Keraw anan bencana geologi

6.4.5. Keraw anan bencana geologi

Bencana alam seperti gempa, gerakan tanah, letusan gunungapi dan banjir merupakan jenis bencana yang berkaitan erat dengan proses dinamika bumi. Gejala geologi tersebut sangat umum terjadi di I ndonesia karena letaknya di jalur tektonik aktif di satu pihak dan kondisi klimatologi denga curah hujan tahunan tinggi di lain pihak. Bencana alam geologi yang seringkali mengakibatkan korban jiwa dan materi dalam hal tertentu dapat pula berpengaruh terhadap kegiatan sektor pertambangan. Citra satelit penginderaan jauh dapat memberikan informasi mengenai kerawanan bencana alam tersebut secara regional dengan cepat dengan akurasi cukup baik. Dengan menggabungkan dengan data lain yang berkaitan dengan bencana tersebut, informasi lebih detail akan dapat diperoleh dengan lebih baik. Berbagai contoh dari kenampakan bencana alam diperlihatkan pada gambar seperti diuraikan di bawah ini.

a. Gempabumi.

Gempa tektonik dengan tsunami sebagai hasil ikutannya secara langsung tidak dapat dikenal langsung pada citra satelit inderaja. Walaupun demikian pusat gempa yang tersebar di daratan seringkali berkaitan dengan struktur sesar aktif berskala besar seperti struktur sesar Sumatera, sesar Palu-Koro, sesar Sorong. Struktur sesar seperti ini dengan jelas dapat dideliniasi dari citra. Selain struktur sesar gejala tektonik aktif seringkali ditunjukkan pula oleh gejala pengangkatan (uplifting) terutama pada terumbu karang.

Undak-undak terumbu karang di sepanjang pantai yang menghadap pada zona tumbukan (subduction zone) menunjukkan pula adanya gerakan kerakbumi yang kemungkinan rawan terhadap gempa tektonik. Bencana gelombang pasang (tsunami) yang menyertai kegempaan pada umumnya mengakibatkan kerusakan pada dataran pantai yang menghadap lokasi gempa. Kerusakan akibat tsunami akan maksimal apabila kondisi pantai terbuka dan tidak terlindung, tetapi kerusakan dapat diperkecil apabila daerah muka pantai terlindung oleh tutupan vegetasi yang lebat seperti adanya hutan bakau.

Gambar 6.34 dan 6.35 adalah citra satelit dari daerah Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang terkena dampak dari gelombang tsunami. Pada gambar 6.34 tampak dengan jelas bangunan bangunan dan sarana yang masih belum mengalami kerusakan dan gambar 6.35 adalah citra yang diambil setelah gelombang tsunami melanda daerah tersebut. Tampak dengan jelas pada citra bangunan dan sarana jalan/ jemabatan yang hancur akibat terjangan gelombang tsunami.

Gambar 6.34 Kenampakan citra sebelum terkena tsunami Gambar 6.35 Kenampakan citra setelah terlanda tsunami

b. Letusan Gunungapi

Kerawanan bencana alam hasil letusan gunungapi relatif besar karena I ndonesia mempunyai sekitar 126 gunungapi aktif tersebar di seluruh wilayah. Meskipun seluruh gunungapi aktif telah dipetakan cukup lama data satelit inderaja dapat memberikan informasi terkini mengenai produk letusan dari gunungapi tersebut dan dapat dipakai sebagai sarana monitoring, deliniasi daerah rawan letusan dan produk sebaran letusannya. Gambar 6.36 memperlihatkan contoh dari hasil letusan kedua gunungapi tersebut.

Gambar 6.36. Warna biru memperlihatkan sebaran produk letusan Gunung Agung (Bali) dan Gunung Merapi (Yogyakarta)

Pada gambar 36 (kiri) : citra satelit Gunung Agung (P. Bali ), dan Gambar 36 (kanan) : citra satelit Gunung Merapi (Jawa Tengah). Tampak pada citra warna biru adalah sebaran aliran lahar resen sebagai produk letusan gunungapi dari kedua gunung berapi tersebut.

c. Gerakan Tanah

Gerakan tanah (landslides) seringkali juga dikenal dengan gerakan massa tanah, batuan (mass movements) secara umum diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat (gravitasi). Faktor internal yang dapat mengakibatkan terjadinya gerakan adalah daya ikat (kohesi) dari tanah / batuan kecil sehingga partikel tanah/ batuan dapat terlepas dari ikatannya, bergerak ke bawah dengan menyeret partikel lain yang dilaluinya membentuk massa yang lebih besar.

