Penghapusbukuan TIDAK BERARTI Pengampunan hutang

SEBAGAI PERUBAHAN ATAS:

Peraturan Bank Indonesia No.10/19/PBI/2008, Tgl. 14-10-2008 tentang GWM Bank Umum di BI dalam Rupiah & Valuta Asing

bgy2000@yahoo.com ---

Bagaimana dengan BPR/LKM? Hingga saat ini BI hanya mengatur tentang Alat Likuid

BPR/LKM dalam PBI Nomor 7/34/PBI/2005 Tgl 22-09-2005, TENTANG: Tindak Lanjut Penanganan Terhadap BPR/LKM Dalam Status Pengawasan Khusus, dimana BPR/LKM yang mempunyai:

CR (Cash Ratio) rata-rata dalam 6 bulan kurang dari 3.00% dinyatakan dalam STATUS PENGAWASAN KHUSUS

 Bacalah PBI Nomor 7/34/PBI/2005, Pasal 2 ayat 2b

bgy2000@yahoo.com ---

Berapa % BPR/LKM harus memelihara ALAT LIKUID? Dengan melihat caption 16, dimana rasio ABA terhadap DPK

selama ini berkisar antara 20%-26%, maka sekurang-kurangnya BPR/LKM harus menempatkan alat likuid sebesar 20% dihitung dari kewajiban terhadap pihak ketiga, yaitu tabungan, deposito, dan pinjaman yang diterima.

Dengan demikian, dalam WORKSHOP ini kita gunakan asumsi untuk menghitung Cost Of Loanable Fund dengan formula:

COLF = COF : ( 1 – Alat Likuid ) = COF : ( 1 – 0.20 )

bgy2000@yahoo.com ---

COF dihitung dengan mencari rata-rata tertimbang dari seluruh komponen DPK, sehingga dalam banyak buku COF juga sering ditulis sebagai “WACOF” atau Weighted Average Cost Of Fund.

Sebagai perbandingan, Robert Peck Christen dalam bukunya Banking Services for the Poor: Managing for Financial Success (ACCION 2000 hal 146), memasukkan unsur EQUITY atau Modal dalam perhitungan COF, dimana unsur modal tersebut dihargai sebesar “tingkat inflasi” pada tahun berjalan.

bgy2000@yahoo.com ---

Dengan adanya cara pandang yang berbeda dalam menghitung Cost of Fund, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

Cara Pandang 1  UMUM WACOF = Purchased Funds *)

Cara Pandang 2  Robert Peck Christen WACOF = Purchased Funds + Cost of Equity

Catatan: Purchased Funds merupakan sumber dana yang untuk memperolehnya Bank harus

membayar pada harga tertentu

bgy2000@yahoo.com ---

PT BPR/LKM ARTHA BUDHI CAHYA

PURCHASED FUND WEEKLY REPORT Position: 10 October 2008 ( Ribuan Rupiah )

Interest Liquidity SOURCES OF FUND

Reserve TABUNGAN

20.00% 8.67% PINJAMAN DITERIMA: Term Loan (Linkage Program)

20.00% 3.66% Rekening Koran

TOTAL DPK

bgy2000@yahoo.com ---

NO. POS-POS AKTIVA

JUMLAH

NO.

POS-POS PASIVA

JUMLAH %

1 Kas

18,500.00 0.15% 2 Tagihan Pada Bank Lain:

1 Kewajiban Segera

2,311,715.00 18.68% - Giro

2 Tabungan

5,642,000.00 45.58% - Tabungan

3 Deposito Berjangka

4 Pinjaman Yang Diterima:

- Deposito

1,650,000.00 13.33% - Lainnya

- Linkage Program

350,000.00 2.83% 3 Surat Berharga

- Rekening Koran

- 4 Kredit Yang Diberikan

5 Rupa-rupa Pasiva

2,500,000.00 20.20% 6 Aktiva Tetap & Inventaris

6 Modal Dasar

1,000,000.00 -8.08% (Nilai Buku)

7 Modal Belum Disetor

225,000.00 1.82% 7 Rupa-rupa Aktiva

8 Laba/Rugi Tahun Lalu

9 Laba/Rugi Tahun Berjalan

bgy2000@yahoo.com ---

Berdasarkan Neraca Keuangan Periode 31 Oktober 2008 dari PT BPR/LKM ABC, saudara diminta untuk menghitung:

• Cash Ratio • ABA to DPK Ratio • WACOF • WACOLF

bgy2000@yahoo.com ---

• Cash Ratio 1: Kewajiban Lancar = Kewajiban Segera + Tabungan • Cash Ratio 2: Kewajiban Lancar = Kewajiban Segera + Tabungan + Deposito

Asumsi: Seluruh Deposito berjangka ≤ 90 hari Dengan data pada neraca 31-10-2008, hitunglah:

• Cash Ratio 1 • Cash Ratio 2 • LDR

bgy2000@yahoo.com ---

KARAKTERISTIK:

• Sumber Dana Mahal bagi BPR/LKM • Bank Umum sangat selektif dalam menyediakannya • Penalti untuk penarikan dibawah ketentuan minimal • Penurunan Plafond Kredit (terkait butir 3)

Standby Credit Line bagi BPR/LKM ibarat MADU & RACUN,

jadi BPR/LKM harus memanfaatkan secara Cermat & Bijak.

bgy2000@yahoo.com ---

MENGAPA BUKAN ALAT LIKUID?

