Data Observasi

3.1.2 Kebijakan Pemerintah Terkait Desain

3.1.2.1 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Menurut Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif, ekonomi kreatif Indonesia dikelompokkan menjadi: (1) arsitektur; (2) desain; (3) fesyen; (4) film, video, dan fotografi; (5) kerajinan; (6) musik; (7) pasar seni dan barang antik; (8) penerbitan dan percetakan; (9) periklanan; (10) permainan interaktif; (11) penelitian dan pengembangan; (12) seni pertunjukan; (13) teknologi informasi dan piranti lunak; (14) televisi dan radio; dan (15) kuliner.

Desain termasuk ke dalam salah satu kelompok ekonomi kreatif, yang berarti kapasitas keilmuan dan keprofesian desain sudah diakui oleh pemerintah. Poin desain disini kemudian dibagi kembali menjadi: (1) Desain Komunikasi Visual; (2) Desain Produk; dan (3) Desain Interior.

Gambar 3.3 Model Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia (Sumber: Rencana Strategis 2012-2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI)

Visi pengembangan ekonomi kreatif Indonesia hingga tahun 2025 adalah, “Bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia.” Untuk mencapai visi tersebut didapatkan beberapa misi yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam

penguatan pondasi pilar dalam waktu yang lebih singkat, yaitu sampai tahun 2014 seperti pada gambar di bawah.

Tabel 3.1 Sasaran Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2014 (Sumber: Rencana Strategis 2012-2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI)

3.1.2.2 Undang-Undang Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual

Kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, memiliki perjanjian internasional khusus mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Agreement on Trade Relates Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs). Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa HAKI terdiri dari: (1) hak cipta dan hak terkait; (2) merk dagang; (3) indikasi geografis; (4) desain industri; (5) paten; (6) tata letak sirkuit terpadu; (7) perlindungan informasi rahasia; dan (8) kontrol terhadap praktek persaingan usaha tidak sehat dalam perjanjian lisensi.

Peraturan HAKI mengenai desain produk ada pada bagian Desain Industri. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa, “Desain Industri adalah suatu kreasi tentang

bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.”

Klasifikasi produk yang diajukan disesuaikan dengan klasifikasi pada Locarno Agreement .

Berikut adalah prosedur pengajuan Hak Desain Industri sesuai data pada website Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI).

1. Permohonan pendaftaran Desain Industri diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 3 (tiga).

2. Pemohon wajib melampirkan:

a) tanggal, bulan, dan tahun surat Permohonan;

b) nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pendesain;

c) nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pemohon;

d) nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; dan d) nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; dan

3. Permohonan ditandatangani oleh Pemohon atau Kuasanya serta dilampiri dengan:

a) contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari Desain Industri yang dimohonkan pendaftarannya (untuk mempermudah proses pengumuman permohonan, sebaiknya bentuk gambar atau foto tersebut dapat di-scan, atau dalam bentuk disket atau floppy disk dengan program sesuai);

b) surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan melalui Kuasa;

c) surat pernyataan bahwa Desain Industri yang dimohonkan pendaftarannya adalah milik Pemohon atau milik Pendesain.

4. Dalam hal Permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu Pemohon, Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu Pemohon dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon lain.

5. Dalam hal Permohonan diajukan oleh bukan Pendesain, Permohonan harus disertai pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa Pemohon berhak atas Desain Industri yang bersangkutan.

6. Membayar biaya permohonan sebesar Rp 300.000,00 untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta Rp 600.000,00 untuk non-UKM untuk setiap permohonan.

Hak Desain Industri berlaku untuk jangka waktu 10 tahun. Dalam waktu tersebut apabila desain digunakan oleh pihak lain dan diadukan, pihak tersebut dapat dikenakan hukuman pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda maksimal Rp 300.000.000,00. Menurut data Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia sampai saat ini baru 26 Hak Desain Industri yang sudah terdaftar. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan banyaknya karya desain yang dihasilkan.

Gambar 3.4 Contoh Sertifikat Desain Industri (Sumber: www.penghematbbm-xpower.com)

Setiap desainer produk sudah seharusnya memahami Hak Desain Industri. Selain untuk menjaga orisinalitas desain, desainer juga perlu mengetahui desain-desain apa saja yang sudah pernah diajukan agar tidak terjadi plagiarisme walaupun tanpa disengaja. Perlu diingat juga bahwa Hak Desain Industri diberikan kepadak pihak yang pertama mengajukan, bukan pihak yang pertama membuat. Apabila terjadi kasus desain yang dibuat seorang desainer telah diajukan pihak lain dan desainer tidak dapat menunjukkan bukti kuat, Hak Desain Industri tetap dipegang oleh pihak tersebut.

