Analisis Kualitas Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender dan Taksonomi Bloom pada Materi Pokok Sistem Reproduksi

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KUALITAS PERTANYAAN SISWA BERDASARKAN GENDER DAN TAKSONOMI BLOOM PADA

MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI Oleh

YULIANI

Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi

perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Siswa memiliki kemampuan bertanya yang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pertanyaan siswa laki-laki dan perempuan, serta perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan antara siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan taksonomi Bloom.

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Metode sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Data penelitian yaitu data kualitatif berupa deskripsi kualitas pertanyaan siswa. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif.

Hasil analisis data menunjukan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan oleh siswa laki-laki yaitu pertanyaan dimensi kognitif pengetahuan/C1 (34,78%), pemahaman/C2 (60,86%), dan analisis/C4 (4,34%). Sedangkan kualitas pertanyaan yang diajukan oleh siswa perempuan yaitu dimensi kognitif


(2)

Yuliani

pengetahuan/C1 (37,83%), pemahaman/C2 (48,64%), aplikasi/C3 (12,16%), dan analisis/C4 (1,35%). Perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan yaitu tidak berbeda nyata dengan dominansi pertanyaan yaitu pemahaman (C2).


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Masino dan Ibu Aminah yang dilahirkan di Tanjung Kesuma Kecamatan Purbolinggo pada tanggal 20 Juli 1992. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Tanjung Kesuma pada tahun 2004, kemudian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Purbolinggo pada tahun 2007, dan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Purbolinggo pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Penulis pernah aktif di organisasi HIMASAKTA (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta) sebagai anggota divisi (adiv) Seni dan Kreatifitas periode 2011/2012. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Genetika. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs Nahdlatul Ulama Krui dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Pasar Krui, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2013. Penulis dapat dihubungi di Desa Tanjung Kesuma Dusun III Kecamatan Purbolinggo Lampung Timur atau kontak 087899844411.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan cinta

kasihku kepada:

Ibu dan Bapak tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, pengorbanan, semangat, dan do’a yang tak pernah henti untukku...

Adikku Agil Afrian Anwar tersayang atas do’a, semangat, dan

dukungannya...


(9)

Moto

Dan ingatlah ketika Tuhan

-mu menyatakan: Sesungguhnya jika kamu

bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu

mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-

Ku amat pedih

QS Ibrahim (14): 7

“Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Alloh akan memudahkan baginya jalan ke surga”

(H.R. Muslim)

Man saara ala darbi washala

Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ke tujuan (Rantau 1 Muara~A. Fuadi)


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KUALITAS PERTANYAAN SISWA BERDASARKAN GENDER DAN TAKSONOMI BLOOM PADA MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi

Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.

3. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas atas bimbingan dan masukannya. 4. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed dan Pramudiyanti, S.Si., M.Si. selaku

Pembimbing I atas motivasi, saran, dan masukannya.

5. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unila sekaligus sebagai Pembimbing II atas motivasi, saran, dan masukannya.

6. Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd atas motivasi, saran, dan masukannya. 7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala ilmu yang telah diberikan.

8. Hasan Pauzi S.Pd, M.M selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Pagelaran yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.


(11)

9. Endang Wahyuningsih S.Pd, M.M selaku guru mitra yang telah banyak memberikan bantuan dan kemudahan selama penelitian.

10.Seluruh siswa-siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pagelaran atas kerjasama dan perhatiannya selama penelitian.

11.Rekan seperjuangan dalam penelitian Hanni Hanifah S.Pd., atas kerjasama dan kesabarannya.

12.Sahabat terbaik selama di kampus ini Destra Mutia S.Pd., Eli Komariah S.Pd., Arinta Winsi S.Pd., Sisca Nasution S.Pd., Mayvena Lizora S.Pd., Qurratu Aini

Na’ima S.Pd., Nindy Profithasari S.Pd., Gadis Pratiwi S.Pd., Renita

Prahastiani S.Pd., Novita Sari S.Pd., Rosiana Aisyiyah S.Pd., Aji S.Pd., Oktia & Kartika Wulandari S.Pd. dan yang tak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang terjalin. Semoga persahabatan ini tidak berakhir seiring berakhirnya masa studi kita. Aamiin 13.Seluruh sejawat perjuangan mahasiswa Pendidikan Biologi 2010 atas

kesediaannya dalam membantu dalam kelancaran penelitian ini. 14.Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Aamiin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis


(12)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Bertanya ... 8

B. Klasifikasi Pertanyaan ... 10

C. Faktor yang Memengaruhi Keterampilan Bertanya Siswa ... 12

D. Pengaruh Gender Terhadap Pembelajaran ... 14

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Desain Penelitian ... 20

D. Prosedur Penelitian... 21

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 22

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 24

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 26

B. Pembahasan ... 28

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 33

B. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN 1. Silabus ... 37


(13)

xiv

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 1... 39

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 2... 43

4. Soal Ulangan Harian ... 47

5. Kisi-Kisi Soal. ... 51

6. Rubrik Penilaian Soal ... 58

7. Perhitungan ... 61

8. Uji Beda Jumlah Pertanyaan Siswa ... 63


(14)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbedaan Gender dalam Struktur Otak ... 15 2. Jumlah Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender Pada Setiap

