Karakterisasi fenotipik dan genetik itik alabio di Kalimantan Selatan dalam rangka pemanfaatan dan pelestarian secara berkelanjutan

SURYANA

SEKOLAH PASCASARJANA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi yang berjudul ”Karakterisasi
Fenotipik dan Genetik Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) di Kalimantan
Selatan Dalam Rangka Pelestarian dan Pemanfaatannya Secara Berkelanjutan”
adalah karya saya dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir Disertasi ini.

Bogor,

Mei

2011

Suryana
NRP. D161070071


ABSTRACT
SURYANA. The Phenotypic and Genetic Characterization of Alabio Duck (Anas
platyrhynchos Borneo) in South Kalimantan for it’s Conservation and Sustainable
Use. Supervisors of RONNY RACHMAN NOOR, PENI SUPRAPTI
HARDJOSWORO and L. HARDI PRASETYO.
Alabio ducks is one of the local duck in South Kalimantan as egg producers
which characterized by high productivity of eggs. The study was carried out in
order to describe the phenotypic and genetic characterization of Alabio duck
being kept by smallholder farmers. The study was conducted in Hulu Sungai
Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST) and Hulu Sungai Utara (HSU), South
Kalimantan, animal breeding and genetic laboratory and feed technology and
nutrition laboratory, Faculty of Animal Science IPB Bogor. Six hundreds (75
males and 525 females) of Alabio ducks were used in this study with ages ranged
from 5.5 to 5 months old, 144 of whole blood samples (71 blood plasma and 72
red blood cells) were collected from HSS, HST and HSU. The observed
parameters were quantitative and qualitative traits of Alabio duck, genetic
variability and nutrition composition. The quantitative traits (body measurement)
and genetic polymorphisms of blood protein were analyzed using principal
component analysis (PCA) and descriptive analyses. The results showed that for

body size measurement of Alabio ducks from HSS, HST and HSU such as
length of back, neck, head and depth head as well as body length could be used
as variables discriminantor factor. The blood protein polymorphisms of Alabio
duck from HSS, HST and HSU displayed six of genotypes i.e. AA, AB, AC, BB,
BC and CC with genes frequencies ranged from 0.2917 to 0.7667, heterozigosity
value ranged from 0.407±0.120 to 0.661±0.135 and average heterozigocity value
of HSS was 0.643±0.232, HST was 0.638±0.219 and HSU was 0.660±0.209. The
genetic distances analysis demonstrated that of Alabio duck from HST had
relatively closer distance with HSU (0.0148) when compared to HSS (0.2193).
The Alabio duck from three locations (HSS, HST and HSU) have different
plumage color. The dominant colors of male and famale duck were grayish
brown, grayish black, grayish white, blue-green and black. The features of
plumage male and female duck were brown spotted, black, blue green and plain.
Male and female Alabio duck plumages have the glint of silver and shiny bluegreen. The color of bill, feet and shank of male and female duck were lite yellow,
bright orange, pale yellow and black. The average five months eggs production
was 67.11%±2.75 (HSS), 75.55%±3.87 (HST) and 76.48%±3.13 (HSU). The
feeding duration was 14.99±0.24 minute/hour, feeding frequencies was 2.88±036
time/our and duration of drinking was 2.77±0.50 minutes/hour and moving from
feeder to drinker places was 5.99 ±0.23 time/hour. The capability of male duck to
mate female were 8.14±0.11bird/male (morning), 6.28±0.18 bird/male (afternoon)

and 7.13 ±0.24 bird/male (evening).
Key words: Alabio duck, quantitative and qualitative traits, phenotypic and genetic
variability, behaviour.

RINGKASAN

SURYANA. Karakterisasi Fenotipik dan Genetik Itik Alabio (Anas platyrhynchos
Borneo) di Kalimantan Selatan Dalam Rangka Pemanfaatan dan Pelestarian
Secara Berkelanjutan. Dibawah bimbingan RONNY RACHMAN NOOR, PENI
SUPRAPTI HARDJOSWORO dan L. HARDI PRASETYO.
Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) merupakan salah satu plasma
nutfah unggas lokal di Kalimantan Selatan yang mempunyai keunggulan sebagai
penghasil telur. Itik Alabio mempunyai ciri fenotipik berbeda dan performa
beragam dibanding itik lokal lain di Indonesia. Namun, di antara itik-itik lokal
tersebut terdapat itik yang unggul dapat hidup dan berkembang biak dengan
baik, karena secara genetik memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan
setempat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang keragaan
atau spesifikasi itik Alabio, baik sifat kuantitatif maupun kualitatif, keragaman
fenotipik dan genetik dalam dan antar populasi yang berbeda, tingkah laku

menetas, kawin dan memilih pakan, produksi telur, kandungan nutrisi pakan di
tingkat lapang /peternak, serta profil peternak itik Alabio.
Sebelum penelitian dimulai, diawali dengan survey pendahuluan untuk
penentuan lokasi penelitian dan pengambilan sampel selanjutnya. Penelitian
dirancang dengan metode survey secara purposive random sampling, yaitu
memilih dua kecamatan dari masing-masing kabupaten.Tiap-tiap kecamatan
dipilih dua desa yang memiliki populasi itik Alabio terpadat untuk mewakili lokasi
lainnya. Adapun desa yang dipilh yaitu Desa Taniran dan Taniran Kubah
Kecamatan Angkinang, Desa Daha dan Paharangan Kecamatan Daha Utara,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Desa Sei Jaranih dan Murung Taal,
Kecamatan Labuan Amas Selatan, Desa Tabat dan Mantaas, Kecamatan
Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Desa Teluk Baru
dan Mamar, Kecamatan Amuntai Selatan, Desa Cangkering dan Amuntai
Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).
Kegiatan penelitian meliputi karakterisasi sifat kuantitatif (ukuran-ukuran
bagian tubuh) dan kualitatif (warna bulu dominan, corak dan fluoresens bulu,
warna paruh, kaki dan shank) dilakukan terhadap 600 ekor (75 ekor jantan dan
525 ekor betina), dengan umur berkisar antara 5 - 5.5 bulan atau sudah
mengalami masak kelamin, sedangkan data produksi telur diamati selama lima
bulan produksi, masing-masing kabupaten diwakili tiga orang peternak. Kegiatan