• Karena dicatat sebagai off balance sheet item • Hanya on balance sheet item yg dihitung sebagai Alat Likuid

Namun demikian, Standby Credit Line dapat dimanfaatkan oleh BPR/LKM untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu ada kebutuhan likuiditas yang bersifat mendesak. Jadi, pada prinsipnya BPR/LKM harus memanfaatkan FASILITAS ini secara CERMAT & BIJAK.

bgy2000@yahoo.com ---

KAPAN SEBAGAI ALAT LIKUID?

Penggunaan Standby Credit Line dicatat sebagai ALAT LIKUID apabila posisi CR (Cash Ratio) berada pada level yang rawan misalkan: ± 3.00%, dan untuk itu BPR/LKM melakukan setoran ke rekening giro atau tabungan di Bank Umum dengan penarikan atas Standby Credit Line (fasilitas kelonggaran tarik) yang ada di Rekening Administratif.

bgy2000@yahoo.com ---

KAPAN SEBAGAI PURCHASED FUNDS?

Penggunaan Standby Credit Line dicatat sebagai PURCHASED FUNDS apabila terjadi “Pencairan Deposito” dimana untuk itu BPR/LKM membayarnya dengan melakukan penarikan atas Standby Credit Line (fasilitas kelonggaran tarik) yang ada di Rekening Administratif, sehingga menambah jumlah pinjaman diterima di PASIVA.

bgy2000@yahoo.com ---

Berdasarkan Neraca Keuangan Periode 31 Oktober 2008, kalau tanggal 01 Nopember 2008 terjadi pencairan deposito Rp 500 juta dan untuk itu BPR/LKM membayarnya dengan cara melakukan:

- Penarikan Rekening Tabungan

Rp 150 juta

- Penarikan Rekening Giro

Rp 100 juta

- Penarikan Standby Credit Line

Rp 250 juta

Saudara diminta untuk menghitung: • Cash Ratio • ABA to DPK Ratio • WACOF • WACOLF • LDR

bgy2000@yahoo.com ---

Berdasarkan Neraca Keuangan Periode 31 Oktober 2008, kalau tanggal 1 Nopember 2008, terjadi Pencairan Tabungan sebesar Rp 500 juta dan Pencairan Kredit sebesar Rp 250 juta.

Saudara diminta untuk mengambil keputusan terbaik bagi BPR/LKM ditinjau dari aspek: • Cash Ratio • ABA to DPK Ratio • WACOF • WACOLF • LDR

bgy2000@yahoo.com ---

Apa DAMPAK “Penarikan Deposito dan Pencairan Kredit” pada Tgl.

01 Nopember 2008 tersebut terhadap PT BPR/LKM ABC ditinjau dari aspek:

• LIKUIDITAS • PROFITABILITAS Jelaskan asumsi-asumsi yang mendasari jawaban saudara!

bgy2000@yahoo.com ---

RISK BASED PRICING merupakan konsekuensi logis dari implementasi BASEL 2 di dalam Manajemen Risiko Kredit. Masalahnya, bagi BPR/LKM, dengan segala keterbatasan dalam kualitas SDM maupun pembiayaan, sudah cukup memadai apabila BPR/LKM memiliki KOMITMEN untuk mengembangkan INTERNAL RATING, seperti yang juga dilakukan oleh Bank Umum berASSET KECIL yang memiliki alasan dan kendala yang sama dengan industri BPR/LKM.

bgy2000@yahoo.com ---

Ada berbagai pendekatan & teknik untuk mengembangkan INTERNAL RATING dengan berbagai MODEL, seperti:

EXPECTED LOSS = EAD X LGD X P(D)

dimana: EAD = Exposure at Default LGD = Loss Given Default

P(D) = Probability of Default

bgy2000@yahoo.com ---

PROBABILITY OF DEFAULT COMPARISON

Moody's Borrower Rating vs Local Banks Credit Risk Rating

Moody's Rating

PD

Local Banks CRR

bgy2000@yahoo.com ---

Bagaimana dengan BPR/LKM? Dengan mempertimbangkan berbagai constraints, industri

BPR/LKM dapat mencoba mengembangkan INTERNAL RATING yang sederhana akan tetapi mudah diimplementasikan dan sekaligus dengan memasukkan LOCAL ASPECTS sebagai salah satu variabel penting.

Untuk itu, pada caption 43, 44, 45, dapat dilihat contoh dari implementasi INTERNAL RATING di BPR/LKM.

bgy2000@yahoo.com ---

PT BPR/LKM ARTHA BUDHI CAHYA

BUSINESS SECTOR RISK PROJECTION 2009

PROYEKSI BUSINESS SECTOR

RISK PREMIUM

2009 Hotel & Restoran

1.00% Industri Manufaktur

2.00% Jasa Konstruksi

1.50% Catatan: Data tersebut diatas bukan angka sebenarnya, hanya contoh saja

bgy2000@yahoo.com ---

PT BPR/LKM ARTHA BUDHI CAHYA

CUSTOMER RISK PROJECTION 2009

PROYEKSI CUSTOMER RATING

RISK PREMIUM

2009 Prime Customer AAA

-2.00% Prime Customer AA

-1.50% Prime Customer A

-1.00% Prime Customer BBB

0.00% Prime Customer BB

0.00% Prime Customer B

0.00% Non Prime Customer

2.00% New Customer

2.50% Catatan: Data tersebut diatas bukan angka sebenarnya, hanya contoh saja

bgy2000@yahoo.com ---