Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

LAMPIRAN
Lampiran . Data Intensitas Serangan (IS)
Minggu I
Ulangan

Klon

Total

Ratarata

0

0

0

0

0


0

0

0

0

0

0

I

II

III

IV


V

VI

VII

VIII

IX

X

IND 68

0

0

0


0

0

0

0

0

0

IND 70

0

0

0


0

0

0

0

0

IND 73

0

0

0

0


0

0

0

0

Minggu II
Ulangan

Klon

Total

Ratarata

0

0


0

7.142

6.667

121.773

12.177

0

0

9.090

0.909

I


II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

IND 68


0

0

0

0

0

0

0

0

0

IND 70


0

8.333

30.769

16.667

14.285

15.384

7.142

15.384

IND 73

0


0

9.090

0

0

0

0

0

Tabel Anova
Sumber
Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah
Kuadrat

Kuadrat
Tengah

2
27
29

920.291
709.319
1629.611

460.145
26.271

Perlakuan
Galat
Total

F Hitung

F Tabel

17.515

3,350

Minggu III
Ulangan

Klon

Total

Ratarata

129.093

12.909

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

18.75

25

18.75

17.647

17.647

0

6.667

6.25

12.5

5.882

IND 70

25

17.647

18.421

25

20.370

13.157

10.526

15.789

14.473

11.25

171.633

17.163

IND 73

6.25

13.333

6.667

21.875

18.75

23.81

14.706

18.75

0

6.25

130.391

13.039

IND 68

Tabel Anova
Sumber
Keragaman

Derajat
Bebas

Jumlah
Kuadrat

Kuadrat
Tengah

2
27
29

117.075
1362.926
1480.001

58.537
50.478

Perlakuan
Galat
Total

F Hitung

F Tabel

1.159

3,350

Minggu IV
Klon

Ulangan
I

II

III

IV

V

IND 68

13.333

IND 70

23.809

IND 73

10

VI

VII

15.909

22.5

14.286

17.5

19.047

16.667

15.152

23.81

19.318

18.478

12.5

14.286

23.81

15.789

17.391

Total

Ratarata

VIII

IX

X

11.111

17.5

14.286

13.889

149.776

14.977

14.583

15.909

13.043

11.458

169.805

16.980

14.286

14.035

10

11.667

143.764

14.376

Universitas Sumatera Utara

Tabel Anova
Sumber
Keragaman

Derajat
Bebas

Jumlah
Kuadrat

Kuadrat
Tengah

2
27
29

37.181
782.603
819.784

18.590
28.985

Perlakuan
Galat
Total

F Hitung

F Tabel

0.641

3,350

Minggu V
Ulangan

Klon

Total

Ratarata

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

IND 68

13.333

12

17.391

12

19.942

10.417

8

11.111

14.583

12

130.777

13.077

IND 70

21.739

15.625

13

14

18.518

15.740

14.285

19.230

13.888

12.037

158.062

15.806

IND 73

10.417

10.417

12

15

14.583

12.037

12.821

19.565

20.833

11.458

139.131

13.913

Tabel Anova
Sumber
Keragaman

Derajat
Bebas

Jumlah
Kuadrat

Kuadrat
Tengah

2
27
29

39.088
194.394
233.482

19.544
7.199

Perlakuan
Galat
Total

F Hitung

F Tabel

2.714

3,350

Minggu VI
Ulangan

Klon

Total

Ratarata

12.069

120.866

12.086

12.096

11.290

141.558

14.155

17.857

9.482

136.144

13.614

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

IND 68

9.166

10.345

14.815

11.111

14.815

13.793

9.821

11.111

13.793

IND 70

18.518

13.793

11.607

13.333

16.129

15.625

12.5

16.667

IND 73

13.793

13.793

13.393

15.517

11.667

11.29

10.833

18.519

Tabel Anova
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
Bebas

Jumlah
Kuadrat

Kuadrat
Tengah

2
27
29

23.029
172.344
195.373

11.514
6.383

F Hitung

F Tabel

1.803

3,350

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Agrios G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan.Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Barnard, E. L. 1984. Occurrence, Impact, and Fungicidal Control of Girdling
Stem Cankers Caused by Cylindrocladium scoparium on Eucalyptus
Seedling in a South Florida Nursery.Plants Dissease. 68: 471-473.
Crous, P. W,; Philips, A,J.L.; and Wingfield, M.J. 1991. The genera
Cylindrocladium and Cylindrocladiella in South Africa, with Special
References to Forest Nurseries 73:69-85.
Departemen
Kehutanan.
2006.
http:///www.Departemen
Kehutanan
cgiar.orgOriginally published on cgiar.org anoneCenter for International
Forestry Research (CIFOR).
Direktorat Jenderal Kehutanan. 1980. Pedoman Pembuatan Hutan Tanaman.
Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia Direktorat Reboisasi
dan Rehabilitasi Lahan
Latifah, S. 2004. Pertanaman dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan
Tanaman Industri. http://www.libraryusu.ac.id [29 April 2016].
Leahy, Robert M. 1994.Cylindrocladium Root and Crown of Roses. Contribution
no 690, Bureau of Entomology, Nematologi, Plant Patology – Plant
Patologi Section.
Nair, K. S. S. 2000. Insects Pest Diseases in Indonesian Forest an Assesessment
of the Major Threats, Research Efforte and Literature. Center for
international Forestry Research (CIFOR). Bogor.
Old, M.K, Wingfield, J.M and Z.Q. Yuan. 2003. A Manual of Diseases of
Eucalyptus in South- East Asia. Center for International Forestry
Research (CIFOR). Bogor.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta
Sembiring, K. A. 2009. Karakteristik Patogen Penyebab Penyakit Hawar Daun
Pada Daun Bibit Tanaman Eucalyptus spp. Di PT. Toba Pulp Lestari
Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Skripsi Medan.
Siahaan, L. A 2010. Studi Terhadap Penyakit Daun Tanaman Eukaliptus di Kebun
Percobaan PT Toba Pulp Lestari sector Aek Nauli. Departemen Ilmu

Universitas Sumatera Utara

Kehutanan.
Universitas
Sumatera
http://www.repository.usu.ac.id [28 Mei 2016]

Utara.

Skripsi.

Silalahi, N.R. 2008.Inventarisasi Fungi Patogen pada Daun Bibit Tanaman
Eucalyptus spp. (Studi Kasus Di Pembibitan PT.Toba Pulp Lestari Porsea
Sumatera Utara). Departemen Ilmu Kehutanan. Universitas Sumatera
Utara. Tidak Dipublikasikan.
Sinaga, S. N. 2003. Ilmu Penyakit Hutan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wingfield, M. J. 2006. Survey of Plantation Diseases in the Kerinci and Lake
Toba Areas Belonging, to the April Group. A Report for PT. Riau Andalan
Pulp Paper & PT. Toba Pulp Lestari. Forestry And Agricultural
Biotecnology Institute(FABI). University of Pretoria. Pretoria. Republic of
South Africa.
Wingfield, M. J. 2008. Survey of Plantation Diseases in the Kerinci and Lake
Toba Areas Belonging, to the April Group. A Report for PT. Riau Andalan
Pulp Paper & PT. Toba Pulp Lestari. Forestry And Agricultural
Biotecnology Institute(FABI). University of Pretoria. Pretoria. Republic of
South Africa.
Yunasfi, 2007. Permasalahan Hama, Penyakit dan Gulma Dalam Pembangunan
Hutan Tanaman Industri dan Usaha Pengendaliannya. USU Repository.
Medan.
Zumpetta, G. M. 1976. An electrophoretic study of the genus Cylindrocladium as
a possible taxonomic tool. M.Sc. Tesis. Calofornia Slate Collage
Pennsylvania. 91 pp.