penelitian analisis keragaman genetik antar dan dalam populasi itik Alabio
dilakukan di laboratorium, yakni diawali dengan pengambilan sampel darah itik
Alabio sebanyak 144 sampel (72 sampel plasma dan 72 sampel whole blood).
Masing-masing desa diwakili enam sampel yang diambil melalui vena sayap itik
Alabio, dan dimasukkan ke dalam tabung volume 3 ml dengan anti koagulan
(EDTA). Sebelum sampel darah dianalisis terlebih dahulu dipisahkan antara
plasma dan RBC (red blood cell), dengan cara disentrifugasi pada 6000 rpm
selama 15 menit. Sampel darah dianalisis dengan teknik elektroforesis. Sebelum
analisis elektroforesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan tahapan kegiatan di
laboratorium meliputi: pembuatan campuran bahan kimia, pembuatan gel
elektroforesis, penetesan dan proses pemisahan protein, pewarnaan dan
pencucian. Lokus yang diamati adalah albumin, post albumin, transferin, post
transferin-1, post transferin-2 dan haemoglobin.

Kegiatan penelitian tingkah laku memilih makan, kawin dan menetas
dengan pelaksanaan sebagai berikut: tingkah laku memilih pakan dilakukan pada
itik Alabio dewasa, yang ditempatkan di dalam kandang individu masing-masing
satu ekor sebanyak enam kandang dan diulang tiga kali. Bahan pakan yang
digunakan sebanyak enam macam (dedak halus, keong rawa, sagu parut,
gabah, pakan komersial dan ikan kering). Pengamatan tingkah laku menetas

terlebih dahulu melakukan penetasan telur di laboratorium dengan alat penetas
berkapasitas 200 butir. Sebagai pembanding untuk mengetahui keragaan
penetasan di tingkat lapang, digunakan tiga buah alat penetasan milik peternak
penetas di Desa Mamar, HSU dengan sumber panas kombinasi antara gabah
dan listrik, kapasitas masing-masing 1000, 1500 dan 2500 butir. Peubah lainnya
yang diamati selama proses penetasan adalah warna dan bentuk telur, bobot
telur (g), indeks telur (%), fertilitas (%), perkembangan kantong udara (mm), daya
tetas (%), mortalitas DOD (%), bobot tetas (g) dan sex ratio. Pengamatan tingkah
laku kawin diawali dengan menempatkan itik Alabio jantan dan betina pada petak
kandang kelompok dengan perbandingan jantan:betina (1:10). Waktu
pengamatan dilakukan pagi (pukul 07.00), siang (pukul 13.00) dan sore (pukul
17.00), dengan ulangan tiga kali. Kegiatan penelitian profil peternak itik Alabio
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keragaan peternak itik Alabio di
HSS, HST dan HSU serta mengetahui kandungan nutrisi pakan. Metode yang
digunakan adalah wawancara langsung dengan peternak responden,
menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner sebanyak 60 responden.
Masing-masing desa diwakili lima orang responden, sedangkan pakan masing
diambil sebanyak tiga sampel/desa, selanjutnya dilakukan analisis proksimat di
laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor peubah pembeda ukuran dan

bentuk tubuh itik Alabio dari HSS (panjang leher dan panjang tubuh), HST
(panjang paruh atas, inggi kepala, panjang kepala, panjang leher, panjang
punggung dan panjang tubuh), dan HSU (panjang paruh bawah, panjang leher,
panjang punggung dan panjang tubuh). Berdasarkan hasil analisis protein darah
itik Alabio pada lokus albumin, post albumin, transferin, post transferin-1 dan post
transferin-2, ditemukan enam macam genotipe adalah AA, AB, AC, BB, BC dan
CC, sementara pada lokus haemoglobin ditemukan tiga genotipe yaitu AA, AB
dan BC, sedangkan genotipe BB, CC dan AC tidak ditemukan pada darah itik
Alabio baik dari HSS, HST maupun HSU, dengan frekuensi gen berkisar antara
0.292 - 0.767. Nilai heterosigositas diperoleh berkisar antara 0.407±0.120 0.661±0.135 dan heterosigositas rataan (0.638±0.219 - 0.660±0.209). Analisis
jarak genetik yang didasarkan pada frekuensi gen dari enam lokus protein darah
menunjukkan bahwa, itik Alabio dari Kabupaten HST mempunyai jarak genetik
yang lebih dekat dengan HSU (0.0184), sementara dengan HSS jaraknya relatif
jauh (0.2193). Rataan produksi telur tertinggi yang diperoleh selama lima bulan
pengamatan adalah HSU (76.48%±3.13) dan terendah HSS (67.11%±2.75).
Itik Alabio dari HSS, HST dan HSU memiliki karakter fenotipik warna dan
corak bulu bervariasi. Warna bulu dominan pada itik Alabio jantan adalah coklat
keabuan, hijau kebiruan dan hitam, sedangkan itik betina putih keabuan, coklat
keabuan, abu kehitaman, hijau kebiruan dan hitam. Warna dominan itik Alabio
jantan pada kepala bagian atas adalah hitam, putih, hitam dan putih, sementara

betina yakni coklat totol-totol, putih, coklat totol-totol dan putih. Corak bulu itik
Alabio jantan didominasi hitam dan hijau kebiruan, sedangkan betina coklat totoltotol, hitam dan polos. Itik Alabio jantan maupun betina memiliki warna fluoresens
bulu perak dan hijau kebiruan mengkilap. Warna paruh, kaki dan shank (kuning
gading muda, kuning gading tua, kuning gading pucat dan hitam).

