Hukum Organisasi Internasional

(1)

ORGANISASI

INTERNASIONAL


(2)

PENGERTIAN ORGANISASI

INTERNASIONAL

1.

D. W. Bowett

Organisasi internasional adalah organisasi permanen yang didirikan atas dasar suatu traktat yang lebih bersifat multilateral daripada yang bersifat bilateral dan dengan kriteria tujuan tertentu.

2. N. A. Maryam Green

Organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian ketika tiga atau lebih negara menjadi peserta.

3. Pasal 2 Konvensi Wina

Organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah – pengertian sempit (karena membedakan antara organisasi pemerintah/ inter-govermental organizations (IGO’s) dan organisasi non pemerintah (NGO’s)


(3)

Perbedaan organisasi-organisasi internasional dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama-tama kita harus membedakan antara organisasi yang bersifat internasional dengan organisasi yang bersifat regional. Organisasi yang bersifat universal dimana semua negara dapat menjadi anggota. Sedangkan organisasi yang bersifat regional adalah keanggotaannya terbatas pada kawasan atau negara-negara tertentu dan biasanya beranggotakan negara-negara yang berdekatan secara geografis.

Dapat juga dibedakan antara organisasi terbuka dengan organisasi tertutup. Organisasi terbuka dapat dimasuki oleh negara-negara yang berkepentingan, dengan prosedur penerimaan yang luwes, sedangkan organisasi tertutup hanya

menerima negara-negara tertentu yang

mempunyai nilai-nilai yang sama serta diterima secara bulat oleh negara-negara anggota.

TIPOLOGI ORGANISASI

INTERNASIONAL


(4)

Atas dasar bidang kegiatan dan sasaran

yang ingin dicapai juga dapat dibedakan

antara organisasi teknik dan organisasi

politik. Organisasi politik mempunyai vokasi

yang luas dan bertujuan untuk mencapai

sasaran sedangkan organisasi teknik adalah

organisasi yang mempunyai wewenang

tertentu seperti badan-badan khusus PBB.


(5)

Organisasi Internasional merupakan subjek buatan karena keberadaannya adalah hasil akibat kehendak bersama negara-negara.

Apabila negara-negara sepakat untuk mendirikan suatu organisasi internasional maka kesepakatan tersebut dirumuskan dalam suatu instrumen yuridik yang dinamakan akte konstitutif.

Suatu prasyarat untuk berdirinya suatu OI adalah adanya keinginan untuk bekerjasama yang jelas-jelas kerja sama internasional tersebut akan bermanfaat dalam bidangnya dengan syarat organisasi tidak melanggar kekuasaan dan kedaulatan negara suatu anggota.

PEMBENTUKAN ORGANISASI

INTERNASIONAL


(6)

 Suatu OI baru ada bila negara-negara (non negara juga bisa; kursif penulis) menghendakinya dan kehendak tersebut dirumuskan dalam suatu perjanjian internasional.Bila negara sepakat untuk mendirikan suatu OI maka kesepakatan tersebut dirumuskan dalam suatu instrumen yuridik. Instrumen yuridik tersebut dinamakan akte konstitutif.

 Apapun nama yang diberikan kepada akte konstitutif tersebut seperti Pakta untuk LBB, charter untuk PBB, Statuta untuk Dewan Eropa 1949 dan lain-lain, semuanya merupakan perjanjian multilateral, bentuk yang biasa dari akte konstitutif organisasi-organisasi internasional. Keharusan adanya perjanjian multilateral yang merupakan akte konstitutif dari suatu OI merupakan manifestasi kehendak negara- negara yang memberikan kesepakatan atas lahirnya suatu pelaku hukum yang kegiatan-kegiatannya dapat berdampak terhadap isi ataupun pelaksanaan wewenang masing-masing negara anggota.

 Akta konstitutif dapat berasal dari suatu perjanjian internasional yang baru atau perjanjian internasional yang merubah perjanjian sebelumnya dengan sekaligus merubah personalitas yuridiknya.


(7)

Ade Maman Suherman memberikan rincian

tentang persyaratan suatu OI yaitu:

1)

Dibuat oleh negara sebagai para pihak

(contracting state);

2)

Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu,

dua atau lebih instrumen;

3)

Untuk tujuan tertentu;

4)

Dilengkapi dengan organ;


(8)

Persyaratan pendirian organisasi

internasional menurut KONVENSI WINA

(atikel 2) 1969:

“an

international

agreement

concluded between states in written

form and governed by international

law, whether embodied in a single

instrument or in two or more related

instruments,

and

whatever

its

particular designation”

Berdasarkan hal diatas, maka

unsur-unsur

pendirian

organisasi

internasional antara lain:

1.