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Toba Pulp Lestari dan di Laboratorium
Bioteknologi Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan yang dimulai pada bulan Juli 2015- Februari 2016.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah gunting, cawan petri,
timbangan analitik, selotip, autoklaf, pembakar bunsen, laminar air flow, spatula,
erlenmeyer, hand sprayer, microskop, kompor gas, kaca preparat, kaca object,
kamera digital, kalkulator, sungkup plastic, kain kasa dan corong.
Bahan
Bahan

yang

digunakan

dalam

penelitian

adalah

bibit

tanaman

Eukaliptus bebas penyakit umur 2 bulan, daun eukaliptus yang berpenyakit,
alkohol 70 %, akuades, spritus, kapas, PDA (Potatoe Dextrose Agar), tanah top
soil, aluminium foil, polybag, dan kertas lebel.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tiga klon hibrid turunanE.grandis x
E.urophylla di lokasi pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Porsea. Yang
diamati yaitu luas serangan dan intensitas serangan penyakit pada daun hibrid
turunan E.grandis x E.urophylla.

Universitas Sumatera Utara

Tahapan prosedur penelitian ini adalah:
a.

Pengambilan Sampel tanaman yang sakit dan yang sehat
Tanaman ekaliptus yang sakit atau yang bergejala digunakan sebagai bahan

isolasi untuk mencari patogen Cylindrocladium sp. Bagian tanaman yang
digunakan adalah daun yang bergejala penyakit Cylindrocladium. Bibit tanaman
ekaliptus yang digunakan sebagai sampel untuk uji infeksi merupakan ekaliptus
hasil persilangan antara E. urophylla dengan E. grandis. Banyak bibit jenis yang
digunakan sebanyak tiga klon yakni klon IND 68, IND 70 dan IND 73. Masingmasing klon sebanyak sepuluh ulangan. Umur tiap bibit seragam yakni dua bulan.
Sampel daun berpenyakit dan bibit tanaman sehat diperoleh dari lokasi
pembibitan PT. Toba Pulp Lestari central, kecamatan Parmaksian. Bibit
dipindahkan dalam polybag dan diinkubasi selama seminggu.
b.

Isolasi patogen
Sampel daun yang berpenyakit atau yang bergejala dibersikan diair mengalir

serta menggunakan alkohol 70%, setelah dibersikan diambil menggunakan pinset
dan dikering anginkan lalu dipotong dengan ukuran 1x1 cm dilakukan di LAF.
Kemudian diisolasikan ke dalam cawan petri dengan menggunakan media PDA
(Potatoe Dextrose Agar). Setelah 1-3 hari dilakukan pengisolasian kembali untuk
memperoleh biakan murni. Setelah mendapatkan biakan yang murni maka
patogen tersebut dibiakan selama 14 hari dan dilakukan identifikasi fungi dengan
menggunakan mikroskop.
c.

Identifikasi Cylindrocladium
Jamur yang telah berumur 14 hari diambil dengan cara dipotong dan diambil

dengan pinset steril. Dimasukan kedalam cawan petri kemudian diletakkan diatas

Universitas Sumatera Utara

kaca preparat dan ditutupi dengan kacaobjek lalu dimasukkan dalam kotak tray.
Setelah 4 hari dapat diamati dibawah mikroskop. Pengamatan dilakuan di bawah
mikroskop dengan pembesaran 40kali untuk mengidentifikasi Cylindrocladiumsp.
Hasil pengamatan lalu difoto untuk identifikasi jamur Cylindrocladium
sp.Identifikasi dilakukan berdasarkan ciri mikroskopis dan makroskopis
Cylindrocladium sesuai buku A Manual of Diseases of Eucalypts in South-East
AsiaCenter for International Forestry Research (Old et al.,2003).Apabila
Cylindrocladiumsp

ditemukan

selanjutnya

dilakukan

perbanyakan

isolasi

Cylindrocladium sp.
d.

Pembuatan inokulum
Biakan yang digunakan untuk inokulasi adalah biakan yang telah murni dan

berumur 14 hari. Penyiapan inokulum dilakukan dengan menuangkan akuades ke
dalam cawan petri sebanyak 10 ml. Bagian atas biakanyang telah dimurnikan
dikikis menggunakan pengait tanpa mengenai media. Setelah semua bagian
permukaan terkikis, lalu disaring dengan menggunakan kain kasa.Penyaringan
dilakukan sebanyak 30 kali sesuai dengan jumlah sampeltanaman.Hasil saringan
kemudian disimpan dalam tabung reaksi dan diberi label.
e.

Pelaksanaan inokulasi
Inokulasi dapat dilaksanakan setelah inoculum diperoleh dan inkubasi

tanaman sampel selama satu minggu dilakukan. Inokulasi dilakukan dengan
metode penyemprotan inokulan ke tanaman. Inokulasi dilakukan menggunakan
hand sprayer. Setiap tanaman disemprotkan sebanyak 10 ml inokulan dengan
kerapatan spora 343.75 spora per media (campuran 10 ml akuades dengan spora
Cylindrocladium sp.). Setelah inokulasi, setiap tanaman disungkup selama 1 x 24

Universitas Sumatera Utara

jam. Keesokan harinya sungkup dibuka dan dimulai pengamatan gejala yang
muncul pada daun tanaman. Pengamatan dilakukan setiap hari selama enam
minggu pengamatan.
f.

Pengamatan
Dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan dan luas serangan

Cylindrocladium sp. terhadap tanaman Eucalyptus spp. Agrios (1996)
mengungkapkan intensitas serangan/keparahan penyakit (KpP) didefinisikan
sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang patogen dari total
luasan yang diamati. Luas serangan/keterjadian penyakit (KjP) merupakan
persentase jumlah tanaman yang terserang patogen (n) dari total tanaman yang
diamati (N).
g.

Uji Postulat Koch dengan reisolasi daun yang telah menunjukkan gejala
serangan yang diduga akibat infeksi Cylindrocladium sp. yang diinfeksi.

Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati adalah:
1. Intensitas Serangan
Data intensitas serangan di rumah kaca diperoleh dengan cara pengamatan
setiap hari. Pengamatan meliputi perubahan yang muncul pada permukaan daun.
Untuk data intensitas serangan, pengamatan dilakukan terhadap lima tangkai daun
teratas. Menurut Sinaga (2003), bahwa intensitas serangan dapat diamati
berdasarkan tingkat kerusakan, yang ditentukan dengan rumus:
I=
Keterangan:

� (� � �)
���

x 100%

I = Intensitas serangan

Universitas Sumatera Utara

n = Jumlah daun dari setiap kategori serangan
v = Nilai skala dari tiap kategori serangan tertinggi
Z = Harga numerik dari kategori serangan tertinggi
N = Jumlah daun tanaman.
Untuk menentukan skala dari tiap kategori serangan ditentukan dengan
mengetahui kedudukan kerapatan bercak pada daun yang dapat diamati secara
makroskopik, yaitu:
Skala 0 : tidak ada bercak pada daun
Skala 1 : terdapat bercak daun 1/16 bagian
Skala 2 : terdapat bercak daun 1/8 bagian
Skala 3 : terdapat bercak daun 1/4 bagian
Skala 4 : terdapat bercak daun 1/2 bagian
Skala 5 : terdapat bercak pada seluruh bagian permukaan daun.
Tabel 1. Penilaian Tingkat Intensitas Serangan Penyakit dan Reaksi Tanaman
Berdasarkan Intensitas Serangan
Intensitas serangan (%)
0
1-25
26-50
51-73
76-100

Skor
0
1
2
3
4

Reaksi tanaman
Imun (I)
Resisten (R)
Agak resisten (AR)
Agak Rentan (Ar)
Rentan (r)

2. Luas Serangan
Luas serangan ditentukan dengan cara menghitung jumlah tanaman yang
terserang kemudian membaginya dengan jumlah tanaman keseluruhan yang
diamati. Menurut Sinaga (2003), kedudukan luasan serangan penyakit ditentukan
dengan rumus:

Universitas Sumatera Utara



A = � x 100 %
Keterangan:
A

= Luasan serangan

n

= Jumlah tanaman yang terserang spesies penyakit ke-i

N

= Jumlah seluruh tanaman yang diamati.

Analisis Data
Pengujian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial, yaitu
melakukan pengamatan pengaruh pemberian patogen Cylindrocladium sp. pada 3
klon tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla. Setiap perlakuan
diulang sebanyak 10 kali, sehingga diperoleh 30 satuan percobaan.
Yij = μ + ԏi +Σij
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan pada pemberian patogen pada jenis tanaman ke-i dan
pada ulangan ke-j
μ

= rata-rata umum

ԏi

= pengaruh akibat infeksi Cylindrocladium tanaman ke-i

Σij

= pengaruh acak (galad) percobaan pemberian patogen pada jenis
Tanaman ke-i serta pada ulangan ke-j

Rancangan percobaan penilitian ini adalah sebagai berikut:
I.

Klon

: E. grandis x E. urophylla sebanyak tiga klon

II.

Ulangan

: 10 ulangan.

Jika hasil sidik ragam berbeda nyata maka analisi dilanjutkan dengan
menggunakan rancangan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Uji lanjutan
dilakukan menggunakan software SPSS 22.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi dan Pemurnian Cylindrocladium sp.
Isolasi daun yang terserang penyakit dilakukan di laboratorium
nurserycentral PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Hasil isolasi diperoleh berupa biakan
murni Cylindrocladium sp. Tampilan macroskopis Cylindrocladium sp. dapat
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil isolasi biakan murni Cylindrocladium umur tujuh hari
pada media PDA di Laboratorium Central PT. Toba Pulp
Lestari Tbk.
Biakan murni fungi Cylindrocladium sp. berwarna putih kecoklatan dan
penyebaranya merata ke segala arah (Gambar 1). Ciri-ciri biakan murni ini sesuai
dengan ciri-ciri makroskopis fungi Cylindrocladium sp. yang dikemukakan oleh
Sembiring (2009) bahwa Cylindrocladium sp. berwarna coklat muda pada hari ke3 dan akan berubah warna menjadi coklat tua setelah hari ke-14.
Selain pengamatan secara makroskopis dilakukan juga pengamatan secara
mikroskopis terhadap biakan murni dengan cara mengamati bentuk konidiospora,
percabangan konidiospora serta klamidospora biakan murni pada kaca preparat.
Pengamatan dilakukan dengan membandingkan visual biakan murni di bawah
mikroskop dengan karakterisasi Cylindrocladium pada buku A Manual of

Universitas Sumatera Utara

Diseases of Eucalyptus in South-East Asia. Hasil identifikasi disajikan pada Tabel
dibawah..
Tabel 2. Hasil Identifikasi Karakteristik Mikroskopis Cylindrocladium sp.

di PT. Toba Pulp Lestari Tbk.
No

Keterangan

1

Konidiospora

2

Percabangan
Konidiospora

3

Klamidiospora

Karakteristik Mikroskopis
Biakan Murni

Karakteristik Mikroskopis
Cylindrocladium

Identifikasi fungi dilakukan dengan mengamati bentuk konidiospora,
percabangan spora serta klamidospora biakan murni pada kaca preparat. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

seusai dengan pernyataan Zumpetta (1976); dan Hunter and Burnet (1978) yang
menyatakan bahwa kriteria utama dalam identifikasi spesies Cylindrocladium dan
Cylindrocladiella adalah berdasarkan dimensi konidial, bentuk dan ukuran
vesikel, karakteristik stipe, phialides, pola percabangan dan dimensi percabangan
tunggal. Dengan membandingkan karakteristik antara biakan murni dengan
karakteristik C. reteaudii (Old et al., 2003), maka biakan murni yang diperoleh
merupakan biakan murni jamur Cylindrocladium sp.
Gejala Penyakit Cylindrocladium sp. Pada Tanaman Eukaliptus
Dalam

penelitian

(Crous,

et

al.,

1991)

mengatakan

bahwa

Cylindrocladium sp merupakan patogen penting Eukaliptus, Akasia dan Pinus.
Juga dikatakan bahwa Cylindrocladium menyebabkan gejala penyakit yang
berbeda. Gejala yang diakibatkan oleh patogen ini meliputi mati pucuk, bercak
daun, kanker batang, dan busuk akar. Gejala ini merupakan penyakit yang banyak
ditemukan pada lokasi pembibitan.
Berdasarkan hasil evaluasi Wingfield (2008) dalam laporannya yang
berjudul Evaluation of Nursery and Tree Health Problems In April Group
Plantation In Kerinci and Lake Toba bahwa Gejala serangan dari infeksi patogen
Cylindrocladium spp., berupa gagalnya pucuk tanaman untuk menumbuhkan akar,
batang tampak menghitam (biasanya hifa berwarna putih terlihat pada sekeliling
batang), serta daun biasanya gosong, layu maupun rontok (Gambar 2). Hal ini
mejadi salah satu pedoman dalam pengambilan sampel tanaman yang berpenyakit.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.Serangan Cylindrocladium sp. pada anakan eukaliptus di lokasi pembibitan
central PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.

Serangan Cylindrocladium sp. dilapangan umumnya terlihat pada tahap
perbanyakan bibit. Metode perbanyakan bibit PT. Toba Pulp Lestari
menggunakan metode stek pucuk (cutting) yang diambil dari mother plant hasil
persilangan dua jenis eukaliptus yang berbeda. Metode perbanyakan ini memiliki
resiko serangan yang tinggi. Luka bekas pemotongan pada pucuk tanaman
menyebabkan jamur maupun patogen dapat dengan mudah dalam penetrasi
kedalam jaringan tanaman yaitu melalui stomata. Jika Cylindrocladium sp. telah
menginfeksi jaringan tanaman dari luka pemotongan, maka gejala serangan akan
terlihat.
Tabel 3. Variasi Gejala Serangan Penyakit Cylindrocladium sp.
No

Klon

Masa Inkubasi

Variasi Gejala
Timbulnya
bercak
kekuningan pada daun dan
semakin berkembang.