Rataan kemampuan itik Alabio jantan mengawini betina pada pagi hari
(8.14±0.11 ekor), siang hari (6.28±0.18 ekor) dan sore hari (7.13±0.26 ekor).
Rataan lama makan sebesar 14.99 ±0.24 menit/jam, lama minum 2.77 ±0.50
menit/jam, frekuensi makan 6.04±0.50kali/jam, frekuensi minum 2.33±0.25
kali/jam, dan frekuensi pergerakan dari tempat pakan ke tempat air minum
5.99±0.23 kali/jam. Kandungan protein kasar pakan yang berasal dari HST
(17.55%) lebih tinggi dibanding HSU (16.16%) dan HSS (11.77%).
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang bermanfaat dan
dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk menyusun atau
membuat standarisasi itik Alabio bibit/induk di tingkat lapang. Informasi yang
tersedia merupakan acuan bagi pemangku kepentingan (stake holder) dalam
rangka pengembangan dan pelestarian itik Alabio secara berkelanjutan.
Kata kunci: Itik Alabio, sifat kualitatif dan kuantitatif, keragaman fenotipik dan
genetik, tingkah laku.


© Hak cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah: dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB. Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh Karya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

SURYANA

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi/Mayor Ilmu dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA

Penguji pada Ujian Tertutup


:

Dr.Ir. Argono Rio Setioko, M.Sc.Agr.
(Peneliti Utama pada Balai Penelitian
Ternak Ciawi - Bogor, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian)
Dr.Ir. Sumiati, M.Sc.
(Staf Pengajar pada Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor)

Penguji pada Ujian Terbuka

:

Dr.drh. Prabowo Respatiyo Caturroso, M.M.
(Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian RI)
Prof. (R) Dr.Ir.Kusumo Diwyanto, M.S.

(Profesor Riset pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Bogor, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Disertasi

:

Karakterisasi Fenotipik dan Genetik Itik Alabio (Anas
platyrhynchos Borneo) di Kalimantan Selatan dalam
Rangka Pelestarian dan Pemanfaatannya Secara
Berkelanjutan

Nama
NRP
Program Studi/Mayor

:
:
:

Suryana
D161070071
Ilmu dan Teknologi Peternakan (ITP)

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc.
Ketua

Prof. (em) Dr.Peni S. Hardjosworo, M,Sc.
Anggota

Dr.Ir.L.Hardi Prasetyo, M.Agr.
Anggota

Mengetahui
Ketua Program Studi /Mayor Ilmu
dan Teknologi Peternakan

Dr.Ir.Rarah R. A. Maheswari, DEA.

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr.Ir.Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian: 10 Maret 2011

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, karunia dan inayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan disertasi dengan judul “Karakterisasi Fenotipik dan
Genetik Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) di Kalimantan Selatan Dalam
Rangka Pelestarian dan Pemanfaatannya Secara Berkelanjutan”. Disertasi ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program
Studi/Mayor Ilmu dan Teknologi Peternakan (ITP), Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilakukan atas dasar bahwa, itik Alabio merupakan salah satu
ternak unggas lokal yang mempunyai keunggulan sebagai penghasil telur dan
sumber plasma nutfah di Kalimantan Selatan. Keberadaan itik Alabio perlu
dilestarikan dan dikembangkan, sehingga populasinya meningkat. Perkembangan
usaha ternak itik Alabio di Kalimantan Selatan sampai saat ini menunjukkan
kemajuan yang pesat, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya proteih hewani, yang berasal dari telur dan daging
itik. Fenomena tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan yang baik dalam
rangka pengembangan itik Alabio yang berorientasi agribisnis, berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan. Informasi tentang keragaaan atau spesifikasi itik
Alabio, baik sifat-sifat kuantitatif dan kualitatif maupun keragaman genetik dalam
dan antar populasi, tingkah laku makan, menetas dan kawin di tingkat lapang
belum tersedia secara memadai. Oleh sebab itu, untuk menjawab permasalahan
tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang karakterisasi fenotipik dan genetik itik
Alabio di Kalimantan Selatan. Informasi yang diperoleh tersebut, diharapkan dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk membuat atau menyusun
standarisasi itik Alabio bibit di tingkat lapang.
Ketika mulai merencanakan untuk melanjutkan studi ke jenjang S3, berbagai
pihak telah terlibat baik langsung maupun tidak langsung. Masing-masing telah
memberikan sumbangsihnya, baik berupa semangat dan motivasi, sumbangan
pemikiran serta materi kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian dan
penulisan disertasi. Penelitian dan disertasi ini dapat diselesaikan tentunya atas
bantuan dan bimbingan dari Komisi Pembimbing. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

xvii

1.

Bapak Prof.Dr.Ir.Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc. selaku Ketua Komisi
Pembimbing, Ibu Prof. (Em).Dr.Peni Suprapti Hardjosworo, M.Sc, dan Bapak
Dr.Ir.L.Hardi Prasetyo, M.Agr., masing-masing selaku anggota Komisi
Pembimbing yang telah menyediakan waktu mendampingi penulis dengan
penuh kesabaran, memberikan saran, koreksi, arahan, bimbingan dan
semangat selama penelitian hingga selesai penulisan disertasi ini.

2.

Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Sekretaris
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian selaku Ketua Komisi
Pembinaan Tenaga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti Program S3.

3.

Bapak Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian (BBP2TP) Bogor dan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Kalimantan Selatan, yang telah memberikan dorongan dan restu
kepada penulis untuk melanjutkan ke jenjang Program S3 di Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

4.