Tingkatan Ranah Kognitif SMA Negeri 1 Pagelaran ... 23 3. Persentase Jumlah dan Kualitas Pertanyaan Siswa ... 26 4. Hasil Uji Beda Jumlah Pertanyaan Siswa Laki-laki dan Perempuan ... 27 5. Hasil Uji Beda Kualitas Pertanyaan Siswa Laki-laki dan Perempuan . 28 6. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif Taksonomi Bloom ... 65 7. Kualitas Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender dan Tingkat Ranah

Kognitif Pertemuan Pertama ... 67 8. Kualitas Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender dan Tingkat Ranah


(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Guru Menjelaskan Materi Kepada Siswa ... 72 2. Guru dan Siswa Menyaksikan Video Pembelajaran ... 72


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Secara alamiah telah diketahui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood 1994: 38). Siswa laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang berbeda, yang dibangun karena faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis berkenaan dengan kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya. Sedangkan faktor psikologis menyangkut minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitifnya. Semua ini dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Menurut Valanides (1999: 98) mengenai hasil tes kemampuan berpikir logis menunjukkan bahwa siswa laki-laki lebih baik secara signifikan dibanding siwa perempuan. Data Assessment of

Educational Progress (NAEP) tahun 1976-1990 bahwa prestasi belajar anak laki-laki lebih baik dibandingkan lawan jenisnya. Hal ini belum terlihat pada siswa berumur 9 tahun tetapi sangat terlihat pada siswa berumur 17 tahun. Latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial, dan pengaruh lingkungan lain menjadi faktor yang dapat mempengaruhi tingkat perkembangan berpikir siswa. Masalah gender tidak dipungkiri pada


(17)

2

kenyataannya bahwa secara umum terdapat sosial biologis antara perempuan dan laki-laki, dan perbedaan tersebut mempengaruhi pembelajaran (Wood, 1994: 4). Hal tersebut dapat berpengaruh juga terhadap perbedaan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

Siswa memiliki kemampuan bertanya yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang mereka ajukan, ada yang berupa pertanyaan sederhana tentang pengertian konsep dan ada juga yang bertanya tentang isi ataupun mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi berbagai jenis tergantung dari sudut pandang para ahli yang

mengemukakannya. Sistem kategori pertanyaan untuk IPA atau The Question Category System for Science (QCSS) terdiri dari tiga tingkat klasifikasi (Blosser dalam Rahmadhani, 2013: 2).

Tingkat pertama, pertanyaan-pertanyaan dibedakan menjadi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Tingkat kedua pertanyaan-pertanyaan dibagi menjadi empat cara berpikir, yaitu ingatan kognitif, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan berpikir evaluatif. Tingkat ketiga pada QCSS bersangkutan dengan macam pelaksanaan cara berpikir yang dituntut oleh pertanyaan itu. Selain berdasarkan QCSS, kualitas pertanyaan siswa dapat dilihat dari tingakatan ranah kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi, yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan sintesis (C6). Pertanyaan kognitif tingkat rendah mencakup C1 sampai C3, sedangkan pertanyaan kognitif tingkat tinggi mencakup C4 sampai C6 (Sudijono, 2001: 49).


(18)

3

Pentingnya siswa bertanya di kelas mendorong terjadinya interaksi antar siswa agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab terhadap pertanyaan yang diajukan. Selain itu, pentingnya penggunaan keterampilan bertanya siswa secara tepat adalah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, yaitu

membangkitkan minat, rasa ingin tahu, dan memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis

kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkritisi suatu informasi yang ia dapatkan,

mendorong siswa mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, serta menguji dan mengukur hasil belajar siswa (Partin, 2009: 3).

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhani (2013) mengungkapkan bahwa jenis pertanyaan yang diajukan oleh siswa SMP (Sekolah Menengah

Pertama) berdasarkan perkembangan intelektualnya didominasi oleh pertanyaan dimensi kognitif memahami (C2) dan dimensi pengetahuan konseptual untuk kategori taksonomi Bloom. Perbedaan gender juga turut mempengaruhi perbedaan kualitas pertanyaan. Siswa laki-laki mampu memunculkan pertanyaan dimensi kognitif analisis (C4) lebih banyak dibandingkan perempuan untuk kategori taksonomi Bloom. Sedangkan siswa perempuan lebih banyak menanyakan pertanyaan dimensi kognitif C1 untuk kategori taksonomi Bloom. Selebihnya siswa laki-laki dan

perempuan dominansi pertanyaannya merupakan pertanyaan dimensi kognitif memahami dan dimensi pengetahuan konseptual (Rahmadhani, 2013: 71).


(19)

4

Hasil observasi pembelajaran di SMA N 1 Pagelaran menunjukkan bahwa aktivitas dalam mengajukan dan menanggapi pertanyaan tergolong sedang. Hal tersebut terlihat bila siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, beberapa siswa sudah memanfaatkannya namun masih ada siswa yang pasif dan terlihat ragu untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan. Padahal dengan mengajukan pertanyaan membuktikan bahwa siswa tersebut berpikir dan belajar. Karena faktanya dengan mengajukan pertanyaan, dapat meningkatkan pemahaman, melihat lebih jauh, bahkan lebih baik dalam memutuskan sesuatu (Barus, 2012: 2).