Dibuat oleh negara sebagai para

pihak (contracting state)

2.

Berdasarkan perjanjian tertulis

dalam satu,dua atau lebih

instrumen

3.

Untuk tujuan tertentu

4.

Dilengkapi dengan organ


(9)

KLASIFIKASI KEANGGOTAAN

INTERNASIONAL

1. Kualitatif

Dengan pendekatan ini memberikan status khusus bagi negara-negara tertentu sebagai anggota utama (original members). Contoh, negara-negara yang ikut dalam Konferensi PBB mengenai Organisasi Internasional di San Fransisco, setelah menandatangani piagam kemudian meratifikasinya, menjadi anggota utama. Polandia pada awalnya tidak disetujui oleh Tiga Besar (AS, Inggris, Uni Soviet), karena itu tidak ikut serta dalam penyusunan piagam di konferensi San Fransisco. Namun demikian negara ini diterima sebagai anggota utama setelah menandatangani piagam. Kedudukan khusus anggota utama ini telah dijelaskan dalam pasal 3 piagam PBB.

2. Kuantitatif

Keputusan mengenai keanggotaan negara-negara lainnya diluar negara-negara anggotautama, akan diambil oleh organisasi-organisasi itu sendiri dengan ketentuan bahwa negara-negara itu harus memenuhi persyaratan dalam instrumen pokok masing-masing.


(10)

Pemutusan untuk penerimaan keanggotaan dalam organisasi internasional adalah tindakan bilateral. Di satu pihak organisasi internasional harus setuju dengan penerimaan keanggotaan, di lain pihak negara itu menurut hukum nasionalnya sah untuk menjadi anggota organisasi internasional.

Permohonan untuk menjadi anggota diajukan oleh pihak yang berwenang menurut hukum internasional, seperti kepala negara atau perdana menteri atau menteri luar negeri atau pejabat politik yang diakreditasikan di organisasi internasional tersebut atau negara yang ditunjuk untuk menyimpan dokumen ratifikasi. Dalam penerimaan anggota ini biasanya ada dua prosedur yang ditempuh. Yaitu, adanya permintaan dari calon anggota dan negara yang bersangkutan telah meratifikasikan anggaran dasar oraganisasi internasional dimana negara itu menjadi anggota.

PENERIMAAN

KEANGGOTAAN


(11)

PENANGGUHAN KEANGGOTAAN

Penangguhan keanggotaan adalah salah

satu cara yang lebih halus (dibandingkan

pengeluaran) untuk mendorong agar suatu

negara berhenti melakukan pelanggaran.

Penangguhan disini adalah penangguhan

hak-hak

dan

keistimewaan

dari

keanggotaan.


(12)

PE N GA KHIRA N KE A N GGOTA A N

Pengeluaran anggota mungkin merupakan cara yang paling dramatis dalam pengakhiran keanggotaan suatu organisasi internasional, namun ini bukan satu-satunya cara. Pengakhiran dari keanggotaan dapat terjadi apabila suatu organisasi bubar.

Keanggotaan juga dapat terjadi dengan adanya suatu pengunduran diri, atau sehubungan dengan amandemen dari suatu perjanjian yang membentuk konstitusi organisasi internasional yang bersangkutan.


(13)

PRINSIP KEANGGOTAAN

ORGANISASI

1. Prinsip Universal (university)

Dianut oleh PBB (termasuk badan-badan kusus PBB)

Keanggotaannya tidak membedakan besar-kecilnya Negara

Pasal 4 PBB : keanggotaan PBB terbuka untuk semua Negara yang cinta

damai, menerima kewajiban internasional yang ditetapkan MU PBB atas rekomendasi DK PBB

2. Prinsip pendekatan wilayah (Geograpic proximity)

Anggotanya dibatasi pada Negara-negara diwilayah tertentu

ASEAN (perhimpunan bangsa-bangsa Asia tenggara) hanya 10 negara yang berada di lingkungan kawasan di luar kawasan tidak dapat menjadi

anggotanya.

