk penyimpangan sosial tersebut dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya in- group yang seringkali menimbulkan konflik dengan kelompok lain out- group . Selain itu, dalam suatu masyarakat juga dapat ditemukan bentuk- bentuk penyimpangan budaya, yaitu suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. 11 2 Teori Norma Budaya Teori ini digunakan untuk melihat bagaimana film ini digunakan sebagai sarana untuk mengukuhkan keberadaan kaum lesbian di dalam masyarakat Thailand serta sebagai sarana untuk menumbuhkan norma baru dalam masyarakat yang tidak homophobic dan mau menerima keberadaan kaum lesbian di tengah-tengah masyarakat. Dalam teori yang di perkenalkan oleh Melvin DeFleur ini disebutkan bahwa media massa melalui kontennya, dapat menguatkan budaya atau bahkan sebaliknya media massa menciptakan budaya baru dengan caranya sendiri. Teori norma budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah bahwa media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanan-penekanannya pada tema tertentu dapat menciptakan kesan-kesan pada khalayak dimana norma-norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu, dan dibentuk dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu perilaku individual biasanya dipandu oleh norma-norma budaya mengenai suatu hal tertentu, maka media komunikasi secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku. Media massa melalui informasi yang disampaikannya dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan norma-norma dan nilai-nilai budayanya. Fungsi media massa dalam kaitannya dengan norma budaya dalam masyarakat adalah sebagai berikut; pesan-pesan yang disampaikan media massa memperkuat budaya yang ada, media massa telah menciptakan pola baru tetapi tidak bertentangan bahkan menyempurnakan budaya lama, dan media massa mengubah budaya lama dengan budaya baru yang berbeda dengan budaya lama Sutaryo, 2005: 106. Menurut teori ini komunikasi massa memiliki efek yang tidak langsung atas perilaku melalui kemampuannya dalam membentuk norma-norma baru. Norma-norma ini berpengaruh terhadap pola sikap untuk pada akhirnya akan mempengaruhi pola-pola perilakunya. Media massa melalui penyajiannya yang selektif dan menekankan pada tema-tema tertentu mampu menciptakan kesan yang 12 mendalam pada khalayaknya, ketika norma-norma budaya yang mengenai topik-topik yang ditekankan itu disusun dan diidentifikasikan dengan cara- cara tertentu. Oleh karena perilaku individu biasanya terbina melalui norma-norma budaya dengan cara memperhatikan topik atau situasi yang diberikan, maka media massa akan bertindak secara tidak langsung dalam mempengaruhi perilaku Al-gifary, 2010. 3 Teori Perubahan Sosial Teori ini digunakan untuk melihat upaya-upaya melalui simbol apa sajakah yang digunakan oleh sang komunikator untuk mengubah norma dan nilai yang sudah ada dalam masyarakat, terkait dengan lesbianisme. Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan-perubahan itu dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan dalam suatu masyarakat adalah salah satu gejala yang umum dan salah satu pendorong terjadinya perubahan tersebut adalah media. Definisi dari perubahan sosial menurut Selo Soemardjan adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku diantara kelompok- kelompok dalam masyarakat. Soekanto, 2007: 218 Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan maupun perubahan dalam bentuk aturan-aturan sosial. Terdapat tiga bentuk perubahan sosial, yaitu: 1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat Perubahan yang lambat atau evolusi dibagi menjadi beberapa kategori yaitu, Unilinear theories of evolution yang mengatakan bahwa manusia berkembang dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks dan 13 akhirnya pada bentuk yang sempurna. Universal theory of evolution yang mengatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak melalui tahap-tahap yang tetap dimana masyarakat homogen berkembang menjadi masyarakat heterogen. Multilinear theories of evolution yang mengatakan bahwa perkembangan masyarakat melalui tahap-tahap tertentu dalam evolusi masyarakat. Sedangkan perubahan yang cepat atau revolusi mencakup perubahan-perubahan mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok dari kehidupan masyarakat. Revolusi dapat terjadi apabila terdapat keinginan dalam masyarakat yang dapat ditampung oleh seorang pemimpin serta memiliki tujuan yang jelas dan momentum yang tepat. 