HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Maulida laundry merupakan salah satu jasa pelayanan yang berada di Jalan Stadion, No.1, RT.13 Kecamatan Tenggarong yang berpusat di Jalan Loa Ipuh Permai. Laundry ini berdiri sejak tahun 2011 hingga sekarang. Usaha ini dikembangkan dengan alasan melihat peluang usaha bahwa jasa laundry sangat diminati oleh masyarakat. Maulida Laundry meimiliki 8 karyawan, 2 orang bertugas untuk mencuci dan menjemur pakaian, 4 orang bertugas untuk menyetrika pakaian dan

2 orang bertugas untuk menyortir pakaian dan packing. Dalam seharinya Maulida laundry ini mampu menerima pakaian kurang lebih 60 kg. Pengerjaan laundry ini menggunakan tiga mesin cuci. Air yang digunakan adalah air PDAM. Setiap kegiatan dari laundry ini mengasilkan limbah cair dan Maulida laundry ini belum menerapkan sistem pengolahan air limbah, sehingga limbah cair yang dihasilkan langsung dibuang ke saluran pembuangan setempat dan dapat menyebabkan adanya resiko akan pencemaran kesehatan dan lingkungan.

2. Analisis Univariat

Pada penelitian ini dilakukan percobaan terhadap sampel air limbah laundry yang berasal dari putaran pertama pada proses penggilingan pakaian di Maulida laundry yang beralamat di Jalan Stadion

No.1, RT.13. Adapun hasil pemeriksaan laboratorium terhadap konsentrasi PO 4 pada limbah cair laudry disajikan pada tabel 4.1 berikut:

a. Hasil Pemeriksaan Konsentrasi PO 4 Pada Limbah Cair Laundry Sebelum dilakukan Perlakuan

Adapun hasil pemeriksaan konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry sebelum pemberian arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif kulit buah mahoni, seperti yang terlihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Konsentrasi PO 4 pada Limbah Cair Laundry sebelum pemberian Arang Aktif Tempurung Kelapa dan Arang Aktif Kulit Buah Mahoni

Pengulangan

Waktu Standar Ke-

PO 4 Sebelum

1 mg/L

Sumber : Data Primer

Hasil diatas menunjukkan bahwa limbah cair laundry yang diteliti di Maulida laundry ternyata melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kalimantan Timur No.2 Tahun

2011. Pada tabel 4.1 dapat diperoleh hasil bahwa konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry dengan waktu kontak 60 menit dan 120 menit pada pengulangan pertama yaitu sebesar 1,4188 mg/L sedangkan pada pengulangan kedua sebesar 1,4143 mg/L dan pada pengulangan ketiga sebesar 1,4216 mg/L, jika di rata-ratakan kadar

PO 4 sebelum diberikan perlakuan sebesar 1,4182 mg/L.

Limbah cair laundry yang dibuang tanpa dilakukannya pengolahan terlebih dahulu beresiko menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya kulit terasa panas, kulit terkelupas dan iritasi.

Limbah cair laundry yang dibuang langsung ke badan sungai dapat menyebabkan pertumbuhan algae yang tidak terkendali sehingga oksigen di dalam air berkurang dan menyebabkan organisme akuatik yang ada di perairan pun terancam mati. Posfat pada umumnya tidak bereaksi dengan cepat sehingga posfat akan terakumulasi dalam tubuh organisme akuatik, jika organisme akuatik tersebut dikonsumsi

oleh manusia secara terus-menerus maka PO 4 akan terakumulasi didalam tubuh. Industri kecil laundry sebaiknya menggunakan detergen yang bebas PO 4 . Jika dibandingkan dengan standar dari Peraturan Daerah Kalimantan Timur No.2 Tahun 2011, tentang baku mutu air limbah cair maka, limbah industri laundry yang dihasilkan oleh Maulida laundry ternyata melebihi nilai baku mutu, akan tetapi selisih nilai yang didapatkan dari Peraturan Daerah Kalimantan

Timur No.2 Tahun 2011 terhadap kadar PO 4 sebelum dilakuakn perlakuan sebesar 0,4182 mg/L artinya konsentrasi PO 4 yang dibuang tanpa adanya proses pengolahan tidak aman dan memiiki resiko terhadap gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan. Sehingga perlu diberikan perlakuan yaitu dengan melakukan perendaman menggunakan media arang aktif tempurung kelapa dan

arang aktif kulit buah mahoni agar PO 4 dapat direduksi dan diminimalkan.

b. Hasil Pemeriksaan Konsentrasi PO 4 sesudah Perendaman dengan Media Arang Aktif Tempurung Kelapa

Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel limbah cair laundry setelah perendaman dengan media arang aktif tempurung kelapa Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel limbah cair laundry setelah perendaman dengan media arang aktif tempurung kelapa

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Konsentrasi PO 4 (mg/L) sesudah perendaman dengan media arang aktif tempurung kelapa menurut waktu kontak (menit)

Penurunan angan

Standar (%) Ke-

52,98 % 1 mg/L

43,96 % Sumber : Data Primer

Tabel diatas menunjukan penurunan konsentrasi PO 4 setelah perendaman dengan media arang aktif tempurung kelapa dengan waktu kontak selama 60 menit pada pengulangan pertama terjadi penurunan sebesar 0,6621 mg/L, pada pengulangan kedua terjadi penurunan sebesar 0,6604 mg/L dan pada pengulangan ketiga terjadi penurunan sebesar 0,6685 mg/L.