Contoh lain : UNI Eropa, Organisasi Persatuan Afrika (OAU), Organisasi Negara

Amerika (OAS) 3. Prinsip Selektivitas

Berdasarkan aspek tertentu (budaya, agama etnis/pengalaman sejarah)Organisasi komperensi islam (OIC) gerakan non-blok (NAM), liga Arab (arab

leangue) Negara-negara persemakmuran (common wealth) organisasi produsen minyak (OPEC)


(14)

PENGGOLONGAN

KEANGGOTAAN

Di dalam sebuah organisasi internasional, keanggotaan dapat dibedakan menjadi:

a) Keaanggotaan Penuh (full members)

Yaitu anggota akan ikut serta dalam semua keanggotaan organisasi dengan segala hak – haknya.

b) Keanggotaan Luar Biasa (associate members)

Yaitu anggota dapat beraprtisipasi namun tidak mempunyai hak suara dalam alat perlengkapan utama organisasi internasional. c) Keanggotaan Sebagian (partial members)

Yaitu anggota yang hanya dapat ikut dan berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan tertentu saja.

Selain penggolongan diatas, dapat juga dibedakan menjadi; a) Anggota asli (original members)

Yaitu anggota yang diundang pada saat konfrensi-konfrensi yang membicarakan rancangan anggaran dasar.

b) Anggota lainnya (admitted members)

Yaitu anggota yang masuk dalam organisasi internasional setelah organisasi tersebut berdiri sesuai ketentuan tentang

keanggotaan yang ada dalam anggaran dasar organisasi internasional.


(15)

PERSONALITAS YURIDIS

ORGANISASI

INTERNASIONAL

Suatu organisasi Internasional yang di bentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk “instrumen pokok” apapun akan memiliki suatu personalitashukum di dalam hukum internasional. Personalitas hukum ini mutlak penting guna memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam hubungan internasional, khususnya kapasitasnya untuk melaksanakan fungsi hukum seperti membuat kontrak, membuat perjanjian dengan suatu negara lainnya.

Secara yuridis, organisasi internasional memiliki personalitas hukum. Personalitas hukum ini berkaitan dengan personalitas hukum dalam konteks hukum nasional dan personalitas dalam konteks hukum internasional.


(16)

1. Personalitas hukum dalam konteks hukum nasional

Personalitas hukum organisasi internasional dalam konteks hukum nasional pada hakikatnya menyangkut keistimewaan dan kekebalan bagi organisasi itu sendiri yang berada di wilayah suatu negara anggota, bagi wakil-wakil dari negara anggotanya dan bagi pejabat-pejabat sipil internasional tersebut. Hampir semua instrumen pokok mencantumkan ketentuan bahwa organisasi internasional yang di bentuk itu mempunyai kapasitas hukum dalam rangka menjalankan fungsinya atau memiliki personalitas hukum (Suryokusumo, 1990).

2. Personalitas hukum dalam konteks hukum internasional

Personalitas hukum dari suatu organisasi internasional dalam konteks hukum internasional pada hakikatnya menyangkut kelengkapan organisasi internasional tersebut dalam memiliki kapasitas untuk melakukan prestasi hukum, baik dalam kaitannya dengan negara lain maupun negara-negara anggotanya, termasuk kesatuan lainnya. Kapasitas itu telah diakui dalam hukum internasional. Pengakuan tersebut tidak saja melihat bahwa organisasi internasional itu sendiri sebagai subjek hukum internasional, tetapi juga karena organisasi itu harus menjalankan fungsinya secara efektif sesuai mandat yang telah dipercayakan oleh para anggotanya.

Dari segi hukum, organisasi internasional sebagai kesatuan yang telah memiliki kedudukan personalitas tersebut, sudah tentu memiliki wewenangnya sendiri untuk mengadakan tindakan-tindakan sesuai dengan kesatuan yang telah di tetapkan dalam instrumen pokoknya maupun keputusan organisasi internasional tersebut yang telah disetujui para anggotanya. Namun, hal ini banyak menimbulkan perselisihan karena secara eksplisit tidak disebutkan dalam instrumen pokok.


(17)

WEWENANG

ORGANISASI

INTERNASIONAL

Wewenang normatif adalah wewenang yang memperbolehkan organisasi internasional membuat norma-norma seperti ketentuan hukum dan keuangan. Organisasi-organisasi internasional banyak yang menggunakan wewenang normatif dengan tujuan untuk memperlancar kegiatan intern. Wewenang ini akan lebih luas lagi bila organisasi melakukan kegiatan operasional dan untuk itu diperlukan rezim yuridis dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Disamping wewenang normatif suatu organisasi internasional juga mencakup hak untuk ikut dalam konvensi-konvensi internasional. Pasal 6 Konvensi Wina tahun 1986 memberikan kapasitas kepada organisasi internasional untuk membuat perjanjian internasional dengan subjek-subjek hukum lainnya.  