Berdasarkan uraian di atas muncul rasa ingin tahu mengenai kualitas pertanyaan yang diajukan siswa apabila digolongkan menggunakan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom, baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan

berdasarkan taksonomi Bloom?

2. Bagaimanakah kualitas pertanyaan yang diajukan siswa perempuan pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan


(20)

5

3. Bagaimanakah perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan perempuan pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom

2. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa perempuan pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom.

3. Perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan perempuan pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari

pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi berbagai pihak-pihak yang terkait.

1. Bagi guru, dapat mengembangkan metode pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan agar dapat meningkatkan keterampilan bertanya siswa di dalam proses pembelajaran.


(21)

6

2. Bagi siswa, dapat mempelajari sesuatu yang benar-benar ingin diketahui dan mengarahkan siswa untuk berpikir lebih tinggi dalam mempelajari materi.

3. Bagi peneliti, memberikan bahan referensi untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada masalah:

1. Kualitas pertanyaan siswa dianalisis menggunakan tingkatan ranah kognitif (C1-C6) taksonomi Bloom yang telah direvisi.

2. Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk

mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Secara alamiah telah diketahui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood, 1994: 39 dalam Rahmadhani, 2013: 38).

3. Pengumpulan pertanyaan pada penelitian ini yaitu pertanyaan yang diajukan secara lisan.

4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Pagelaran tahun ajaran 2013/2014 dengan sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4.

5. Pertanyaan siswa dikaitkan dengan isi materi sistem reproduksi manusia pada KD 3.7 yaitu organ reproduksi laki-laki, saluran reproduksi laki-laki,


(22)

7

perempuan, kelenjar reproduksi perempuan, proses pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, pemberian ASI, serta kelainan dan penyakit yang terjadi pada sistem reproduksi manusia.

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah

pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah pertanyaan

yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan. 2. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas

pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas pertanyaan


(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keterampilan Bertanya

Menurut Saidiman (Uno, 2008: 170), bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenali. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Bertanya dapat diartikan sebagai keinginan mencari informasi yang belum diketahui. Sehingga jika bertanya adanya pada kondisi

pembelajaran maka bertanya merupakan proses meminta ketarangan atau penjelasan untuk mendapatkan informasi yang belum diketahui dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.

Sedangkan pertanyaan adalah sarana kunci dalam interaksi melalui percakapan atau diskusi. Pertanyaan merupakan suatu cara untuk

mengarahkan perhatian pada suatu masalah. Pertanyaan itu penting untuk menantang keabsahan dan sumber informasi yang digunakan untuk

mendukung sebuah argumen. Pertanyaan juga penting untuk mendapatkan lebih banyak detail dan penjelasan mengenai suatu masalah (Bono, 2007: 93). Pendapat lain juga mengatakan pertanyaan adalah pernyataan seseorang yang ditujukan kepada orang lainnya serta mengharapkan untuk dijawab.

Kompetensi professional seorang guru perlu dilengkapi dengan keterampilan bertanya, karena proses belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang


(24)

9

didalamnya perlu adanya dialog atau komunikasi antara guru dan siswa. Sedangkan dalam proses berkomunikasi diperlukan danya keterlibatan intelektual siswa yang dikembangkan dengan berbagai pertanyaan yang diajukan guru (Rahmawati: 2011:1).

Keterampilan bertanya bertujuan untuk: (1) merangsang kemampuan berpikir siswa; (2) membantu siswa dalam belajar; (3) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri; (4) meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi; (5) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan. Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya (Rohani, 2004: 9).

Menurut Hamalik (2001: 175) aktivitas pembelajaran yang mengacu pada kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan yaitu oral activities seperti bertanya. Aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan juga didukung oleh aktivitas-aktivitas lainnya seperti aktivitas mendengar, aktivitas mental dan aktivitas emosional sehingga dapat saling melengkapi bagi siswa untuk berani mengungkapkan pertanyaan kepada guru.


(25)

10

B. Klasifikasi Pertanyaan

Untuk memudahkan menganalisis pertanyaan, pertanyaan biasanya

diklasifikasikan berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam literatur tentang pertanyaan terdapat bermacam-macam klasifikasi pertanyaan, diantaranya: 1. Pertanyaan akademik dan pertanyaan non akademik (Hamilton dan

Brady dalam Widodo 2006: 3). Pertanyaan akademik adalah pertanyaan yang berkaitan dengan materi subjek, baik materi yang telah lalu maupun materi yang sedang dibahas. Pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan sosial, organisasi, disiplin, dan sebagainya yang tidak terkait dengan materi dikelompokkan dalam pertanyaan non akademik.

2. Pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka (Harlen dalam Widodo, 2006: 3). Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang hanya

mengundang satu atau beberapa respon yang terbatas dan biasanya langsung menuju satu kesimpulan. Pertanyaan tertutup mempunyai jawaban yang pasti dan terbatas. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengundang sejumlah jawaban. Pada pertanyaan terbuka

rentangan kemungkinan respon yang dapat diberi adalah lebih luas jika dibandingkan dengan pertanyaan tertutup.

3. Pertanyaan terkait proses kognitif (Bloom dalam Widodo, 2006: 4). Taksonomi Bloom merupakan salah satu taksonomi yang telah sejak lama digunakan dalam dunia pendidikan Indonesia. Pertanyaan juga dapat diklasifikasikan dalam berbagai proses kognitif seperti yang dikemukaakan dalam taksonomi Bloom. Dalam versi revisi taksonomi Bloom dilakukan pemisahan antara dimensi pengetahuan dan dimensi


(26)

11

proses kognitif. Dimensi pengetahuan mencakup pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif.

