Mengapa Mutu Pendidikan Perlu Ditingkatkan?

141 ini amat menyulitkan dosen, karena belajar di Perguruan Tinggi dituntut aspek kemandirian mahasiswa. Bagaimana mahasiswa disuruh belajar mandiri? Penguasaan bahasa Indonesianya saja parah belum lagi bahasa Inggris, daya nalar memprihatinkan, disuruh mempresentasikan hasil belajar mandirinya parah sekali. Lalu muncul soal, siapa yang bertanggungjawab dengan kondisi objektif ini? 8.2 Mengapa Mutu Pendidikan Perlu Ditingkatkan? Tanggungjawab utama para penyelenggara dan pelaksana pendidikan adalah mengupayakan secara sistematis dan serius agar mutu pendidikan terus meningkat secara sinambung. Adapun tujuannya adalah: 1 Untuk memberikan kepuasan kepada masyarakatpelanggan. Artinya segala kegiatan atau proses pendidikan harus dikoordinasikan untuk memberi kepuasan kepada masyarakat pelanggan termasuk pasar kerja. Kualitas tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan masyarakat diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya biaya, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala kegiatan sekolah harus dikoordinasi untuk memuaskan para pelanggan. Mutu yang dihasilkan suatu sekolah sama dengan nilai value yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Semakin tinggi nilai yang diberikan maka semakin besar pula kepuasan pelanggan. 2 Agar tiap orang dalam organisasi sekolah mendapat respek dan dianggap sebagai aset organisasi sekolah yang paling bernilai. Dalam sekolah yang kualitasnya favorit, tiap guru dan karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. Dengan demikian guru dan karyawan merupakan sumber daya organisasi sekolah yang paling bernilai. Oleh karena itu tiap orang dalam organisasi sekolah diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pengambil keputusan. 142 3 Untuk lebih meningkatkan manajemen yang berdasarkan fakta, sekolah favorit berorientasi pada fakta. Maksudnya bahwa tiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan. Ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritisasi yakni suatu konsep perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan mengingat keterbatasan sumber daya. Oleh karena itu dalam menggunakan data, manajemen dan tim dalam organisasi sekolah dapat memfokuskan pelayanannya pada situasi tertentu yang vital. Konsep kedua, variasi atau variabilitas yang menggunakan bagian yang wajar dari tiap sistem organisasi sekolah. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. 4 Untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan. Supaya sukses, tiap sekolah perlu melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah siklus yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. 8.3 Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, ada beberapa faktor yang berpengaruh, yakni: 1 Faktor kepemimpinan. Inisiatif untuk melakukan upaya perbaikan mutu secara sinambung, mesti dimulai dari pihak pimpinan Kepala Dinas Pendidikan, Ka UPTD dan Kepala Sekolah di mana mereka harus terlibat secara langsung dalam pelaksanaannya. Bila tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada pihak lain misalnya kepada pakar yang digaji maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar, karena pakar belum tentu memahami kondisi objektif yang melingkupi di lapangan. 2 Faktor Tim. Sekolah perlu membentuk beberapa tim yang melibatkan semua guru. Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, baik 143 supervisor maupun guru harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perannya masing-masing. Supervisor perlu mempelajari cara menjadi penyelia yang efektif, sedangkan guru perlu mempelajari cara menjadi pengajar yang baik. Kedua, organisasi sekolah harus melakukan perubahan budaya kerja, agar kerja sama tim tersebut dapat berhasil. 3 Faktor deployment. Ada sekolah mesti secara bersamaan mengembangkan kualitas rencana dalam bingkai organisasi sekolah misalnya promosi, seharusnya pengembangan inisiatif tersebut juga melibatkan guru, masyarakat, orang tua peserta didik karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan, pengembangan keterampilan dan kesadaran. 4 Faktor harapan yang tidak realistis. Kalau kita mengirim gurukaryawan untuk mengikuti pelatihan selama beberapa hari, tidak berarti mereka sudah terampil. Butuh waktu untuk mendidik, mengilhami dan membuat guru sadar pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengimplementasikan perubahan proses baru, bahkan sering perubahan tersebut memakan waktu yang lama untuk dirasakan pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas. 5 Faktor empowerment. Banyak sekolah yang kurang memahami makna konsep empowerment bagi guru, mengira bila guru telah dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil tindakan, maka gurukaryawan tersebut akan menjadi self-directed dan memberikan hasil-hasil positif. Sering dalam praktek, guru tidak tahu apa yang harus dikerjakan setelah mengikuti penataran. Kadang-kadang penataran yang dialami guru lebih bersifat selingan dalam pekerjaan. Oleh karena itu mereka sebenarnya membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam melakukan sesuatu. 8.4 Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Upaya Profesionalisasi Guru Profesionalisasi Guru perlu diupayakan melalui proses pengembangan kepribadian guru agar memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Selanjutnya guru juga diharapkan memiliki komitmen untuk 144 meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Melalui pola rekrutmen yang sehat hendaknya guru memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas yang pada gilirannya memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Akhirnya kepada guru diharapkan memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya. Profesionalisasi guru juga ditempuh melalui mengupayakan agar guru memperoleh penghasilan yang sesuai dengan prestasi kerja. Agar guru berkembang, hendaknya guru diberi kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Agar guru tenteram bekerja maka guru perlu memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan yang salah satu ikhtiarnya yaitu memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan. Profesionalisasi guru diupayakan dengan penetapan standar kualifikasi guru. Untuk jenjang pra sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, maka kualifikasi pendidikan minimum yaitu S1 atau D4. Setiap guru PAUD, guru SD, guru mata pelajaran untuk SMP dan SMASMK dikehendaki agar latar belakang pendidikan tinggi sesuai bidang tugasnya. Selama menjabat sebagai guru, setiap guru diharapkan menguasai standar kompetensi sesuai dengan yang ditetapkan dalam Permen 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yg mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Secara garis besar, kompetensi guru meliputi pemahaman karakteristik peserta didik, penguasaan materi dan konsep keilmuan, penguasaan metodologi pembelajaran dan evaluasi serta pengembangan keprofesionalan. Sedangkan Standar Kompetensi Inti Guru dapat dijabarkan sebagai berikut: 1 Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2 Bertindak sesuai dengan normal agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 145 3 Bersifat inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 4 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung bidang pengembangan yang diampu. 5 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaranbidang pengembangan yang diampu. 6 Mengembangkan materi bidang pembelajaran yang diampu secara kreatif. 7 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 8 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. 9 Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendidik. 10 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang mendidik. 11 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 12 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 13 Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 14 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan kegiatan pengembangan. 15 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas kegiatan pengembangan. 16 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 17 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 18 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 19 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 146 20 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. 21 Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. 22 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 23 Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki aneka-ragam sosial budaya. 24 Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Modal dasar guru untuk mengalami proses pengembangan diri dan pengembangan karir yaitu mengembangkan sikap mental yang favorabel dan positif terhadap tuntutan perubahan seperti perubahan paradigma dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum sekolah. Oleh karena itu guru dikehendaki agar: 1 Tidak berlebihan dalam mempertahankan pendapat dan keyakinan, justru bersikap terbuka terbuka terhadap wawasan peserta didik dan sesama guru. 2 Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya. 3 Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan ide yang sulit sekalipun. 4 Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran. 5 Dapat menerima balikan feedback, baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya. 6 Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran. 7 Menghargai prestasi peserta didik betapapun maknanya bagi peserta didik. 147

8.5 Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Mutu Terpadu