3.1.3 Asosiasi dan Himpunan Terkait Desain Produk

Desain Produk memiliki beberapa asosiasi atau himpunan keprofesian. Beberapa asosiasi atau himpunan tersebut adalah sebagai berikut.

 Asosiasi Desainer Produk Indonesia (ADPI) ADPI didirikan pada tahun 1983 oleh Bagas P. (IPTN), Oesriman Oesman (BPPT), Agus Sachari (ITB), Taufan Soekarno (ITB), dan Hanny Nayoan (USAKTI). ADPI

berperan sebagai wadah bagi pelaku profesional desain produk. Pada awalnya asosiasi ini bernama Persatuan Ahli Desain Industri Indonesia (PADII) yang kemudian berubah menjadi Ikatan Desainer Produk Indonesia (IDPI) sebelum menggunakan nama ADPI. Pada tahun 90-an ADPI cukup aktif menyelenggarakan beberapa kongres dan berkontribusi dalam perumusan Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

 Product Design Focus (PDF) PDF adalah sebuah wadah berkumpul bagi seluruh penggiat desain produk yang

didirikan pada tahun 2010. PDF berperan sebagai penghubung antara seluruh elemen yang berkaitan dengan desain produk untuk berbagi, berdiskusi, dan berkolaborasi. PDF telah sukses menyelenggarakan PDF Discuss selama lebih dari 15 kali dengan menghadirkan pembicara praktisi desain dan seni rupa.

Gambar 3.5 Poster PDF Discuss (Sumber: Facebook Product Design Focus)

 Himpunan Mahasiswa Desain Produk Anak Negeri (HADEPAN) HADEPAN merupakan forum yang menghubungkan anggota himpunan kemahasiswaan

desain produk dari berbagai institusi pendidikan, seperti Industrial Design Student Society (INDDES) ITB dan PROOF ITENAS.

 Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) HDMI merupakan himpunan khusus desainer dengan ketertarikan pada bidang mebel,

baik dari program studi desain produk, desain interior, dan lainnya. HDMI tergolong aktif mengadakan workshop, diantaranya adalah Tangan Japara serta Future Craft Workshop yang bekerjasama dengan Singapore Furniture Industries Council (SFIC). Karya hasil workshop tersebut dipamerkan di International Furniture Fair Singapore (IFFS).

 Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) Selain beranggotakan desainer, AMKRI turut mewadahi pengusaha atau pengrajin yang tidak memiliki latar belakang desain namun aktif berkarya. Pada awal tahun 2014 lalu

AMKRI sukses menyelenggarakan IFEX (Indonesia International Furniture Expo). Kemudian bersama Kementerian Perindustrian, AMKRI akan menggelar Pameran Produk Indonesia 2014. AMKRI menerbitkan majalah Furnicraft Today secara berkala.

Gambar 3.6 Kutipan Infografis ICSID (Sumber: www.icsid.org)

Salah satu asosiasi desain produk yang dapat menjadi contoh adalah International Council of Societies of Industrial Design (ICSID). ICSID berdiri pada tahun 1957 dengan pendiri utama dari 5 negara, yaitu: Association of Canadian Industrial Designers (Kanada); Associazione per il Disegno Industriale (Italia); Japan Industrial Designers’ Association (Jepang); Ornamo (Finlandia); dan Rat für Formgebung (Jerman). Pada tahun 2013 keanggotan tersebut sudah bertambah sampai 68 negara. ICSID sangat aktif dalam berkegiatan, penelitian, dan mengedukasi masyarakat umum mengenai desain produk. ICSID menetapkan 29 Juni sebagai World Industrial Design Day untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-50.

3.1.4 Klasifikasi Produk

United States Patent and Trademark Office (USPTO) mengklasifikasikan produk ke dalam 33 kelas dan 322 subkelas berdasarkan fungsinya. Klasifikasi 33 kelas tersebut adalah sebagai berikut.

 Edible products  Apparel and haberdashery  Travel goods, personal belongings, and storage or carrying articles  Brushware  Textile or paper yard goods; sheet material  Furnishings  Equipment for preparing or serving food or drink  Tools and hardware  Packages and containers for goods  Measuring, testing, or signaling instruments  Jewelry, symbolic insignia, and ornaments  Transportation  Equipment for production, distribution, or transformation of energy  Recording, communication, or information retrieval equipment  Machines  Photography and optical equipment  Musical instruments

 Printing and office machinery  Office supplies; artists’ and teachers’ materials  Sales and advertising equipment  Games, toys, and sport goods  Arms, pyrotechnics, hunting, and fishing equipment  Environmental heating and cooling, fluid handling, and sanitary equipment  Medical and laboratory equipment  Building units and construction elements  Lighting  Tobacco and smokers’ supplies  Cosmetic products and toilet articles  Equipment for safety, protection, and rescue  Animan husbandry  Washing, cleaning, or drying machines  Material or article handling equipment  Micellaneous

3.1.5 Publikasi Desain Produk

Publikasi desain produk seringkali disatukan dengan publikasi pada media yang mengusung arsitektur dan desain interior sebagai tema utamanya, seperti: Bravacasa, Elle Decor, dan Skala+. Dengan begitu desain produk hanya menjadi pengisi dalam beberapa artikel saja dan bukan sebagai tema utama.

