Turbin angin Darrieus TINJAUAN PUSTAKA

14 Betz merupakan orang pertama yang merumuskan ini, sehingga nilai ini disebut dengan Betz limit. Dengan mengetahui bahwa koefisien performansi ideal diperoleh pada rasio kecepatan v 2 v 1 = 13 maka kecepatan aliran tepat di depan turbin, v ’ = 23 v 1 2.17 dan kecepatan udara setelah melewati turbin, v 2 = 13 v 1 2.18

2.4 Turbin angin Darrieus

Turbin angin Darrieus pada umumnya dikenal sebagai turbin sumbu horizontal dengan bentuk melengkung troposkien: tali yang berputar, bahasa Yunani. Turbin angin Darrieus pertama kali ditemukan oleh Georges J.M Darrieus pada tahun 1931. Turbin angin Darrieus merupakan turbin angin yang menggunakan prinsip aerodinamik dengan memanfaatkan gaya lift pada penampang sudu rotornya dalam mengekstrak energi angin. Sudu turbin ini berbentuk airfoil. Gambar. 2.6 Turbin angin Darrieus-H lima sudu www.wintufel.net 2.4.1 Airfoil Airfoil adalah bentuk aerodinamik yang dianggap sangat efektif untuk menghasilkan gaya angkat lift. Sebagai contoh sebuah airfoil adalah penampang potongan sayap pesawat. Sayap adalah bagian pesawat terbang yang berfungsi Universitas Sumatera Utara 15 untuk menghasilkan gaya angkat. Gaya angkat yang dihasilkan itu akan terjadi karena gaya tekanan dibawah lebih besar daripada gaya tekanan diatas airfoil. Sayap juga dinamai penguat gaya dorong thrust amplifier, karena gaya angkat yang dihasilkan dapat beberapa kali lebih besar daripada gaya tahan drag yang harus diatasi oleh gaya dorong motor propulsi. Nomenklatur dan cara menggambar airfoil dapat dilihat pada gambar dibawah. Gambar.2.7 Nomenklatur airfoil Arismunandar, 2000 Garis kamber rata-rata mean camber line adalah tempat kedudukan dari titik-titik tengah antara permukaan atas dan permukaan bawah airfoil; yaitu tempat kedudukan titik tengah dari garis tegak lurus, pada garis kamber rata-rata itu sendiri, yang menghubungkan permukaan atas dan permukaan bawah. Garis kamber rata-rata menjadi ciri utama sebuah airfoil. Titik terdepan dan titik terbelakang dari garis kamber rata-rata, berturut-turut dinamai tepi depan leading edge dan tepi belakang trailing edge. Garis korda chord line adalah garis lurus yang menghubungkan tepi depan dan tepi belakang, korda chord adalah panjangnya garis korda antara tepi depan dan tepi belakang. Ukuran airfoil biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari korda c. kamber maksimum adalah jarak maksimum antara garis kamber dengan garis korda, diukur pada garis tegak lurus dari korda. Letak kamber maksimum dari tepi depan sangat penting dalam menentukan karakteristik aerodinamika sebuah airfoil. Banyak usaha dilakukan untuk menggeser letak kamber maksimum ke depan untuk menaikkan gaya angkat C L maks . Kamber, bentuk garis kamber rata-rata dan juga distribusi tebal airfoil Universitas Sumatera Utara 16 sangat menentukan karakteristik gaya angkat dan momen airfoil. Tebal maksimum sebuah airfoil adalah jarak maksimum antara permukaan atas dan permukaan bawah Arismunandar, 2000. Gambar.2.8 Contoh airfoil NACA 4 digit Sumber: Dokumen Penulis Radius lingkaran yang melalui tepi depan merupakan ukuran ketajaman tepi depan; biasanya 0-2 korda. Titik pusat lingkaran tersebut berada pada garis singgung garis kamber rata-rata yang melalui tepi depan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka ukuran dan bentuk airfoil dinyatakan dengan nomor seri seperti contoh diatas. 2.4.2 Turbin angin Darrieus-H Turbin angin Darrieus memiliki torsi rotor yang relatif rendah tetapi putarannya lebih tinggi dibanding dengan turbin angin Savonius sehingga lebih diutamakan untuk menghasilkan energi listrik. Namun turbin ini membutuhkan energi awal yang lebih besar untuk mulai berputar. Turbin angin Darrieus biasanya akan mulai berputar pada kecepatan angin 2,5 ms dan dapat menghasilkan daya pada kecepatan angin 3 ms. Turbin angin Darrieus memiliki sudu dengan penampang berbentuk airfoil. Efisiensi maksimum turbin angin tipe Darrieus-H untuk saat ini masih berada pada 42 , sedangkan turbin angin tipe horizontal mempunyai efisiensi maksimum sebesar 50 . Hal ini mengakibatkan Universitas Sumatera Utara 17 turbin angin tipe Darrieus-H jarang dipakai untuk pembangkit listrik dengan kapasitas yang besar. Gambar.2.9 Gaya-gaya aerodinamik pada sudu turbin Sumber: Dokumen Penulis Keterangan gambar: L = gaya lift sudu N D = gaya drag sudu N ω = kecepatan sudut elemen sudu rads r = radius turbin m α = sudut serang sudu , c = kecepatan absolut elemen sudu resultan vektor v’ dengan u’ c = v’{λ + cos 2 + sin 2 } 12 2.19 v’ = kecepatan angin ms u’ = kecepatan tangensial elemen sudu ms u’ = rω 2.20 Universitas Sumatera Utara 18 Catatan: - gaya lift L tegak lurus terhadap komponen kecepatan c - gaya drag D paralel terhadap komponen kecepatan c Turbin angin Darrieus-H menggunakan sudu berbentuk airfoil. Sudu ini diatur sedemikian rupa dengan sudut tertentu yang disebut dengan sudut serang angle of attack. Sudut serang merupakan sudut antara garis referensi garis korda c dengan arah aliran, sudut ini merupakan sudut serang lokal. Pada saat turbin berputar, sudut serang sudu berubah terhadap posisi sudut sudu dan merupakan fungsi dari tip speed rati o λ. α = arc tan [sin λ + cos ] dimana, α = sudut serang 2.21 Gambar.2.10 Sudu turbin pada kondisi sudut serang rendah, medium, dan tinggi Sumber: Dokumen Penulis Besarnya sudut serang tidak boleh melebihi sudut serang kritis sudu karena pada saat sudut serang melebihi sudut serang kritis akan terjadi stall. Stall merupakan kondisi dimana terjadi pemisahan aliran udara diatas sudu dan timbul gelombang wake udara yang tidak beraturan. Pada kondisi stall, sudu hanya mempunyai koefisien lift yang sangat kecil. 2.4.3 Sudut serang angle of attack dan sudut pitch Sudut serang pada turbin Darrieus-H merupakan sudut antara garis chord sudu dengan garis komponen kecepatan relatif. Pada turbin angin Darrieus-H ini, besarnya sudut serang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, tip speed ratio, sudut azimuth sudu, dan sudut pitch sudu. Semakin besar tip speed ratio maka sudut serang akan semakin kecil, hal ini dapat dilihat dari persamaan di bawah ini. α = arc tan [sin λ + cos ] Universitas Sumatera Utara 19 dimana: λ = tip speed ratio θ = sudut azimuth sudu R Menuju pusat rotasi Menjauhi pusat rotasi - φ + φ Garis Chord ω Gambar. 2.11 Arah sudut pitch Sumber: Dokumen Penulis Untuk sudut pitch φ = 0, maka nilai sudut serang tidak berubah, tetapi jika sudut pitch φ 0, maka sudut serang akan berubah sesuai dengan besarnya perubahan sudut pitch. α = {arc tan [sin λ + cos ]} - φ  θ 180 α = {arc tan [sin λ + cos ]} + φ  180 θ 360 α = φ  θ = 0 , dan θ = 180 Universitas Sumatera Utara 20 φ α Garis korda chord θ = 45 θ = 135 θ = 225 θ = 315 Angin α α α φ φ φ φ Komponen kecepatan angin dan kecepatan tangensial α Komponen kecepatan relatif Gambar. 2.12 Perubahan sudut serang sebagai fungsi tip speed ratio, sudut azimuth, dan sudut pitch Sumber: Dukumen Penulis Universitas Sumatera Utara 21 Berikut ini merupakan contoh perubahan sudut serang sebagai fungsi sudut azimuth sudu. v’ c u’ c c c c c c c v’ v’ v’ v’ v’ v’ v’ u’ u’ u’ u’ u’ u’ u’ ω θ 1 2 3 4 5 6 7 8 Angin α Gambar.2.13 Perubahan sudut serang Sumber: Dokumen Penulis Kecepatan angin V = 3.85 ms Putaran Turbin n = 50 rpm Universitas Sumatera Utara 22 Radius Turbin r = 0.75 m Kcepatan Sudut ω = 2πnθ0 = 2π.5060 = 5.666 rads Kecepatan Tangensial u’ = ω.r = 5.6660.75 = 4.24 ms Tip speed ratio λ = ω.rv = 5.6660.753.85 = 1.103 Untuk tiap titik diperoleh: 1. θ = 0 α = 0 c = 8.09 ms 2. θ = 45 α = 21.37 c = 7.48 ms 3. θ = 90 α = 42.19 c = 5.72 ms 4. θ = 135 α = 60.75 c = 3.17 ms 5. θ = 180 α = 0 c = 0.39 ms 6. θ = 225 α = -60.75 c = 3.17 ms 7. θ = 270 α = -42.19 c = 5.72 ms 8. θ = 315 α = -21.37 c = 7.48 ms

2.5 Sistem Kelistrikan

Dokumen yang terkait

Simulasi Pengaruh Jumlah Sudu Dan Tip Speed Ratio Terhadap Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Menggunakan Profil Sudu Naca 0018

4 48 106

Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 4415 dan analisa perbandingan menggunakan variasi jumlah sudu dan sudut PITCW

11 83 99

Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0018 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

5 59 106

Simulasi Pengaruh Jumlah Sudu Dan Tip Speed Ratio Terhadap Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Menggunakan Profil Sudu Naca 0018

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga - Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 4415 dan analisa perbandingan menggunakan variasi jumlah sudu dan sudut

0 0 24

UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI

1 2 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin - Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0018 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

1 1 18

UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0018 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin - Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0012 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

1 1 21

UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI

0 0 13