Dimensi proses kognitif mencakup menghafal (remember), memahami (understand), menerapakan (apply), menganalisis (analyze),

mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create). (1) Menghafal (remember) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. (2) Memahami (understand) adalah

kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. (3) Menerapkan (apply) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret. (4) Menganalisis (analyze) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. (5) Mengevaluasi (evaluate) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. (6) Membuat (create) merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru (Sudijono, 2001: 49).


(27)

12

C. Faktor yang Memengaruhi Keterampilan Bertanya Siswa

Menurut Brualdi (dalam Sari 2012: 23) banyak faktor yang dapat

mempengaruhi keterampilan bertanya siswa, faktor tersebut terdiri atas faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.

1. Faktor dari dalam diri Siswa a. Minat siswa dalam bertanya.

Minat, besar pengaruhnya terhadap berbagai aktivitas. Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran, akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya sehingga lebih mudah menghafal pelajaran tersebut.

Tinggi rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan, erat kaitannya pula dengan tinggi rendahnya kesadaran diri terhadap pemenuhan rasa ingin tahu / kebutuhan informasi, yang salah satunya dengan mengajukan pertanyaan.

b. Memiliki perasaan tidak / kurang berani dalam bertanya. Perasaan kurang berani (perasaan takut) adalah sejenis naluri. Kebanyakan perasaan takut itu disebabkan karena pengaruh lingkungan. Perasaan takut yang ada pada siswa, dapat

melemahkan semangatnya dan menggoyahkan ketenangannya. Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan, karena diliputi perasaan takut, seperti takut salah, takut mendapat ejekan, takut

mengungkapkan pendapat dan karena ketakutan lainnya. Sehingga apa yang ingin ditanyakan tidak dapat diutarakannya.


(28)

13

c. Motif keingintahuan siswa.

Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

bertindak melakukan sesuatu. Motif keingintahuan siswa yang besar pada suatu pelajaran, dapat dilihat pada semangatnya mengikuti pelajaran.

Salah satunya yang dapat dilihat ialah kebiasaannya mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan. Dengan motif

keingintahuannya yang besar segala aktivitas belajar demi mencapai prestasi dan cita-citanya dapat dijalaninya dengan penuh kegigihan. 2. Faktor dari Luar Diri Siswa

a. Faktor guru (motivasi dari guru).

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswanya di sekolah, maka gurulah yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar siswanya. Sebagai pendidik guru tidak hanya berperan untuk mendorong meningkatkan prestasi belajar siswa, tetapi juga yang lebih jauh lagi untuk memotivasi siswa agar lebih aktif, bergairah belajar dan menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa. Selaku motivator, guru harus selalu memberi semangat agar motif-motif yang positif pada siswanya dapat dibangkitkan, ditingkatkan dan dikembangkan. Guru harus memotivasi siswanya agar terbiasa bertanya, karena hal itu penting bagi perkembangan kepribadian dan penambah

pengetahuan. Dan sebagai orang yang menginginkan keberhasilan dalam mengajar, guru harus selalu mempertahankan agar umpan


(29)

14

balik selalu berlangsung dalam diri siswanya. Umpan balik itu tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk sikap mental yang selalu berproses untuk menyerap bahan pelajaran yang diberikan. Bertanya adalah salah satu umpan balik yang diberikan siswa pada guru.

Guru yang hanya mengajar dan tanpa memperhatikan mengerti tidaknya siswa terhadap bahan pelajaran yang disampaikan, akan mendapat reaksi negatif dari siswa. Siswa cenderung menunjukkan sikap acuh tak acuh atas apa yang disampaikan, siswa juga bisa melakukan kegiatan lain yang terlepas dari masalah pelajaran. b. Faktor lingkungan, seperti suasana belajar.

Suasana belajar yang menyenangkan memengaruhi semangat dan suasana hati siswa. Siswa yang memiliki semangat untuk belajar dan memiliki suasana hati yang menyenangkan, dapat mengikuti

pelajaran dengan penuh perhatian dan tidak akan sungkan-sungkan mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasannya.

D. Pengaruh Gender Terhadap Pembelajaran

Jenis kelamin seorang siswa merupakan ciri yang terlihat jelas dan abadi. Riset lintas budaya menunjukkan bahwa peran gender berada di antara hal pertama yang dipelajari individu dan bahwa semua masyarakat

memperlakukan laki-laki berbeda dari perempuan. Persoalan perbedaan gender dalam kecerdasan atau pencapaian akademis juga telah diperdebatkan


(30)

15

selama berabad-abad dan masalah itu menjadi sangat penting (Slavin, 2008: 159).

Perbedaan anatomis otak laki-laki dan perempuan terdapat di lobus parietal bawah, hipotalamus, dan lokasi bicara. Pada laki-laki umumnya belahan otak kirinya lebih berkembang. Hal tersebut berpengaruh pada kemampuan

berpikir logis, abstrak dan analisis. Sedangkan pada perempuan, belahan otak kanannya yang lebih berkembang sehingga menyebabkan perempuan

cenderung lebih berbakat untuk aktivitas artistik dan imaginatif, holistik, berpikir intuitif dan beberapa kemampuan visual dan spasial (Rahmadhani, 2013).