Pada Waktu Kontak 120 Menit Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat penurunan konsentrasi PO 4 pada pengulangan pertama sebesar 0,7996 mg/L, pada pengulangan kedua terjadi penurunan sebesar 0,7910 mg/L dan pada pengulangan ketiga terjadi penurunan sebesar 0,7967 mg/L. Tingkat efektivitas media arang

aktif tempurung kelapa dalam penurunan konsentrasi PO 4 mencapai 53,33% pada waktu kontak 60 menit, sedangkan pada waktu kontak 120 menit nilai penurunan tertinggi terjadi pada pengulangan kedua

44,07%. Penurunan konsentrasi PO 4 ini disebabkan karena PO 4 44,07%. Penurunan konsentrasi PO 4 ini disebabkan karena PO 4

c. Hasil Pemeriksaan Konsentrasi PO 4 sesudah Perendaman dengan Arang Aktif Kulit Buah Mahoni

Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel limbah cair laundry setelah perendaman dengan media arang aktif kulit buah mahoni diperoleh jumlah penurunan konsentrasi PO 4 dari sebelum

perendaman dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Konsentrasi PO 4 (mg/L) sesudah perendaman dengan media arang aktif kulit buah mahoni menurut waktu kontak (menit)

Penurunan angan

71,81 % 1 mg/L

Sumber : Data Primer

Tabel diatas menunjukan ada penurunan konsentrasi PO 4

setelah perendaman dengan media arang aktif kulit buah mahoni dengan waktu kontak tertentu. Pada pengulangan pertama dengan

waktu kontak 60 menit terjadi penurunan konsentrasi PO 4 sebesar 0,3992 mg/L, pengulangan kedua sebesar 0,3923 mg/L dan pengulangan ketiga terjadi penurunan PO 4 sebesar 0,4008 mg/L. Pada Waktu Kontak 120 Menit Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat penurunan konsentrasi PO 4 pada pengulangan pertama sebesar 0,4355 mg/L, pada pengulangan kedua terjadi penurunan sebesar 0,4286 mg/L dan pada pengulangan ketiga terjadi waktu kontak 60 menit terjadi penurunan konsentrasi PO 4 sebesar 0,3992 mg/L, pengulangan kedua sebesar 0,3923 mg/L dan pengulangan ketiga terjadi penurunan PO 4 sebesar 0,4008 mg/L. Pada Waktu Kontak 120 Menit Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat penurunan konsentrasi PO 4 pada pengulangan pertama sebesar 0,4355 mg/L, pada pengulangan kedua terjadi penurunan sebesar 0,4286 mg/L dan pada pengulangan ketiga terjadi

3. Analisis Bivariat

a. Efektivitas Media Arang Aktif Tempurung Kelapa dalam Mereduksi Konsentrasi PO 4 Pada Limbah Cair Laundry

Adapun data konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry setelah melalui media arang aktif tempurung kelapa yang kemudian diolah dengan komputerisasi dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Hipotesis :

H 0 = Tidak terdapat perbedaan efektivitas media arang aktif tempurung kelapa 60 menit dan 120 menit dalam mereduksi

konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry

H 1 = Terdapat perbedaan efektivitas media arang aktif tempurung kelapa 60 menit dan 120 menit dalam mereduksi konsentrasi

PO 4 pada limbah cair laundry

Tabel 4.4 Hasil Uji Friedman Media Arang Aktif Tempurung

Kelapa

Chi Asymp. Jenis Perlakuan

Mean

Rank

Square Sig.

Kontrol

Arang Aktif Tempurung

Kelapa 60 Menit 6,000 0,050 Arang Aktif Tempurung

Kelapa 120 Menit Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas yang telah diolah menggunakan komputerisasi menggunakan perangkat lunak statistik dengan Berdasarkan tabel diatas yang telah diolah menggunakan komputerisasi menggunakan perangkat lunak statistik dengan

b. Efektivitas Media Arang Aktif Kulit Buah Mahoni dalam Mereduksi Konsentrasi PO 4 Pada Limbah Cair Laundry

Adapun data konsentrasi PO 4 pada air limbah laundry setelah melalui media arang aktif kulit buah mahoni yang kemudian diolah dengan komputerisasi dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Hipotesis :

H 0 = Tidak terdapat perbedaan efektivitas media arang aktif Kulit Buah Mahoni 60 menit dan 120 menit dalam mereduksi

konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry

H 1 = Ada perbedaan efektivitas media arang aktif Kulit Buah Mahoni

60 menit dan 120 menit dalam mereduksi konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry.

Tabel 4.5 Hasil Uji Friedman Media Arang Aktif Kulit Buah

Mahoni

Chi Asymp. Jenis Perlakuan

Mean

Rank

Square Sig.

Kontrol

Arang Aktif Kulit Buah

Mahoni 60 Menit 6,000 0,050 Arang Aktif Kulit Buah

Mahoni 120 Menit

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5 yang telah diolah menggunakan komputerisasi menggunakan perangkat lunak statistik dengan metode uji Friedman dengan taraf signifikasi 95% pada media arang Berdasarkan tabel 4.5 yang telah diolah menggunakan komputerisasi menggunakan perangkat lunak statistik dengan metode uji Friedman dengan taraf signifikasi 95% pada media arang

PO 4 pada limbah cair laundry.

c. Efektivitas Antar Media

Adapun data perbedaan nilai keefektivitasan antar media setelah diolah dengan komputerisasi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut : Hipotesis :

H 0 = Tidak terdapat perbedaan nilai keefektivitasan antar media arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif kulit buah mahoni dalam mereduksi konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry.

H 1 = Terdapat perbedaan nilai keefektivitasan antar media arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif kulit buah mahoni dalam mereduksi konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry

Tabel 4.6 Uji Kruskal Walis

Chi Asymp. Jenis Perlakuan

Mean

Rank

Square Sig.