1

2

3

IND 68

IND 70

IND 73

1-18 Hari

1-12 Hari

1-14 Hari

Timbulnya
bercak
kekuningan pada daun dan
semakin berkembang. Daun
seperti layu.
Timbulnya
bercak
kekuningan pada daun dan
melengkung.

Universitas Sumatera Utara

Teori

patogen

menyatakan

bahwa

infeksi

suatu

patogen

akan

menimbulkan reaksi atau gejala yang berbeda pada tanaman yang berbeda. Hasil
pengamatan dirumah kaca, Gejala awal yang ditunjukkan oleh serangan
Cylindrocladium sp. pada IND 68, IND 70, dan IND 73 adalah adanya bintik
kekuningan pada daun. Munculnya gejala awal lumayan cepat, yakni dua minggu
setelah penyemprotan inokulum. Perbedaan kecepatan atau lama waktu
terserangnya masing-masing klon menunjukkan adanya variasi gejala yang
timbul. Kemampuan setiap klon tidak sama dalam hal interaksi antara tanaman
dan penyakit yang diinfeksikan. Klon 70 menunjukkan gejala serangan yang lebih
cepat dibandingkan dengan dua klon yang lain, meskipun demikian ketiga klon ini
merupakan jenis yang resisten terhadap serangan penyakit Cylindrocladium sp.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tanaman jenis yang sama (tetapi jenis klon yang
berbeda), gejala yang muncul adalah sama dan temuan ini berbeda dengan teori
patogen. Hal ini diasumsikan karena ketiga klon berasal dari mother plant yang
sama dan berasal dari persilangan jenis yang sama.
Perkembangan Gejala Serangan Cylindrocladium sp. Pada Daun
Bibit Eukaliptus yang digunakan untuk uji infeksi Cylindrocladium sp.
adalah bibit berumur 2 bulan hasil persilangan antara E. grandisx E. urophylla
sebanyak 3 klon yaitu IND 68, IND 70 dan IND 73 dengan sepuluh ulangan
untuk masing-masing klonnya.
Pengamatan dilakukan selama enam minggu dengan selang enam kali
pengamatan. Gejala yang ditunjukkan oleh serangan Cylindrocladium sp. pada
IND 68 adalah adanya bintik kekuningan pada permukaan daun (Gambar 3).

Universitas Sumatera Utara

Munculnya gejala awal cukup lama yakni tiga minggu setelah penyemprotan
inokulum.

A

B

C

Gambar 3.Karakteristik tahapan perkembangan gejala penyakit akibat
infeksi Cylindrocladium sp pada klon IND 68.( A. Gejala Awal,
B dan C. Perkembangan Gejala) di PT. Toba Pulp Lestari Tbk.
Gejala awal yang muncul pada Klon IND 70 tampak pada minggu ke dua
setelah penyemprotan inokulum. Gejala awal penyakit ditandai dengan munculnya
bintik kekuningan pada daun (Gambar 4). Sama halnya dengan gejala yang
tampak pada IND 68 tetapi dengan perbedaan percepatan perkembangan gejala.

A

B

C

Gambar 4.Karakteristik tahapan perkembangan gejala penyakit akibat
infeksi Cylindrocladium sp pada klon IND 70.( A. Gejala Awal,
B dan C. Perkembangan Gejala) di PT. Toba Pulp Lestari Tbk.

Pada klon IND 73, gejala serangan tampak pada minggu ke dua setelah
penyemprotan inokulum. Gejala awal penyakit ditandai dengan munculnya bintik
kekuningan pada daun (Gambar 5). Sama halnya dengan gejala yang tampak pada
IND 68 dan IND 70. Namun dengan perbedaan percepatan perkembangan gejala.

Universitas Sumatera Utara

A

B

C

Gambar 5.Karakteristik tahapan perkembangan gejala penyakit akibat
infeksi Cylindrocladium sp pada klon IND 73.( A. Gejala Awal,
B dan C. Perkembangan Gejala) di PT. Toba Pulp Lestari Tbk.

Dalam penelitian ini, gejala yang ditimbulkan akibat serangan penyakit
Cylindrocladium sp. sama terhadap ketiga klon (IND 68, IND 70, IND 73) yaitu
gejala serangan awal yang terlihat di tandai dengan munculnya bintik kekuningan
pada daun. Terkadang bercak juga terlihat seperti kekurangan unsur hara
(nekrosis). Hal ini sesuai dengan pernyataan Old et al. (2003) yang mengatakan
bahwa gejala awal dari penyakit ini ditandai dengan adanya bintik berwarna
kekuningan dan bersifat basah pada daun muda. Bintik tersebut berkembang
menjadi bercak nekrotik yang besar.
Gejala akhir menyebabkan kematian jaringan pada daun. Pada tahap gejala
lanjutan atau serangan yang parah, bercak nekrotik akan menutupi seluruh
permukaan daun dan akan mematikan pada ujung tunas muda. Gejala inilah yang
disebut sebagai hawar daun berupa seluruh atau sebagian permukaan daun akan
kehilangan kemampuan untuk berfotosintesis. Biasanya daun terlihat gosong
berwarna coklat kekuningan pada sebagian atau seluruh permukaan daun.
Metode inokulasi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode
semprot. Inokulasi dilakukan agar Cylindrocladium berpenetrasi pada permukaan
daun melalui lubang permukaan daun (stomata). Penyemprotan inokulum

Universitas Sumatera Utara

Cylindrocladium sp. menunjukkan adanya interaksi antara tanaman dengan
inokulum dengan munculnya gejala penyakit melalui perubahan warna pada
pemukaaan daun. Gejala penyakit ini ditunjukkan dengan adanya bintik
kekuningan pada daun. Gejala ini muncul pada ketiga klon hibrid. Perubahan
tersebut menunjukkan adanya interaksi antara patogen, inang, dan lingkungan.
Penetrasi akan lebih cepat pada kondisi lingkungan dengan kelembaban dan suhu
yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataanYunasfi (2007) tentang korelasi
antara kondisi lingkungan tempat tumbuh dengan perkembangan jamur pada
tanaman.
Pada kondisi seperti ini fungi akan cepat berkembang karena kondisi
lingkungan yang optimum. Untuk menciptakan kondisi lingkungan seperti ini,
maka dipasang sungkup setelah inokulasi. Sungkup dipasang selama satu hari
penuh (1 x 24 jam). Hasil inokulasi Cylindrocladium sp. terhadap daun tanaman
E. grandis x E. urophylla umur dua bulan selama enam minggu (per tujuh hari)
adalah bercak nekrosis pada daun. Namun gejala yang muncul setelah inokulasi
dilakukan cukup cepat. Gejala mulai muncul setelah minggu ke II dan ke III
sehingga menunjukkan adanya perbedaan variasi serangan dari segi percepatan
perkembangan gejala penyakit yang muncul pada daun tanaman.
Kondisi ini berkaitan erat antara sifat genetik tanaman, virulensi patogen
dan kondisi lingkungan. Pernyataan Yunasfi (2007) mengenai berhasil tidaknya
infeksi bergantung pada tiga hal yaitu, sifat genetik tanaman, virulensi patogen,
dan kondisi lingkungan tempat tumbuh. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
Old et al. (2003) bahwa patogen ini akan berkembang apabila cuaca dalam
keadaan lembab yang diakibatkan oleh keadaan cuaca lokal lembab ataupun