Perbedaan gender dalam struktur otak laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan Gender dalam Struktur Otak

Bagian Otak Laki-laki Perempuan

Lobus temporal

Daerah korteks serebral membantu mengendalikan pendengaran, ingatan, dan kesadaran seseorang akan diri dan waktu.

Pada laki-laki yang secara kognitif normal, sebagian kecil daerah pada lobus temporal memiliki neuron sekitar 10% lebih kecil dibandingkan neuron yang dimiliki otak perempuan.

Neuron yang terletak dibagian temporal, di tempat dimana bahasa, melodi, dan nada bicara dimengerti, lebih banyak.

Korpus kalosum

Jembatan utama antara otak kiri dan otak kanan berisi seberkas neuron yang membawa pesan antara kedua hemisfer otak

Volume bagian otak ini pada laki-laki lebih kecil dari volumenya pada otak perempuan, artinya komunikasi yang terjadi antara kedua hemisfer otak lebih sedikit.

Bagian belakang kalosum dalam otak perempuan lebih besar dari yang ada pada otak laki-laki. Ini menerangkan mengapa perempuan memakai kedua sisi otaknya untuk bahasa.

Komisura anterior

Kumpulan sel saraf ini, lebih kecil dari korpus kalosum, juga menghubungkan kedua hemisfer otak.

Komisura milik laki-laki lebig kecil dari komisura perempuan, meskipun ukuran otak laki-laki rata-rata lebih besar

dibandingkan otak perempuan.

Komisura perempuan lebih besar dari komisura laki-laki, yang mungkin menyebabkan hemisfer serebral mereka terlihat seperti bekerja sama untuk menjalankan tugas yang berkenaan dengan bahasa sampai respon emosional.


(31)

16

Hemisfer otak

Sisi kiri otak mengendalikan bahasa, dan sisi kanan otak adalah tempat emosi.

Hemisfer kanan otak laki-laki cenderung lebih dominan.

Perempuan cenderung menggunakan otak secara lebih holistik, sehingga menggunakan kedua hemisfernya secara serentak.

Ukuran otak

Berat total otak kira-kira 1,35 kg

Otak laki-laki, rata-rata lebih besar dari otak perempuan.

Otak perempuan rata-rata lebih kecil dari otak laki-laki karena struktur anatomi seluruh tubuh mereka lebih kecil. Akan tetapi, neuron mereka lebih banyak daripada neuron laki-laki (seluruhnya 11%) yang berjejalan di korteks serebral.

Berikut ini daftar kemampuan kognitif dan perbedaan khas yang berkaitan dengan gender.

Intelegensi umum: berbagai macam studi belum memberikan hasil temuan yang konsisten mengenai apakah laki-laki dan perempuan memiliki intelegensi umum yang berbeda. Apabila ada perbedaan mean, maka

perbedaan itu hanya kecil. Selama tahun-tahun prasekolah, skor tes IQ anak perempuan lebih tinggi; di sekolah menengah, skor tes IQ anak laki-laki lebih tinggi. Dengan demikian, secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang mencolok antara intelegensi umum anak laki-laki dan perempuan.

Kemampuan verbal: anak perempuan belajar berbicara, memakai kalimat, dan memakai lebih banyak macam kata lebih dini dibandingkan anak laki-laki. Selain itu, cara berbicara anak perempuan lebih jelas, dapat membaca lebih dini, dan lebih konsisten dalam mengerjakan tes ejaan dan tata bahasa.

Pemecahan masalah: laki-laki cenderung mencoba menerapkan pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terlalu terpengaruh oleh tanda-tanda yang tidak relevan dan lebih berfokus pada hal-hal umum di dalam tugas belajar tertentu. Laki-laki juga memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar


(32)

17

dibandingkan perempuan. Namun, dalam hal hubungan antarmanusia, perempuan lebih baik di dalam menyelesaikan suatu masalah dibandingkan laki-laki.

Prestasi di sekolah: tanpa pengecualian, anak perempuan memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari anak laki-laki, terutama di tingkat sekolah dasar. Kinerja skolastik anak perempuan lebih stabil, kurang berfluktuasi, daripada kinerja anak laki-laki (Bastable, 2002: 193).

Menurut Kim (Slavin, 2008: 159 ), laki-laki mempunyai nilai yang lebih baik daripada perempuan dalam matematika, sedangkan kebalikannya berlaku untuk ujian bahasa Inggris. Pada umumnya studi menemukan bahwa laki-laki memperoleh nilai yang lebih tinggi daripada perempuan dalam ujian pengetahuan umum, penalaran mekanis dan rotasi mental; perempuan

memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam ukuran bahasa, termasuk penilaian membaca dan menulis, dan dalam tugas-tugas yang meminta perhatian dan perencanaan (Warrick & Naglieri dalam Slavin, 2008: 159).