Kontrol

Arang Aktif Tempurung

Kelapa

15,205 0,000 Arang Aktif Kulit Buah

Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada tabel diatas yang diolah menggunakan media komputerisasi menggunakan perangkat lunak statistik dengan metode uji Kruskall Wallis dengan taraf signifikasi 95% nilai Berdasarkan pada tabel diatas yang diolah menggunakan media komputerisasi menggunakan perangkat lunak statistik dengan metode uji Kruskall Wallis dengan taraf signifikasi 95% nilai

H 0 ditolak sehingga terdapat perbedaan nilai keefektivitasan antar media arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif kulit buah mahoni dalam mereduksi konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry. Hasil pengukuran nilai keefektivitasan masing-masing media dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

Hipotesis :

H 0 = Tidak terdapat perbedaan pengukuran nilai keefektivitasan masing-masing media arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif kulit buah mahoni.

H 1 = Terdapat perbedaan pengukuran nilai keefektivitasan masing- masing media arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif kulit buah mahoni.

Tabel 4.7 Hasil Uji Mann Whitney Asymp. Sig.

Jenis Media

(2 tailed)

Arang Aktif Tempurung Arang Aktif Kulit Buah

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas yang diolah menggunakan media komputerisasi menggunakan perangkat lunak statistik dengan metode uji Mann Whitney terhadap jenis media yang digunakan didapatkan nilai keseluruhan p-value 0,004, karena uji yang digunakan adalah satu arah dan asymp.sig yang diperoleh dari komputerisasi adalah 2 tailed, maka p-value dibagi dua sehingga p-

value 0,002 < α 0,05 maka, H 0 ditolak sehingga Terdapat perbedaan pengukuran nilai keefektivitasan masing-masing media arang aktif value 0,002 < α 0,05 maka, H 0 ditolak sehingga Terdapat perbedaan pengukuran nilai keefektivitasan masing-masing media arang aktif

d. Efektivitas Waktu Kontak dalam dalam Mereduksi Konsentrasi PO 4 Pada Limbah Cair Laundry

Adapun data konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry setelah diperlakukan dengan waktu kontak yang kemudian diolah dengan komputerisasi dapat dilihat di tabel 4.8 sebagai berikut :

Hipotesis :

H 0 = Tidak ada perbedaan efektivitas waktu kontak 60 menit dan 120 menit dalam dalam mereduksi konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry.

H 1 = Terdapat perbedaan efektivitas waktu kontak 60 menit dan 120 menit dalam dalam mereduksi konsentrasi po 4 pada limbah cair laundry.

Tabel 4.8 Hasil Uji Mann Whitney Waktu Kontak

Mean Rank

Asymp. Sig. (2 tailed)

Sumber : Data Primer Berdasarkan pada tabel diatas yang diolah menggunakan

media komputerisasi menggunakan perangkat lunak statistik dengan metode uji Mann Whitney terhadap jenis media yang digunakan didapatkan nilai keseluruhan p-value 0,0150, karena uji yang digunakan adalah satu arah dan asymp.sig yang diperoleh dari komputerisasi adalah 2 tailed, maka p-value dibagi dua sehingga p-

value 0,075 > α 0,05 maka, H 0 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan efektivitas waktu kontak 60 menit dan 120 menit dalam dalam penurunan konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry.

B. Pembahasan

1. Dampak PO 4 Pada Limbah Laundry bagi Kesehatan dan Lingkungan

Limbah laundry adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah laundry adalah buangan yang memiliki berbagai macam zat organik dan anorganik yang dapat mencemari lingkungan dan beresiko terhadap kesehatan. Menurut Sostar-Turk (2004) salah satu kandungan yang terdapat pada limbah laundry adalah total phosphat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 Tentang baku mutu air Limbah kandungan PO 4

yang diijinkan adalah sebesar 1 mg/L dan pada Peraturan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dengan kandungan PO 4

pada air sungai yang diijinkan hanya sebesar 0,2 mg/L. Pada penelitian yang telah dilakukan di Maulida laundry kandungan PO 4 yang dihasilkan pada putaran pertama sebesar 1,4188 mg/L, pengukuran ini dilakukan sebanyak tiga kali dan didapatkan hasil pengukuran rata-rata kandungan PO 4 sebesar 1,4182 mg/L. Menurut Peraturan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 Tentang baku mutu air Limbah kandungan PO 4 yang diijinkan adalah sebesar 1 mg/L. Dari hasil pengukuran yang dilakukan jika dibandingkan dengan nilai baku mutu dari Peraturan Daerah Kalimantan Timur maka

limbah PO 4 yang dihasilkan melebihi baku mutu sehingga kandungan PO 4 yang berlebih pada limbah tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan.

PO 4 yang dibuang dan berada di badan air juga harus memenuhi nilai baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kalimantan Timur, dengan kandungan PO 4 yang diijinkan sebesar 0,2 mg/L. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sujiman (2014) hasil analisa menunjukan bahwa kandungan PO 4 pada daerah aliran anak sungai Mahakam Tenggarong sebesar 0,16 mg/L dan jika dibandingkan dengan nilai baku mutu dari Peraturan Daerah Kalimantan Timur

kandungan PO 4 pada perairan anak sungai Mahakam Tenggarong melebihi baku mutu, sehingga akibat yang ditimbulkan oleh PO 4 yang berlebih pada badan air dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan.