Wewenang pengawasan adalah wewenang suatu organisasi internasional untuk mengawasi negara-negara anggota yang tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah disepakati sebelumnya.


(18)

HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL

Kekebalan diplomatik dalam bahasa asingnya mencakup dua pengertian yaitu inviolability dan immunity. Inviolability adalah kekebalan terhadap alat-alat kekuasan negara penerima dan kekebalan terhadap segala gangguan yang merugikan. Sehingga di sini terkandung pengertian perwakilan diplomatik memiliki hak mendapat perlindungan dari alat-alat kekuasaan negara penerima. Bahwa pejabat diplomatik inviolable, tidak dapat ditangkap atau ditahan oleh alat perlengkapan negara penerima. Negara penerima mempunyai kewajiban untuk mengambil langkah-langkah demi menjaga serangan atas kehormatan pribadi pejabat diplomatik yang bersangkutan, sedangkan immunity adalah kekebalan terhadap yuridiksi dari negara penerima, baik hukum pidana, perdata, maupun administratif.


(19)

1) Kekebalan terhadap kekuasaan negara penerima Kekebalan dalam bentuk ini misalnya adalah kekebalan terhadap paksaan, penahanan dan penangkapan. Ketentuan ini memberikan petunjuk bagi alat-alat negara penerima untuk tidak melakukan hal-hal tersebut. Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan pengertian yang terdapat dalam penjelasan Pasal 29 Konvensi Wina 1961. 2) Hak mendapatkan perlindungan terhadap gangguan atau

serangan atas diri pribadi dan kehormatannya. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap gangguan, serangan atas kebebasan dan kehormatan diri pejabat diplomatik sebagaimana di Indonesia yang telah menjamin dan mengatur dalam Pasal 143 dan 144 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia.

3) Kekebalan terhadap jurisdiksi pengadilan negara penerima diatur dalam Pasal 31 Konvensi Wina 1961

4) Kekebalan dari kewajiban menjadi saksi Pasal 31 ayat 2 Konvensi Wina 1961


(20)

5) Kekebalan kantor perwakilan dan rumah kediaman

perwakilan diplomatik

Tidak diganggu–gugatnya gedung perwakilan asing suatu negara pada hakikatnya menyangkut dua aspek. Aspek pertama adalah mengenai kewajiban negara penerima untuk memberikan perlindungan sepenuhnya sebagai perwakilan asing di negara tersebut dari setiap gangguan. Aspek kedua adalah kedudukan perwakilan asing itu sendiri yang dinyatakan kebal dari pemeriksaan termasuk barang-barang miliknya dan semua arsip yang ada di dalamnya.

Pasal 22 Konvensi Wina 1961

6) Kekebalan terhadap korespondensi perwakilan diplomatik pasal 27 Konvensi Wina 1961

Para pejabat diplomatik dalam menjalankan tugasnya mempunyai kebebasan penuh, dan dapat menjalankan komunikasi secara rahasia dengan

pemerintahnya. Diakui secara umum bahwa

kebebasan berkomunikasi juga berlaku bagi semua korespondensi resmi antara perwakilan dengan pemerintahnya, dan kebebasan ini harus dilindungi oleh negara penerima. Surat menyurat pejabat diplomatik tidak boleh digeledah, ditahan, atau disensor oleh negara penerima. Perwakilan diplomatik dapat menggunakan kode dan sandi rahasia dalam komunikasinya dengan negara pengirim, sedangkan instalasi radio dan operasi pemancar radio hanya dapat dilakukan atas dasar izin negara setempat. Kurir diplomatik yang berpergian dengan paspor diplomatik tidak boleh


(21)

PROFIL ORGANISASI INTERNASIONAL

(PBB)

Sejarah

LBB gagal dalam melaksanakan tugasnya sehingga banyak anggotanya yang keluar dan dengan pecahnya PD II bulan Septembern 1939 maka secara tidak langsung LBB bubar.

PM Inggris Winston Churchill dan Presiden USA Franklin Delano Roosevelt mengadakan pertemuan diatas kapal Augusta di teluk New Foundland. Pertemuan itu menghasilkan Piagam yaitu Atlantic Charter. Piagam ini disepakati sebagai dasar berdirinya organisasi internasional yang baru. Isi pokok Atlantic Charter adalah yaitu perlu adanya kesepakatan dan kerjasama antar bangsa atau antar negara dalam menyelesaikan sengketa internasional.