Ibu Dr.Ir.Rarah Ratih Ajie Maheswari, DEA, selaku Ketua Program
Studi/Mayor Ilmu dan Teknologi Peternakan (ITP), Bapak Prof.Dr.Ir.Cece
Sumantri, M.Agr.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang sekaligus
sebagai penguji luar komisi pada ujian kualifikasi Doktor dan Bapak
Prof.Dr.Ir.Nahrowi Ramli, M.Sc, sebagai penguji luar komisi pada ujian
kualifikasi Doktor, Bapak Dr.Ir.Argono Rio Setioko, M.Sc.Agr, dan Ibu Dr.Ir.
Sumiati, M.Sc, masing – masing sebagai penguji luar komisi pada ujian
tertutup, Bapak Dr.drh. Prabowo Respatiyo Caturroso, M.M., dan Bapak Prof.
(R) Dr.Ir.Kusumo Diwyanto, M.S masing – masing sebagai penguji luar komisi
pada ujian terbuka.

5.

Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Dekan dan
Wakil Dekan Fakultas Peternakan IPB Bogor dan seluruh jajarannya, yang
telah memberikan pelayanan akademik dan administrasi lainnya.

6.

Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan (Biro Kesejahteraan Rakyat) dan
Dr.Ir.Hj.Maskamian Andjam, M.M. selaku Kepala Dinas Peternakan Propinsi
Kalimantan Selatan yang telah memberikan bantuan dana penelitian, Ir.H.
Zaenal Arifin Areo staf Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan, Kepala
Dinas Peternakan dan Perikanan Hulu Sungai Selatan, Kepala Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Hulu Sungai Tengah, Kepala Dinas

xviii

Peternakan Hulu Sungai Utara, Kepala BPPV Regional V Banjarbaru, Drh.
Anna staf Laboratorium Virologi BPPV Regional V Banjarbaru.
7.

Dr.Jakaria, S.Pt.,M.Si., Erick Andreas, S.Pt., M.Si, Sutikno, S.Pt.,M.Si., yang
telah membantu menganalisis sampel darah di Laboratorium Genetika dan
Pemuliaan Ternak, Fakultas Peternakan IPB Bogor.

8.

Sdr M. Faridi, Aidi Murahman S.Pt., Mas Suradi, Purwanto, A.Md. yang telah
membantu penelitian di lapang.

9.

Rekan-rekan Ir. Aron Batubara, M.Sc., drh. Bambang Ngaji Utomo, M.Sc., Ir.
Eko Handiwirawan, M.Si., Ben Juvarda. S.Pt.,M.Si dan Procula R. Matitaputti,
S.Pt., M.Si, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
Kepada para peternak itik Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu
Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan yang telah
bersedia meminjamkan ternaknya selama penelitian berlangsung.
Kepada istri saya tercinta Rofiqah Wahdah dan kedua putri tersayang Rynda

Aulia Surya Utami dan Syafira Rossa Meiliyansari, terima kasih atas perhatian,
pengertian, dorongan, pengorbanan dan doa yang diberikan selama ini kepada
Penulis, serta kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.
Akhirnya penulis berharap semoga disertasi ini bermanfaat bagi yang
membacanya.

Bogor,

Mei
Penulis

xix

2011

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Garut - Jawa Barat pada tanggal 01 Juli 1967 sebagai
anak ke lima dari tujuh bersaudara dari pasangan Djadja (alm) dan Yayah (alm).
Pendidikan Sarjana ditempuh pada Program Studi Produksi Ternak Jurusan
Peternakan

Universitas

Islam

Kalimantan

Muhammad

Arsyad

Al-Banjary

Banjarmasin, lulus tahun 1996. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program
Magister Studi Ilmu Peternakan pada Program Pascasarjana, Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta dan menamatkannya pada tahun 2004. Kesempatan untuk
melanjutkan ke jenjang Doktor pada Program Studi/ Mayor Ilmu dan Teknologi
Peternakan (ITP) Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor diperoleh pada
tahun 2007. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari DIPA Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Penulis bekerja dan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Sub
Balai Penelitian Veteriner Banjarbaru, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sejak tahun 1990.
Tahun 2000 diangkat sebagai staf Peneliti bidang budidaya ternak di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Selama mengikuti program S3 Penulis menjadi Anggota Ikatan Sarjana
Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Kalimantan Selatan. Karya Ilmiah yang telah
dan sedang diterbitkan dengan judul :
1.

The Color Pattern of Alabio Duck (Anas platyrhynchos Borneo) in South
Kalimantan. Journal of The Indonesian Tropical Animal Agriculture
Volume 35 Nomor 2 Juni 2010.

2.

Karakteristik Fenotipik Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) di
Kalimantan Selatan. Bulletin Plasma Nutfah. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. In Press.

xx

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................

xxiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi
PENDAHULUAN .................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................

1

Tujuan Penelitian ................................................................................

3

Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................

3

Manfaat Penelitian ..............................................................................

3

Kerangka Pemikiran ............................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................

9

Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) .............................................

9

Sistem Pemeliharaan .......................................................................... 12
Produksi Telur Itik Alabio .................................................................... 14
Karakteristik Penetasan ....................................................................... 15
Sifat Kualitatif dan Kuantitatif .............................................................. 16
Sifat Kualitatif ................................................................................ 16
Sifat Kuantitatif ............................................................................. 22
Morfometrik ....................................................................................... 23
Tingkah Laku ....................................................................................... 27
Protein Darah

.................................................................................... 30

Elektroforesis

.................................................................................... 32

Keragaman Genetik Ternak ............................................................... 33
Plasma Nutfah

................................................................................... 35

BAHAN DAN METODE ............................................................................. 39
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................