Pada umumnya PO 4 termasuk salah satu dari beberapa unsur yang essensial untuk pertumbuhan ganggang dalam air. Sumber PO 4 adalah limbah industri, hanyutan dari pupuk, limbah domestik, dan hancuran bahan organik dari mineral PO 4 . PO 4 yang berlebih pada badan air dapat menyebabkan masalah pencemaran lingkungan yaitu pengkayaan unsur hara (eutrofikasi), sehingga dapat mengakibatkan menurunnya kandungan oksigen terlarut dan kemampuan daya dukung

badan air terhadap biota air (EPA, 1999). Air yang tercemar oleh PO 4 tidak hanya dapat menyebabkan eutrofikasi di badan air, air sungai yang tercemar oleh PO 4 dapat menyebabkan biota akuatik di perairan mati akibat kekurangan oksigen, kondisi fisik air sungai menjadi berbau, dan pertumbuhan algae yang tidak terkendali akibat berlebihnya konsentrasi

PO 4 pada perairan. Efek yang ditimbulkan oleh detergen yang mengandung PO 4 pada badan sungai tidak hanya dapat menyebabkan masalah pencemaran PO 4 pada perairan. Efek yang ditimbulkan oleh detergen yang mengandung PO 4 pada badan sungai tidak hanya dapat menyebabkan masalah pencemaran

Menurut Annual Report of the AAPCC (American Association Of Poison Control) National Poison Data System, cairan deterjen yang menandung PO 4 jika tertelan akan menyebabkan gangguan perut ringan kadang gangguan ini tanpa gejala. Anak-anak yang menelan cairan deterjen bisa muntah, bersin-bersin dan sesak nafas. Disisi lain

kandungan PO 4 tidak hanya terdapat pada badan sungai saja, kandungan PO 4 ternyata beresiko mencemari air minum, hal ini terjadi karena air sungai merupakan air baku yang digunakan sebagai air minum. Untuk air minum masih dapat diterima oleh tubuh sampai 1 ppm (Sumardjo, 2008).

Menurut Widiyani (2010) produksi deterjen Indonesia rata-rata pertahunnya sebesar 380 ribu ton sedangkan tingkat konsumsinya menurut hasil survey yang dilakukan oleh Pusat Audit Teknologi di wilayah Jabotabek pada tahun 2002, per kapita rata-rata sebesar 8.232 kg. Hal ini disebabkan karena deterjen mempunyai efisiensi pembersih yang baik, terutama jika digunakan di dalam air sadah atau pada kondisi lainnya yang tidak menguntungkan bagi sabun biasa.

Limbah laundry yang dihasilkan oleh deterjen mengandung pospat yang tinggi. PO 4 ini berasal dari Sodium Tri Poly Phospate

(STPP) yang merupakan salah satu bahan yang kadarnya besar dalam detergen. Dalam detergen, STPP ini berfungsi sebagai builder yang merupakan unsur terpenting kedua setelah surfaktan karena kemampuannya menonaktifkan mineral kesadahan dalam air sehingga detergen dapat bekerja secara optimal (Hera, 2003).

Pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dari masalah ini yaitu berawal dari drainase kecil pada industri laundry yang akan menuju sungai, dan sungai merupakan ekosistem terbesar dari kehidupan biota air yang merupakan mata rantai keseimbangan ekosistem alam. Air limbah yang dibuang ke lingkungan akan masuk ke sebuah sistem kehidupan, baik dari rantai makanan hingga jejaring makanan yang pada akhirnya akan berujung pada kesehatan manusia sehingga pengolahan limbah sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan seperti yang terjadi pada saat ini.

2. Efektivitas Media Arang Aktif Tempurung Kelapa dalam Mereduksi

Konsentrasi PO 4 pada Limbah Cair Laundry

Indonesia merupakan negara tropis penghasil kelapa yang cukup besar didunia. Selama ini produk-produk yang dominan dari tanaman kelapa hanya terkonsentrasi pada buahnya saja. Padahal jika dimanfaatkan lebih lanjut, tempurung kelapa memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi misalnya membuatnya menjadi arang. Arang tempurung kelapa digunakan karena mudah dalam mendapatkannya, harganya relatif murah, bisa dipakai berulang-ulang (regenerasi) karena dapat dibentuk secara granular. Arang tempurung kelapa dapat Indonesia merupakan negara tropis penghasil kelapa yang cukup besar didunia. Selama ini produk-produk yang dominan dari tanaman kelapa hanya terkonsentrasi pada buahnya saja. Padahal jika dimanfaatkan lebih lanjut, tempurung kelapa memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi misalnya membuatnya menjadi arang. Arang tempurung kelapa digunakan karena mudah dalam mendapatkannya, harganya relatif murah, bisa dipakai berulang-ulang (regenerasi) karena dapat dibentuk secara granular. Arang tempurung kelapa dapat

Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon. Arang aktif yang dibuat dari penelitian ini berasal dari tempurung kelapa. Proses pembuatan arang aktif sendiri terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah dehidrasi, yang merupakan proses pengeringan atau penghilangan air yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ada pada tempurung kelapa agar tidak memakan waktu yang lama pada saat di arangkan.

Tahap selanjutnya adalah karbonasi, pada tahap ini tempurung kelapa yang telah dikeringkan menggunakan oven didinginkan kurang lebih lima menit dan selanjutnya di hancurkan menggunakan palu. Hancuran dari tempurung kelapa tersebut dimasukan kedalam cawan porselin. Cawan porselin yang telah terisi tempurung kelapa di masukan kedalam alat karbonasi yang bernama Muffle furnance dengan suhu 100

– 400 °C. Tempurung kelapa memiliki kulit yang keras dan tipis sehingga pengarangan yang dilakukan tidak terlalu lama. Setelah pengarangan selesai, tempurung kelapa dikeluarkan dan di taruh di tempat stainless untuk didinginkan. Setelah arang tempurung kelapa dingin, selanjutnya dihaluskan hingga berbentuk serbuk.