Universitas Sumatera Utara

penyiraman yang berlebihan. Patogen ini banyak menyerang tanaman pembibitan
pada daun muda sampai daun tua yang dapat mengakibatkan daun tidak bias
berfotosintesis.
Intensitas Serangan (IS)
Pengukuran intensitas serangan dilakukan dengan metode scoring pada
lima daun teratas tiap ulangan percobaan. Daun yang diamati diberi tanda dan
disesuaikan dengan nilai skor (0-5) (Sinaga, 2003). Hasil skor tersebut kemudian
ditransformasikan kedalam formula nilai intensitas serangan. Hasil transformasi
data kemudian dirata-ratakan kedalam data per tujuh hari. Nilai rata-rata intensitas
serangan (IS) (dalam %) tiap minggu dapat disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Intensitas Serangan Pengamatan I - IV
No

Intensitas Serangan (IS) (%)

Klon
I

II

III

IV

V

VI

1

IND 68

0

0a

12.909

14.977

13.077

12.086

2

IND 70

0

12.177b

17.980

16.980

15.806

14.155

3

IND 73

0

0.909a

13.039

14.376

13.913

13.614

Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama berbeda
nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT, sedangkan
yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata.

Intensitas serangan lebih dominan meningkat terjadi pada klon IND 73,
pada minggu kedua sudah terdapat gejala serangan dan terjadi peningkatan hingga
minggu ke empat dengan peningkatan yang cukup tinggi, namun terjadi
penurunan intensitas serangan pada minggu ke lima hingga minggu ke enam.
Sama hal nya dengan intensitas serangan yang terjadi pada klon IND 70. Pada
minggu kedua sudah terlihat gejala serangan dan terjadi peningkatan hingga
minggu ke tiga dengan laju peningkatan yang cukup tinggi dan terjadi penurunan
intensitas serangan mulai minggu ke empat hingga minggu ke enam . Berbeda
dengan klon IND 68, gejala serangan terlihat pada minggu ketiga dan mengalami

Universitas Sumatera Utara

peningkatan hingga minggu ke empat dan terjadi penurunan intensitas serangan
mulai minggu ke lima hingga minggu ke enam. Dapat dilihat dari grafik bahwa
ketiga klon memiliki ketahanan dan karakter yang berbeda, hal ini menunjukkan
bahwa perbedaan sifat setiap tanaman walaupun berasal dari genus yang sama.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Habeshaw (1984) dalam dalam Sondang (2009)
yang menyatakan walaupun inokulum diberikan pada waktu yang sama ke semua
tanaman tetapi ketahanan tanaman tersebut berbeda-beda. Ketiga klon (IND 68,
IND 70, IND 73) mengalami penurunan intensitas serangan disebabkan karena
patogen penyakit Cylindrocladium sp. tidak intens lagi menyerang tanaman,
selain itu laju pertumbuhan daun tiap minggunya juga mengurangi tingkat
intensitas serangan karena produksi senyawa antimikroba (senyawa fenol) pada
daun.

Universitas Sumatera Utara

20
18

Intensitas Serangan (%)

16
14
12
10

IND 68

8

IND 70
IND 73

6
4
2
0
I

II

III

IV

V

VI

Pengamatan (Minggu)

Gambar 6. Grafik Rata-rata Intensitas Serangan Pengamatan I - IV
Nilai intensitas serangan Cylindrocladium sp. pada ketiga klon hibrid E.
grandis x E. urophylla tidak melebihi 25%. Menurut Sinaga (2003) nilai intensitas
antara 0-25% dikategorikan resisten, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga klon
hibrid diatas resisten terhadap penyakit Cylindrocladium sp.
Pengujian DMRT dilakukan sejak pengamatan II hingga pengamatan VI.
Hal ini dilakukan karena pada pengamatan II mulai tampak perbedaan nyata dari
hasil analisis data (Tabel 3). Hasil uji lanjut DMRT pada pengamatan II
memperlihatkan bahwa klon IND 70 menunjukkan respon yang berbeda nyata
terhadap serangan Cylindrocladium, namun tidak berbeda nyata dibandingkan
dengan klon IND 68 dan IND 73. Pengamatan III hingga pengamatan VI tidak
menunjukkan perbedaan nyata dari hasil analisis data. Karena tidak menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

perbedaan nyata dari hasil analisis data maka uji lanjutan DMRT tidak perlu untuk
dilakukan pada pengamatan III dan pengamatan VI.
Luas Serangan (A)
Luas Serangan ditentukan dengan cara menghitung jumlah tanaman yang
terserang kemudian membaginya dengan jumlah keseluruhan tiap tanaman yang
diamati. Data pengamatan luas serangan juga ditransformasikan kedalam formula
nilai luas serangan. Pengamatan dilakukan setiap minggu sehingga diperoleh
enam data mingguan hasil perhitungan.
Tabel 5. Luas Serangan Pengamatan I - IV
No

Luas Serangan (A) (%)

Klon
I

II

III

IV

V

VI

1

IND 68

0

0

90

100

100

100

2

IND 70

0

90

100

100

100

100

3

IND 73

0

20

90

100

100

100

Luas serangan pada ketiga klon menunjukkan kemampuan fungi dalam
menyerang. Klon IND 70 juga lebih mendominasi terserang penyakit
Cylindrocladium sp. karena telah mulai menunjukkan gejala penyakit pada
minggu kedua yaitu 90% dari jumlah tanaman yang diamati dan terjadi
peningkatan hingga minggu ke enam sampai seluruh tanaman yang diamati
terserang 100%. Pada klon IND 73 gejala serangan juga mulai terlihat pada
minggu kedua yaitu 20 % dari jumlah tanaman yang diamati dan terjadi
peningkatan luas serangan hingga 90% dari jumlah tanaman yang diamati pada
minggu ke tiga sampai akhirnya seluruh tanaman yang diamati terserang 100%
hingga minggu ke enam. Berbeda dengan klon IND 68 yang mulai terserang pada
minggu ke tiga yaitu 90% dari jumlah tanaman yang diamati. Pada minggu ke
empat sampai pada minggu ke enam, seluruh tanaman yang diamati terserang

Universitas Sumatera Utara

100%. Hal ini menjelaskan bahwa masa inkubasi Cylindrocladium sp. pada klon
IND 70 dan IND 73 lebih cepat dibandingkan klon IND 68.
120

Luas Serangan (%)

100
80
60

IND 68
IND 70

40
IND 73
20
0
I

II

III

IV

V

VI

Pengamatan (Minggu)