Maka pada permulaan tahun 1945, wakil-wakil dari 50 negara yang disponsori oleh 4 negara yaitu USA, Inggris, Rusia, China berkumpul di San Fransisco untuk membicarakan dan membentuk organisasi pengganti LBB. Konferensi di San Fransico berhasil menyusun suatu piagam yang bernama Charter of Peace. Isitilah United Nation (PBB) pertma kali digunakan oleh Franklin Delano Roosevelt pada tanggal 1 Januari 1942.

Charter of Peace belum dapat melaksanakan tugasnya karena belum mendapat pengesahan dan persetujuan dari perlemen masing-masing negara peserta. Baru pada tanggal 24 Oktober 1945, badan tersebut disahkan oleh sebagian besar dari negara peserta dan secara resmi menjadi hari berdirinya PBB.

Markas besar PBB didirikan ditas tanah yang disumbangkan oleh John Davison Rockefeller Junior yang terletak di East River, Late Succes, New York.


(22)

Tujuan

1. Menjamin perdamaian dunia, hak-hak manusia, kemajuan sosial-ekonomi

2. Perselisihan harus diselesaikan dengan jalan damai dan tidak boleh ada perang

3. Tidak boleh melanggar kedaulatan negara lain

4. Tidak boleh ikut camur tangan mengenai urusan luar negeri suatu negara

5. Mengadakan tindakan-tindakan terhadap negara-negara yang membahayakan perdamaian

Syarat untuk menjadi anggota PBB 6. Cinta damai

7. Menerima dan menyetujui serta tunduk kepada piagam PBB

8. Sanggup dan bersedia untuk memenuhi kewajiban yang tercantum dalam piagam PBB


(23)

Badan-badan PBB

1. Majelis Umum (majelis musyawarah utama)

2. Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan keamanan)

3. Dewan Ekonomi san Sosial (membantu dalam mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial internasional dan pembangunan)

4. Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh PBB)

5. Mahkamah Internasional (organ peradilan primer)

6. Dewan Perwalian

7. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

8. Program Pangan Dunia (WFP)

9. Dana Anak-anak Dunia (UNICEF)

Negara yang mempunyai hak veto

10. USA

11. Inggris

12. China

13. Jerman


(1)

HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI

INTERNASIONAL

Kekebalan diplomatik dalam bahasa asingnya mencakup

dua pengertian yaitu inviolability dan immunity. Inviolability

adalah kekebalan terhadap alat-alat kekuasan negara

penerima dan kekebalan terhadap segala gangguan yang

merugikan. Sehingga di sini terkandung pengertian

perwakilan diplomatik memiliki hak mendapat perlindungan

dari alat-alat kekuasaan negara penerima. Bahwa pejabat

diplomatik inviolable, tidak dapat ditangkap atau ditahan oleh

alat perlengkapan negara penerima. Negara penerima

mempunyai kewajiban untuk mengambil langkah-langkah

demi menjaga serangan atas kehormatan pribadi pejabat

diplomatik yang bersangkutan, sedangkan immunity adalah

kekebalan terhadap yuridiksi dari negara penerima, baik

hukum pidana, perdata, maupun administratif.


(2)

1) Kekebalan

terhadap

kekuasaan

negara

penerima

Kekebalan dalam bentuk ini misalnya adalah kekebalan

terhadap

paksaan,

penahanan

dan

penangkapan.

Ketentuan ini memberikan petunjuk bagi alat-alat negara

penerima untuk tidak melakukan hal-hal tersebut.

Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan pengertian yang

terdapat dalam penjelasan Pasal 29 Konvensi Wina 1961.

2) Hak mendapatkan perlindungan terhadap gangguan atau

serangan

atas

diri

pribadi

dan

kehormatannya.

Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap

gangguan, serangan atas kebebasan dan kehormatan diri

pejabat diplomatik sebagaimana di Indonesia yang telah

menjamin dan mengatur dalam Pasal 143 dan 144 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia.

3) Kekebalan terhadap jurisdiksi pengadilan negara penerima

diatur dalam Pasal 31 Konvensi Wina 1961

4) Kekebalan

dari

kewajiban

menjadi

saksi

Pasal 31 ayat 2 Konvensi Wina 1961


(3)

5)

Kekebalan kantor perwakilan dan rumah kediaman

perwakilan diplomatik

Tidak diganggu–gugatnya gedung perwakilan

asing suatu negara pada hakikatnya menyangkut

dua aspek. Aspek pertama adalah mengenai

kewajiban negara penerima untuk memberikan

perlindungan sepenuhnya sebagai perwakilan asing

di negara tersebut dari setiap gangguan. Aspek

kedua adalah kedudukan perwakilan asing itu sendiri

yang dinyatakan kebal dari pemeriksaan termasuk

barang-barang miliknya dan semua arsip yang ada di

dalamnya.