xxi

39

Bahan dan Alat .................................................................................... 39
Ternak Itik................................................................................... 39
Telur Tetas dan Alat Penetasan ................................................. 39
Bahan Kimia ............................................................................... 40
Peralatan .................................................................................... 40
Kandang dan Perlengkapannya .................................................. 41
Metode Penelitian ............................................................................... 42
Perancangan Percobaan dan Penelitian ..................................... 42
Prosedur Penelitian dan Pengamatan Peubah .......................... 42
Orientasi Lapangan (Survey Awal) ............................................. 42
Penentuan Lokasi ....................................................................... 42
Penelitian Sifat Kuantitatif dan Kualitatif.............................................. 43
Penelitian Keragaman Genetik (Protein Darah) .................................. 44
Pengambilan Darah dan Persiapan Contoh ................................ 44
Pembuatan Campuran Bahan Kimia .......................................... 45
Pembuatan Gel Elektroforesis .................................................... 46
Penetesan Contoh dan Proses Pemisahan Protein .................... 47
Pewarnaan dan Pencucian ........................................................ 47
Penelitian Tingkah Laku Menetas, Memilih Pakan dan Kawin ............ 47
Penelitian Profil Peternak Itik Alabio .................................................. 49
Analisis Data.......................................................................................... 50

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 55
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 55
Manajemen Pemeliharaan Itik Alabio .................................................. 57
Karakteristik Fenotipik ........................................................................ 58
Sifat Kuantitatif .......................................................................... 58
Analisis Komponen Utama (AKU) ..................................................

61

Produksi Telur .................................................................................... 65
Kandungan Nutrisi Pakan ...................................................................

67

Sifat Kualitatif....................................................................................... 68
Warna Bulu Dominan.................................................................. 68
Corak Bulu Itik Alabio ................................................................ 70
Warna Fluoresens Bulu Itik Alabio ............................................. 71
Warna Paruh, Kaki dan Shank................................................... 72

xxii

Karakteristik Genotipik ..................................................................

74

Karakteristik Protein Darah ....................................................... 74
Jarak Genetik Itik Alabio ..................................................................... 79
Keragaman Genetik Itik Alabio ............................................................ 80
Tingkah Laku ...................................................................................... 83
Tingkah Laku Menetas .............................................................. 83
Tingkah Laku Memilih Pakan ...................................................... 86
Tingkah Laku Kawin .................................................................. 89
Keragaan Penetasan .......................................................................... 90
Profil Peternak Itik Alabio ................................................................... 95

PEMBAHASAN UMUM ........................................................................ 99
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 105
Simpulan ............................................................................................ 105
Saran ................................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 123

xxiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1

Keragaan itik Alabio di Kalimantan Selatan ........................................... 11

2

Daftar gen yang berpengaruh terhadap warna kulit dan bulu unggas ... 19

3

Penampakan warna paruh dan shank ................................................... 22

4

Ukuran bagian-bagian tubuh itik lokal dewasa di Indonesia .................. 26

5

Ethogram tingkah laku makan dan kawin pada unggas ........................ 29

6

Protein darah yang ditemukan pada itik dan ayam kampung ............... 31

7

Gambaran umum manajemen pemeliharaan itik Alabio ........................ 57

8

Rataan (±sd) bobot badan dan ukuran bagian tubuh itik Alabio ........... 58

9

Matrik koefisien korelasi antara ukuran dan bentuk tubuh itik Alabio
dari HSS ............................................................................................... 59

10

Matrik koefisien korelasi antara ukuran dan bentuk tubuh itik Alabio
dari HST .............................................................................................. 60

11

Matrik koefisien korelasi antara ukuran dan bentuk tubuh itik Alabio
dari HSU ............................................................................................... 60

12

Persamaan ukuran dan bentuk tubuh itik Alabio .................................. 61

13

Nilai hubungan antara ukuran dan bentuk tubuh itik Alabio dari HSS
HST dan HSU ...................................................................................... 63

14

Hasil analisis nutrisi pakan itik Alabio .................................................. 67

15

Persentase warna bulu dominan itik Alabio ........................................ 69

16

Persentase corak bulu itik Alabio ........................................................ 70

17

Persentase fluoresens bulu itik Alabio ................................................ 72

18

Persentase paruh, kaki dan shank itik Alabio ...................................... 73

19

Penyebaran genotipik dan frekuensi gen lokus protein darah itik
Alabio dalam populasi (kecamatan) ..................................................... 75

20

Penyebaran genotipik dan frekuensi gen lokus protein darah itik
Alabio antar populasi (kabupaten) ....................................................... 76

21

Nilai heterosigositas (±SE) itik Alabio dalam populasi (kecamatan) ..... 78

22

Nilai heterosigositas (±SE) itik Alabio antar populasi (kabupaten) ....... 78

23

Matrik jarak genetik itik Alabio .............................................................. 79

xxiv

24

Perkembangan telur itik Alabio selama proses penetasan .................. 84

25

Rataan konsumsi pakan ..................................................................... 86

26

Kandungan zat gizi bahan pakan itik Alabio ........................................ 87

27

Rataan lama makan, minum, frekuensi makan, minum dan
pergerakan dari tempat makan ke tempat air minum ........................ 87

28

Rataan kemampuan itik pejantan mengawini betina ............................ 89

29

Keragaan hasil penetasan telur itik Alabio ........................................... 91

30

Perkembangan kantong udara telur itik Alabio .................................... 94

xxv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Diagram alir kerangka pemikiran ..........................................................

7

2

Kerangka tubuh itik (Koch 1973) ........................................................

25

3

Alat elektroforesis apparatus merk Protean II vertical .............................

41

4

Peta lokasi penelitian .............................................................................

56

5

Grafik ukuran dan bentuk tubuh itik Alabio dari HSS, HST dan HSU .....

64

6

Grafik produksi telur itik Alabio ................................................................

65

7

Pola penyebaran genotipe protein darah pada itik Alabio .......................

77

8

Pohon filogenik itik Alabio ......................................................................

80

9

Proses penetasan telur itik Alabio ...........................................................

85

a Telur di dalam mesin tetas mulai kerabangnya retak ..........................