Gambar 7. Grafik Luas Serangan pengamatan I – IV

Ketiga klon ini mengalami peningkatan luas serangan mulai dari minggu
ke dua hingga seluruh tanaman yang diamati terserang 100% sampai minggu ke
enam. Persentase Luas Serangan dapat disebabkan tiga faktor yang saling
mempengaruhi perkembangan penyakit. Luas serangan pada tiap klon berbedabeda dapat dilihat dari luas serangan pada minggu ke dua dan ke tiga, setiap klon
memiliki karakter yang berbeda hal ini sesuai dengan pernyataan oleh fry (1982)
yang menyatakan setiap tanaman yang telah diinfeksi memiliki ketahanan yang
berbeda sehingga terdapat perbedaan variasi serangan.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Gejala awal yang diakibatkan oleh infeksi penyakit Cylindrocladium sp.
pada daun E. grandis x E. urophylla adalah hawar daun. Gejala diawali
dengan bintik kekuningan lalu akan melebar (nekrotik) pada seluruh
permukaan daun. Infeksi penyakit Cylindrocladium sp. pada ketiga klon
(IND 68, IND 70 dan IND 73) menimbulkan gejala yang sama yakni
bintik kekuningan.
2. Ketiga klon yang diuji termasuk ke dalam kategori resisten (R) jika dinilai
berdasarkan penilaiaan tingkat intensitas serangan dan luas serangan
penyakit dan reaksi tanaman.
3. Ketiga klon ini mengalami variasi serangan yang berbeda yang
diakibatkan oleh penyakit Cylindrocladium sp dilihat dari masa inkubasi,
perubahan warna daun, dan perubahan bentuk daun.
Saran
Pengujian terhadap klon lain penting dilakukan hingga nilai
resisten tiap klon tanaman dapat diketahui sehingga dapat dijadikan
sebagai pembanding di penelitian berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Eukaliptus sp
Klasifikasi ilmiah (Scientific Classification) dari tanaman eukaliptus
adalah sebagai berikut, kingdom Plantae, divisi Angiosperms, subdivisi Eudicots,
ordo Myrtales, famili Myrtaceae. Tanaman eukaliptus terdiri dari kurang lebih
700 jenis dan yang dapat dimanfaatkan menjadi pulp sekitar 40% dari keseluruhan
tanaman ini (Departemen Kehutanan, 1994).
Syarat Tumbuh Eucalyptus spp.
Eukaliptus biasanya menyukai daerah iklim bermusim (daerah arid) dan
daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis sebagai tempat hidupnya.
Eukaliptus dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-berbatu, lembab,
berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai
dari tanah-tanah kurus gersang sampai pada tanah yang baik dan subur. Eukaliptus
dapat tumbuh didaerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari
dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai
bagi pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20°-32°C
(Dirjen Kehutanan, 1980).
Penyebaran dan Morfologi Eukaliptus
Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace, mulai
dari 7°’ LU sampai 43°39’ LS meliputi Australia, New Britania, Papua dan
Tazmania.Beberapa sppesies juga ditemukan di Kepulauan Indonesia yaitu Irian
Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor-Timur. Genus Eukaliptus terdiri
atas 500 spesies yang kebanyakan endemik Australia. Hanya ada dua spesies yang
tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Fillipina)

Universitas Sumatera Utara

yaitu Eucalyptus urrophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa spesies menyebar
di Australia bagian Utara menuju bagian Timur. Spesies ini banyak tersebar di
daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Barat Daya. Pada
saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di
benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan dan
Amerika Tengah (Latifah, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Silalahi (2008) yang telah dilakukan
sebelumnya di lokasi pembibitan Toba Pulp Lestari Porsea, diperoleh fungi
patogen

penyakit

tanaman

dengan

mengamati

ciri

makroskopik

dan

mikroskopiknya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima spesies fungi yaitu
Cylindrocladium reteaudii, Mycosphaerella sp., Cryptosporiopsis sp. dan ada dua
spesies dari Phaeophleospora sp. Berdasarkan pengamatan gejala penyakit
tanaman pada pembibitan ditemukan tiga jenis gejala yaitu hawar daun, black
mildow, dan bercak daun.
Cylindrocaladiumsp
Fungi ini khususnya menyerang tanaman muda Eukaliptus. Serangan fungi
ini menyebabkan penyakit Cylindrocladium foliar spot dan foliar blight, yang
menyebabkan penyakit pada bagian akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun
dan bercak daun. Penyebaran penyakit dengan konidia dalam jumlah yang besar
terjadi di atas permukaan daun. Banyak variasi gejala yang ditimbulkan oleh
serangan jamur ini. Daun yang terinfeksi oleh jamur ini akan berkembang menjadi
bintik dan bisul. Selama hujan lebat, spora- spora terpercik ke udara dan
menempel pada daun dan pohon- pohon lain. Cylindrocladium sp dapat hidup
bertahan lama dalam tanah karena adanya dinding-tebal Khlamidosppora dan

Universitas Sumatera Utara

propagulnya. Penularan biasanya mulai dari daun cabang bawah menyebar sampai
ke mahkota. Serangan penyakit yang disebabkan oleh Cylindrocladium sp. banyak
ditemukan pada persemaian dan bagian batang pohon (Old, et al., 2003).
Menurut Barnard (1984) Cylindrocladium scoparium menyebabkan
kerugian semai eukaliptus yang sangat besar pada pembibitan ekaliptus di Florida
Selatan yang menyebabkan penyakit pada bagian bawah batang Eucalyptus
grandis dan E. robusta. Infeksi secara nyata di mulai didaun dan berkembang
melalui tangkai daun hingga bagian batang. Penyakit semakin berkembang karena
kondisi lingkungan nursery, termasuk penyiraman yang berlebihan, temperature
dan kelembaban yang tinggi dan berkurangnya aerasi yang disebabkan rapatnya
jarak antar bibit. Semai dengan batang yang telah mulai terinfeksi sulit diketahui
setelah dipindahkan dari bagian persmaian dan ditanam di lapangan. Semai
dengan batang yang terluka umumnya sulit dikatahui, walaupun beberapa gejala
disebabkan infeksi dari bawah setelah penanaman di lapangan.Oleh sebab itu
perlu dilakukan uji infeksi Cylindrocladium sp pada klon hibrid tanaman
Eukaliptus.
Gejala penyakit akar Cylindrocladium (Cylindrocladium root disease) dan
busuk tajuk biasanya terdiri dari busuk akar, nekrotik pada daun dan busuk
batang, dan layu daun (klorosis). Daun tidak selalu menjadi klorosis pada tahap
awal penyakit ini. Meski pada akhirnya daun akan mati pucuk, abscise, dan
Cylindrocladium sp. mungkin akan mulai melakukan sporulasi pada bagian daun
yang nekrosis dan batang yang lunak. Cylindrocladium sp. menyerang bagian
tanaman yang tidak ditutup maupun yang ditutup setelah pemotongan. Penyakit
ini dapat menyebar dengan mudah dalam satu ruangan pembiakan atau antar pot.