Pasal 22 Konvensi Wina 1961

6) Kekebalan terhadap korespondensi perwakilan

diplomatik pasal 27 Konvensi Wina 1961

Para pejabat diplomatik dalam menjalankan

tugasnya mempunyai kebebasan penuh, dan dapat

menjalankan komunikasi secara rahasia dengan

pemerintahnya.

Diakui

secara

umum

bahwa

kebebasan berkomunikasi juga berlaku bagi semua

korespondensi resmi antara perwakilan dengan

pemerintahnya, dan kebebasan ini harus dilindungi

oleh negara penerima. Surat menyurat pejabat

diplomatik tidak boleh digeledah, ditahan, atau

disensor

oleh

negara

penerima.

Perwakilan

diplomatik dapat menggunakan kode dan sandi

rahasia dalam komunikasinya dengan negara

pengirim, sedangkan instalasi radio dan operasi

pemancar radio hanya dapat dilakukan atas dasar

izin negara setempat. Kurir diplomatik yang

berpergian dengan paspor diplomatik tidak boleh


(4)

PROFIL ORGANISASI INTERNASIONAL

(PBB)

Sejarah

LBB gagal dalam melaksanakan tugasnya sehingga banyak anggotanya yang keluar dan dengan pecahnya PD II bulan Septembern 1939 maka secara tidak langsung LBB bubar.

PM Inggris Winston Churchill dan Presiden USA Franklin Delano Roosevelt mengadakan pertemuan diatas kapal Augusta di teluk New Foundland. Pertemuan itu menghasilkan Piagam yaitu Atlantic Charter. Piagam ini disepakati sebagai dasar berdirinya organisasi internasional yang baru. Isi pokok Atlantic Charter adalah yaitu perlu adanya kesepakatan dan kerjasama antar bangsa atau antar negara dalam menyelesaikan sengketa internasional.

Maka pada permulaan tahun 1945, wakil-wakil dari 50 negara yang disponsori oleh 4 negara yaitu USA, Inggris, Rusia, China berkumpul di San Fransisco untuk membicarakan dan membentuk organisasi pengganti LBB. Konferensi di San Fransico berhasil menyusun suatu piagam yang bernama Charter of Peace. Isitilah United Nation (PBB) pertma kali digunakan oleh Franklin Delano Roosevelt pada tanggal 1 Januari 1942.

Charter of Peace belum dapat melaksanakan tugasnya karena belum mendapat pengesahan dan persetujuan dari perlemen masing-masing negara peserta. Baru pada tanggal 24 Oktober 1945, badan tersebut disahkan oleh sebagian besar dari negara peserta dan secara resmi menjadi hari berdirinya PBB.

Markas besar PBB didirikan ditas tanah yang disumbangkan oleh John Davison Rockefeller Junior yang terletak di East River, Late Succes, New York.


(5)

Tujuan

1. Menjamin perdamaian dunia, hak-hak manusia,

kemajuan sosial-ekonomi

2. Perselisihan harus diselesaikan dengan jalan damai

dan tidak boleh ada perang

3. Tidak boleh melanggar kedaulatan negara lain

4. Tidak boleh ikut camur tangan mengenai urusan luar

negeri suatu negara

5. Mengadakan tindakan-tindakan terhadap

negara-negara yang membahayakan perdamaian

Syarat untuk menjadi anggota PBB

6. Cinta damai

7. Menerima dan menyetujui serta tunduk kepada piagam

PBB

8. Sanggup dan bersedia untuk memenuhi kewajiban

yang tercantum dalam piagam PBB


(6)

Badan-badan PBB

1. Majelis Umum (majelis musyawarah utama)

2. Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan keamanan)

3. Dewan Ekonomi san Sosial (membantu dalam mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial internasional dan pembangunan)

4. Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh PBB)

5. Mahkamah Internasional (organ peradilan primer)

6. Dewan Perwalian

7. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

8. Program Pangan Dunia (WFP)

9. Dana Anak-anak Dunia (UNICEF)

Negara yang mempunyai hak veto

10. USA

11. Inggris

12. China

13. Jerman