Media yang mengusung desain produk sebagai isu utamanya adalah Fold Magazine yang didirikan oleh sekelompok mahasiswa ITB pada tahun 2009 lalu. Tujuan utamanya adalah memberikan edukasi bagaimana desain produk dapat membuat perubahan dalam masyarakat, gaya hidup, dan kultur. Namun saat ini media tersebut dalam masa vakum.

Gambar 3.7 Fold Magazine Media Kit (Sumber: Fold Magazine)

Publikasi mengenai desain produk tidak terbatas pada media yang mengusung tema desain saja. Beberapa karya desain produk, terutama yang berkarakter komersil atau inovatif, dapat juga diulas dalam media populer dengan gaya hidup sebagai tema utamanya (media non desain).

Berikut adalah beberapa publikasi mengenai karya dan alumni Desain Produk ITB.

Gambar 3.8 Karya Desainer Indonesia di Majalah Internasional (Sumber: Wallpaper Magazine November 2013)

Gambar 3.9 Emerging Designers Kota Bandung (Sumber: Elle Decoration Februari 2013)

Gambar 3.10 Young Designers Casa by Bravacasa 2013 (Sumber: Bravacasa Indonesia September 2013)

Gambar 3.11 Profil Fitorio Bowo Leksono (2002) (Sumber: Skala+ Vol 06.2)

Gambar 3.12 Profil Anastasia Sulemantoro (2007) (Sumber: Skala+ Vol 08.2)

3.1.6 Kompetisi Desain Produk

Kompetisi desain yang diadakan setiap tahunnya (annual) baik dalam skala lokal dan global cukup banyak. Namun sebagian besar masih merupakan kompetisi untuk desain mebel, misalnya: Casa by Bravacasa, Indonesia Furniture Design Award (IFDA), Lomba Desain Mebel ASMINDO, dan Annual Design Award Skala+.

Sejak tahun 2013 lalu diadakan Reka Baru Desain Indonesia (RBDI), dimana seluruh desainer (grafis, produk, interior) yang memenangkan kompetisi akan mendapat pelatihan. RBDI diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Desain, Media, dan Iptek. Kompetisi tahunan lainnya yang mengusung tema inovasi yaitu Black Innovation Award sedangkan Kementerian Perindustrian memiliki Lomba Desain Alas Kaki Tingkat Nasional dan Indonesia Good Design Selection. Salah satu pabrik sepeda asal Indonesia, Polygon, juga turut meramaikan dengan Polygon International Bike Design Competition yang pernah dilaksanakan selama beberapa tahun berturut-turut.

Berikut adalah beberapa data terkait kompetisi desain yang diikuti oleh alumni Desain Produk ITB.

Gambar 3.13 FDA 2011 Honourable Mention Award: Abie Abdillah (2002) (Sumber: www.furnituredesigndna.com)

Gambar 3.14 FDA 2013 Honourable Mention Award: Diaz Adisastomo (2008) & FDA 2013 Merit Award: Denny Priyatna (2008) (Sumber: www.furnituredesigndna.com)

Gambar 3.15 Juara I Indonesia Furniture Design Award 2013: Bitten Stacking Chair Karya Handhyanto Hardian (2006) (Sumber: www.pinterest.com)

Gambar 3.16 Stool Karya Desainer Terpilih Reka Baru Desain Indonesia 2013: Harry Anugrah Mawardi (2004) (Sumber: www.rbdi.org)

Gambar 3.17 Pemenang Bravacasa Design Challenge 2012: Dina Arfadiani (2008) & Denny Rasyid Priyatna (2008) (Sumber: Bravacasa Indonesia November 2012)

Gambar 3.18 Perhiasan Palapa Karya Bersama Alumni DP 2007 Memenangkan Gold Award Indonesia Good Design Selection 2011 (Sumber: www.palapanusantara.tumblr.com)

Gambar 3.19 First Winner Polygon Bike Design Competition 2008: Rian Satya Wijaya (2001) (Sumber: www.funbike.blogspot.com)

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63