Universitas Sumatera Utara

Sangat sulit untuk dapat mengendalikannya terlebih dalam rumah kaca atau
melalui operasi pelaksanaan pembibitan. Patogen ini mungkin berada dalam tanah
yang telah terkontaminasi tanah bekas tanaman sebelumnya, material tanaman,
atau pada tangan, pakaian atau peralatan penanaman. Fungi inokulum berasosiasi
dengan penyakit-penyakit karena pemotongan, daun kotor, dan sisa tanaman juga
meyebabkan ancaman infeksi sekunder dan menyebarkan penyakit (Leahy 1994).
Beberapa tipe struktur patogen tidak harus selalu ada pada tanaman yang
sakit karena pembentukannya berdasarkan kondisi lingkungan. Kebanyakan tanda
penyakit dapat dilihat dan dibedakan dengan bantuan mikroskop. Misalnya
penyebab berupa miselia, spora, tubuh buah fungi, sel atau lender bakteri, tubuh
karena penggumpalan hifa fungi (sklerotial bodies),nematode dengan berbagai
fase telur, juvenile dan imago serta berbagai bagian tumbuhan parasite
(Sinaga, 2003).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Saat ini, percepatan pembangunan hutan tanaman oleh industri maupun
masyarakat dan industri pulp merupakan salah satu prioritas sektor kehutanan
karena diharapkan dapat menjadi salah satu tulang punggung tumbuhnya
perekonomian Indonesia. Namun memperhatikan kondisi dan tingkat degradasi
hutan alam yang sampai saat ini masih menjadi tumpuan penyediaan bahan baku
industri kayu, penerapan prinsip dan persyaratan dalam pembangunan hutan
tanaman, khususnya untuk produksi kayu pulp, perlu direncanakan serta
dikendalikan dengan cermat dan penuh tanggung jawab sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif secara ekonomi, sosial maupun lingkungan, tanpa
menghambat

kebijakan

pengembangan

hutan

tanaman

industri

(Departemen Kehutanan, 2006).
Tanaman Eukaliptus bersasal dari Australia dengan kondisi habitatnya
tandus (arid). Menurut Old, et al. (2003), tanaman Eukaliptus mempunyai laju
pertumbuhan yang cepat, bahkan di tapak yang kritis tanaman dapat tumbuh.
Tanaman Eukaliptus (Myrtaceae) telah banyak ditanam di beberapa negara tropis,
pada lahan yang luas. Spesies-spesies lain yang telah dicoba penanaman dalam
skala kecil, seperti E. camadulensis, E. grandis, E. pelita, E. tereticornis, dan E.
torreliana. Penanaman Eukaliptus paling banyak dilakukan di Sumatera (Aceh,
Sumatera Utara, Jambi) dan Kalimantan (Nair, 2000).
Pembangunan HTI umumnya dilaksanakan secara monokultur dalam skala
luas. Keanekaragaman yang rendah akan mengganggu keseimbangan ekosistem

Universitas Sumatera Utara

yang pada akhirnya dapat terjadi blooming hama dan penyakit pada tanaman, hal
ini sesuai dengan pernyataan Semangun (2001) yang menyatakan bahwa
pertanaman yang seragam sangat rawan terhadap tanaman karena lebih mudah
terserang penyakit, hama dan gangguan cuaca. Selain tersusun atas tegakan yang
bersifat monokultur, tanaman HTI juga kebanyakan berusia sama. Hal ini dapat
berdampak pada bermunculannya hama dan penyakit yang disebabkan oleh
ketersediaan makanan maupun inang yang cukup banyak sehingga hama dan
penyakit pada tanaman akan dapat berkembang dengan cepat. Keadaan ini
menyebabkan resiko terserang penyakit semakin besar, hutan HTI yang semakin
banyak di usahakan akan semakin besar resiko terserang penyakit. Penyakit yang
dapat menyerang di areal persemaian adalah penyakit daun.
Mengacu pada hasil penelitian Silalahi (2008) yang dilakukan dilokasi
pembibitan PT Toba Pulp Lestari Tbk, terdapat beberapa jenis patogen berupa
fungi. Jenis patogen yang ditemukan tersebut adalah Cylindrocladium reteaudii,
Mycospharella sp, Cryptosporiopsis sp,dan dua spesies dari Phaeophleospora sp.
Sedangkan berdasarkan pengamatan gejala penyakit tanaman pada pembibtan
ditemukan tiga jenis penyakit yaitu Hawar Daun , Black Mildow, dan Bercak
Daun.
Infeksi akan menyebabkan terganggunya sistem metabolism tanaman di
daun hingga mempengaruhi fotosintesis akan mempengaruhi penyediaan dan
penyebaran nutrisi penting keseluruh bagian tanaman. Serangan penyakit pada
lahan yang ditanam dengan teknik monokultur sangat beresiko dengan serangan
penyakit. Infeksi yang terjadi terus menerus akan meningkatkan virulensi patogen
itu sendiri dan menurunkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Jika hal ini

Universitas Sumatera Utara

terjadi, maka suatu waktu akan terjadi outbreak patogen yang akan merugikan
HTI seperti PT. TPL yang selalu mengembangkan jenis klon-klon baru agar
diperoleh klon yang lebih resisten terhadap infeksi patogen.
Klon hybrid E. grandis x E. urophylla adalah salah satu klon yang
dikembangkan oleh PT. TPL. Klon yang dihasilkan adalah klon IND 68, IND 70
dan IND 73. Klon ini belum pernah diuji tingkat ketahanannya, dengan demikian
klon

ini

belum

diketahui

daya

tahannya

terhadap

serangan

penyakit

Cylindrocladium. Untuk mengetahui dan mengantisipasi hal tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai uji infeksi penyakit Cylindrocladium sp terhadap
tiga klon hybrid tanaman E. grandis x E. urophylla.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui variasi gejala serangan fungi Cylindrocladium sp. pada
E. grandis x E. Urophyllaklon IND 68, IND 70 dan IND 73.
2. Untuk mengukur tingkat ketahanan jenis E. grandis x E. urophylla klon
IND 68, IND 70 dan IND 73terhadap penyakit Cylindrocladium sp.
3. Untuk mengukur virulensi dari infeksi fungi Cylindrocladium sp. pada
E. grandis x E. urophylla klon IND 68, IND 70, dan IND 73.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi atau masukan bagi PT. Toba Pulp Lestari tentang
penyakit Cylindrocladium sp. pada daun bibit tanaman E. grandis x E.
urophylla sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk metode
pengendalian yang tepat untuk penyakit tersebut.
2. Sebagai

informasi

bagi

perusahaan-perusahaan

HTI

yang

akan

mengusahakan Eucalyptus sp.