85

b Paruh itik mulai keluar pada kerabang telur ........................................

85

c Anak itik mulai keluar dari kerabang telur ............................................

85

d Anak itik berhasil keluar dari kerabang telur ........................................

85

e Anak itik mulai keluar dari kerabang telur dan mengeringkan
bulunya ................................................................................................

85

f Anak itik siap dipindahkan ke kandang indukan ..................................

85

xxvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio ...... 124

1.1

Gambar penampilan itik Alabio jantan................................................ 124

1.2

Gambar penampilan itik Alabio betina ............................................... 124

1.3

Gambar pengukuran panjang paruh ................................................... 124

1.4

Gambar pengukuran lebar paruh ....................................................... 124

1.5

Gambar pengukuran tinggi kepala ..................................................... 125

1.6

Gambar pengukuran panjang punggung ........................................... 125

1.7

Gambar pengukuran panjang leher .................................................. 126

1.8

Gambar pengukuran panjang sayap .................................................. 126

1.9

Gambar pengukuran panjang sternum .............................................. 127

1.10 Gambar pengukuran panjang paha .................................................... 127
1.11 Gambar pengukuran lebar dada ........................................................ 128
1.12 Gambar warna bulu leher, dada dan perut itik Alabio jantan ............. 128
1.13 Gambar warna bulu leher, dada dan perut itik Alabio betina ............. 128
1.14 Gambar itik Alabio jantan nampak dari depan ................................... 129
1.15 Gambar warna bulu itik Alabio betina bagian punggung...................... 129
1.16 Gambar warna bulu ekor itik Alabio jantan ......................................... 129
1.17 Gambar warna bulu ekor itik Alabio betina ......................................... 129
1.18 Gambar warna bulu sayap itik Alabio betina ..................................... 130
1.19 Gambar warna bulu kedua sayap dan punggung itik Alabio .............. 130
1.20 Gambar warna paruh itik Alabio jantan ............................................... 130
1.21 Gambar warna bulu sayap primer dan sekunder itik Alabio betina ...... 130
1.22 Gambar warna bulu ekor itik betina nampak dari samping ................ 131
1.23 Gambar warna bulu ekor itik Alabio jantan bagian samping ............... 131
1.24 Gambar warna bulu badan itik Alabio jantan bagian samping .............. 131
1.25 Gambar warna bulu leher itik Alabio betina dan jantan ....................... 131
1.26 Gambar warna bulu dada itik Alabio betina ....................................... 132
1.27 Gambar warna bulu dada itik Alabio jantan ....................................... 132
1.28 Gambar warna bulu leher depan itik Alabio jantan ............................ 133

xxvii

1.29 Gambar warna bulu leher samping itik Alabio jantan ........................ 133
1.30 Gambar warna bulu leher depan itik Alabio betina ............................ 133
1.31 Gambar warna bulu leher samping itik Alabio betina ........................ 133
1.32 Gambar warna bulu punggung depan itik Alabio jantan .................... 134
1.33 Gambar warna bulu punggung belakang itik Alabio jantan ............... 134
1.34 Gambar warna bulu punggung depan itik Alabio betina ..................... 134
1.35 Gambar warna bulu punggung belakang itik Alabio betina ................. 134
2

Gambar berbagai sistem pemeliharaan itik Alabio ........................... 135

2.1

Pemeliharaan itik Alabio sistem kandang panggung ........................... 135

2.2

Pemeliharaan itik Alabio sistem semi intensif .................................. 135

2.3

Pemeliharaan itik Alabio sistem intensif.......................................... 136

2.4

Pemeliharaan itik Alabio sistem intensif dengan umbaran .................. 136

3

Lembar pertanyaan (kuisioner) ......................................................... 137

4

Profil peternak itik Alabio di Kabupaten HSS, HST dan HSU
Kalimantan Selatan ............................................................................. 140

xxviii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Itik lokal Indonesia dikenal sebagai itik Indian Runner yang produktif
sebagai itik petelur. Meskipun satu rumpun, beberapa itik lokal yang tersebar di
seluruh wilayah nusantara mempunyai berbagai nama menurut daerah atau
lokasinya masing-masing. Bangsa itik lokal yang cukup dikenal antara lain itik
Tegal, itik Bali, itik Mojosari, itik Magelang dan itik Alabio. Itik Alabio (Anas
platyrhynchos Borneo) merupakan salah satu plasma nutfah unggas lokal di
Kalimantan Selatan, dan mempunyai keunggulan sebagai penghasil telur.
Populasi itik Alabio di Kalimantan Selatan tahun 2010 sebanyak 4.354.121 ekor
dengan tingkat pertumbuhan 4,17%, produksi telur dan daging masing-masing
sebesar 27.733.704 kg dan 1.525.615 kg (Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan
Selatan 2011). Populasi itik Alabio terbesar terdapat di Kabupaten Hulu Sungai
Utara 1.280.591 ekor (BPS Kabupaten Hulu Sungai Utara 2010), Kabupaten
Hulu Sungai Selatan 935.927 ekor (BPS Kabupaten Hulu Sungai Selatan 2010),
dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebesar 947.115 ekor (BPS Kabupaten
Hulu Sungai Tengah 2010) dan sisanya tersebar di beberapa kabupaten dan
kota di Kalimantan Selatan.
Selain sebagai sumber plasma nutfah, itik Alabio mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Hal tersebut ditunjukkan sekitar 46.81% merupakan mata
pencaharian utama peternak itik Alabio di Kalimantan Selatan (Biyatmoko
2005). Kontribusi terhadap total pendapatan keluarga peternak itik, khususnya di
Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 42.09% (Rohaeni & Tarmudji 1994) dan
52.80% masing-masing di Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan
(Zuraida 2004). Itik Alabio berkontribusi terhadap produksi telur sebesar 47.73%
dari total produksi telur unggas di Kalimantan Selatan (Dinas Peternakan
Propinsi Kalimantan Selatan 2008).
Itik Alabio memiliki ciri fenotipik berbeda serta performa beragam dibanding
itik lokal lain di Indonesia. Namun, di antara itik-itik lokal tersebut terdapat itik
yang lebih baik dan unggul serta dapat hidup dan berkembang biak, karena
secara genetik

memiliki

daya

adaptasi

terhadap

lingkungan

setempat.