Dalam nilai sekolah, perempuan lebih unggul daripada laki-laki dan

mempertahankan keunggulan ini hingga sekolah menengah. Bahkan dalam matematika dan ilmu pengetahuan alam, dimana perempuan memperoleh nilai yang agak lebih rendah dalam ujian, perempuan masih memperoleh nilai yang lebih baik di kelas (Maher & Ward dalam Slavin, 2008: 159). Di

sekolah dasar, laki-laki mempunyai kemungkinan yang jauh lebih tinggi daripada perempuan dalam hal masalah membaca, dan jauh lebih mungkin


(33)

18

mempunyai masalah ketidakmampuan belajar atau gangguan emosional (Smith dalam Slavin,2008: 160).

Tak ada perdebatan yang terlalu besar di kalangan para guru dan pihak-pihak lainnya tentang apakah laki-laki dan perempuan memandang berbagai hal secara berbeda, dan apakah mereka memilih untuk mengekspresikan gagasan-gagasan mereka dengan cara yang berbeda. Anak-anak jelas dipengaruhi oleh model-model peran yang diperkenalkan kepada mereka. Ketika

mempertimbangkan tentang pengaruh artistik terhadap budaya saat ini, dominasi laki-laki masih sangat jelas terlihat. Dalam hal status, karya dari seniman laki-laki sering kali dipandang lebih prestisius daripada hasil karya perempuan. Para pemikir dan penemu besar yang diperkenalkan kepada anak-anak sebagian besar adalah laki-laki. Beberapa seniman perempuan telah mengukir karir dari ketertarikan mereka; sebagai konsekuensinya ada ketiadaan penerimaan sosial terhadap karya mereka, yang dipandang hanya sebagai hobi (Beetlestone, 2011: 61).

Hal ini tidak sesuai dengan persepsi yang menyebar pada anak-anak

mengenai seni sebagai sosok ‘’perempuan’’ ketika mereka membahas tentang

mata pelajaran untuk studi lebih lanjut. Persepsi semacam itu dapat mengarah kepada memandang rendah performansi anak perempuan dalam

subyek ‘laki-laki’ seperti matematika dan sains (French dalam Beetlestone, 2011), dan memandang rendah performansi anak laki-laki dalam bidang

literasi, yang secara tradisional dipandang sebagai subyek ‘seni/perempuan’


(34)

19

dengan pendekatan-pendekatan yang positif seperti proyek GIST (Girls into Science and Technology) yang dirancang untuk mendukung minat anak perempuan terhadap sains, dan para pihak yang berkecimpung dalam kegiatan mendukung anak-anak perempuan untuk menggunakan konstruksi dan

teknologi.

Demikian juga, ketiadaan ketertarikan yang menyolok pada anak perempuan terhadap matematika semakin menguatkan kesadaran akan performansi yang kurang telah menyebabkan para guru mengambil langkah positif untuk memberikan kesempatan kepada anak perempuan dalam bidang matematika, yang seringkali diwujudkan dengan membagi kelompok dengan jenis kelamin yang sama. Apabila anak-anak diberi kesempatan untuk melakukan berbagai macam kegiatan dan pendekatan kreatif terhadap pembelajaran, dan setiap saat didorong untuk memikirkan gagasan secara menyeluruh, mendiskusikan kemudian, mengambil resiko , dan mencoba melakukan metode-metode baru, banyak ketidakseimbangan gender seperti ini yang tidak akan muncul ke permukaan. Anak-anak yang diberi kesempatan dan pengalaman yang sama akan lebih merespon berdasarkan basis individual ketimbang gender


(35)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1 Pagelaran.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Pagelaran. Sampel penelitian terdiri dari seluruh siswa kelas XI IPA di SMA tersebut. Untuk menentukan sampel dari penelitian dilakukan dengan teknik

purposive sampling (Nasution, 2011). Berdasarkan teknik tersebut, maka seluruh siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA3 dan XI IPA 4 SMA Negeri 1 Pagelaran diambil sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 126 orang. Dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 35 orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 91 orang.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

deskriptif sederhana karena penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang ditujukan untuk mengambil informasi langsung yang ada dilapangan


(36)

21

mengenai kemampuan siswa-siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Pagelaran dalam mengajukan pertanyaan. Kemudian peneliti mendeskripsikan

perbedaan kualitas pertanyaan siswa berdasarkan gender yang telah dikelompokkan dengan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom.

D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk melakukan observasi ke sekolah.

b. Melakukan observasi awal di Sekolah Menengah Atas tempat penelitian untuk memperoleh informasi tentang waktu pelaksanaan kegiatan mengajar materi sistem reproduksi.

c. Menyampaikan rencana pengumpulan pertanyaan siswa melalui observasi proses pembelajaran menggunakan video pada setiap pertemuan.

d. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian, yaitu: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan soal ulangan harian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan proses belajar mengajar di dalam kelas dengan menayangkan power point yang berisi gambar dan video materi sistem reproduksi manusia.

b. Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa disetiap akhir pembelajaran.


(37)

22

c. Merekam pertanyaan yang diajukan oleh siswa menggunakan kamera digital.

d. Melaksanakan ulangan harian setelah proses pembelajaran materi sistem reproduksi manusia berakhir.

e. Menganalisis kualitas pertanyaan yang diajukan siswa menggunakan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom.

f. Menyimpulkan data dengan melihat tingkatan ranah kognitif dari setiap pertanyaan siswa yang terkumpul.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi kualitas pertanyaan siswa yang dikelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom baik pada siswa laki-laki maupun perempuan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut. a. Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap subjek penelitian melalui video proses pembelajaran menggunakan kamera digital untuk mengetahui kualitas pertanyaan siswa pada materi sistem reproduksi.