2. Perubahan yang berpengaruh besar dan yang berpengaruh kecil Perubahan berpengaruh kecil adalah perubahan sosial yang tidak membawa pengaruh secara langsung atau pengaruh yang berarti dalam masyarakat, contohnya perubahan mode pakaian. Sebaliknya, perubahan berpengaruh besar memiliki dampak yang cukup besar dalam masyarakat, contohnya adalah sistem ekonomi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. 3. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan adlaah perubahan yang diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat agent of change . Sedangkan perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak diperkirakan sehingga dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat di antaranya adalah fluktuasi jumlah penduduk, penemuan- penemuan baru, pertentangan atau konflik dalam masyarakat baik antar individu maupun antar kelompok, terjadinya revolusi atau pemberontakan dalam tubuh masyarakat itu sendiri yang dapat disebabkan oleh faktor 14 lingkungan, peperangan, atau kebudayaan masyarakat lain. Perubahan juga didorong oleh beberapa hal diantaranya adalah kontak dengan kebudayaan lain, difusi antar masyarakat, sistem pendidikan yang maju, toleransi terhadap perilaku menyimpang, keterbukaan sistem dalam masyarakat, penduduk yang heterogen, dan ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu. Sedangkan faktor yang menghambat terjadinya perubahan adalah kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat, sikap masyarakat yang tradisional, adanya kepentingan yang tertanam kuat dalam masyarakat, rasa takut akan terjadi kegoyahan integrasi kebudayaan, prasangka terhadap hal baru, ideologi dalam masyarakat, dan adt atau kebiasaan. 4 Teori Fungsional Struktural Teori ini digunakan sebagai teori pendukung untuk melihat mengapa lesbianisme masih sulit untuk diterima dalam masyarakat serta melihat bagaimana upaya komunikator mencoba mengubah sistem yang sudah ada dalam masyarakat melalui simbol-simbol verbal dan non verbal yang ada dalam film ini. Menurut Talcott Parsons, teori fungsional dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem tindakan, yang terkenal dengan skema AGIL. Suatu fungsi function adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan definisi ini, Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem. Pertama, adaptation A, dimana sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. Kedua, goal attainment G, dimana sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Ketiga, integration I, dimana sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Keempat, 15 latensi L atau pemeliharaan pola dimana sebuah sistem harus memperlengkapi memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi Nurwahid, 2011: 3. Menurut Robert K. Merton, teori ini lebih menekankan pada keteraturan order , mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat dimana konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest, dan keseimbangan. Masyarakat merupakan suatu sistem sosial, yang terdiri atas bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Dengan demikian perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lainnya. Setiap struktur dalam sistem sosial berfungsi terhadap sistem yang lainnya fungsional. Sebaliknya kalau struktur itu tidak fungsional maka akan hilang atau tidak ada dengan sendirinya Nurwahid, 2011: 4. 16

1.3. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Pesan Lesbianisme Dalam Film “Yes Or No” dan Kaitannya dengan Penerimaan Masyarakat (Studi Semiologi Roland Barthes) T1 362009097 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Pesan Lesbianisme Dalam Film “Yes Or No” dan Kaitannya dengan Penerimaan Masyarakat (Studi Semiologi Roland Barthes) T1 362009097 BAB IV

0 1 70

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Pesan Lesbianisme Dalam Film “Yes Or No” dan Kaitannya dengan Penerimaan Masyarakat (Studi Semiologi Roland Barthes) T1 362009097 BAB V

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Pesan Lesbianisme Dalam Film “Yes Or No” dan Kaitannya dengan Penerimaan Masyarakat (Studi Semiologi Roland Barthes) T1 362009097 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Pesan Lesbianisme Dalam Film “Yes Or No” dan Kaitannya dengan Penerimaan Masyarakat (Studi Semiologi Roland Barthes)

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Pesan Lesbianisme Dalam Film “Yes Or No” dan Kaitannya dengan Penerimaan Masyarakat (Studi Semiologi Roland Barthes)

0 0 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB II

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB IV

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB V

0 0 45