Kemampuan itik lokal dalam berproduksi telur selama periode tertentu sangat
bervariasi dan keragaman genetiknya diduga masih besar. Keragaman genetik

2
yang besar tersebut, dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki produktivitas dan
meningkatkan keseragaman itik yang ada. Keragaman genetik pada ternak
penting artinya dalam rangka pembentukan rumpun ternak baru dan akan terus
berlanjut sampai masa mendatang.
Kenyataan di lapangan, menunjukkan bahwa itik Alabio di beberapa daerah
di Kalimantan Selatan memiliki keragaman tinggi, baik sifat-sifat kualitatif (warna
bulu, paruh, kaki dan shank serta bentuk tubuh), maupun kuantitatif seperti:
bobot badan dewasa, lama produksi telur, umur pertama bertelur, puncak
produksi, daya tunas, daya tetas, bobot tetas. Perbedaan-perbedaan keragaman
di atas, salah satunya diduga disebabkan oleh manajemen pemeliharaan,
pemberian pakan yang berbeda dan sistem perbibitan tanpa memperhatikan
program pemuliaan yang rerarah dan terstruktur.
Permintaan pasar akan produk itik (telur dan daging) akhir - akhir ini terus
meningkat,seiring dengan meningkatnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi
produk tersebut. Permintaan produk yang meningkat, perlu diimbangi dengan
penyediaan bibit itik yang berkualitas dalam jumlah besar dan berkelanjutan,
untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi. Kebutuhan produksi
bibit dalam jumlah besar, tidak dapat dipenuhi dengan pemeliharaan itik secara
tradisional, melainkan harus dilakukan intensif. Perubahan sistem budidaya dari
tradisional kepada intensif, perlu didukung ketersediaan teknologi yang
memperhatikan prinsip manajemen usaha peternakan modern, berorientasi
ekonomis, berwawasan lingkungan untuk mencapai keuntungan optimal. Salah
satu upaya untuk menyediakan bibit itik yang baik, dapat dilakukan dengan
pemeliharaan itik Alabio secara intensif, yang sebelumnya telah diketahui
keragaan atau spesifikasinya di tingkat lapang. Informasi tentang keragaan atau
spesifikasi itik Alabio dapat diperoleh dengan melakukan penelitian karakterisasi
fenotipik dan genetik, antara lain untuk mengetahui sifat-sifat kuantitatif dan
kualitatif, keragaman fenotipik dan genetik dalam dan antar populasi itik Alabio
yang berbeda berdasarkan protein darah, mengamati tingkah laku menetas,
memilih pakan dan kawin, melakukan pengamatan produksi telur di tingkat
peternak, serta menghimpun informasi pendukung lainnya, yaitu tentang profil
peternak itik Alabio. Informasi yang diperoleh tentang keragaan atau spesifikasi
karakteristik itik Alabio, diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan
untuk membuat atau menyusun standarisasi bibit/induk itik Alabio, dalam rangka

3
pelestarian dan pengembangannya sebagai salah satu sumber plasma nutfah
ternak unggas lokal di Kalimantan Selatan.

Tujuan Penelitian
1.

Mendapatkan informasi keragaan atau spesifikasi itik Alabio, baik berupa
karakteristik kualitatif dan kuantitatif, maupun keragaman fenotipik dan
genetik dalam dan antar populasi yang berbeda, sebagai bahan yang dapat
digunakan untuk membuat atau menyusun standarisasi bibit/induk itik Alabio
di tingkat lapang.

2.

Memperoleh informasi tentang

aktivitas memilih pakan, kemampuan itik

Alabio jantan mengawini betina.
3.

Mengetahui keragaan penetasan dan komposisi nutrisi pakan di tingkat
lapang, serta informasi tentang profil peternak itik Alabio.

Ruang Lingkup Penelitian
1.

Melakukan pengamatan terhadap sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif itik
Alabio.

2.

Melakukan analisis keragaman genetik dalam dan antar populasi yang
berbeda.

3.

Melakukan pengamatan aktivitas menetas, memilih pakan,

kawin dan

mengetahui informasi tentang profil peternak itik Alabio.
4.

Melakukan analisis kandungan nutrisi pakan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
yang bermanfaat untuk:
1. Pengembangan itik Alabio dengan memperhatikan keragaman populasi yang
ada.
2. Menyediakan
khususnya

informasi
Dinas

yang

Peternakan

dapat

digunakan

sebagai

Pemerintah

pedoman

dalam

Daerah,
menyusun

perencanaan pembangunan peternakan, khususnya pengembangan itik

4
Alabio dalam rangka re-stocking, sekaligus upaya pelestariannya sebagai
plasma nutfah di Kalimantan Selatan.
3.

Menyediakan informasi tentang pemanfaatkan ciri-ciri fisik itik Alabio yang
dapat digunakan Komisi Bibit, khususnya Komisi Bibit Unggas Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, sebagai salah satu bahan
pertimbangan untuk membuat atau menyusun standarisasi bibit/induk itik
Alabio di tingkat lapang.

4.

Menyiapkan bahan untuk digunakan sebagai sumber pembentukan galur
bibit itik unggul.