Tahap terakhir yang dilakukan untuk membuat arang aktif dari tempurung kelapa adalah aktivasi. Aktivasi menurut Singgih (2010) adalah perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon. Sehingga permukaan dari arang aktif bertambah besar terhadap daya absorpsi. Aktivator yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan aceton.

Larutan acetone digunakan karena posfat yang akan diserap adalah cairan yang bersifat asam, maka aktivator yang digunakan harus sebaliknya yaitu larutan yang bersifat basa. Arang tempurung kelapa yang telah di haluskan di timbang menggunakan pocket scale meter sebanyak 100 gram dan dilarutkan dengan larutan acetone yang ada di dalam gllas beaker sebanyak 500 mL. Dituttup bagian atas glass menggunakan plastik agar larutan acetone tidak mudah menguap. kemudian, dilakukan perendaman selama 24 jam. Selanjutnya arang aktif tempurung kelapa disaring dan dikeringkan menggunakan oven. Lalu ditiriskan diatas tisu.

Menurut hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor, arang asal tempurung kelapa memiliki kadar air rendah, daya ikat karbon tinggi sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna ketika digunakan sebagai bahan bakar rendemennya juga tinggi berkisar 36,04 %. Luas permukaan arang aktif berkisar antara 3000- 3500 mg/g dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif dapat menyerap (adsorbsi) gas-gas dan uap- uap dari gas dan dapat mengurangi zat-zat dari liquida.

Berdasarkan hasil perhitungan mengunakan uji Kruskall Wallis didapatkan nilai p-value lebih besar sama dengan α sehingga tidak terdapat perbedaan nilai keefektivitasan media arang aktif tempurung

kelapa 60 menit dan 120 menit terhadap penurunan konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry. Jika dilihat dari hasil penurunan konsentrasi PO 4 sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan media arang aktif tempurung kelapa sebanyak 5 gram per 500 mL limbah cair laundry dapat menurunkan konsentrasi PO 4 sampai 0,7567 mg/L atau 53,33 %.

Sehingga hasil dari perhitungan statistik menunjukan bahwa arang aktif tempurung kelapa efektif dalam menurunkan konsentrasi PO 4 namun untuk ukuran waktu kontak tidak terdapat nilai perbedaan. Tetapi, dalam penggunaan waktu 60 menit dan 120 menit kedua waktu ini

mampu menurunkan konsentrasi PO 4.

Semakin lama waktu kontak maka semakin banyak konsentrasi PO 4 yang dapat diserap oleh arang aktif tempurung kelapa namun, lamanya waktu kontak tidak memberikan nilai penurunan bahkan sebaliknya. Semakin lama waktu kontak, penurunan konsentrasi PO 4 yang terjadi semakin kecil, menurut Gumelar (2014) waktu kontak tidak memberikan pengaruh yang nyata p-value < 0,01 terhadap penurunan COD pada air limbah laundry.

Penurunan konsentrasi PO 4 semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu kontak. Tetapi pada penelitian ini semakin lama waktu kontak penurunan yang terjadi semakin kecil. Kecilnya penurunan

konsentrasi PO 4 terhadap waktu kontak ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pH, sifat adsorben, sifat serapan, temperatur, aerasi dan jarak antara pengambilan hingga pemeriksaan yang lebih dari 12 jam.

Pada saat penelitian pH pada limbah yang akan digunakan dalam penelitian sebaiknya diukur. Karena untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat apabila pH diturunkan, yaitu dengan cara penambahan asam-asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikan yaitu dengan menambahkan alkali, maka absorpsi akan berkurang sebagai akibat dari terbentuknya garam.

Sifat adsorben atau karakteristik arang aktif adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan konsentrasi posfat pada penelitian ini. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan. Struktur pori pada arang aktif berhubungan dengan luas permukaan yang semakin besar, sehingga kecepatan dari absorpsi bertambah. Pada penelitian ini pori- pori pada masing-masing arang tidak berdiameter sama, sehingga tidak dapat diketahui arang aktif yang manakan yang lebih halus dan menyerap posfat lebih banyak.

Sifat serapan juga menjadi faktor dari penelitian ini. banyak senyawa yang dapat diabsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya berbeda-beda. Absorbsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama. Pada penelitian ini molekul serapan yang digunakan antar kedua media jika diliat dan diraba, maka arang aktif tempurung kelapa memiliki teksturyang lebih halus tetapi arang aktif kulit buah mahoni juga memiliki tekstur yang halus dan sedikit berat dibandingkan arang aktif tempurung kelapa.

Temperatur adalah salah satu dari beberapa faktor yang menjadi faktor dalam penurunan konsentrasi PO 4. Pada pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur pada saat berlangsungnya proses penelitian pada saat perendaman dengan limbah laundry. Tidak

ada peraturan umum yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah vikositas dan stabilitas termal senyawa serapan. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran ada peraturan umum yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah vikositas dan stabilitas termal senyawa serapan. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran

Aerasi dan tinggi media yang digunakan merupakan faktor yang

cukup berpengaruh dalam penurunan konsentrasi PO 4. Pada penelitian ini botol yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi PO 4 adalah botol mineral 600 mL, sedangkan limbah laundry yang digunakan sebagai sampel adalah 500 mL. Sehingga didalam botol masih ada ruang yang kosong dan menyebabkan terjadinya kemungkinan aerasi yang menyebabkan sampel pada botol terguncang dan mempengaruhi

hasil pengukuran konsentrasi PO 4.