Kecilnya daya ikat yang kecil dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelulusan air (permeabilitas) tanah/ batuan maupun rekahan yang intensif dari massa tersebut. Faktor eksternal yang dapat mempercepat terjadinya gerakan terdiri dari berbagai sebab yang kompleks seperti sudut kemiringan lereng, perubahan kelembaban karena air hujan, tutupan vegeasi dan pola pengolahan lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah manusia seperti ekskavasi dan sebagainya. Berdasarkan faktor–faktor tersebut di atas gerakan tanah secara umum dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe yaitu:

(1). Runtuhan (fall), (2). Aliran (flow). (3). Longsoran (slide), (4). Nendatan (slump), dan (5). Rayapan (creep).

Pada citra inderaja kenampakan gejala gerakan tanah diperlihatkan oleh bentuknya yang khas seperti bentuk tapal kuda (horse shoe shape), gawir terjal, pola rekahan sejajar dengan tebing longsor, kelembaban tanah di lereng bawah tebing/ gawir, undak topografi di sepanjang tebing sungai dan sebagainya. Meskipun tipe/ jenis longsoran tidak selalu dapat ditentukan dari citra, perkiraan awal masih dapat diperkirakan dari bentuk produk longsoran tersebut.

Gambar 6.37 sampai dengan 6.38 memperlihatkan kenampakan dari bentuk gerakan tanah pada citra inderaja.

Gambar 6.37. Gerakan tanah di darah Kabupaten Ampana Gambar 6.38. Gerakan tanah di Cianjur selatan Sulawesi Tengah

Gambar 6.39. Gerakan tanah di Tasikmalaya Selatan Gambar 6.40. Gerakan tanah di Bengkulu

Berdasarkan bentuk kenampakannya yang pada umumnya sangat spesifik, pembuatan peta gerakan tanah pada daerah yang cukup luas dapat dilakukan secara cepat dengan akurasi cukup memadai. Peta gerakan tanah dari hasil interpretasi lebih lanjut dapat dilengkapi dan disempurnakan dengan melakukan survei lapangan yang lebih terarah. Contoh peta gerakan tanah dari hasil interpretasi citra inderaja diperlihatkan pada gambar 6.41. Pada peta hasil interpretasi informasi gerakan tanah seperti bentuk gawir longsor, arah longsor, pola rekahan dan bidang gelincir (sliding plane) serta areal longsor dapat dipetakan dengan baik. Dengan pendekatan Sistim I nformasi Geografi (SI G) peta karawanan gerakan tanah dapat diintegrasikan dengan sebaran lokasi longsor yang bersumber dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, peta rupa bumi digital yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL atau dengan data lain yang mempunyai format yang sama.

Gambar 6.41. Bentuk peta keraw anan gerakan tanah di daerah Cianjur Selatan

Dokumen yang terkait

SMART PARTIAL LEAST SQUARE SOFTWARE YANG POWERFULL: STUDI LITERATUR ANALISA MULTIVARIAT MASA KINI

0 0 8

STUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG

0 0 5

STUDI KOMPARATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA MASYARAKAT YANG TELAH DAN BELUM MENERAPKAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI KECAMATAN INDERALAYA COMPARATIVE STUDIES DEFECATE BEHAVIOR IN COMMUNITY THAT HAVE AND HAVE NOT IMPLEMENTED THE C

0 0 8

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DALAM PROGRAM JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA TAHUN 2011 (Studi Kasus di RSUD dr.Ibnu Sutowo Baturaja) IMPLEMENTATION THE REFERRAL HEALTH CARE OF JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA PROGRAM YEAR OF 2011 (Case Studies in dr

0 0 10

EVALUASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA PRIA (VASEKTOMI) DI KECAMATAN BUKIT KECIL PALEMBANG TAHUN 2011 THE EVALUATION FAMILY PLANNING PROGRAMS MALE (VASECTOMY) AT BUKIT KECIL PALEMBANG IN 2011

0 1 8

CHARACTERSTICS AMONG INJECTING DRUG USERS ACCESSING AND NOT ACCESSING NEEDLE AND SYRINGE PROGRAM IN PALEMBANG, SOUTH SUMATERA KARAKTERISTIK PENGGUNA NARKOBA SUNTIK (PENASUN) YANG AKSES DAN TIDAK AKSES LAYANAN JARUM DAN ALAT SUNTIK STERIL DI PALEMBANG, SUM

0 0 7

STUDI TENTANG PERUBAHAN FUNGSIONAL FRANCESCA CANCIAN ERA KEEMASAN DINASTI ‘ABBÂSÎYAH

0 0 24

STUDI IMPLEMENTASI LEAN SIX SIGMA DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK MEREDUKSI IDLE TIME MATERIAL PADA GUDANG PELAT DAN PROFIL

1 3 6

STUDI POTENSI PEMISAHAN PELABUHAN BARANG DI PADANG BAI

0 0 6

SISTEM KEAMANAN NILAI AKADEMIK ONLINE BERBASIS KODE HASH DENGAN IDENTITAS SERVER SEBAGAI PARAMETER VALIDASI STUDI KASUS: SISTEM DATA NILAI AKADEMIK FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS MATARA

0 0 7