Kerangka Pemikiran
Ternak itik merupakan salah satu komponen penting dalam sistem usaha
tani di beberapa daerah di Indonesia, termasuk itik Alabio di Kalimantan Selatan.
Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) merupakan salah satu unggas lokal
yang mempunyai keunggulan sebagai penghasil telur. Pengembangan usaha
ternak itik Alabio saat, tidak hanya dituntut dari aspek kuantitas produksi saja,
melainkan peningkatan kualitasnya sehingga dapat bersaing dengan produk itik
lainnya.
Itik Alabio memiliki ciri-ciri fenotipik berbeda serta performa beragam
dibanding itik lokal lain di Indonesia. Itik Alabio memiliki keunggulan dalam
produksi telur, walaupun keragamannya masih tinggi. Keragaan itik Alabio antara
lain meliputi: produksi telur 220-250 butir/ekor/tahun, puncak produksi 92.70%,
berat telur 59-65 g/butir, konsumsi pakan 155-190 g/ekor/hari, dewasa kelamin
179 hari, daya tunas 84.80-90.83%, daya tetas 79.48%, mortalitas day old duck
(DOD) 0.75-1.0%, bobot badan betina umur 6 bulan 1600 g dan jantan 1750 g.
Selain sebagai penghasil telur dan daging, itik Alabio penting dilihat juga dari
fungsi non pangan, seperti penyediaan lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan peternak. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa itik Alabio mempunyai nilai ekonomis tinggi. Hal ini dibuktikan berkisar
antara 46.81-52.80% merupakan mata pencaharian utama peternak itik Alabio,
khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah dan Hulu
Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Sebagai komoditas unggulan daerah, itik
Alabio saat ini dipelihara secara semi intensif dan intensif. Pergeseran sistem
pemeliharaan dari cara lanting kepada sistem intensif yang sepenuhnya

5
terkurung, memerlukan penyediaan faktor-faktor produksi yang berkualitas,
terutama bibit dan pakan untuk mencapai kelayakan ekonomi. Pergeseran ini
menunjukkan bahwa usaha ternak itik Alabio bukan hanya dipandang sekedar
usaha sambilan, melainkan telah mengarah kepada cabang usaha pokok dengan
orientasi komersial. Khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara, usaha beternak
itik Alabio sudah menjurus kepada spesialisasi usaha, yaitu sebagai penghasil
telur konsumsi, itik dara, telur tetas dan bibit/DOD. Bibit itik Alabio dihasilkan
dengan menetaskan telur, baik dilakukan secara perorangan maupun kelompok.
Saat ini, pembibitan itik lokal telah dilakukan peternak tradisional di masingmasing wilayah pengembangan, namun kualitas dan produktivitasnya masih
rendah dan sangat bervariasi. Hal ini tentunya diperlukan pendampingan dan
pembinaan intensif dalam pengelolaannya untuk keperluan jangka panjang.
Keberadaan itik murni di habitatnya dapat merupakan reservoir bagi kekayaan
plasma nutfah, baik sebagai koleksi dan konservasi keanekaragaman hayati,
maupun untuk materi pemuliaan di masa mendatang. Sumber daya genetik
mempunyai peran penting sebagai material genetik yang dapat dimanfaatkan
untuk pembentukan galur unggul. Pemanfaatan sumber daya genetik ternak
untuk pengembangan bibit komersial, perlu dijaga eksistensi dan keragamannya,
sehingga upaya pelestarian secara berkelanjutan dapat berjalan dengan baik.
Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen akan produk itik (telur
dan daging), mempunyai konsekuensi terhadap

penyediaan bibit yang

berkualitas dan berkesinambungan. Bibit itik yang dihasilkan peternak penetas
tradisional diduga kualitasnya masih beragam. Pemenuhan kebutuhan bibit
berkualitas dalam jumlah besar, salah satunya dapat dipenuhi dengan
pemeliharaan itik Alabio secara intensif, sementara informasi tentang keragaan
atau spesifikasi itik Alabio sebagai penghasil bibit berorientasi agribisnis, belum
tersedia secara memadai di tingkat lapang, sehingga diperlukan penelitian untuk
mengetahui dan mendapatkan informasi tersebut, yaitu dengan melakukan
karakterisasi sifat-sifat kualitatif (warna bulu dominan, corak dan fluoresens bulu,
warna paruh kaki dan shank), maupun sifat kuantitatif (bobot badan, bobot telur,
bobot tetas, ukuran-ukuran tubuh dan produksi telur), keragaman fenotipik dan
genetik dalam dan antar populasi berbeda, dengan menganalisis protein darah
menggunakan teknik elektroforesis. Analisis polimorfisme protein darah dilakukan
pada lokus protein albumin, post albumin, transferin, post transferin-1, post

6
transferin-2 dan haemoglobin, serta menduga hubungan kekerabatan dengan
menggunakan matrik jarak genetik dan pohon filogenetik.
Tahap selanjutnya mempelajari tingkah laku memilih makan dan kawin,
keragaaan aktivitas menetas dan melakukan analisis kandungan nutrisi pakan itik
Alabio yang digunakan di lapang/peternak, serta profil peternak itik Alabio.
Informasi tentang profil peternak , diperoleh melalui wawancara langsung dengan
peternak responden, menggunakan lembar pertanyaan dalam bentuk kuisioner.
Tahapan-tahapan kegiatannya meliputi antara lain: identitas peternak responden,
tingkat kepemilikan ternak, sistem pemeliharaan, tujuan pemeliharaan, tingkat
produksi telur, aspek penyakit dan upaya penanggulangannya.
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini, diharapakan menjadi
salah satu bahan pertimbangan untuk membuat atau menyusun standarisasi
bibit/induk itik Alabio di tingkat lapang/peternak. Standarisasi mutu bibit itik Alabio
sampai saat ini belum ditetapkan, maka perlu disusun atau dibuat standarnya,
sebagai acuan bagi seluruh pengguna (user). Standarisasi itik Alabio dibuat
dalam rangka mendukung pelestarian sumber daya genetik ternak asli indonesia,
perli