Faktor yang mempengaruhi dalam penurunan konsentrasi PO 4 yaitu waktu pengambilan sampel hingga pengukuran yang lebih dari 12 jam. Semakin banyak permukaan yang kontak dengan adsorbat, maka akan semakin besar pula adsorpsinya. Pada penelitian ini seharusnya

semakin lama waktu kontak penurunan konsentrasi PO 4 akan semakin meningkat walau peningkatan itu tidak tinggi. Tetapi, semakin lama waktu kontak penurunan yang terjadi semakin kecil. Semakin kecilnya penurunan terhadap waktu kontak ini disebabkan karena titik jenuh dari limbah laundry dari proses pengambilan hingga pengukuran lebih dari

12 jam. Sehingga komposisi yang ada pada air berubah.

3. Efektivitas Media Arang Aktif Kulit Buah Mahoni dalam Mereduksi

Konsentrasi PO 4 pada Limbah Cair Laundry

Buah mahoni berbentuk bulat telur, berlekuk lima dan berwarna coklat. Bagian luar buah mengeras dengan ketebalan 5-7 mm. Dibagian tengah mengeras seperti kayu berbentuk kolom dengan sudut yang Buah mahoni berbentuk bulat telur, berlekuk lima dan berwarna coklat. Bagian luar buah mengeras dengan ketebalan 5-7 mm. Dibagian tengah mengeras seperti kayu berbentuk kolom dengan sudut yang

Pada dasarnya arang aktif kulit buah mahoni dapat dijadikan penyerap zat toksik karena kulit buah mahoni memiliki tekstur yang keras sama seperti tempurung kelapa. Kulit buah mahoni sendiri bukan suatu hal yang baru dalam dunia penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Salamah (2008) tentang pembuatan arang aktif dari kulit buah mahoni dengan perlakuan perendaaman larutan KOH didapatkan kesimpulan bahwa karbon aktif dapat dibuat dari kulit buah mahoni. Proses pembuatan arang aktif sendiri terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah dehidrasi, yang merupakan proses pengeringan yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ada pada kulit buah mahoni agar tidak memakan waktu yang lama pada saat di arangkan.

Tahap selanjutnya adalah karbonasi, pada tahap ini kulit buah mahoni yang telah dikeringkan menggunakan oven didinginkan kurang lebih lima menit dan selanjutnya di hancurkan menggunakan palu. Hancuran dari kulit buah mahoni tersebut dimasukan kedalam cawan porselin. Cawan porselin yang telah terisi kulit buah mahoni di masukan kedalam alat karbonasi yang bernama Muffle furnance dengan suhu 100 – 400 °C. Kulit buah mahoni memiliki kulit yang keras dan tebal

sehingga pengarangan yang dilakukan lumayan lama. Setelah pengarangan selesai, kulit buah mahoni dikeluarkan dan di taruh di sehingga pengarangan yang dilakukan lumayan lama. Setelah pengarangan selesai, kulit buah mahoni dikeluarkan dan di taruh di

Tahap terakhir yang dilakukan untuk membuat arang aktif dari kulit buah mahoni adalah aktivasi. Aktivasi menurut Singgih (2010) adalah perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon. Sehingga permukaan dari arang aktif bertambah besar terhadap daya absorpsi. Aktivator yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan aceton. Larutan acetone digunakan karena posfat yang akan diserap adalah cairan yang bersifat asam, maka aktivator yang digunakan harus sebaliknya yaitu larutan yang bersifat basa. Arang kulit buah mahoni yang telah di haluskan di timbang menggunakan pocket scale meter sebanyak 100 gram dan dilarutkan dengan larutan acetone yang ada di dalam gllas beaker sebanyak 500 mL. Dituttup bagian atas glass menggunakan plastik agar larutan acetone tidak mudah menguap. kemudian, dilakukan perendaman selama 24 jam. Selanjutnya arang aktif kulit buah mahoni disaring dan dikeringkan menggunakan oven. Lalu ditiriskan diatas tisu.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji Friedman didapatkan nilai p-value lebih besar sama dengan α. Sehingga tidak ada perbedaan nilai keefektivitasan media arang aktif kulit buah mahoni 60

menit dan 120 menit terhadap penurunan konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry. Tetapi, kedua waktu kontak tersebut efektif menurunkan

konsentrasi PO 4 pada limbah laundry.

Jika dilihat dari hasil penurunan konsentrasi PO 4 sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan media arang aktif kulit buah mahoni 5 Jika dilihat dari hasil penurunan konsentrasi PO 4 sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan media arang aktif kulit buah mahoni 5

waktu kontak tidak memberikan nilai penurunan bahkan sebaliknya. Semakin lama waktu kontak penurunan yang terjadi semakin kecil. menurut Gumelar (2014) waktu kontak tidak memberikan pengaruh yang nyata p-value < 0,01 terhadap penurunan COD pada air limbah laundry.

Semakin banyak permukaan yang kontak dengan adsorbat, maka akan semakin besar pula adsorpsinya. Pada penelitian ini seharusnya semakin lama waktu kontak penurunan konsentrasi PO 4 akan semakin meningkat walau peningkatan itu tidak tinggi. Tetapi, semakin lama waktu kontak penurunan yang terjadi semakin kecil. Semakin kecilnya penurunan terhadap waktu kontak ini disebabkan karena titik jenuh dari limbah laundry dari proses pengambilan hingga pengukuran hanya 12 jam saja.

Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya penurunan pada lamanya waktu kontak adalah aerasi, pH, sifat serapan, sifat adsorban, dan temperatur. Botol yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi

PO 4 adalah botol mineral 600 mL, sedangkan limbah laundry yang digunakan sebagai sampel adalah 500 mL. Sehingga didalam botol masih ada ruang yang kosong dan menyebabkan terjadinya PO 4 adalah botol mineral 600 mL, sedangkan limbah laundry yang digunakan sebagai sampel adalah 500 mL. Sehingga didalam botol masih ada ruang yang kosong dan menyebabkan terjadinya

Pada saat penelitian pH pada limbah yang akan digunakan dalam penelitian sebaiknya diukur. Karena untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat apabila pH diturunkan, yaitu dengan cara penambahan asam-asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikan yaitu dengan menambahkan alkali, maka absorpsi akan berkurang sebagai akibat

dari terbentuknya garam.

Sifat adsorben atau karakteristik arang aktif adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan konsentrasi posfat pada penelitian ini. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan. Struktur pori pada arang aktif berhubungan dengan luas permukaan yang semakin besar, sehingga kecepatan dari absorpsi bertambah. Pada penelitian ini pori- pori pada masing-masing arang tidak berdiameter sama, sehingga tidak dapat diketahui arang aktif yang manakan yang lebih halus dan

menyerap posfat lebih banyak.

Sifat serapan juga menjadi faktor dari penelitian ini. banyak senyawa yang dapat diabsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya berbeda-beda. Absorbsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama. Pada penelitian ini molekul serapan yang digunakan antar kedua media jika diliat dan diraba, maka arang aktif tempurung kelapa memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan arang aktif kulit buah mahoni. Arang aktif kulit buah mahoni juga memiliki tekstur yang halus dan sedikit berat Sifat serapan juga menjadi faktor dari penelitian ini. banyak senyawa yang dapat diabsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya berbeda-beda. Absorbsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama. Pada penelitian ini molekul serapan yang digunakan antar kedua media jika diliat dan diraba, maka arang aktif tempurung kelapa memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan arang aktif kulit buah mahoni. Arang aktif kulit buah mahoni juga memiliki tekstur yang halus dan sedikit berat

Temperatur adalah juga menjadi satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penurunan konsentrasi PO 4. Pada pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur pada saat berlangsungnya proses penelitian pada saat perendaman dengan

limbah laundry. Tidak ada peraturan umum yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah vikositas dan stabilitas termal senyawa serapan. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran temperatur pada saat perendaman. Sehingga adsorpsi dilakukan pada temperatur ruang saja.

4. Efektivitas Antar Media

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan uji Kruskall Wallis untuk membandingkan nilai keefektivitasan antara media arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif kulit buah mahoni didapatkan nilai p-value lebih rendah dari α. Sehingga ada perbedaan nilai keefektivitasan antara kedua perlakuan ini. Hasil uji yang ditunjukkan oleh uji Mann Whitney terhadap kedua media ini menunjukkan bahwa kedua media ini efektif dalam mereduksi

konsentrasi PO 4 pada limbah cair laundry.

Jika dilihat dari hasil besaran penyisihan maka dapat diurutkan bahwa yang paling efektif dalam mereduksi konsentrasi PO 4 adalah media arang aktif kulit buah mahoni. Media arang aktif kulit buah mahoni mampu menurunkan konsentrasi PO 4 hingga 72,26 % setelah itu media Jika dilihat dari hasil besaran penyisihan maka dapat diurutkan bahwa yang paling efektif dalam mereduksi konsentrasi PO 4 adalah media arang aktif kulit buah mahoni. Media arang aktif kulit buah mahoni mampu menurunkan konsentrasi PO 4 hingga 72,26 % setelah itu media

konsentrasi PO 4 sebesar 53,33 %.

Jika dilihat dari keunggulan media, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Salamah (2008) ternyata kulit buah mahoni yang selama ini dikenal sebagai penyejuk jalan dan bahan untuk membuat

segala furniture dapat menyerap zat PO 4 pada air limbah. Salah satu upaya peningkatan nilai ekonomis pohon mahoni terutama kulit buahnya dapat dilakukan dengan mengolahnya menjadi karbon aktif atau arang aktif. Dari hasil penelitian Salamah dihasilkan arang aktif dalam bentuk butiran halus berwarna hitam dan kering. Pengujian daya serap terhadap arang aktif kulit buah mahoni didapatkan hasil optimum pada konsentrasi larutan KOH 3 N dan lama perendaman 4 jam dengan kadar

2 penyerapan sebesar 73,28 % dengan surface area 3,843872 m 2 /g

Penelitian ini menggunakan media kulit buah mahoni sebagai penyerap konsentrasi PO 4 yang dimana terdapat tiga tahap dalam proses pembuatan arang aktif kulit buah mahoni yaitu dehidrasi adalah proses penghilangan air pada bahan baku yang dipanaskan sampai temperatur 100°C. Selanjutnya dilakukan proses karbonasi dimana pada tahap ini bahan-bahan organik dipecah menjadi karbon atau arang. Kulit buah mahoni diarangkan pada suhu 100 – 400 °C. Arang kulit buah mahoni yang telah jadi didinginkan. Aktivasi merupakan tahap terakhir pada proses pembuatan arang aktif kulit buah mahoni (Salamah, 2008).

Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas

24 jam (Azis dan Eguh, 2008). Sifat dari masing-masing adsorben berbeda-beda dalam penyerapan konsentrasi PO 4. Pada penelitian yang telah dilakukan Sifat dari arang aktif kulit buah mahoni dan arang aktif tempurung kelapa berbeda-beda. Arang aktif kulit buah mahoni memiliki tekstur yang halus dan berat, sedangkan arang aktif tempurung kelapa memiliki tekstur yang halus dan ringan. Saat dilakukan penyaringan dengan limbah laundry arang aktif kulit buah mahoni berwarna sedikit kehitaman dan air limbah saringan arang aktif tempurung kelapa berwarna keabu-abuan. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang mempengaruhi dan harus diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan yang semakin besar, dengan demikian kecepatan dari absorpsi akan bertambah.