Universitas Sumatera Utara

3. Sebagai informasi dasar untuk menentukan teknik pengendalian patogen
yang menyerang daun Eucalyptus sp.
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat variasi gejala serangan fungi Cylindrocladium sp. pada ketiga
klon E. grandis x E. urophylla.
2. Terdapat perbedaan ketahanan ketiga klon jenis E. grandis x E. urophylla
klon IND 68, IND 70dan IND 73 terhadap fungi Cylindrocladium sp.
3. Terdapat perbedaan virulensi dari fungi Cylindrocladium sp. pada ketiga
klon E. grandis x E. urophylla.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ROIMEN ROYANTO MALAU. Uji Infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga
Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk Porsea. Di bawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA
SIREGAR, MS dan RIDAHATI RAMBEY S. Hut,. M.Si.
Salah satu penyakit yang menyerang bibit Eukaliptus adalah Cylindrocladium
yang menyebabkan penyakit Cylindrocladium foliar spot dan foliar blight. PT
Toba Pulp Lestari mengembangkan banyak jenis klon dengan cara vegetative.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi gejala penyakit daun, mengukur
tingkat intensitas serangan, luas serangan, serta reaksi tanaman (resistensi)
terhadap infeksi Cylindrocladium sp. pada tiga klon hybrid Eukaliptus. Klon yang
di uji adalah IND 68, IND 70, IND 73. Inokulasi dilakukan dengan cara
penyemprotan. Pengamatan gejala dilakukan setiap hari sejak inokulasi
dilaksanakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gejala yang muncul adalah
sama. Gejala diawali dengan bintik coklat kekuningan lalu akan melebar
(nekrotik) dan berlanjut pada kematian jaringan daun. Berdasarkan kriteria
penilaian tingkat intensitas serangan dan luas serangan, ketiga jenis klon termasuk
dalam kategori resisten.
Kata kunci : Eukaliptus sp, Cylindroladium sp, Uji Infeksi, Resisten.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

ROIMEN ROYANTO MALAU. Infection Test Cylindrocladiumsp. on Three
Hybrid Clones of Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla in PT. Toba Pulp
Lestari Tbk. Under academic supervision byDr. Ir. EDY BATARA MULYA
SIREGAR, MS and RIDAHATI RAMBEY S. Hut,. M.Si.
One of the diseases that attack eucalyptus seedling are Cylindrocladium causing
Cylindrocladium foliar spots and foliar blight diseases. Eucalyptus clones
developed by PT Toba Pulp Lestari done by vegetative propagation. This study
aimed to characterize the symptoms of the diseases leaves, measure the level of
intensity of attack, widespread attack, as well as the reactions of plants
(resistance) against infection Cylindrocladium sp. on three eucalyptus hybrid
clones. Type clone which tested were IND 68, IND 70 and IND 73. Inoculation
was conducted by spraying. Observation of symptoms is done every day since
inoculation implemented. The result showed that the symptoms same. Symptoms
caused by infection Cylindrocladium sp. is blight. Symptoms begin with yellowish
brown spots and will be widened (necrotic) and continues in death of leaf tissue.
Based on the assessment criteria and the level of intensity of widespread attacks,
all three types are included in category of resistant clones.
Keywords: Eucalyptus, Cylindrocladium sp, Infection Test, Resistant.

Universitas Sumatera Utara

UJI INFEKSI Cylindrocladiumsp. Pada TIGAKLON HIBRID
TURUNAN Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

SKRIPSI
OLEH:
ROIMEN ROYANTO MALAU
121201102

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara

UJI INFEKSI Cylindrocladiumsp. Pada TIGAKLON HIBRID
TURUNAN Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea
SKRIPSI
OLEH:
ROIMEN ROYANTO MALAU
121201102/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada TigaKlon Hibrid Turunan
Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk Porsea.

Nama
Nim
Program Studi

: Roimen Royanto Malau
: 121201102
: Kehutanan/Budidaya Hutan

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar MS
M. Si
Ketua

Ridahati Rambey S. Hut,.
Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph. D
Dekan Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ROIMEN ROYANTO MALAU. Uji Infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga
Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk Porsea. Di bawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA
SIREGAR, MS dan RIDAHATI RAMBEY S. Hut,. M.Si.
Salah satu penyakit yang menyerang bibit Eukaliptus adalah Cylindrocladium
yang menyebabkan penyakit Cylindrocladium foliar spot dan foliar blight. PT
Toba Pulp Lestari mengembangkan banyak jenis klon dengan cara vegetative.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi gejala penyakit daun, mengukur
tingkat intensitas serangan, luas serangan, serta reaksi tanaman (resistensi)
terhadap infeksi Cylindrocladium sp. pada tiga klon hybrid Eukaliptus. Klon yang
di uji adalah IND 68, IND 70, IND 73. Inokulasi dilakukan dengan cara
penyemprotan. Pengamatan gejala dilakukan setiap hari sejak inokulasi
dilaksanakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gejala yang muncul adalah
sama. Gejala diawali dengan bintik coklat kekuningan lalu akan melebar
(nekrotik) dan berlanjut pada kematian jaringan daun. Berdasarkan kriteria
penilaian tingkat intensitas serangan dan luas serangan, ketiga jenis klon termasuk
dalam kategori resisten.
Kata kunci : Eukaliptus sp, Cylindroladium sp, Uji Infeksi, Resisten.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

ROIMEN ROYANTO MALAU. Infection Test Cylindrocladiumsp. on Three
Hybrid Clones of Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla in PT. Toba Pulp
Lestari Tbk. Under academic supervision byDr. Ir. EDY BATARA MULYA
SIREGAR, MS and RIDAHATI RAMBEY S. Hut,. M.Si.
One of the diseases that attack eucalyptus seedling are Cylindrocladium causing
Cylindrocladium foliar spots and foliar blight diseases. Eucalyptus clones
developed by PT Toba Pulp Lestari done by vegetative propagation. This study
aimed to characterize the symptoms of the diseases leaves, measure the level of
intensity of attack, widespread attack, as well as the reactions of plants
(resistance) against infection Cylindrocladium sp. on three eucalyptus hybrid
clones. Type clone which tested were IND 68, IND 70 and IND 73. Inoculation
was conducted by spraying. Observation of symptoms is done every day since
inoculation implemented. The result showed that the symptoms same. Symptoms
caused by infection Cylindrocladium sp. is blight. Symptoms begin with yellowish
brown spots and will be widened (necrotic) and continues in death of leaf tissue.
Based on the assessment criteria and the level of intensity of widespread attacks,
all three types are included in category of resistant clones.
Keywords: Eucalyptus, Cylindrocladium sp, Infection Test, Resistant.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Uji Infeksi Cylindrocladiumsp. Pada
Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylladi PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk Porsea” Skripsi ini merupakam salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Program

Dokumen yang terkait

Uji Infeksi Puccinia psidii Penyebab Penyakit Karat Daun Pada Klon Hibrid Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari Tbk, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.

1 9 45

Uji Infeksi Puccinia psidii Penyebab Penyakit Karat Daun Pada Klon Hibrid Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari Tbk, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.

0 3 11

Uji Infeksi Puccinia psidii Penyebab Penyakit Karat Daun Pada Klon Hibrid Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari Tbk, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.

0 0 2

Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

0 0 12

Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

0 1 2

Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

0 0 4

Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

0 1 4

Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

0 0 2

Uji infeksi Cylindrocladiumsp. Pada Tiga Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis xEucalyptus urophylla di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

0 0 2

Uji Infeksi Phaeophleospora Sp. Pada Klon Hibrid Eucalyptus Grandis X Eucalyptus Urophylla Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

0 1 11