(38)

23

b. Tes

Pengumpulan data dilakukan dengan tes terhadap subjek penelitian melalui ulangan harian materi sistem reproduksi untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Pengumpulan data mengenai pengelompokkan pertanyaan siswa berdasarkan gender pada tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Jumlah Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender Pada Setiap Tingkatan Ranah Kognitif SMA Negeri 1 Pagelaran

Tingkat Ranah Kognitif

Siswa

Laki-laki Jumlah Pertanyaan

(%)

Siswa

Perempuan Jumlah Pertanyaan (%) Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II Pengetahuan (C1) Pemahaman (C2) Aplikasi (C3) Analisis (C4) Evaluasi (C5) Sintesis (C6) Jumlah Pertanyaan

Setelah seluruh pertanyaan siswa pada setiap tingkatan ranah kognitif terkumpul, data tersebut kemudian diubah menjadi data kuantitatif yang berupa persentase untuk kemudian dideskripsikan.


(39)

24

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskripsi dan pengujian hipotesis. Teknik pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji beda (uji t). Pertama, pertanyaan yang diajukan siswa dikelompokkan berdasarkan gendernya. Setelah itu, setiap pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan perempuan dianalisis menggunakan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Selanjutnya, keseluruhan jumlah pertanyaan pada setiap tingkatan ranah kognitif yaitu dari C1 sampai dengan C6 di setiap pertemuan diubah menjadi bentuk persentase.

Data yang diperoleh dideskripsikan dengan melihat sejauh mana kualitas pertanyaan siswa berdasarkan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pada setiap tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom di setiap pertemuan sebagai berikut.

a) Perhitungan persentase kualitas pertanyaan pada siswa laki-laki

% = X 100

Keterangan :

n = Jumlah pertanyaan pada setiap jenjang ranah kognitif yang diajukan siswa laki-laki

N = Jumlah seluruh pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki b) Perhitungan persentase kualitas pertanyaan pada siswa perempuan


(40)

25

Keterangan :

n = Jumlah pertanyaan pada setiap jenjang ranah kognitif yang diajukan siswa perempuan

N = Jumlah seluruh pertanyaan yang diajukan siswa perempuan (Modifikasi dari Suparlan, 2004: 33)

2. Pengujian Hipotesis Uji beda (uji t)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji beda (uji t) menggunakan program SPSS 17. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

a. Hipotesis

1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah

pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah

pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

2. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas

pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas

pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

b. Kriteria Pengujian

Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, jika nilai signifikansi


(41)

33

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki berdasarkan tingkat ranah kognitif taksonomi Bloom yaitu pertanyaan dimensi kognitif pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan analisis (C4).

2. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa perempuan berdasarkan tingkat ranah kognitif taksonomi Bloom yaitu pertanyaan dimensi kognitif pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4). 3. Jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa

perempuan yaitu tidak berbeda nyata dan didominansi oleh pertanyaan dimensi kognitif pemahaman (C2).

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut.

1. Guru dapat membuat variasi dalam proses pembelajaran yang dapat


(42)

34

2. Peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan penelitian tahap lanjut, misal dengan membandingkan kemampuan bertanya siswa dari berbagai metode pembelajaran dengan jumlah sampel yang lebih banyak.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Barus, W. 2012. Upaya Meningkatkan Keterampilan Bertanya Siswa dengan Menggunakan Metode Tanya Jawab Pada Pelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 101813 Buluh Gading Kecamatan Sibiru-biru TA 2011/2012. Skripsi. Universitas Negeri Medan. Medan

Bastable, S. 2002. Perawat sebagai Pendidik. EGC. Jakarta. Beetlestone, F. 2011. Creative Learning. Nusa Media. Bandung. Bono, E. 2007. How to Have a Beautifull Mind. Kaifa. Bandung. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Karwapi, M. 2012. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah dalam Pembelajaran di Kelas. (online). (http://karwapi. wordpress.comdiakses pada 09/10/2014; 15.47 WIB).

Muhaemin. 2010. Perencanaan Pembelajaran IPA. Universitas Lampung. Lampung.

Nasution. 2011. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. Partin, R.L. 2009. Kiat Nyaman Mengajar di dalam Kelas Edisi Kedua. Indeks.

Jakarta.

Rahmadhani, Y. 2013. Analisis Pertanyaan Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektual dan Gender pada Konsep Sistem Reproduksi. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rahmawati, R. 2011. Pertanyaan dan Klasifikasi Pertanyaan Dalam Bidang Kognitif . (online). (http://ruzinorahmawati.wordpress.comdiakses pada 25/09/2014; 10.51 WIB).

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Rusman, T. 2011. Aplikasi Statistik Penelitian dengan SPSS. Universitas


(44)

Sari, R. 2012. Analisis Pertanyaan Siswa Menerapkan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam Klasifikasi Marbach pada Materi Sisitem Reproduksi Manusia di SMA Negeri 3 Medan. (Tesis). (online). (http://digilib.unimed.ac.id, diakses pada 17/03/2014; 16:38 WIB). Slavin, R. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Indeks. Jakarta. Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Suparlan. 2004. Fasilitator: Guru Sekolah Dasar Perlu Mengenal Tipe Kecerdasan dan Gaya Belajar pada Siswanya. Jakarta.

Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Uno, H. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi Aksara.

Jakarta.

Valanides, N. 1999. Formal Reasoning Performance of Higher Secondary School Student: Theoretical and Educational Implication. Europan Journal of

Psychology of Education.

Widodo. 2006. Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Volume 4 Nomor 3, 139-148. (Online). (http: widodo.staf.upi.edu, diakses pada 17 Februari 2014). Wood, J.T. 1994. Gendered Lives: Communication, Gender, and Culture.


(1)

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskripsi dan pengujian hipotesis. Teknik pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji beda (uji t). Pertama, pertanyaan yang diajukan siswa dikelompokkan berdasarkan gendernya. Setelah itu, setiap pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan perempuan dianalisis menggunakan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Selanjutnya, keseluruhan jumlah pertanyaan pada setiap tingkatan ranah kognitif yaitu dari C1 sampai dengan C6 di setiap pertemuan diubah menjadi bentuk persentase.

Data yang diperoleh dideskripsikan dengan melihat sejauh mana kualitas pertanyaan siswa berdasarkan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pada setiap tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom di setiap pertemuan sebagai berikut.

a) Perhitungan persentase kualitas pertanyaan pada siswa laki-laki % = X 100

Keterangan :

n = Jumlah pertanyaan pada setiap jenjang ranah kognitif yang diajukan siswa laki-laki

N = Jumlah seluruh pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki b) Perhitungan persentase kualitas pertanyaan pada siswa perempuan


(2)

25

Keterangan :

n = Jumlah pertanyaan pada setiap jenjang ranah kognitif yang diajukan siswa perempuan

N = Jumlah seluruh pertanyaan yang diajukan siswa perempuan (Modifikasi dari Suparlan, 2004: 33)

2. Pengujian Hipotesis Uji beda (uji t)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji beda (uji t) menggunakan program SPSS 17. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

a. Hipotesis

1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

2. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

b. Kriteria Pengujian

Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak (Rusman, 2011: 74).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki berdasarkan tingkat ranah kognitif taksonomi Bloom yaitu pertanyaan dimensi kognitif pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan analisis (C4).

2. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa perempuan berdasarkan tingkat ranah kognitif taksonomi Bloom yaitu pertanyaan dimensi kognitif pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4). 3. Jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa

perempuan yaitu tidak berbeda nyata dan didominansi oleh pertanyaan dimensi kognitif pemahaman (C2).

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut.

1. Guru dapat membuat variasi dalam proses pembelajaran yang dapat


(4)

34

2. Peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan penelitian tahap lanjut, misal dengan membandingkan kemampuan bertanya siswa dari berbagai metode pembelajaran dengan jumlah sampel yang lebih banyak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Barus, W. 2012. Upaya Meningkatkan Keterampilan Bertanya Siswa dengan Menggunakan Metode Tanya Jawab Pada Pelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 101813 Buluh Gading Kecamatan Sibiru-biru TA 2011/2012. Skripsi. Universitas Negeri Medan. Medan

Bastable, S. 2002. Perawat sebagai Pendidik. EGC. Jakarta. Beetlestone, F. 2011. Creative Learning. Nusa Media. Bandung. Bono, E. 2007. How to Have a Beautifull Mind. Kaifa. Bandung. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Karwapi, M. 2012. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah dalam Pembelajaran di Kelas. (online). (http://karwapi. wordpress.comdiakses pada 09/10/2014; 15.47 WIB).

Muhaemin. 2010. Perencanaan Pembelajaran IPA. Universitas Lampung. Lampung.

Nasution. 2011. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. Partin, R.L. 2009. Kiat Nyaman Mengajar di dalam Kelas Edisi Kedua. Indeks.

Jakarta.

Rahmadhani, Y. 2013. Analisis Pertanyaan Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektual dan Gender pada Konsep Sistem Reproduksi. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rahmawati, R. 2011. Pertanyaan dan Klasifikasi Pertanyaan Dalam Bidang Kognitif . (online). (http://ruzinorahmawati.wordpress.comdiakses pada 25/09/2014; 10.51 WIB).

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Rusman, T. 2011. Aplikasi Statistik Penelitian dengan SPSS. Universitas


(6)

Sari, R. 2012. Analisis Pertanyaan Siswa Menerapkan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam Klasifikasi Marbach pada Materi Sisitem Reproduksi Manusia di SMA Negeri 3 Medan. (Tesis). (online). (http://digilib.unimed.ac.id, diakses pada 17/03/2014; 16:38 WIB). Slavin, R. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Indeks. Jakarta. Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Suparlan. 2004. Fasilitator: Guru Sekolah Dasar Perlu Mengenal Tipe Kecerdasan dan Gaya Belajar pada Siswanya. Jakarta.

Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Uno, H. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi Aksara.

Jakarta.

Valanides, N. 1999. Formal Reasoning Performance of Higher Secondary School Student: Theoretical and Educational Implication. Europan Journal of

Psychology of Education.

Widodo. 2006. Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Volume 4 Nomor 3, 139-148. (Online). (http: widodo.staf.upi.edu, diakses pada 17 Februari 2014). Wood, J.T. 1994. Gendered Lives: Communication, Gender, and Culture.