5. Efektivitas Antar Waktu Kontak

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value lebih besar dari pada α. Sehingga tidak ada perbedaan nilai keefektifan antara waktu kontak 60 menit dan waktu kontak 120 menit. Jika dilihat dari hasil besaran waktu kontak 60 menit lebih besar dari pada 120 menit. Namun, perbedaan selisih penurunan

konsentrasi PO 4 antara waktu kontak 60 menit dengan 120 menit tidak besar.

Pendapat yang dikemukakan oleh Kristyanti (2008) yang menyatakan bahwa efisiensi penurunan senyawa organik semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu kontak walau penurunan itu tidak tinggi. Pada penelitian ini efisiensi penurunan waktu kontak semakin menurun seiring dengan bertambahnya waktu kontak. Hal ini dipengaruhi oleh wadah penampung atau botol yang digunakan tidak terisi penuh oleh limbah cair laundry, sehingga terjadinya percikan dalam botol penampung tersebut dan menyebabkan bias pada saat

analisa PO 4 . Disisi lain, batas waktu maksimum untuk pemeriksaan kimiawi air limbah hanya 12 jam saja dan pada pemeriksaan antara perendaman dan pengecekan konsentrasi PO 4 dilakukan lebih dari 12 jam sehingga ini adalah salah satu faktor mengapa efisiensi penurunan waktu kontak semakin menurun seiring dengan bertambahnya waktu kontak.

Pada penelitian ini lama waktu kontak merupakan salah satu hambatan pada proses pengolahan air limbah. Jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri laundry bersifat fluktuatif dimana jumlah limbah yang dihasilkan tergantung pada banyaknya pakaian yang dicuci. Namun, lamanya waktu kontak memerlukan wadah yang besar untuk menampung jumlah limbah pada proses sebelum dilepas ke badan air yaitu dengan lama kontak 60 menit.

Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya penurunan pada lamanya waktu kontak adalah aerasi, pH, sifat serapan, sifat adsorban, dan temperatur. Pada saat penelitian pH pada limbah yang akan digunakan dalam penelitian sebaiknya diukur. Karena untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat apabila pH diturunkan, yaitu dengan Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya penurunan pada lamanya waktu kontak adalah aerasi, pH, sifat serapan, sifat adsorban, dan temperatur. Pada saat penelitian pH pada limbah yang akan digunakan dalam penelitian sebaiknya diukur. Karena untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat apabila pH diturunkan, yaitu dengan

akibat dari terbentuknya garam.

Sifat adsorben atau karakteristik arang aktif adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan konsentrasi posfat pada penelitian ini. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan. Struktur pori pada arang aktif berhubungan dengan luas permukaan yang semakin besar, sehingga kecepatan dari absorpsi bertambah. Pada penelitian ini pori- pori pada masing-masing arang tidak berdiameter sama, sehingga tidak dapat diketahui arang aktif yang manakan yang lebih halus dan

menyerap posfat lebih banyak.

Sifat serapan juga menjadi faktor dari penelitian ini, banyak senyawa yang dapat diabsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya berbeda-beda. Absorbsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama. Pada penelitian ini molekul serapan yang digunakan antar kedua media jika diliat dan diraba, maka arang aktif tempurung kelapa memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan arang aktif kulit buah mahoni. Arang aktif kulit buah mahoni juga memiliki tekstur yang halus dan sedikit berat dibandingkan arang aktif tempurung kelapa sehingga hal ini mempengaruhi penyerapan yang dilakukan oleh masing-masing media.

Temperatur adalah juga menjadi satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penurunan konsentrasi PO 4. Pada pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur pada saat Temperatur adalah juga menjadi satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penurunan konsentrasi PO 4. Pada pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur pada saat

Masalah limbah cair berhubungan erat dengan masalah lingkungan hidup dan masalah kesehatan masyarakat. Masalah yang ada dapat di eliminasi, ditekan atau dikurangi apabila faktor penyebab masalah dikurangi, dijauhkan atau dipisahkan dari kontak manusia. Limbah cair dari suatu industri boleh dibuang ke lingkungan tanah atau badan air setelah melalui proses pengolahan yang dapat menekan kandungan bahan pencemarnya sampai tingkat tertentu yang sesuai dengan baku mutu limbah cair.

Menurut Djabu et al (1991) tujuan pengolahan limbah adalah untuk mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk limbah cair pada kesehatan manusia dan lingkungan serta meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan dan atau pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan hidup manusia dan lingkungan. Tujuan khusus dari pengolahan air limbah adalah untuk

mereduksi kandungan nitrogen, PO 4 dan komponen organik toksik. Apabila semua kegiatan industri memperhatikan dan melaksanakan pengolahan air limbah industri dan masyarakat umum juga tidak membuang limbah secara sembarangan maka masalah pencemaran air sebenarnya tidak perlu dikuatirkan. Namun kenyataanya masih banyak industri atau suatu pusat kegiatan kerja mereduksi kandungan nitrogen, PO 4 dan komponen organik toksik. Apabila semua kegiatan industri memperhatikan dan melaksanakan pengolahan air limbah industri dan masyarakat umum juga tidak membuang limbah secara sembarangan maka masalah pencemaran air sebenarnya tidak perlu dikuatirkan. Namun kenyataanya masih banyak industri atau suatu pusat kegiatan kerja

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

EFEKTIVITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA BRONKITIS KRONIS DI RUMAH SAKIT PARU BATU

22 163 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR

25 130 93